Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan,
identifikasi, penyajian, dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai
dikonsumsi. Pengemasan produk farmasi dilakukan dengan beberapa teknik
yang sesuai dengan peranan dan fungsi dari kemasan produk yang akan
diproduksi, seperti Strip packaging, Blister pack, Pengemasan bulk produk
dan teknik pengemasan lain yang memiliki fungsi dan kelebihan masing-
masing. Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam
pembuatan sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas
dan mutu produk akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi
gambaran ukuran  bonafiditas suatu produk/perusahaan farmasi (Kurniawan,
2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas  primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas
sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).
Gambar 1. Berbagai Kemasan Obat Kemasan adalah wadah atau pembungkus
yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-
kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya. Pengemas diartikan
sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan
kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan (Voigt, 1995).
Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan bahwa Pengemasan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan  bahan
kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat
mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan fungsi kemasan ?
2. Apa sajakah jenis kemasan ?
3. Bahan pengemas apa sajakah yang sering digunakan ?

1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengertian dan fungsi kemasan.
2. Mengetahui berbagai jenis kemasan.
3. Mengetahui berbagai bahan pengemas yang sering digunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Fungsi Kemasan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan didefinisikan sebagai
bungkus pelindung barang dagangan. Dengan kata lain, kemasan adalah
wadah atau tempat yang terbuat dari timah, kayu, kertas, gelas, besi, plastik,
selulosa transparan, kain, karton, atau material lainnya, yang digunakan untuk
penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Pengemasan merupakan
sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk
ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya
wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau
produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena
itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Fungsi kemasan adalah:
1. Melindungi produk terhadap pengaruh cuaca, sinar matahari, benturan,
kotoran dan lain-lain
2.   Menarik perhatian konsumen
3. Memudahkan distribusi, penyimpanan dan pemajangan (display)
4. Tempat penempelan label yang berisi informasi tentang nama produk,
komposisi bahan (ingridient), isi bersih, nama dan alamat
produsen/importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal
kadaluwarsa, petunjuk penggunaan, informasi nilai gizi (nutrition
fact), tanda halal, serta klaim/pernyataan khusus.

3
Kemasan juga harus dirancang agar memenuhi beberapa persyaratan
penting, yaitu:
1. Faktor ergonomi, meliputi kemudahan untuk dibawa, dibuka, dan
dipegang
2.   Faktor estetika, meliputi paduan warna, logo, ilustrasi, huruf dan tata
letak tulisan
3. Faktor identitas agar tampil beda dengan produk lain dan mudah dikenali.

II.2 Jenis kemasan

1. Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat


dibedakan atas kemasan primer, sekunder dan tersier.
 Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan
produk, sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan
ke produk yang berpengaruh terhadap kualitas produk.
 Kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan
primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada
produk.
 Kemasan tersier adalah kemasan lapis ketiga setelah kemasan
sekunder, dengan tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar
lebih praktis dan efisien. Kemasan tersier bisa berupa kotak karton
atau peti kayu.
2. Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan atas kemasan
aseptik dan non-aseptik.
 Kemasan aseptik adalah kemasan yang dapat melindungi produk dari
berbagai kontaminasi lingkungan luar. Pengemasan jenis ini biasanya
dipakai pada bahan pangan yang diproses dengan teknik sterilisasi.
   Kemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga masa
simpan produk umumnya relatif lebih rendah. Untuk memperpanjang
masa simpan, produk dapat ditambahkan gula, garam atau dikeringkan
hingga kadar air tertentu.

4
 Berdasarkan bahannya, kemasan dapat dibedakan atas kemasan kertas,
karton, plastik, aluminium foil, logam, gelas dan Styrofoam. Masing-
masing kemasan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, serta
hanya cocok untuk jenis produk tertentu.

Wadah dan sumbatnya tidak boleh memengaruhi bahan yang


disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu, atau kemurniaannya hingga
tidak memenuhi persyaratan resmi.
     Beberapa istilah wadah yaitu:

1. Kemasan tahan dirusak, wadah suatu bahan steril yang dimaksudkan


untuk pengobatan mata atau telinga, kecuali yang disiapkan segera
sebelum diserahkan atas dasar resep, harus disegel sedemikian rupa
hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segel.
2. Wadah tidak tembus cahaya, harus dapat melindungi isi dari pengaruh
cahaya, dibuat dari bahan khusus yang mempunyai sifat menahan
cahaya atau dengan melapisi wadah tersebut. Wadah yang bening dan
tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat dibuat tidak
tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang buram. Dalam
hal ini pada etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram
diperlukan sampai isi dari wadah habis karena diminum atau
digunakan untuk keperluan lain.

