Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEPERAWATAN

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


PADA AN.N DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:DEMAM TYPHOID
DI PAVILIUN AL FARISI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA
JAKARTA UTARA

Disusun Oleh :
PUTRI PULI ROSTIANA
2015750034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada An.N Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Demam
Typhoid di Paviliun Al Farizi Rumah Sakit Islam JakartaSukapura Jakarta Utara”.
Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis sampaikan selalu kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam seorang ploklamator Islam yang telah membawa
umat dari kegelapan manusia kepada jalan yang terang yang penuh dengan
rahmat dan kasih sayang-Nya.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Meski banyak hambatan yang dialami selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, tetapi diyakini bahwa segala yang diawali dengan baik akan berakhir
dengan baik pula. Namun berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan serta
pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan
selama mengikuti perkuliahan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam kesempatan ini juga perkenankan penulis untuk mengucapkan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep., Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan
pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

iii
3. Ibu Ns. Medya Aprilia Astuti, S.Kep., selaku pembimbing klinik penulis
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Nur’aenah, M.Kep selaku wali Akademik tingkat III Angkata 33 Program
Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
5. Kepala Ruangan dan Staff Perawat di Paviliun Al Farizi Rumah Sakit
IslamJakartaSukapura Jakarta Utara.
6. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Untuk Orang Tua Tercinta, kakak dan adik terima kasih atas do’a, perhatian,
kesabaran, serta kasih sayang dan pengorbanannya baik secara moril maupun
materi yang selama ini diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman vokasi angkatan XXXIII yang selalu menjaga kekompakan,
keceriaan selama 3 tahun ini, terima kasih telah memberikan warna kehidupan
yang tidak akan pernah terlupakan, sukses terus untuk kita semua.
9. Untuk semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan
semangatnya kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari betul kekurangan dan
kelemahan dalam penyajian Karya Tulis Ilmiah ini. Hal ini terjadi karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, namun
demikian besar harapan penulis agar hal yang kecil ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu keperawatan, khususnya dilingkungan Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Jakarta, 21 Mei 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal
LEMBARPERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................. 1
B. Tujuan penulisan............................................................... 3
1. Tujuan umum............................................................. 3
2. Tujuan Khusus............................................................ 3
C. Ruang lingkup.................................................................. 4
D. Metode penulisan.............................................................. 4
E. Sistematika penulisan ………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep kebutuhan dasar manusia................................... 7
B. Konsep dasar demam typhoid ..................................... 10
1. Pengertian.................................................................... 10
2. Etiologi........................................................................ 11
3. Patofisiologi................................................................ 11
4. Manifeatasi klinis....................................................... 13
5. Komplikasi.................................................................. 13
6. Penatalaksanaan.......................................................... 15
7. Pemeriksaan penunjang.............................................. 16
C. Konsep tumbuh kembang anak....................................... 17
D. Konsep dampak hospitalisasi.......................................... 19
E. Konsep asuhan keperawatan........................................... 21
1. Pengkajian keperawatan............................................. 21
2. Diagnosa keperawatan............................................... 24
3. Perencanaan keperawatan.......................................... 25
4. Penatalaksanaan keperawatan.................................... 28
5. Evaluasi keperawatan................................................. 29

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian keperawatan................................................... 36
B. Diagnosa keperawatan..................................................... 24
C. Perencanaankeperawatan................................................ 37
D. Penatalaksanaan keperawatan.......................................... 40
E. Evaluasi keperawatan....................................................... 57

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan................................................... 62
B. Diagnosa keperawatan..................................................... 64
C. Perencanaan keperawatan................................................ 66
D. Penatalaksanaan keperawatan.......................................... 67
E. Evaluasi keperawatan....................................................... 68

v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 70
B. Saran.................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FORMAT PENGKAJIAN
SAP
LEAFLET

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penularan demam typhoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Widoyono, 2011). Penyakit ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang lebih rendah, serta akan mati pada pemanasan
57ᴼC selama beberapa menit (Ranuh, 2013).

Berdasarkan data kesehatan dunia yang didapat dari World Health


Organization (WHO) tahun 2015, demam typhoid masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta
pertahun di dunia dan menyebabkan kematian. Di Indonesia dilaporkan
bahwa penderita demam typhoid sebanyak 81.7/100.000 penduduk, pada
usia 0-1 tahun tidak ditemukan anak dengan demam typhoid, pada usia 2-4
tahun 148,7/100.000 penduduk, pada usia 5-15 tahun 180,3/100.000
penduduk dan pada usia lebih dari 16 tahun sebesar 51,2/100.000
penduduk, angka ini menunjukan bahwa penderita demam typhoid
terbanyak adalah pada kelompok usia 5-15 tahun. Menurut catatan
Medical Record Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura khususnya di
Paviliun Alfarisi selama satu tahun 4 bulan terakhir, terhitung dari bulan
Januari–Desember 2017 didapatkan data bahwa anak yang menderita
demam typhoid sebanyak (6,8%) kasus dari 2.422 anak yang pernah
dirawat, dengan uraian sebagai berikut: 0-1 tahun sebanyak (11,7%) anak,
usia 1-3 tahun (21,5%)anak, usia 4-6 tahun sebanyak (26,1%) anak dan
usia 7-12 anak sebanyak (40,5%) anak. Sedangkan untuk bulan Januari–
April 2018 didapatkan data bahwa sebanyak (16,9%) kasus dari 473 anak
yang pernah dirawat, dengan uraian sebagai berikut : 0-1 (13,7%) anak,

1
2

usia 1-3 tahun sebanyak (20%) anak, usia 4-6 tahun sebanyak (27,5%)anak
dan usia 7-12 tahun sebanyak (38,7%) anak. Maka dari itu penanganan
demam typhoid pada anak harus dioptimalkan untuk mencegah terjadinya
peningkatan angka kejadian anak dengan demam typhoid.

Pada umumnya anak yang menderita demam typhoid mengalami masalah


pemenuhan kebutuhan dasar seperti defisit volume cairan, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko terjadinya infeksi berulang,
jika masalah tersebut tidak ditangani secara adekuat akan menimbulkan
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Komplikasi tersebut dapat
dilihat apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak turun dan
kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan lokasinya dengan
jelas, yaitu didaerah perut kanan disertai dengan nyeri perut, muntah-
muntah dan adanya gejala peritonitis yang dapat berlanjut menjadi sepsis.
Komplikasi ini ditemukan sekitar 10% pada anak-anak (Ranuh, 2013, hal
184).

Sehubung dengan hal tersebut peran perawat sangat penting dalam


memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi bio,
psiko, sosio, kultural dan spiritual yang diberikan oleh seorang perawat
yang profesional untuk membantu klien mencapai kondisi kesehatan yang
optimal. Upaya yang diberikan untuk mengurangi jumlah penderita
demam typhoid peran perawat mencakup upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat
dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan
tentang penyakit terkait kepada pasien dan keluarga. Sedangkan upaya
preventif merupakan upaya untuk pencegahan agar tidak terjadi demam
typhoid yaitu dengan cara mengajarkan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan serta menghindari makanan yang tidak sehat serta menjaga
lingkungan rumah. Sedangkan dalam upaya kuratif yaitu dengan
memberikan pengobatan pada klien. Upaya rehabilitatif merupakan upaya
3

yang dilakukan untuk mempercepat penyembuhan melalui istirahat yang


cukup dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
Mengingat banyaknya angka kejadian demam typhoid pada anak maka
penulis tertarik untuk mengaplikasikan teori dan konsep yang telah
didapatkan selama perkuliahan tentang Asuhan Keperawatan dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Demam Typhoid, oleh sebab itu penulis mengambil judul
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Demam Typhoid di Paviliun Al Farisi Rumah Sakit
Islam Jakarta Sukapura”.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan umum
Setelah melakukkan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan
penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam
memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Demam Typhoid melalui proses
pendekatan keperawatan tanpa mengabaikan dampak hospitalisasi.

2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam typhoid.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam typhoid.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: demam typhoid.
4

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan


kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
demam typhoid.
e. Mampu melakukan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam typhoid.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi.

C. Lingkup masalah
Mengingat banyaknya masalah ganggaun sistem pencernaan yang terjadi
pada anak, maka penulis membatasi pembahasan hanya pada satu masalah
yaitu Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Anak dengan Ganggaun Sistem Pencernaan: Demam Typhoid di Paviliun
Al Farisi selama 3 hari, dimulai dari tanggal 27-29 April 2018.

D. Metode penulisan
Metode penulisan yang di gunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang dipelajari,
menganalisa, dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan studi
kepustakaan.
Adapun data diperoleh dengan menggunakan teknik:
1. Studi Kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-
buku dan literatur yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar pada anak dengan demam typhoid.
5

2. Studi Kasus
a. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga,
perawat, dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.
b. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien
yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta hasil dari tindakan yang dilakukan.

E. Sistemastika penulisan
karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 5 bab
yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup
masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis


A. Konsep kebutuhan dasar.
B. Konsep dasar terdiri dari: definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, dan
penatalaksanaan.
C. Konsep tumbuh kembang anak.
D. Konsep hospitalisasi.
E. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan: demam typhoid melalui
pendekatan proses keperawatan meliputi: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
penatalaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
6

Bab III : Tinjauan Kasus


Merupakan hasil asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: demam typhoid yang meliputi: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
penatalaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan
Bab III yang meliputi: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, penatalaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Bab V : Penutup
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Asuhan Keperawatan
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Demam Typhoid mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
B. Saran
Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang
harus diperbaiki dalam melaksanaan asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam
typhoid serta meningkatkan mutu dalam pelayanan
kesehatan.
7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. Konsep kebutuhan dasar manusia


Menurut Hidayat & Musrifatul (2014), kebutuhan manusia merupakan unsur-
unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta,
harga diri, dan aktualisasi diri. Seorang psikolog dari Amerika yaitu Abraham
Maslow yang mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang
lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow:
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan paling dasar dalam Hierarki Maslow. Umumnya,
seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan
lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Sebagai contoh, orang yang kekurangan makan, keselamatan,
dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makan
sebelum memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
e. Kebutuhan aktivitas

7
8

f. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh


g. Kebutuhan seksual

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi:
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh
dan hidup. Ancaman tersebut berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari
lingkungan, dan sebagainya.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa
terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.

3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki.


a. Memberi dan menerima kasih sayang
b. Mendapatkan kehangatan keluarga
c. Memiliki sahabat
d. Diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya

4. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
a. Keinginan untuk mendapatkan kekuatan
b. Meraih prestasi
c. Rasa percaya diri
d. Kemerdekaan diri
e. Orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain

5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarki


Maslow. Kebutuhan ini meliputi:
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
diri sendiri)
9

b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri


c. Tidak emosional
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi
e. Kreatif
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya

Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan demam typhoid


mencakup:

1. Gangguan kebutuhan fisiologis


Masalah yang terjadi pada gangguan kebutuhan fisiologis diantaranya:
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
Pada umumnya anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai salah
satu manifestasi adanya proses infeksi kuman salmonella typhosa.
Meningkatnya metabolisme tubuh dan kehilangan cairan karena
meningkatnya Insensibel Water Loss (IWL) juga merupakan penyebab
dari gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. Gangguan kebutuhan
cairan juga dapat terjadi sebagai akibat diare dan muntah pada anak
yang mengalami demam typhoid, yang biasanya terjadi pada minggu
pertama timbulnya panas. Hal ini karena proliperasi pada sistem
pencernaan yang dimanifestasikan dengan diare, maka gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan dapat terjadi.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi juga biasanya menyertai anak
yang mengalami demam typhoid, hal ini karena terjadi infeksi dan
proses inplamasi pada saluran pencernaan oleh kuman salmonella
typhosa terutama pada usus halus yang berfungsi untuk mengabsorbsi
makanan secara adekuat. Selain itu sering muncul manifestasi lidah
kotor atau putih yang menyebabkan nafsu makan menurun, maka
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terjadi.
c. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pada umunya anak dengan demam typhoid mengalami takut pada
orang asing dan prosedur tindakan, hal ini terjadi pada setiap anak
10

yang dirawat di rumah sakit dan akan menyebabkan gangguan


kebutuhan rasa aman dan nyaman. Orang tua akan mengalami
kecemasan, yang termasuk dalam kebutuhan keselamatan dan
keamanan. Hal ini terjadi pada orang tua karena kurangnya informasi
tentang penyakit anak tersebut dan kurangnya pengetahuan pada orang
tua.