Jika dalam monografi dinyatakan “terlindung dari cahaya”,


dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak tembus
cahaya.
3. Wadah tertutup baik harus dapat melindungi isi terhadap masuknya
bahan padat dan mencegah hilangnya isi selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, dan pendistribusian.
4. Wadah tertutup rapat harus dapat melindungi isi terhadap masuknya
bahan cair, bahan padat, atau uap dan mencegah kehilangan, merekat,
mencair atau menguapnya bahan selama penanganan, pengangkutan,

5
penyimpanan, dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali.
Wadah ini dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan
dosis tunggal.
5. Wadah tertutup kedap harus dapat mencegah menembusnya udara
atau gas selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan, dan
distribusi.
6. Wadah satuan tunggal digunakan untuk produk obat yang dimasukkan
untuk digunakan sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera
setelah dibuka. Wadah atau pembungkusnya sebaiknya dirancang
sedemikian rupa hingga dapat diketahui apabila wadah tersebut pernah
dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang
menyebutkan identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor
batch, dan tanggal kadaluwarsa.
7. Wadah dosis tunggal adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang
hanya digunakan secara parenteral. Contoh : ampul
8. Wadah dosis satuan adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang
digunakan bukan secara parenteral dalam dosis tunggal, tetapi
langsung dari wadah.
9. Wadah satuan ganda adalah wadah yang memungkinkan isinya dapat
diambil beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan,
mutu, atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut. Contoh : obat
tetes mata
10. Wadah dosis ganda adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang
digunakan hanya secara parenteral. Contoh : vial

Dalam industri farmasi, kemasan yang dipilih harus cukup melindungi


kelengkapan suatu produk. Oleh karena itu seleksi kemasan dimulai
dengan penentuan sifat fisika kimia dari produk.
Bahan-bahan yang dipilih harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
 Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
 Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi
wadah

6
   Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
 Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
 Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme
atau uap yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
 Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
     Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh
bahan pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus
mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh
melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
    Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.
II.3 Bahan Pengemas
1. Gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena
memiliki beberapa keuntungan. Kelebihan menggunakan gelas antara lain,
inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang relatif murah, tidak mudah
terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas
menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan
dapat digunakan kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan
semisolid dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh
(mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk
konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling
higienis karena wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh
konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
Gelas merupakan salah satu bahan pengemas yang pada dasarnya
bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras, dan disetujui
FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan dengan sistem
penutupan yang sekucupnya dapat menjadi suatu penghalang yang sangat
baik terhadap hampir semua unsur kecuali cahaya.  Gelas diperoleh
melalui leburan bersama dari soda, batu kapur dan kuarsa, merupakan
suatu leburan dingin serta terdiri dari kisi SiO4- tetraeter, yang terdeposit
didalam ruang-ruang antar ion Na+ dan Cl- . gelas kapur natrium normal

7
terdiri 75% SiO2. 15% Na2O dan 10% CaO. Kualitas gelas yang berbeda
ditandai oleh kelas hidrolitik atau kompleks resistensi. Melalui proses
manipulasi permukaan, resistensi hidrolitik gelas dapat sangat diperbaiki
(dikompenansi). Pelepasan alkali sangat dikurangi air (diuapi) pada suhu
tinggi. Gelas berwarna yang digunakan untuk menyimpan bahan obat peka
cahaya, diperoleh melalui penambahan logam oksida. Kekurangan utama
gelas sebagai bahan pengemas adalah mudah pecah dan berat (Dhadhang,
WK., Teuku, NSS. 2012)
Kemasan  gelas/kaca mempunyai sifat sebagai berikut : tembus
pandang, kuat, mudah dibentuk, lembam, tahan pemanasan, pelindung
terbaik terhadap kontaminasi dan flavor, tidak tembus gas, cairan dan
padatan, dapat diberi warna, dapat dipakai kembali (returnable), relatif
murah (Stefanus, 2006).

Macam-macam bentuk kemasan gelas/ kaca yaitu :

 Botol (leher tinggi, mulut sempit)


 Jar (leher pendek, mulut lebar)

 Tumbler (tanpa leher dan finish)

 Jugs (leher pendek, ada pegangan)

 Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia, dll.)                                        


(Goeswin, 2009).