B. Konsep dasar demam typhoid


1. Definisi
Demam typhoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman
salmonella typhi yang menyerang pencernaan, terutama di perut dan usus.
Demam typhoid sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang sering
ditemukan dimasyarakat Indonesia. Penderita juga beragam mulai dari
usia balita, anak-anak, dan dewasa (Suratun & Lusianah 2010, hal 225).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penularan demam typhoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Widoyono, 2011).

Tifus abdominalis atau demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
(Ngastiyah, 2012).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam


typhoid adalah infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi yang menyerang pencernaan melalui fecal dan oral mulai
dari usia balita, anak-anak dan dewasa dengan gejala demam satu minggu.
11

2. Etiologi
Menurut Ranuh (2013), penyakit ini disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Salmonela adalah bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai
flagela dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah, serta akan mati
pada pemanasan 57ᴼC selama beberapa menit. Sampai saat ini, diketahui
bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.

3. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
kejaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus kemudian
kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-
sel retikuloendoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel-sel
retikuloendoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung
empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi peningkatan jumlah sel dalam tubuh,
ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi
kematian sel dan minggu ke tiga terjadi luka terbuka yang sulit sembuh.
Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan penonjolan kulit akibat penggantian jaringan normal. Ulkus
dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai bocornya isi usus ke
dalam abdomen. Selain itu hepar, kelenjar getah bening dan limpa
membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus
(Suriadi, 2010).
12

Pathway demam typhoid

Salmonella Typhosa

Saluran Pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri masuk aliran darah sistemik

kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin


usus halus

hepatomegali splenomegali Demam


Tukak

Nyeri perabaan
Perdarahan dan
perforasi Mual/tidak nafsu
makan

Perubahan nutrisi

Resiko kekurangan volume cairan

(Suriadi, 2010)
13

4. Manifestasi klinik
Menurut Ngastiyah (2012), manifestasi yang muncul pada anak dengan
demam typhoid, yaitu:
a. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,
minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu
meningkat pada malam hari dan menurun pada siang hari. Pada minggu
kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu
berangsur-angsur turun dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran cerna: bau nafas yang tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, kembung, mual dan
tidak napsu makan, pembesaran ukuran hati yang disertai nyeri
perabaan.
c. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).
d. Relaps: terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal.

5. Komplikasi
Menurut Rampengan (2008) komplikasi yang mungkin muncul pada
demam typhoid yaitu:
a. Perdarahan usus
Perdarahan usus yang terjadi pada penderita demam typhoid biasanya
terjadi pada awal minggu ke-3. Angka kejadian berbeda-beda berkisar
antara 0,8-8,6%. diagnosis yang dapat di tegakkan dengan penurunan
tekanan darah, denyut nadi bertambah cepat dan kecil, kulit pucat,
penurunan suhu tubuh, serta mengeluh nyeri perut.

b. Perforasi usus
Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ke-3 serta angka kejadian
bervariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya tanda dan gejala yang sering didapatkan, penderita mendadak
tampak kesakitan didaerah perut, perut kembung, tekanan darah
menurun, suara bising usus melemah, dan pekak hati berkurang.
14

c. Bronkitis
Bronkitis terjadi pada akhir minggu pertama dari perjalanan penyakit
pada kasus yang berat dapat terjadi bronkopneumonia.

d. Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan yang terjadi pada kandung empedu.
Kolesistitis jarang terjadi pada anak, bila terjadi umumnya pada akhir
minggu ke-2 dengan gejala klinis yang tidak khas. Angka kejadian
pada anak berkisar antara 0,2%. Bila terjadi kolesistitis, penderita
cenderung menjadi seorang karier.

e. Meningitis
Meningitis disebabkan oleh salmonella typhosa yang lebih sering
didapatkan pada neonatus ataupun bayi dibandingkan pada anak,
dengan gejala klinis sering tidak jelas sehingga diagnosis sering
terlambat.

f. Karier kronik
Typhoid karier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala
penyakit demam typhoid, tetapi mengandung kuman salmonella
typhosa didalam tinjanya. Mengingat karier sangat penting dalam hal
penularan yang tersembunyi, penemuan kasus sedini mungkin serta
pengobatannya sangat penting dalam hal menurunkan angka kematian.
Pengobatan karier merupakan masalah yang sulit, kadang-kadang
dengan pemberian obat-obatan antimikroba didapatkan kegagalan
karena salmonella typhosa bersarang dalam saluran empedu
intrahepatik sehingga diperlukan pengobatan kombinasi obat-obatan
dan operasi.
15

6. Penatalaksanaan
Menurut Widoyono (2011). Penderita yang dirawat dengan diagnosis
observasi demam typhoid harus dianggap dan diperlukan langsung sebagai
demam typhoid dan diberikan pengobatan memakai prinsip trilogi
penatalaksanaan demam typhoid, yaitu:
a. Pemberian antibiotik
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam
typhoid. Obat yang sering digunakan adalah:
1) Kloramfenikol 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali dalam 14 hari.
2) Amoksilin 100 mg/kg berat badan /hari/4 kali.
3) Kotrimoksazol 480mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
4) Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selama
hari, ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari, ceftriaxon 4 gram/hari
selama 3 hari).

b. Istirahat dan perawatan


Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penderita sebaiknya beristirahat total di tempat tidur selama 1 minggu
setelah bebas dari demam. Mobilisasi dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme penularan
penyakit ini, kebersihan perorangan perlu dijaga karena
ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan buang air kecil.

c. Terapi penunjang secara simptomatis dan suportif serta diet


Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi
makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi
makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan
kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu
dipertimbangkan agar dapat menunjang agar dapat menunjang
kesembuhan penderita.
16

7. Pemeriksaan penunjang
Dikutip dari buku NANDA (2015), pemeriksaan penunjang pada anak
dengan demam typhoid, yaitu:
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun disertai infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.

c. Pemeriksaan uji widal


Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri Slmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat antibodi
(aglutinin).

d. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

e. Anti salmonella typhi


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.
17

C. Konsep tumbuh kembang anak


Menurut Hidayat & Musrifatul (2014) konsep tumbuh kembang sebagai
berikut:
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-
protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan
atau sebagian. Perkembangan (development) adalah perubahan secara
berangsur-ansur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat
dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau
kedewasaan, dan pembelajaran.

Menurut Cahyaningsih dan Dwi Suliastyo (2011), perkembangan pada anak


usia sekolah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan biologis
Saat usia 6-12 tahun, pertumbuhan serta 5 cm pertahun untuk tinggi badan
dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut
anak laki-laki perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-
laki cenderung kurus dan tinggi, sedangkan anak perempuan cenderung
gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat
perkembangannya dari otot.

2. Perkembangan psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan
psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu
waktu tenang antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotsme
masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan
teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun
sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai
pubertas. Anak-anak usia sekolah ingin sekali mengembangkan
keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan berarti dan berguna
secara sosial.
18

3. Perkembangan kognitif
Ketika anak memasuki usia sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk
menggambarkan mental anak yang dapat diungkapkan secara verbal
ataupun simbolik. Tahapan ini diistilahkan sebagai oprasional konkret,
ketika anak mampu mengungkapkan proses berfikir untuk mengalami
peristiwa dan tindakan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun
prasekolah digantikan dengan proses berfikir yang memungkinkan anak
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

4. Perkembangan moral
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme kepola pikir
lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran
diri dan standar moral. Walaupun anak usia 6-8 tahun mengetahui
peraturan dan perilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak
memahami alasannya. Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian
mereka suatu “tindakan yang buruk” adalah yang melanggar peraturan dan
membahayakan. Oleh karena itu anak usia 6-8 tahun kemungkinan
mengintreprestasikan kecelakaan dan ketidak beruntungan sebagai
hukuman atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak.

5. Perkembangan spiritual
Anak-anak usia dini berfikir dalam batasan konkrit tetapi merupakan
pelajaran yang baik. Mereka tertarik dengan konsep surga dan neraka dan
dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan,
anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berperilaku. Oleh
karena itu konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang
konkrit. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual
agama dan jika aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari
anak, hai ini membantu anak dalam melakukan koping dalam menghadapi
situasi sehari-hari.
19

6. Perkembangan sosial
Salah satu agen sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah
kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman
sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Melalui
hubungan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi kombinasi
dan permusuhan berhubungan dengan pemimpin dan kekuasaan serta
menggali ide-ide dari lingkungan fisik. Walaupun kelompok sebaya
berpengaruh dan penting untuk perkembangan anak secara normal, orang
tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,
membuat standar perilaku dan menetapkan sistem nilai.

D. Konsep dampak hospitalisasi


Konsep hospitalisasi menurut Rekawati Susilaningrum (2013).
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis yang utama tampak pada
anak. Anak yang dirawat di rumah sakit mudah mengalami krisis diakibatkan:
1. Anak mengalami perubahan, baik terhadap status kesehatan maupun
lingkungan dari kebiasaan sehari-hari.
2. Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat,
sistem pendukung yang tersedia, serta keterampilan koping dalam
menangani stress.

Adapun dampak hospitalisasi pada anak usia sekolah menurut Wong,


Donna I (2008).
Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan
dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan
kematian. Anak yang menderita penyakit kronis lebih cenderung
mengidentifikasi prosedur intrusif sebagai hal yang menderita penyakit
akut cenderung mengidentifikasinya dengan gejala fisik. Anak perempuan
20

cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat


dibandingkan dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak
berdampak pada frekuensi ketakutan tersebut, karena kemampuan kognitif
mereka sedang berkembang. Anak usia sekolah waspada terhadap
pentingnya berbaga penyakit yang berbeda. Kemungkinan bahaya
pengobatan, konsekuensi seumur hidup akibat cedera permanen atau
kehilangan fungsi tubuh, dan makna kematian. Pencarian informasi
cenderung menjadi salah satu cara koping atau mempertahankan rasa
kendali walau stress dan kondisinya yang tidak pasti.

Anak usia sekolah mulai menunjukkan kekhawatiran terhadap


kemungkinan efek menguntungkan dan merugikan suatu prosedur. Selain
ingin tahu apakah prosedur tersebut akan menyakitkan atau tidak, mereka
juga ingin tahu untuk apa prosedur itu, bagaimana prosedur tersebut dapat
membuat mereka lebih baik, dan cedera atau bahaya yang mungkin terjadi.
Pada usia 9 atau 10 tahun, sebaian besar anak usia sekolah menunjukan
ketakutan yang lebih sedikit atau resistensi yang lebih terbuka terhadap
nyeri dibandingkan anak-anak yang lebih kecil. Secara umum mereka
telah mempelajari metode koping untuk menghadapi rasa tidak nyaman,
seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan
gigi, atau mencoba bertindak berani dengan “meringis”. Jika anak
menunjukan tanda-tanda resisten yang terbuka, seperti menggigit,
menendang, menarik, mencoba melarikan diri, menangis atau tawar-
menawar, mereka akan menyangkal reaksi tersebut, terutama dihadapan
teman-teman sebayanya karena merasa malu.

Anak usia sekolah juga menggunakan kata-kata untuk mengendalikan


reaksi mereka terhadap nyeri. Misalnya, anak memilih berpartisipasi
dalam prosedur, sedangkan yang lainnyamemilih menjauhkan diri dengan
tidak melihat pada apa yang sedang terjadi. Sebagian besar menghargai
penjelasan prosedur yang diberikan dan tampak tidak begitu takut jika
mereka mengetahui apa yang akan terjadi.
21

E. Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, fisikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan yang utama dalam tahap
pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisa
datauntuk merumuskan diagnosa keperawatan. Metode utama yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nomor medrek,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.
2) Biodata orang tua
Nama ayah, ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama yang biasa terjadi pada anak demam typhoid yaitu
terjadinya demam atau peningkatan suhu tubuh terjadi pada hari ke
3 minggu pertama, suhu berangsur angsur naik setiap hari pada
pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari, nafsu
makan menurun, bibir kering dan pecah pecah, ujung lidah kotor
dan tepinya kemerahan, pada minggu kedua anak terus dalam
keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur angsur turun
dan normal kembali.
22

2) Riwayat kesehatan sekarang


a) Riwayat penyakit yang pernah diderita yang berkaitan dengan
penyakit sekarang atau pernah kontak dengan penyakit demam
typhoid sebelumnya.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap
penyakit imunisasi yang diberikan pada usia 0 sampai 14 bulan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga kemungkinan didapati salah satu
anggota keluarga yang pernah menderita demam typhoid yang
dapat menularkan atau sebagai carier melalui feses atau urine dan
makanan yang terkontaminasi oleh tangan penderita sehingga
secara tidak langsung keluarga dapat terinfeksi.
4) Riwayat imunisasi
Kelengkapan anak terhadap penyakit imunisasi diberikan pada usia
0 14 bulan dengan macam macam iminusasi yaitu: hepatitis, BCG,
BPT 1,2,3, polio dan campak.

c. Kebutuhan dasar
1) Kebutuhan nutrisi
Anak penderita dema typhoid biasanya mengalami gangguan pada
nutrisi karena adanya rasa mual, muntah, dan tidak nafsu makan
sehingga menyebabkan menurunnya berat badan.
2) Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eliminasi pada penderita demam typhoid mengalami
gangguan dalam pola eliminasi defekasi. Pada minggu kedua akan
terjadi konstipasi.
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada minggu pertama, penderita
demam typhoid cenderung mengalami susah tidur terutama pada
malam hari berhubungan adanya peningkatan suhu tubuh yang
terjadi pada sore hari dan malam hari.
23

4) Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas penderita dema typhoid akan terganggu
dikarenakan pada anak dengan demam typhoid akut harus
mengalami istirahat total.
5) Kebutuhan hygine
Kebutuhan hygine pada anak dengan demam typhoid umumnya
mengalami kelemahan dan harus istirahat total maka dalam hal ini
kebutuhan personal hygine memerlukan bantuan.

d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Dilihat apakah pada penderita demam typhoid terjadinya muntah,
diare, demam, tidak nafsu makan, lidah yang khas (lidah putih kotor
pada pertengahan lidah dan ujung yang hiperemisis) dan suhu tubuh
yang meningkat.
2) Palpasi
Diraba apakah kulit teraba halus dan lembab, pada bagian abdomen
kembung dan terasa tegang, nyeri perut pada bagian kanan atas.
3) Auskultasi
Frekuensi usus dapat melemah atau meningkat.
4) Perkusi
Kadang ditemukan adanya distensi abdomen.

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leuksitosis atau kadar
leukosit normal. Eukstosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
24

3) Pemeriksaan uji widal


Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri Slmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5) Anti salmonella typhi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam (NIC-NOC, 2015).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis
dan interpretasi dan hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis keperawatan
harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut
penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan
memecahkan masalah klien secara spesifik. Komponen-komponen dalam
pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi), dan data (sign and symptom) (Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan demam
typhoid menurut Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.
25

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya


intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh.
d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan,
sistematis, mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah.
Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan
pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalammerumuskan tujuan klien dan
merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah,
mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien. Intervensi
keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis dan
pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada klien
(Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

Tiga komponen umum yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah
yang diprioritaskan, kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan
kapan ingin mengetahui hasil yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil.

Adapun intervensi yang dilakukan setiap keperawatan pada anak dengan


demam typhoid menurut Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa I: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan:
Mempertahankan suhu dalam batas normal.
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
26

Intervensi:
1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi
2) Observasi suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan
3) Berikan kompres air biasa
4) Beri minum yang cukup
5) Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
6) Pemberian obat antipireksia
7) Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

b. Diagnosa II: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.
Tujuan:
Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Kriteria hasil:
Kebutuhan nutrisi pada klien dapat terpenuhi.
Intervensi:
1) Menilai status nutrisi anak
2) Ijinkan anak untuk memakai makanan yang dapat ditoleransi anak
3) Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera anak
meningkat
4) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
5) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering
6) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan teknik porsi kecil tapi sering
7) Mempertahankan kebersihan mulut anak
8) Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan
9) Kolaborasikan untuk pemberian makanan melalui perentral ika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi
anak
27

c. Diagnosa III: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan:
Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
Mencegah kurangnya volume cairan
Intervensi:
1) Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap
empat jam
2) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cair produksi urine minimal, membran
mukosa kering, bibir pecah-pecah
3) Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan mempertahankan
intake dan output yang adekuat
4) Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan skala
yang sama
5) Monitor kehilangan cairan yang tidak terlihat dengan memberikan
kompres dingin atau dengan terapi sponge
6) Memberikan antibiotik sesuai program

d. Diagnosa IV: Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


penurunan kesadaran.
Tujuan:
Mempertahankan fungsi persepsi sensori
Kriteria hasil:
Klien tidak menunjukan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih
lanjut
Intervensi:
1) Kaji status neurologis
2) Istirahatkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
3) Hindari aktivitas berlebihan
4) Pantau tanda-tanda vital
28

e. Diagnosa V: Kurang pengetahuan diri berhubungan dengan


istirahat total.
Tujuan:
Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat
kembang anak
Intervensi:
1) Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas
perkembangan anak
2) Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak
dapat dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun
3) Membantu memenuhi kebutuhan dasar anak
4) Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak

4. Penatalaksanaan keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan perawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. Perawat melakukan tindakan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan
respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder
2010).

Tujuan dari implementasi adalah:


a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien
29

Adapun prinsi-prinsip implementasi pada tiap-tiap diagnosa sebagai berikut:

a. Mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh


b. Mempertahankan status nutrisi
c. Mempertahankan suatu dehidrasi anak
d. Mempertahankan fungsi persepsi sensori
e. Membantu kebutuhan perawatan diri anak

5. Evaluasi keperawatan
Menurut Asmadi (2008). Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari
evaluasi dilakukan adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien
dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah
mencapai atau belum, mengkaji penyebab bila tujuan asuhan keperawatan
belum tercapai. Evaluasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yaitu subyektif (data berupa keluhan pasien), obyektif (data
hasil pemeriksaan), analisa data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
b. Evaluasi Sumatif (akhir)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan dilakukan, sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai.
30

Masalah sebagian tercapai atau belum tercapai dapat dibuktiakan dari


hasil perilaku klien. Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan yaitu:
1) Tujuan tercapai
Masalah tercapai apabila klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan waktu dan tanggal yang telah ditentukan sesuai dengan
pernyataan tujuan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Masalah tercapai sebagian apabila klien menunjukan perubahan
pada sebagian yang sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
3) Tujuan tidak tecapai
Masalah tidak tercapai apabila klien hanya menunjukan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali yang diharapkan
atau tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun evaluasi pada anak dengan demam typhoid adalah sebagai


berikut:
a) Suhu dalam batas normal
b) Status nutrisi adekuat
c) Defisit cairan dalam batas normal
d) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
e) Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengutarakan kasus tentang asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada An.N dengan gangguan sistem pencernaan:
demam typhoid di ruang anak paviliun Al Farisi Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, penatalaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian keperawatan
1. Data dasar (terlampir)
2. Resume kasus
An.N laki-laki berusia 8 tahun 8 bulan datang dibawa oleh orang tuanya ke
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura pada tanggal
25 April 2018 pukul 11.00 WIB, dengan keluhan demam naik turun sejak 3
hari yang lalu, mual muntah 1 kali sekitar ½ gelas berisi air, tidak nafsu
makan, lemas, pusing. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil:
pemeriksaan laboratorium tanggal 25 April 2018 dengan hasil Hemoglobin
12.0 g/dl, Leukosit 8.60 103/µL, Anti Salmonella IgM (Tubek TF) 6.0
positif. Pukul 17.00 Klien dianjurkan untuk dirawat di Paviliun Al Farisi
untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

Di Paviliun Al Farisi dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan


umum sakit sedang, kesadaran composmentis, nadi: 100 x/menit, suhu:
380C, RR: 22 x/menit, berat badan 23 kg, tinggi badan 120 cm, LILA 18
cm, konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir
kering, cubitan dinding abdomen kembali segera < 3 detik, kapilary refil
kembali < 2 detik, akral teraba hangat. Masalah keperawatan yang muncul
adalah resiko defisit volume cairan. Intervensi yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah: mengobservasi TTV, memonitor status
hidrasi, menganjurkan kepada keluarga agar anak banyak minum,
memonitor kepatenan infus, memberikan terapi oral proris/ibuprofen 1 sdm

32
33

3x sehari, isoprinosin ¾ sdm, vitamin elkana 1 sdm 2x sehari dan terapi


injeksi ceftriaxone 1x1,5gr jam 13, paracetamol drip 250mg 3x sehari

3. Data fokus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 April 2018 jam 20.00 WIB,
didapatkan hasil pengkajian sebagai berikut:
a. Data subyektif
Ibu klien mengatakan
1) “Demam masih naik turun”
2) “Anaknya muntah 1 kali sekitar ½ gelas berisi air”
3) “An.N mengatakan tidak nafsu makan karena mulutnya terasa
pahit”
4) “Anaknya makan habis 4-5 sendok makan”
5) “Anaknya malas minum, minum hanya menghabiskan 3 gelas”
6) “Sebelum sakit berat badan 28 kg”
7) “BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning jernih”
8) “BAB 1 kali/hari, lembek warna kuning kecoklatan”
9) “Anak tidak mudah berinteraksi dengan orang asing karena pemalu”
10) “An.N mengatakan sering jajan sembarangan disekitar rumah, jika
makan tidak cuci tangan dulu”
11) “Tidak mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya”

b. Data obyektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data:
1) Keadaan umum sakit sedang
2) Kesadaran composmentis
3) Nadi: 100 x/menit, suhu: 380C, RR: 22x/menit
4) Berat badan: 23 kg, Tinggi badan 120 cm
5) LILA: 18 cm
6) Rambut: Hitam berkilau, bersih, tidak rontok
7) Mata: Konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak cekung
34