Pelepasan alkali dari gelas dapat ditentukan melalui cara yang


berlainan. Untuk maksud tersebut dapat digunakan dua metode : metode
serbuk gelas (metode lumatan) dan metode permukaan. Pada metode
serbuk gelas, gelas diserbukan, disuspensikan dalam aseton. Setelah
ditambahkan air harus dilakukan pemanasan dalam autoklaf dan ditetesi
larutan indicator (merah metil) kemudian dititrasi dengan asam
hidroklorida. Pada metode permukaan, wadah gelas yang diisikan dengan
air bebas CO2 dan mengandung sejumlah asam hidroklorida atau asam
sulfat tertentu dan merah metal sebagai indicator. Setelah disterilkan

8
wadah tertutup dalam autoklaf tidak boleh menghasilkan perubahan
warna(Voight, 1995).

a. Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir, soda abu, batu kapur, dan cullet.
Pasir adalah silica yang hamper murni, soda abu adalah natriumkarbonat,
dan batu kapur adalah kalsium karbonat. Cullet adalah pecahan gelas yang
dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu
untuk seluruh campuran. Komposisi gelas bervariasi, dan biasanya diatur
untuk tujuan-tujuan tertentu. Kation-kation yang paling umum didapatkan
dalam bahan gelas farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium,
kalium, kalsium, magnesium, zin dan barium. Satu-satunya anion yang
paling penting adalah oksigen.
Gelas yang digunakan untuk mengemas sediaan farmasi
digolongkan menjadi 4 katagori, tergantung pada bahan kimia gelas tersebut
dan kemampuan untuk mencegah penguraian, antara lain :
b. Pembuatan Gelas
Dalam produksi gelas ada empat dasar pembuatan, diantaranya :
meniup, menarik, menekan, dn menuang. Peniupan menggunakan udara
yang ditekan untuk membentuk cairan gelas kedalam ruang cetakan dari
logam. Pada penarikan, cairan gelas ditarik melalui gulungan atau cetakan
yang member bentuk pada gelas yang lunak. Dalam penekanan digunakan
kekuatan mekanik untuk menekan caira gelas pada sisis cetakan. Cara
menuang menggunakan kekuatan grafitasi atau sentrifugasi yang
menyebabkan cairan erbentuk dalam ruang cetakan.

 Gelas Berwarna-Perlindungan terhadap Cahaya


Wadah gelas untuk obat umumnya terdapat sebagai gelas jernih
tidak berwarna atau berwarna amber. Untuk tujuan dekoratif, warna-warna
kusus seperti biru, hijau zamrud, dan kunig opal dapat diperoleh dari
pengusaha gelas. Hanya gelas berwarna amber dan merah yang efektif
untuk melindungi isi botol dari pengaruh cahaya matahari dengan
menyaring keluar sinar ultra violet yang berbahaya. Spesifikasi dalam USP

9
untuk wadah tahan cahaya harus memberikan perlindungan terhadap
cahaya engan kekuatan 2900 samapai 4500 amstrong. Gelas amber
memenuhi spesifikasi ini, tetapi oksida besi yang ditambahkan dapat lepas
dan masuk ke dalam obat.
 Gelas untuk Obat
USP dan NF menguraikan tipe gelas dan memberikan pengujian
gelas yang diserbukkan dan pengaruh air terhadap gelas untuk
mengevaluasi ketahanan kimiawi gelas. Pengujian yang diserbukkan
dilakukan terhadap butir-butir yang hancur dengan ukuran tertentu, dan
pegujian pengaruh air terhadap gelas hanya dikerjakan terhadap gelas tipe
II yang telah dipaparkan pada uap sulfur diosida.
Tipe I- Gelas Borosilikat
Pada gelas yang paling resisten ini, sebagian besar alkali dan
kation tanah diganti dengan boron dan alumunium serta zink. Penambahan
boron kurang lebih 6 % untuk membentuk gelas borosilikat tipe I
mengurangi proses pelepasannya, sehinga hanya 0,5 bagian per sejuta
yang terlarut dalam waktu satu tahun.
Tipe II- Gelas natrium Karbonat yang Diolah
Bila alat gelas disimpan beberapa bulan lamanya, terutama dalam
atmosfer yang lembab atau dengan variasi temperature yang ekstrem,
pembasahan permukaan oleh uap air yang terkondensasi mengakibatkan
terlarutnya garam-garam dan gelas. Wadah tipe II dibuat dari gelas
natrium karbonat yang ada dalam prdagangan dan telah didealkalisasi atau
diolah sehingga alkali dipermukaannya hilang. Pengolahan dengan sulfur
menetralkan alkali oksida pada permukaan, sehingga menyebabkan gelas
lebih tahan terhadap bahan kimia.
Tipe III- Gelas natrium Karbonat Biasa
Wadah-wadah tidak diolah dulu dan dibuat dari gelas natrium karbonat
yang ada dalam perdagangan dengan ketahanan terhadap bahan kimia
yang sedang atau lebih dari sedang.