8) Mulut: Mukosa bibir kering, lidah tampak bersih, mukosa mulut


tidak ada stomatitis
9) Abdomen: Cubitan dinding abdomen kembali segera < 2 detik dan
tidak kembung
10) Akral terasa hangat, kapilary refil < 3 detik
11) Klien tampak tidak nafsu makan, terdapat sisa makanan ½ porsi,
diit nasi rendah serat dan TKTP
12) Klien tampak kurus dan tampak lemas
13) Klien tampak malu berinteraksi dengan perawat, saat ditanya klien
hanya menjawab singkat
14) Ibu klien tampak cemas
15) Ibu klien tampak kurang mengetahui tentang penyakit yang diderita
anaknya
16) Status nutrisi
Berat Badan Ideal:
2n+8 = 2 x 8,8 + 8 = 25.6 kg
Status nutrisi:
25.6 - 23 : 25.6 x 100% = 10%
17) Kebutuhan cairan dan kalori
An.N usia 8 tahun 8 bulan, berat badan 23 kg
- 10 x 100 = 1000
- 10 x 50 = 500
- 3 x 50 = 60 +
Jumlah 1560 cc
18) Intake dan output dalam 24 jam
Intake:
Minum 3 x 200 = 600 cc
AM 6 x 23 = 138 cc
Infus 14 x 3 x 24 = 1008 cc +
Jumlah = 1746 cc
35

Output:
BAB 1 x 200 cc = 200 cc
BAK 5 x 50 = 250 cc
IWL (30-8) x 23 = 506 cc
Muntah 100 cc = 100 cc
Kenaikan suhu
(380C-36.80C) x 12% x 1560 cc = 224.6 cc +
Jumlah = 1280.6 cc
Balance cairan: intake – output = 1746 – 1280.6 = + 465.4 cc
19) Data penunjang
Hasil laboratorium tanggal 27 April 2018:
a) Hemoglobin : 11,6 g/dl
b) Leukosit : 2,55 103/µL
c) Tubek TF 6.0 positif
20) Penatalaksanaan
a) Terapi infus : RL 14 tetes per menit
b) Terapi oral
Proris/ibuprofen :1 sdm 3x1 (jam 18, 02, 10)
Isoprinosin : ¾ sdm 3x1 (jam 08, 14, 20)
Vit elkana : 2x1 sdm (jam 06, 18)
c) Terapi injeksi
Ceftriaxone : 1x1,5 gr (jam 13)
Paracetamol drip : 250 mg 3x1 (jam 06, 14, 22)

4. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1 Subjektif Resiko defisit Peningkatan suhu
Ibu An.N mengatakan demam volume cairan tubuh
masih naik turun, anaknya
muntah 1x sekitar ½ gelas berisi
air, anaknya malas minum
hanya menghabiskan 3 gelas,
BAK 4-5 kali sehari warnanya
36

No Data Masalah Etiologi


kuning jernih.

Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, anak
tampak lemas, suhu 380C, nadi
100 x/menit, RR 22 x/menit,
kelopak mata tidak cekung,
konjungtiva ananemis, mukosa
bibir kering, kapilary refil <3
detik, akral hangat, cubitan
dinding abdomen kembali
segera < 2 detik, Tubek TF 6.0,
leukosit 8.60 103/µL

2 Subjektif Resiko perubahan Intake yang tidak


Ibu An.N mengatakan makan nutrisi: kurang dari adekuat
hanya habis 4-5 sendok makan, kebutuhan tubuh
berat badan sebelum sakit 28 kg.
An.N mengatakan tidak nafsu
makan karena mulutnya terasa
pahit.

Objektif
A. A. BB saat sakit 23 kg, TB 120
cm, LILA 15 cm,
Penurunan berat badan 5 kg
status nutrisi 10%
B. BBI 25.6 kg, An.N
tampak Kurus.
C. HB : 12.0 g/dl
D. Rambut hitam berkilau, tidak
rontok, konjungtiva ananemis,
cubitan dinding abdomen
kembali segera < 3 detik.
E. Makanan yang tersisa hanya ¼
porsi, An.N di rumah biasanya
makan habis 1 porsi.

3 Subjektif Takut pada anak Dampak


Ibu An.N mengatakan anak hospitalisasi:
tidak mudah berinteraksi dengan prosedur tindakan
orang asing dan takut pada
orang asing)
Subjektif
Klien tampak pendiam, saat
ditanya klien hanya menjawab
singkat, An.N tampak menolak
setiap perawat melakukan
tindakan
37

No Data Masalah Etiologi


4 Subjektif Resiko penyakit Kurang
Orang tua An.N mengatakan berulang pengetahuan
tidak mengerti tentang penyakit orang tua tentang
yang diderita anaknya, tidak pencegahan
mengerti cara mencegahan penyakit demam
demam typhoid. An.N typhoid
mengatakan Sering jajan
sembarangan disekitar rumah,
jika makan tidak cuci tangan
dulu.

Objektif
Orang tua An.N tampak tidak
menegtahui tentang penyakit
yang diderita anaknya, ibu klien
tampak cemas dengan kondisi
anaknya

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklarifikasi intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa keperawatan
pada An.N dengan demam typhoid sebagai beriku:
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
3. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: (prosedur
tindakan dan takut pada orang asing)
4. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penyakit demam typhoid
38

C. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan setelah diagnosa keperawatan, tahap berikutnya
adalah perencanaan. Perencanaan adalah suatu tindakan profesional perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan meliputi
prioritas masalah yang sedang dihadapi klien dan keluarganya. Dari masalah
keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. DX. 1 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.N selama
3x24 jam diharapkan defisit volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu 36oC-37,5oC, nadi 80-140
x/menit, RR 20 x/menit)
b. Status hidrasi baik (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab,
turgor kulit elastis, akral hangat)
c. Intake dan output seimbang
d. Anak tidak lemas
e. Nilai laboratorium leukosit normal 4.23-9.07%
Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda-tanda vital klien
b. Kaji status hidrasi klien (kelopak mata, mukosa bibir, turgor kulit, akral)
c. Monitor intake dan output selama 24 jam
d. Monitor kepatenan tetesan infus (RL 14 tetes/menit)
e. Libatkan orang tua untuk memberikan kompres air hangat bila suhu
anak masih tinggi
f. Libatkan keluarga agar klien minum banyak kurang lebih 400cc/hari
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oral:
1) Proris/ibuprofen : 3x1 sdm (jam 18, 02, 10)
2) Isoprinosin : 3x¾ sdm (jam 08, 14, 20)
39

Pemberian terapi injeksi:

1) Ceftriaxone : 1x1,5 gr (jam 13)


2) Paracetamol drip : 250 mg 3x1 (jam 06, 14, 22)
h. Pantau hasil laboratorium leukosit

2. DX 2 : Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakankeperawatan kepada An.N selama
3x24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Tidak ada mual dan muntah
c. Konjungtiva ananemis
d. Dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan
e. Nilai laboratorium Hb normal 13.7-17.5 g/dl
Rencana Tindakan :
a. Kaji status nutrisi
b. Catat intake nutrisi klien per shift
c. Timbang berat badan klien (bila memungkinkan)
d. Pantau adanya mual dan muntah
e. Berikan makanan rendah serat dan TKTP sesuai dengan program
f. Berikan terapi oral vitamin elkana 1 sdm 2x1 (jam 06, 18)
g. Anjurkan kepada keluarga untuk mendampingi dan memotivasi anak
saat makan
h. Anjurkan orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering
i. Pantau hasil laboratorium Hb
40

3. DX 3 : Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:


(prosedur tindakan dan takut pada orang asing)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.N selama
3x24 jam diharapkan dampak hospitalisasi pada anak dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Anak mau berkomunikasi dengan perawat
b. Anak kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan
c. Merasa nyaman saat hospitalisasi
Rencana Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya antara anak dengan perawat
b. Lakukan kunjungan singkat tapi sering
c. Panggil nama anak dan beri sentuhan
d. Alihkan perhatian anak saat melakukan prosedur tindakan
e. Anjurkan orang tua untuk selalu dampingi anak saat melakukan
prosedur tindakan
f. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

4. DX 4 : Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan


orang tua tentang pencegahan penyakit demam typhoid
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.N selama
3x24 jam diharapkan orang tua mampu mengetahui pencegahan demam
typhoid.
Kriteria Hasil :
a. Keluarga klien mampu mengetahui tentang penyakit demam typhoid
b. Keluarga klien mampu mengetahui cara pencegahan penyakit demam
typhoid berulang
c. Kecemasan pada orang tua berkurang, ekspresi wajah rileks dan tenang
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat pendidikan klien
b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
c. Berikan edukasi dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit demam
typhoid kepada keluarga dan orang tua
41

d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang


tidak dimengerti
e. Anjurkan orang tua dan keluarga agar membiasakan untuk mencuci
tangan sebelum makan dan setelah BAB

D. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An.N dengan demam
typhoid serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 27 April -29
April 2018.

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

Jumat, 12.00 1 Memberikan obat paracetamol drip 250 TIM


27 April 2018 mg kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat paracetamol drip sudah diberikan
sesuai dosis 250 mg

12.30 1 Memantau TTV TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N demam
masih naik turun
DO:
- Nadi: 102 x/menit
- Suhu: 37,6 C
- RR: 21 x/menit

12.35 2 Memonitor intake dan output TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N
minumhabis 2 gelas
- An.N mengatakan dari pagi belum
BAB dan BAK sudah 2 kali
DO:
- - BAK 400, AM 138, infus 300

12.35 2 Memonitor intake nutrisi TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
habis ½ porsi
DO:
- - Makan tampak tersisa ½ porsi
42

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

13.00 1 Memberikan antibiotik ceftriaxone 1,2 TIM


gr kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat ceftriaxone telah diberikan sesuai
dengan dosis 1,5 gr, tidak ada tanda-
tanda alergi seperti kemerahan dan
gatal-gatal.

14.00 1 Memberikan obat oral isoprinosin ¾ TIM


sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat telah diberikan sesuai dosis ¾
sdm

16.00 1 Mengganti cairan infus RL 14 TIM


tetes/menit
DS: -
DO:
- Cairan RL 14 tetes/ menit sudah
diganti

16.00 1 Memonitor kepatenan tetesan infus RL TIM


14 tetes permenit
DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar 14 tetes/menit,
area pemasangan infus tidak bengkak

17.00 2 Memberikan makanan diit rendah serat TIM


TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
sudah habis ½ porsi
- DO:
- Makan sudah diberikan kepada An.N

17.00 2 Menganjurkan kepada orang tua untuk TIM


memberikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering
DS:
- Ibu klien mengatakan anak mau
makan sedikit-sedikit tapi sering
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan mau
memberikan makanan sedikit-sedikit
tapi sering
43

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

17.30 1 Memantau TTV TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N sudah
mulai demam lagi
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 37,5 C
- RR : 20 x/menit

17.35 2 Memonitor intake dan output TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N minum
habis 1 gelas
- An.N mengatakan dari pagi belum
BAB dan BAK sudah 1 kali
DO:
- Infus 400cc, urine 200, minum 200

17.35 2 Memonitor intake nutrisi TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
habis ½ porsi
DO:
- Makan tampak tersisa ½ porsi

18.00 2 Memberikan obat oral vitamin elkana 1 TIM


sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat oral vitamin elkana sudah
diberikan kepada An.N sesuai dosis

18.00 1 Memberikan obat oral proris/ibuprofen TIM


1 sdm kepada An.N
DS:
- Ibu klien mengatakan obat sudah
diberikan kepada An.N, An.N mulai
sedikit demam
DO:
- Obat proris/ibuprofen sudah diberikan
kepada An.N sesuai dosis

20.00 3 Membina hubungan saling percaya Putri


antara anak dan perawat
DS:
- Ibu klien mengatakan senang jika ada
perawat yang mengunjungi
DO:
- Anak tampak diam saat perawat
datang, ibu klien tampak kooperatif
44

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

20.00 3 Memanggil nama An.N dan beri Putri


sentuhan
DS: -
DO: An.N tampak diam

20.05 1 Memantau TTV Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N masih
demam
DO:
- Nadi : 100 x/menit
- Suhu : 38oC
- RR : 22 x/menit

20.10 1 Mengkaji status hidrasi Putri


DS: -
DO:
- Klopak mata An.N tidak cekung,
mukosa bibir kering, turgor kulit
elastis, akral hangat

20.15 1 Menganjurkan kepada keluarga agar Putri


anak banyak minum ±400 cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan An.N minum
habis ½ gelas kecil
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan munum kepada An.N 100
cc

20.30 1,2 Memantau hasil laboratorium L dan Hb Putri


DS: -
DO:
- Hasil laboratorium L : 2,55 103/µL
- Hasil laboratorium Hb : 11.6 g/dl

21.00 1 Melibatkan orang tua untuk Putri


memberikan kompres air hangat bila
suhu anak masih tinggi
DS:
- Ibu klien mengatakan An.N masih
demam
DO:
- Ibu klien tampak sedang mengompres
air hangat, ibu klien tampak kooperatif

22.00 1 Memberikan obat paracetamol drip Putri


250mg kepada An.N
DS: -
DO:
45

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

- Obat paracetamol sudah diberikan


sesuai dosis 250 mg

22.05 1 Mengganti cairan infus RL 14 tpm Putri


DS: -
DO:
- Obat paracetamol drip sudah diganti
dengan cairan RL 14 tetes permenit

23.00 1 Mengobservasi TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah
mendingan tidak seperti tadi
DO:
- Nadi : 98 x/menit
- Suhu : 37,5oC
- RR : 20 x/menit

23.05 1 Mengganti cairan infus RL 14 tpm Putri


DS: -
DO:
- Cairan infus RL 14 tetes permenit
sudah diganti

23.05 1 Memonitor kepatenan infus Putri


DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar, area pemasangan
infus tidak bengkak

Sabtu, 02.00 1 Memberikan obat oral proris/ibuprofen Putri


28 April 2018 kepada An.N
DS:
- Ibu mengatakan obat sudah diberikan
1 sendok makan
DO:
- Obat telah diberikan sesuai dosis

05.00 1 Mengobservasi TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah tidak
demam lagi
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 37 C
- RR : 21 x/menit

05.05 1 Mengkaji status hidrasi Putri


DS:
DO:
- Kelopak mata tidak cekung, mukosa
46

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

bibir masih kering, integritas kulit


elastis

05.30 2 Memberikan makanan diit rendah serat Putri


TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada anaknya,
makan habis ½ porsi
DO:
- Makanan tampak sudah diberikan,
An.N tampak malas makan

05.40 2 Menganjurkan kepada keluarga untuk Putri


mendampingi dan memotivasi anak saat
makan
DS:
- Ibu mengatakan sudah mencoba
memberikan makan kepada anaknya
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan makan kepada anaknya

05.45 2 Mengkaji adanya mual dan muntah Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan anak tidak mual
dan muntah lagi
DO:
- An.N tampak tidak mual

06.00 2 Memberikan obat oral vitamin elkana Putri


DS: -
DO:
- Obat telah diberikan, An.N tampak
tidak menolak

06.00 1 Memberikan obat injeksi paracetamol Putri


drip 250 mg kepada An.N
DS:
- Ibu mengatakan demam masih naik
turun
- DO:
- Obat paracetamol drip 250 mg sudah
diberikan, tetesan infus lancar

06.05 1 Mengganti cairan infus RL 14 tetes Putri


permenit
DS: -
D0:
- Obat paracetamol drip sudah diganti
dengan cairan RL 14 tetes permenit
47

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

06.05 1 Memonitor kepatenan tetesan infus Putri


DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar, area pemasangan
infus tidak bengkak

06.10 1 Memonitor intake dan output Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N
menghabiskan minum 1 gelas
- An.N mengatakan BAB 1x, BAK 3
kali
DO:
- infus: 300 cc, IWL 506, AM: 46

06.15 2 Memonitor intake nutrisi Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
hanya menghabiskan 5 sdm
DO:
- Makan tampak sisa ½ porsi

07.30 3 Melakukan kunjungan singkat tapi Putri


sering
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak masalah
jika dikunjungi oleh perawat
DO:
- An.N masih tampak malu jika
kedatangan perawat, jika ditanya An.N
hanya menjawab singkat dan tampak
menolak berkenalan

07.30 3 Memanggil nama An.N dan Putri


memberikan sentuhan
DS: -
DO:
- An.N tampak diam

07.30 1 Memonitor TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah tidak
demam lagi
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36.8 C
- RR : 20 x/menit
07.35 Putri
1 Mengkaji status hidrasi
DS: -
DO:
48

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

- Kelopak mata An.N tidak cekung,


mukosa bibir masih tampak kering,
turgor kulit elastis, akral hangat

08.00 2 Memberikan obat oral isoprinosin ¾ Putri


sdm
DS:
- Ibu mengatakan obat sudah diberikan
DO:
- Obat oral isoprinosin sudah diberikan,
An.N tampak tidak menolak minum
obat

08.05 3 Mengganti cairan infus RL 14 tetes Putri


permenit
DS: -
DO:
- Cairan RL 14 tetes permenit sudah
terpasang, tetesan lancar

08.05 3 Menganjurkan orang tua untuk selalu Putri


mendampingi anak saat melakukan
prosedur tindakan
DS:
- Ibu mengatakan selalu mendampingi
anaknya
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
kooperatif

09.00 3 Melibatkan orang tua dalam perawatan Putri


anak selama di rumah sakit
DS:
- Ibu mengatakan paham apa yang
dianjurkan perawat
DO:
- Ibu An.N tampak paham, dan tampak
serta didalam tindakan
-
09.30 4 Mengkaji tingkat pendidikan orang tua Putri
klien
DS:
- Ibu klien mengatakan, ibunya
berpendidikan SMA, ayahnya
berpendidikan STM
DO: -

09.35 4 Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga Putri


tentang penyakit demam typhoid
DS:
- Ibu klien mengatakan kurang
49

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

mengetahui tentang penyakit demam


typhoid
DO:
- Ibu An.N tampak belum mengetahui

10.00 1 Memberikan obat oral proris/ibuprofen TIM


1 sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat proris/ibuprofen sudah diberikan
sesuai dosis
-
11.30 2 Memberikan makanan diit rendah serat TIM
TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan makan kepada anaknya
DO:
- Makan sudah diberikan kepada An.N

11.30 2 Memantau adanya mual dan muntah TIM


DS:
- - Ibu klien mengatakan An.N tidak mual
dan muntah lagi
DO:
- An.N tampak tidak mual

12.00 2 Menganjurkan kepada orang tua untuk TIM


memberikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering
DS:
- Ibu klien mengatakan anak mau
makan sedikit-sedikit tapi sering
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan mau
memberikan makanan sedikit-sedikit
tapi sering

12.30 1 Memantau TTV TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N sudah
tidak demam lagi
DO:
- - Nadi : 90 x/menit
- - Suhu : 36.5 C
- - RR : 20 x/menit

12.35 1 Memonitor intake dan output TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N minum
habis 2 gelas
50

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

- An.N mengatakan dari pagi belum


BAB dan BAK sudah 2 kali
DO:
- Infus 300cc, urine 400

12.40 2 Memonitor intake nutrisi TIM


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
habis ½ porsi
DO:
- Makan tampak tersisa ½ porsi

13.00 1 Menganjurkan keluarga klien agar An.N TIM


banyak minum ± 400 cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memberikan An.N minum ½ gelas
kecil
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan minum kepada An.N

13.00 1 Memberikan antibiotik ceftriaxone 1,2 TIM


gr drip
DS: -
DO:
- Obat ceftriaxone telah diberikan sesuai
dengan dosis 1,5 gr, tidak ada tanda-
tanda alergi seperti kemerahan dan
gatal-gatal.

14.15 1 Memberikan obat oral isoprinosin ¾ TIM


sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat telah diberikan sesuai dosis ¾
sdm

16.00 1 Mengganti cairan infus RL 14 TIM


tetes/menit
DS: -
DO:
- Cairan RL 14 tetes/ menit sudah
diganti

16.00 1 Memonitor kepatenan tetesan infus RL TIM


14 tetes permenit
DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar 14 tetes/menit,
area pemasangan infus tidak bengkak
51

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

17.00 2 Memberikan makanan diit rendah serat TIM


TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
sudah habis ½ porsi
- DO:
- Makan sudah diberikan kepada An.N

17.30 2 Menganjurkan kepada orang tua untuk TIM


memberikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering
DS:
- Ibu klien mengatakan anak mau
makan sedikit-sedikit tapi sering
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan mau
memberikan makanan sedikit-sedikit
tapi sering

18.00 2 Memberikan obat oral vitamin elkana 1 TIM


sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat oral vitamin elkana sudah
diberikan kepada An.N sesuai dosis

18.00 1 Memberikan obat oral proris/ibuprofen TIM


1 sdm kepada An.N
DS:
- Ibu klien mengatakan obat sudah
diberikan kepada An.N, An.N mulai
sedikit demam
DO:
- Obat proris/ibuprofen sudah diberikan
kepada An.N sesuai dosis

19.00 3 Melakukan kunjungan singkat tapi Putri


sering
DS:
- Ibu klien mengatakan senang dengan
kedatangan perawat, An.N
mengatakan tidak takut lagi jika
perawat datang
DO:
- An.N masih tampak malu dengan
kedatangan perawat, An.N tampak
kooperatif dan tampak tidak takut jika
perawat datang
52

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

19.00 3 Memanggil nama An.N dan beri Putri


sentuhan
DS: -
DO:
- An.N tampak senyum dan malu
melihat perawat datang

19.05 1 Memantau TTV Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N masih
demam
DO:
- Nadi : 100 x/menit
- Suhu : 37,6oC
- RR : 21 x/menit

19.10 1 Mengkaji adanya status hidrasi Putri


DS: -
DO:
- Klopak mata An.N tidak cekung,
mukosa bibir kering, turgor kulit
elastis, akral hangat

20.00 1 Menganjurkan kepada keluarga agar Putri


anak banyak minum ± 400 cc/hari
DS:
- Ibu klien mengatakan An.N minum
habis 1 gelas kecil
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan munim kepada An.N 200
cc

20.05 1 Memberikan obat oral isoprinosin ¾ Putri


sdm kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat telah diberikan sesuai dosis

20.30 4 Memberikan edukasi kepada klien dan Putri


keluarga tentang penyakit demam
typhoid
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah cukup
mengerti tentang penyakit yang
diderita anaknya. An.N mengatakan
tidak mau lagi jajan sembarangan
DO:
- Ibu klien tampak mendengarkan
dengan baik, dan cukup antusias,
An.N tampak mengerti apa yang sudah
53

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

dijelaskan

20.50 4 Memberikan kesempatan kepada Putri


keluarga untuk bertanya tentang hal
yang tidak dimengerti
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak ada
pertanyaan
DO:
- Ibu klien tampak tidak bertanya

21.00 4 Menganjurkan keluarga klien untuk Putri


mengingatkan anaknya cuci tangan
sebelum kontak dengan makanan
DS:
- Ibu klien mengatakan akan
membiasakan anaknya untuk cuci
tangan sebelum atau sesudah makan
DO:
- Ibu klien tampak paham dan mengerti

21.30 1,2 Memantau hasil laboratorium L dan Hb Putri


DS: -
DO:
- Hasil laboratorium L 6.07 10˄3/µL
- Hasil laboratorium Hb 11.9 g/dl

22.00 1 Memberikan obat paracetamol drip Putri


250mg kepada An.N
DS: -
DO:
- Obat paracetamol sudah diberikan
sesuai dengan dosis 250mg

22.10 1 Mengobservasi TTV Putri


DS:
- Ibu An.N mengatakan demam masih
naik turun
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 37 C
- RR : 21 x/menit

22.15 1 Mengganti cairan infus RL 14 tpm Putri


DS: -
DO:
- Obat paracetamol drip sudah diganti
dengan cairan RL 14 tetes permenit

23.00 1 Mengobservasi TTV Putri


DS:
54

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

- Ibu mengatakan An.N sudah tidak


demam
- DO:
- Nadi : 95 x/menit
- Suhu : 36.4oC
- RR : 20 x/menit

Minggu, 00.10 1 Mengganti cairan infus RL 14 tpm Putri


29 April 2018 DS: -
DO:
- Cairan infus RL 14 tetes permenit
sudah diganti

00.10 1 Memonitor kepatenan infus Putri


DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar, area pemasangan
infus tidak bengkak, tidak ada udara di
selang infus.

02.00 1 Memberikan obat oral proris/ibuprofen Putri


DS:
- Ibu mengatakan obat sudah diberikan
1 sendok makan
DO:
- Obat telah diberikan, An.N tidak
menolak ketika diberikan obat

05.00 1 Mengobservasi TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah tidak
demam lagi
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36.6 C
- RR : 20 x/menit

05.05 1 Mengkaji status hidrasi Putri


DS: -
DO:
- Kelopak mata tidak cekung, mukosa
bibir masih kering, integritas kulit
elastis

05.30 2 Memberikan makanan diit rendah serat Putri


TKTP
DS:
- Ibu klien mengatakan sudah
memebrikan makan kepada anaknya,
makan habis ½ porsi
DO:
55

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

- Makanan sudah diberikan, An.N


tampak malas makan

05.30 2 Anjurkan kepada keluarga untuk Putri


mendampingi dan memotivasi anak saat
makan
DS:
- Ibu mengatakan selalu mendampingi
An.N saat makan
- DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
memberikan makan kepada anaknya

05.30 2 Mengkaji adanya mual dan muntah Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan anak tidak mual
dan muntah lagi
DO:
- An.N tampak tidak mual

06.00 2 Memberikan obat oral vitamin elkana 1 Putri


sdm kepada An.N
DS:
- Ibu An.N mengatakan setelah minum
vitamin ini An.N nafsu makan
bertambah
DO:
- Obat telah diberikan, An.N tampak
tidak menolak

06.05 1 Memonitor kepatenan tetesan infus Putri


DS: -
DO:
- Tetesan infus lancar, area pemasangan
infus tidak bengkak, tidak adanya
udara maupun darah di infus set

06.30 1 Memonitor intake dan output Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N
menghabiskan dari semalem minum
habis 3 gelas kecil
- An.N mengatakan BAB 1 kali, BAK 3
kali
DO:
- Minum 400cc, infus 300cc, bak 600cc

06.35 2 Memonitor intake nutrisi Putri


DS:
- Ibu klienmengatakan An.N makan
habis ½ porsi
56

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

07.30 3 Melakukan kunjungan singkat tapi Putri


sering
DS:
- Ibu klien mengatakan tidak masalah
jika dikunjungi oleh perawat
DO:
- An.N masih tampak malu jika
kedatangan perawat, jika ditanya An.N
hanya menjawab singkat

07.30 3 Memanggil nama An.N dan Putri


memberikan sentuhan
DS: -
DO:
- An.N tampak tersenyum ketika
perawat datang

07.30 1 Memonitor TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah tidak
demam lagi
DO:
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36.4 C
- RR : 20 x/menit

08.00 1 Mengkaji status hidrasi Putri


DS: -
DO:
- Kelopak mata An.N tidak cekung,
mukosa bibit masih tampak sedikit
kering, turgor kulit elastis, akral
hangat

08.05 1 Memberikan obat oral isoprinosin ¾ Putri


sdm
DS:
- Ibu mengatakan obat sudah diberikan
DO:
- Obat oral isoprinosin sudah diberikan,
An.N tampak tidak menolak minum
obat

09.00 1 Mengganti cairan infus RL 14 tetes Putri


permenit
DS: -
DO:
- Cairan RL 14 tetes permenit sudah
57

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

terpasang, tetesan lancar

09.00 3 Menganjurkan orang tua untuk selalu Putri


mendampingi anak saat melakukan
prosedur tindakan
DS:
- Ibu mengatakan selalu mendampingi
anaknya
DO:
- Ibu klien tampak mengerti dan
kooperatif

09.10 3 Melibatkan orang tua dalam perawatan Putri


anak selama di rumah sakit
DS:
- Ibu mengatakan akan merawat An.N
sebaik mungkin dan mengikuti
prosedur di rumah sakit
DO:
- Ibu An.N tampak mengerti dengan
prosedur di rumah sakit dan tampak
kooperatif

10.00 2 Menimbang BB An.N Putri


DS:
- Ibu mengatakan BB An.N selama sakit
23 kg
DO:
- BB : 24 kg
- TB : 120 cm
- LILA : 18 cm

10.30 1 Mengkaji status hidrasi Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan bibirnya sudah
tidak kering lagi karena An.N
sekarang minumnya banyak
DO:
- Kelopak mata An.N tidak cekung,
mukosa bibir tampak lembab, turgor
kulit elastis, akral hangat

11.40 2 Memonitor intake dan output cairan Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N minum
habis 2 gelas kecil, pagi ini belum
BAB, BAK sudah 1 kali
DO:
- Infus 200 cc, BAK 200 cc, minum 400
cc
58

Hari/tanggal Jam No Dx Tindakan dan respon Paraf

11.50 1 Memonitor intake nutrisi Putri


DS:
- Ibu klien mengatakan An.N makan
habis ½ porsi, nafsu makan bertambah
DO:
- Makan tampak habis ½ porsi

12.00 1 Memonitor TTV Putri


DS:
- Ibu mengatakan An.N sudah tidak
demam lagi
DO:
- Nadi : 95 x/menit
- Suhu : 36.4 C
- RR : 20 x/menit

E. Evaluasi keperawatan

No.DX Hati/tanggal Jam Perkembangan Paraf

1 Sabtu, 07.00 S: ibu klien mengatakan An.N minum Putri


28 April 2018 Sudah 4 gelas dalam sehari, BAB sudah
1x sehari, BAK sudah 7 kali perhari
O: keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, mukosa bibir sedikit
kering, kelopak mata tidak cekung,
cubitan dinding abdomen kembali segera
< 3 detik, kapilary refil < 2 detik
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 37 C
- RR : 21 x/menit
- L : 6.07 103/µL
- Intake: minum = 800 cc
Infus = 900 cc

AM = 138 cc +
1838 cc
- Output:
BAK (7x50) = 350 cc
BAB (1x200) = 200 cc
IWL = 506 cc +
1056 cc
Intake – output = 0
1838 – 1056 = ± 782 cc/hari
59

A: Masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
a) Monitor TTV
b) Kaji status hidrasi klien (kelopak
mata, mukosa bibir, turgor kulit,
akral)
c) Lanjutkan monitor intake dan output
d) Monitor kepatenan tetesan infus (RL
14 tetes/menit)
e) Lanjutkan pemberian terapi injeksi
ceftriaxone 1,5gr, paracetamol drip
25mg, Proris/ibuprofen:1 sdm 3x1
Isoprinosin : ¾ sdm 3x1
f) Pantau hasil laboratorium L

2 Sabtu, 07.00 S: Ibu klien mengatakan An.N Putri


28 April 2018 menghabiskan makanan hanya 1½ porsi,
An.N susah menghabiskan makanannya
karena malas untuk makan, An.N sudah
tidak mual dan muntah, BB sebelum sakit
28 kg
O:
A: BB 23 kg, TB 120 cm, LILA 18 cm
B: Hb: 11,9 g/dl
C: Rambut hitam berkilau, rambut tidak
mudah dicabut, konjungtiva ananemis
D: Makanan yang dihabiskan ½ porsi.
An.N biaanya dirumah makan
menghabiskan 1 porsi, makan 3 kali
dalam sehari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Pantau intake nutrisi klien per shift
b) Pantau adanya mual dan muntah
c) Timbang berat badan klien
d) Berikan makanan rendah serat dan
TKTP sesuai dengan program
e) Lanjutkan pemberian terapi oral
Vit elkana: 1 sdm 2x1
f) Tetap menjurkan kepada keluarga
untuk mendampingi dan memotivasi
anak saat makan
g) Anjurkan orang tua untuk
memberikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering
h) Pantau hasil laboratorium Hb

3 Sabtu, 07.00 S: Ibu klien mengatakan senang jika ada Paraf


28 April 2018 perawat yang mengunjungi, An.N
memang sulit berinteraksi dengan orang
asing, anak cenderung pendiam
60

O: Ibu klien tampak kooperatif, saat


dilakukan tindakan anak venderung diam
dan tidak merasa takut, An.N kurang
kooperatif
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a) Bina hubungan trust
b) Lakukan kunjungan singkat tapi
sering
c) Panggil nama anak dan beri sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orang tua untuk selalu
dampingi anak saat melakukan
prosedur tindakan
f) Libatkan orang tua dalam perawatan
anak selama di rumah sakit
Sabtu,
4 28 April 2018 10.00 S: Ibu klien mengatakan kurang mengerti Putri
tentang penyakit yang sedang diderita
anaknya, An.N sebelumnya tidak pernah
sakit seperti ini, An.N mengatakan suka
jajan sembarangan, tidak mencuci tangan
ketika akan makan
O: Ibu klien tampak kurang mengerti
tentang penyakit yang diderita anaknya
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a) Kaji tingkat pendidikan klien
b) Kaji tingkat pengetahuan keluarga
c) Berikan edukasi dan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit demam
typhoid kepada keluarga dan orang tua
d) Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang hal yang tidak
dimengerti
e) Anjurkan orang tua dan keluarga agar
membiasakan untuk mencuci tangan
sebelum kontak dengan makanan anak
setelah BAB

S: Ibu klien mengatakan sudah cukup


4 Minggu, 13.00 Putri
mengerti dan memahami tentang penyakit
29 April 2018 demam typhoid, dan akan membiasakan
anaknya untuk mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah BAB, An.N
mengatakan tidak akan jajan
sembarangan lagi
O: orang tua tampak sudah mengerti dan
memahami tentang penyakit demam
typhoid, orang tua tampak sudah tidak
cemas lagi dengan kondisi An.N, An.N
61

tampak tampak sudah paham dan


mengerti
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
3 Minggu, 13.00 S: Ibu klien mengatakan anak sudah Putri
29 Aril 2018 terbiasa dengan kedatangan perawat
O: klien tampak tidak takut saat perawat
datang, klien tampak kooperatif dengan
kedatangan perawat, saat dilakukan
tindakan klien cenderung memperhatikan
ketika perawat akan melakukan tindakan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

1 Minggu, 12.00 S: Ibu klien mengatakan An.N minum 3 Putri


29 April 2018 gelas dalam 24 jam, BAB 1 kali, BAK
sudah 5 kali
O: keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, mukosa bibir lembab,
kelopak mata tidak cekung, cubitan
dinding abdomen kembali segera < 2
detik, kapilary refil < 2 detik
- Nadi : 95 x/menit
- Suhu : 36.4 C
- RR : 20 x/menit
- 6.07 103/µL
- Intake: minum = 600 cc
Infus = 800 cc
AM = 138 cc +
1538 cc
- Output:
BAK (5x50) = 250 cc
BAB (1x200) = 200 cc
IWL = 506 cc +
956 cc
Intake – output = 0
1538 – 956 = ± 582 cc/hari

A: masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
a) Monitor TTV
b) Monitor intake dan output
c) Lanjutkan pemberian terapi
injeksi: ceftriaxone 1,5gr,
Proris/ibuprofen:1 sdm 3x1 (jika
anak demam)
d) Lanjutkan untuk mengganti
cairan infus RL 14 permenit
e) Monitor kepatenan infus
62

2 Minggu, 12.00 S: Ibu klien mengatakan An.N Putri


29 April 2018 menghabiskan makan hanya ½ porsi,
An.N sudah tidak mual dan muntah lagi,
ibu klien mengatakan BB sebelum sakit
28 kg
O:
A: BB 24 kg, TB 120 cm, LILA 18 cm
B: Hb: 13.7 g/dl
C: Rambut hitam berkilau, rambut tidak
mudah dicabut, konjungtiva ananemis
D: Makanan yang dihabiskan ½ porsi.
An.N biaanya dirumah makan
menghabiskan 1 porsi, makan 3 kali
dalam sehari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Catat intake dan output klien
b) Timbang BB klien
c) Lanjutkan pemberian terapi oral
Vit elkana: 1 sdm 2x1 (jam
06,18)
d) Anjurkan keluarga untuk
memberikan An.N makan sedikit
tapi sering
e) Monitor laboratorium Hb
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teoritis (BAB II) dengan tinjauan kasus (BAB III) pada asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An.N dengan gangguan
sistem pencernaan: demam typhoid yang dirawat di Paviliun Al Farisi Rumah
Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara. Penulis akan membahas secara
menyeluruh mengenai masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan
An.N dengan demam typhoid yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, penatalaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

A. Pengkajian keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis tidak menemukan banyak masalah atau
kesulitan karena tersediannya format pengkajian, catatan keperawatan di
ruangan, catatan medis, serta keluarga klien yang kooperatif terhadap tindakan
keperawatan. Namun penulis memiliki hambatan dalam mengkaji karena
An.N malu ketika ditanya oleh perawat. Sehingga untuk mendapatkan data
yang diperlukan penulis melakukan pendekatan dengan cara bertahap dan
melibatkan orang tua dalam melakukan pengkajian. Pada saat pengkajian
penulis melakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi bio, psiko,
sosio dan spiritual sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa keperawatan
dan dalam rencana asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang dihadapi
pada An.N dan keluarga.

Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan beberapa kesenjangan atau


ketidaksesuaian antara teori dengan kasus An.N. Perbedaan yang didapatkan
antara lain: pada landasan teoritis didapatkan manifestasi klinis berupa,
demam yang naik turun, tidak nafsu makan, mual, muntah, perut kembung,
lidah kotor.

63
64

Sedangkan pada kasus tidak didapatkan manifestasi tersebut, manifestasi yang


terjadi pada An.N diantaranya: demam yang naik turun, tidak nafsu makan,
mual dan muntah. Hal ini dikarenakan pada An.N masih dalam rentang terjadi
penyebaran infeksi pada minggu I.

Pada etiologi yang terdapat ditinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada,
penyebab yang terjadi pada An.N adalah infeksi bakteri salmonella typhi yang
sudah didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang Tubek TF pada An.N.
Hasil pemeriksaan Tubek TF pada An.N positif 6.0. Bakteri didapat melalui
kebiasaan orang tua yang mengabaikan perilaku hidup bersih dan sehat. Pada
saat pengkajian didapat data sebagai berikut: orang tua mengatakan tidak
begitu mengawasi anaknya karena orang tua sibuk bekerja, anak lebih suka
bermain bersama teman-temannya. An.N mengatakan suka jajan sembarangan
didekat rumah dan di sekolah, dan kebiasaan saat memakan makanan tidak
cuci tangan terlebih dahulu. Hal tersebut, kemungkinan merupakan beberapa
penyebab terjadinya demam typhoid.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap, SGOT


dan SGPT, Uji Widal, Kultur, dan Anti Salmonella Typhi IgM (Tubek TF).
Namun selama perawatan An.N yang dilakukan selama 3 hari hanya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan Tubek TF, hal ini dikarenakan pada
pemeriksaan Uji Widal kurang memberikan hasil yang bermakna untuk
mendeteksi penyakit demam typhoid, terkecuali klien tersebut sudah pernah
menderita demam typhoid pemeriksaan Uji Widal mungkin perlu dilakukan,
pemeriksaan Anti Salmonella Typhi IgM dengan reagen Tubek TF dilakukan
untuk mendeteksi infeksi akut lebih dini, karena antibody IgM muncul paling
awal setelah 3-4 hari, pemeriksaan Tubek TF itu sendiri memiliki tingkat
sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik dari pada Uji Widal, hal ini sudah
dianggap cukup untuk dapat menegakkan diagnosa pasti pada An.N.
65

Faktor pendukung selama proses pengkajian adalah tersedianya alat


pemeriksaan fisik memadai, status klien yang cukup lengkap, sehingga
memudahkan penulis dalam melakukan pengumpulan data. Selain itu,
terjadinya kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan keluarga, tim
perawat ruangan dan tim kesehatan lain. Faktor pendukung lain yang
ditemukan adalah tersedianya format pengkajian yang lengkap dan sistematis,
sehingga data yang terkumpul mudah dikelompokkan dan dianalisa. Pada
tahap ini tidak ditemukan faktor penghambat yang berarti.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori, adalah:
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh. Diagnosa ini ditemukan pada tinjauan teoritis namun pada tinjauan
kasus hal ini masih beresiko, hal ini terjadi karena terjadinya proses infeksi
pada An.N sehingga didapatkan data bahwa An.N BAB 1 kali dalam
sehari, BAK 4-5 kali dalam sehari, minum menghabiskan 3 gelas dalam
sehari. An.N tampak lemas, suhu 38oC, mukosa bibir kering, kebutuhan
cairan 1560 ml/hari, kapilary refil < 3 detik, akral hangat, balance cairan
+465.4 cc/hari, Leukosit 2,55 103/µL, Tubek TF 6.0.
2. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Diagnosa ini ditemukan pada tinjauan
teoritis namun pada tinjauan teoritis diagnosa perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh sudah menjadi diagnosa yang aktual sedangkan pada
kasus diagnosa tersebut masih bersifat resiko. Kuman salmonella yang
masuk kedalam tubuh manusia akan menyerang bagian usus halus, dimana
hal tersebut akan mengakibatkan gangguan absorbsi makanan, tidak nafsu
makan, mual dan muntah pada An.N. An.N makan hanya menghabiskan 4-
5 sendok makan, BB sebelum sakit 28 kg, BB saat sakit 23 kg, HB 12.0
g/dl. BB An.N mengalami penurunan 5 kg (Berat Badan Ideal 25.6 kg dan
terjadi penurunan 10%) dari data tersebut anak belum mengalami
penurunan 20%.
66

Diagnosa keperawatan dikasus namun tidak ada pada tinjauan teoritis, adalah:
a. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: prosedur
tindakan dan takut pada orang asing, diagnosa ini ada pada kasus karena
didukung dengan data, klien tampak kurang kooperatif pada saat perawat
datang, klien tampak pendiam, jika ditanya hanya menjawab singkat.
b. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua tentang pencegahan penyakit demam typhoid. Diagnosa ini ditemukan
pada kasus karena pada tinjauan teoritis dipaparkan bakteri salmonella
typhosa yang masuk kedalam saluran pencernaan yang diserap oleh asam
lambung dan ada beberapa yang masuk ke organ lain seperti usus halus,
limpa, hati, kelenjar getah bening, hal ini merupakan faktor pendukung
bahwa penderita demam typhoid meski dikatakan sembuh, bukan tidak
mungkin penderita demam typhoid akan mengalami penyakit berulang
demam typhoid, hal ini dikarenakan bakteri salmonella yang masuk
didalam tubuh bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
didalam tubuh penderita demam typhoid, hal ini dianggap sudah cukup
untuk menegakkan diagnosa tersebut ditambah didapatkan data An.N
hanya mengalami demam typhoid 1 kali, keluarga mengatakan An.N
belum pernah mengalami demam typhoid sebelumnya, keluarga juga
mempunyai riwayat demam typhoid sebelumnya, keluarga kurang
mengetahui tentang penyakit demam typhoid.

Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada tinjauan kasus namun ada pada
tinjauan teori, adalah:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Diagnosa ini tidak muncul


karena hipertermi sudah tidak dijadikan diagnosa karena hipertermi
merupakan manifestasi klinis dari demam typhoid namun data-data yang
menunjang pada hipertermi dimasukan didalam diagnosa devisit atau
resiko volume cairan.
67

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.


Diagnosa ini tidak muncul karena tidak didapatkan data yang menunjang
seperti adanya kesadaran apatis atau somnolen, sedangkan pada laporan
kasus pada pasien tidak ditemukan, sementara berdasarkan teori bahwa
penurunan terjadi pada minggu kedua akhir.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total. Diagnosa
ini tidak muncul karena klien masih mampu melakukan aktifitas, bergerak
dan menunjukan peningkatan kekuatan otot.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan diagnosa adalah


terdapat data-data yang relevan yang memudahkan penulis dalam merumuskan
diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang
terdapat dilandasan teoritis dimana perencanaan dibagi menjadi 3 tahap yaitu
menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan kriteria hasil
dan merencanakan tindakan keperawatan. Dalam pembuatan rencana penulis
bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan sehingga ada
kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien. Hal ini menjadi
prioritas karena data-data yang menunjang baik dari pemeriksaan fisik,
balance cairan, dan pemeriksaan laboratorium, karena pemeriksaan tersebut
merupakan masalah yang terjadi saat ini.

Penyusunan tujuan dan kriteria hasil dibuat sesuai dengan tinjauan teoritis
yang mencakup variebel SMART yaitu tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan landasan teori dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan ada batas
waktu yang jelas untuk tiap diagnosa masalah yang muncul. Tujuan yang
ditetapkan pada masing-masing diagnosa disesuaikan berdasarkan kondisi
klien, berat masalahnya dari hasil manifestasi klinis dan diagnostik. Sehingga
waktu yang ditetapkan untuk masing-masing diagnosa berbeda-beda. Dalam
68

hal ini jika tujuan belum teratasi dalam batas waktu yang ditentukan maka
rencana tindakan yang dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan
tempat klien dirawat. Dalam penyusunan rencana tindakan, penulis tidak
mendapatkan kesulitan, karena keluarga klien dan perawat ruangan yang
kooperatif dan mau diajak bekerja sama serta tersedianya alat yang cukup
memadai untuk melakukan tindakan keperawatan.

D. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An.N pada dasarnya telah dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan memperhatikan
kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan. Dalam hal pelaksanaannya penulis
berkolaborasi dengan perawat yang ada di ruangan untuk mengatasi masalah
keperawatan.

Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan


pelaksanaannya sesuai rencana tindakan yang telah dibuat oleh penulis. Untuk
diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi: prosedur
tindakan dan takut pada orang asing, penulis hanya melakukan pendekatan
secara bertahap pada klien dan perawat sendiripun tampak belum
memperhatikan hal tersebut, dan untuk diagnosa resiko penyakit berulang
berhubungan dengan kurang pengertahuan orang tua terhadap pencegahan
penyakit demam typhoid penulis hanya melakukan pendidikan kesehatan
kepada orang tua dan klien bagaimana cara pencegahan penyakit demam
typhoid, mengajarkan agarAn.N tidak jajan sembarangan, perawat ruangan
tampak kurang memberikan pemahaman tentang penyakit pada keluarga klien.

Penulis merasa ada sedikit hambatan dalam informasi respon subjektif


maupun objektif karena dalam pendokumentasian di ruangan umumnya
perawat hanya menuliskan kegiatan harian yang sudah pasti ditanyakan oleh
dokter ataupun data yang diperlukan untuk laporan pada setiap pertukaran
shift. Seperti, TTV, kolaborasi dalam pemberian terapi, intake-output cairan
69

maupun nutrisi dan hanya berorientasi pada diagnosa keperawatan atau


masalah keperawatan pada awal klien masuk. Selama penulis melakukan
asuhan keperawatan klien tampak tenang karena klien sudah berusia 8 tahun
yang dimana sudah mulai mengerti tentang perawatan di rumah sakit.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan
teknik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau masalah tidak terjadi.
1. Diagnosa resiko defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh masalah teratasi dikarenakan An.N intake dan
output An.N sudah balance, mukosa bibir lembab, kelopak mata tidak
cekung, cubitan dinding abdomen kembali segera < 2 detik, kapilary refil
< 2 detik, turgor kulit elastis, BAB 1 kali sehari.
2. Diagnosa resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat masalah teratasi sebagian
dikarenakan An.N makan habis ½ porsi, konjungtiva ananemis dan
keluarga memberikan makanan pada An.N dalam porsi sedikit tapi sering
juga dalam keadaan hangat.
3. Diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi:
prosedur tindakan dan takut pada orang asing dapat teratasi dikarenakan
An.N sudah dapat kooperatif dengan kedatangan perawat, ketika dilakukan
tindakan An.N cenderung tidak takut dan memperhatikan tindakkan.
4. Diagnosa resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyakit demam typhoid dapat
teratasi dikarenakan orang tua sudah memahami tentang pencegahan
penyakit demam typhoid.
70

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang


kooperatif. Adapun kendala yang didapatkan oleh penulis adalah perawat
ruangan tidak mencatat catatan keperawatan secara rinci untuk setiap diagnosa
keperawatan, mungkin karena perawat di ruangan banyak keterbatasan dan
kegiatan lainnya yang harus dikerjakan, namun catatan keperawatan sangat
penting sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat serta penting untuk
mengetahui kondisi dan perkembangan klien sehingga penulis berupaya
dengan cara memvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait dengan
tindakan keperawatan yang telah penulis dan perawat ruangan lakukan.
BAB V
PENUTUP

Setelah membandingkan secara menyeluruh tentang asuhan keperawatan


dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An.N dengan gangguan sistem
pencernaan: demam typhoid di Paviliun Al Farisi Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi perawat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

A. Kesimpulan
Demam typhoid adalah infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella typhi yang menyerang pencernaan melalui fecal dan
oral mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa dengan gejala demam
lebih dari satu minggu.

Demam typhoid yang diderita An.N dengan manifestasi yang muncul pada
An.N adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak stabil, tidak nafsu makan,
mual dan muntah serta hasil pemeriksaan laboratorium Tubek TF positif
6.0.

Diagnosa keperawatan yang dimunculkan oleh penulis mengacu pada


tinjauan teoritis dan disesuaikan dengan keadaan klien saat ini. Dalam
teori terdapat 5 diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus ada 3
diagnosa. Dari 3 diagnosa yang ditegakkan, masalah yang teratasi dan
teratasi sebagian adalah resiko defisit volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh dan resiko penyakit berulang, adapun masalah yang
teratasi sebagian yaitu: resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.

71
72

Untuk diagnosa yang teratasi sebagian penulis bekerja sama dengan dokter
dan tim perawat yang ada diruangan untuk terus dilakukannya asuhan
keperawatan pada An.N secara komprehensif.

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya sudah dilakukan dengan


teliti dan seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah yang ada
pada klien. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
akhir. Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada An.N,
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dan evaluasi akhir
dilakukan pada tanggal 29 April 2018.

B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapatkan, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan supaya dapat membantu klien
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keinginan penulis
tersebut dituangkan berupa saran yang diharapkan dapat membantu dalam
peningkatan pemberian asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan
demam typhoid.
1. Untuk perawat ruangan
a. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya setelah melakukan
tindakan harus didokumentasikan secara lengkap (respon subjektif
dan objektif) dan catatan keperawatan terintegrasi lebih mudah dan
paham untuk dimengerti.
b. Diharapkan untuk tindakan keperawatan harus lebih berkembang
lagi sehingga tindakan keperawatan tidak hanya rutinitas yang ada
di ruangan saja atau tindakan yang diperintahkan oleh dokter agar
asuhan keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara
optimal.
c. Diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga klien mengenai penyakit yang sedang diderita klien.
73

2. Untuk keluarga klien


Diharapkan keluarga meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
agar kesehatan keluarga lebih optimal, serta memonitor anak untuk
mengkonsumsi makanan yang higienis dan bergizi agar daya tahan
tubuh anak meningkat dan membiasakan anak untuk selalu cuci tangan
sebelum dan sesudah BAB sehingga orang tua dapat mencegah
terjadinya penyakit berulang demam typhoid.

3. Rumah sakit
Hendaknya meningkatkan fasilitas bermain dan memberikan pelatihan
khususnya untuk perawat ruangan anak dalam asuhan keperawatan
yang terkait dengan pendekatan terapi bermain.

4. Penulis
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan cara: banyak belajar dan membaca melalui
literatur yang terbaru dan banyak mencari referensi terkini untuk
meningkatkan informasi dan pengetahuan.
74

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Ditjen PPM & PL, Kementrian Kesehatan RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar.
Diunduh http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16030700001. Pada 16 Mei
2018, 15:15:00 WIB.

Hidayat, A.A.A, & Uliyah, M. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, dkk. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. (2012). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.

Nurarif. A.H, K. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &


NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Rampengan, T,H. (2008). Penyakit infeksi tropis pada anak. Jakarta: EGC.

Ranuh, IG.N.Gde. (2013). Beberapa catatan kesehatan anak. Jakarta: CV Sagung


Seto.

Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi pertam-
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem


gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Suriadi & Yuliani, R. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: indeks.

Susilaningrum. R, dkk. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

Widoyono. (2011). Penyakit tropis epidimologi, penularan, pencegahan &


pemberantasan. Jakarta: EGC.

Wong, D.L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: sagung
Seto.
75

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Putri Puli Rostiana
NIM : 2015750034
Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 29 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gotong-royong No.20 RT 03 RW 03
Terlangu Brebes Kec. Brebes Kab. Brebes
Jawa Tengah
Email : ppuli297@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umun
a. SDN 01 Terlangu Brebes Tahun 2003-2009
b. SMPN 05 Brebes Tahun 2009-2012
c. SMAN 01 Brebes Tahun 2012-2015
d. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tahun 2015-2018

2. Pendidikan Tambahan
a. Pelatihan Darul Arqom Dasar Tahun 2015
b. Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Prodi D III Keperawatan Tahun
2015
c. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2017
d. Course National English Center Tahun 2015-2018
76

A. Susunan keluarga (genogram 3 generasi)

Tn.W (62 th) Ny. Us (61 th) Tn. S (50 th) Ny. At (50 th)
Ginjal

Ny. S Ny. L Tn. B Tn. E Tn. Y


(41 th) (39 th) (34 th) (30 thn) (34 th)

Tn. J Ny. N
(37 th) (37 th)

jantung
An. A An. D An. N An. Da An. F
(14 th) (11 th) (8 th) (6 th) (6 bln)

KETERANGAN

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
77

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

I. Topik : Demam Typhoid


II. Waktu : 30 menit
III. Sasaran : Orang tua An.N

A. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama ± 30 menit, keluarga klien
mengerti dan memahami cara pencegahan demam typhoid.

B. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga klien mampu:
1. Menyebutkan pengertian demam typhoid
2. Menyebutkan apa penyebab demam typhoid
3. Menyebutkan bagaimana cara penularan demam typhoid
4. Menyebutkan bagaimana tanda dan gejala demam typhoid
5. Mengetahui pencegahan demam typhoid
6. Menyebutkan bagaimana cara pengobatan demam typhoid

IV. Materi (terlampir)

V. Metode dan media


1. Metode : Ceramah demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Leafleat
78

VI. Tabel kegiatan belajar mengajar


Kegiatan belajar mengajar

Waktu Tahap kegiatan Kegiatan


Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam

2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan


tujuan Penkes kepada penyuluh
sasaran menyampaikan
tujuan

3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui


kesepaktan pelaksanaan kesepakatan
Penkes dengan sasaran waktu pelaksana

15 menit Kegiatan inti 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan


penyuluh kepada sasaran penyuluh
menyampaikan
materi

2. Memberikan kesempatan 2. Menanyakan hal-


kepada sasaran untuk hal yang tidak
menanyakan hal-hal yang dimengerti dari
belum dimengerti dari materi penyuluhan
materi yang dijelaskan
penyuluh

10 menit Evaluasi/penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab


kepada sasaran tentang pertanyaan yang
materi yang sudah diajukan
disampaikan penyuluh penyuluh

2. Menyimpulkan materi 2. Mendengarkan


penyuluhan yang sudah penyampaian
disampaikan kepada kesimpulan
sasaran

3. Menutup acara dengan 3. Mendengarkan


mengucapkan salam penyuluh
serta terima kasih menutup acara
kepada sasaran dan menjawab
salam
79

VII. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
4. Butir pertanyaan:
a. Apa pengertian demam typhoid?
b. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan demam typhoid?
c. Bagaimana cara penularan demam typhoid?
d. Sebutkan tanda dan gejala demam typhoid?
e. Bagaimana cara pencegahan demam typhoid?
f. Bagaimana cara pengobatan demam typhoid?

Materi lampiran:

1. Pengertian
Demam typhoid sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang sering
ditemukan dimasyarakat Indonesia. Penderita juga beragam mulai dari
usia balita, anak-anak, dan dewasa

2. Penyebab
Penyakit typhoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi.

3. Cara penularan demam typhoid


Penularan demam typhoid melalui fecal/tinja dan oral/lewat mulut,
makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri salmonela typhy.
80

4. Tanda dan gejala demam typhoid


Nyeri kepala, demam berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu meningkat pada
malam hari dan menurun pada siang hari. Pada minggu kedua suhu tubuh
terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun
dan kembali normal. Gangguan pada saluran cerna: bau nafas yang tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor,
kembung, mual dan tidak napsu makan, pembesaran ukuran hati yang
disertai nyeri perabaan.

5. Cara pencegahan demam typhoid


a. Mencuci tangan
b. Tidak makan dan minuman yang mentah
c. Tidak makan-makanan sembarangan
d. Hindari makanan dan lingkungan dari kecoa, lalat dan tikus
e. Melakukan vaksin

6. Cara pengobatan demam typhoid


a. Istirahat 7 sampai 14 hari
b. Pergerakan bertahap
c. Diet cukup tinggi protein, hindari makanan tinggi serat
d. Pengobatan lebih lajut
81
82

Anda mungkin juga menyukai