10
Tipe IV- Gelas natrium Karbonat untuk Penggunaan Umum
Wadah-wadah terbuat dari natrium karbonat dipasok untuk produk non-
parental yang dimaksud untuk pemakaian topical atau oral.

2. Plastik

Plastik merupakan padatan, terdiri dari molekul tinggi yang


dominan, zat organic, bahan yang dapat berubah bentuk secara praktis
pada kondisi tertentu atau juga barang yang dibuat dari padanya. Plastik
dapat dibedakan atas termoplastik (misalnya harsa, fenol, poliester) dan
duroplastik. Termoplastik menjadi plastis jika dipanaskan dan dalam
keadaan seperti ini dapat dibentuk menjadi kerangka dasar yang
dikehendaki. Pada saat pendinginan, material membeku dan bentuknya
stabil. Duroplastik produk awal yang belum terajut, dikempa dalam
cetakan yang dipanaskan, dimana terjadi perajutan dan pengerasan akibat
reaksi kimia kemudian memperoleh bentuk akhirnya (Voight, 1995). 
Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan dan obat terutama
karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga
mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak
mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi label dan
dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga relative
murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik. Walaupun
plastik memiliki banyak keunggulan, terdapat pula kelemahan plastik bila
digunakan sebagai kemasan pangan, yaitu jenis tertentu (misalnya PE, PP,
PVC) tidak tahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya yang
berasal dari sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang
sulit terbiodegradasi sehingga dapat mencemari lingkungan (Anonim,
2010).
Menurut pembentukannya dapat dibedakan bahan pada sintesis
produk polimerisasi, poliadisi dan polikondensasi. Pada polimerisasi,
monomer, senyawa asal tak jenuh. Produk polimerisasi misalnya
polietilen, polipropilen, polivinil klorida. Melalui poliadisi dapat terbentuk
antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada proses polikondensasi

11
perajutan dua molekul monomer berlangsung secara kontinyu dengan
diikuti pembentukan produk reaksi molecular rendah (misalnya HCI,
NaCI, NH3, H2O). Secara umum senyawa polikondensat dan poliadisi
lebih cocok digunakan untuk kepentingan medisin dan farmasetik daripada
polimerisat, oleh karena itu hanya sedikit atau bahkan tidak memerlukan
bahan tambahan, sehingga toksisitas hanya bersumber dari bahan asalnya
(Anonim, 2006). Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam
pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak
dapat dilelehkan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik
termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas atau
logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika
dipanaskan dan akan mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain,
termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang dengan
proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam
pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
Beberapa keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah
sebagai berikut :
      Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
      Lebih ringan
      Dapat disegel dengan pemanasan
      Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
      Murah
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik
untuk kemasan juga memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai
berikut :
      Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
     Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan
beberapa senyawa kimia
      Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
      Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas

12
      Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
      Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
     Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang
dikemas dapat tertarik
Plastik yang digunakan sebagai wadah produk
sediaan farmasi umumnya terbuat dari, polimer-polimer. Contohnya
polietilen, polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat,
polipropilen (PP), polivinil khlorida (PVC).
1. Polietilen
Digunakan untuk bentuk sediaan  oral kering yang tidak akan
direkonstitusi menjadi bentuk larutan. Polietilen dengan kerapatan
tinggi adalah bahan yang paling banyak digunakan untuk wadah-
wadah bagi industri farmasi. Kebanyakan pelarut tidak merusak
polietilen, dan tidak dipengaruhi oleh asam dan alkali kuat.
Kekurang jernihan dan perembesan bau atsiri, rasa, dan oksigen
bertentangan dengan penggunaan polietilen sebagai pembuat wadah
untuk preparat farmasi tertentu. Meskipun ada masalah-masalah ini,
polietilen dengan semua variasinya memberikan perlindungan yang
paling sempurna pada seumlah produk dengan biaya yang paling
rendah.
Kerapatan polietilen yang berkisar antara 0,91 sampai 0,96
secara langsung menentukan empat sifat dasar fisik dari wadah yang
dicetak dengan cara meniup: (1) kekakuan, (2) tranmisi lembab-uap,
(3) retak karena tekanan, dan (4) kejernihan atau sifat tembus
cahaya. Jika kerapatan bertambah, maka bahan menjadi lebih kaku,
mempunyai distorsi dan titik leleh yang lebih tinggi, menjadi
kurang permeable terhadap tekanan dan uap, serta menjadi kurang
resisten terhadap kejernihan atau sifat tembus cahaya. Jika
kerapatan bertambah, maka bahan menjadi lebih kaku, mempunyai
distorsi dan titik leleh yang lebih tinggi, menjadi kurang permeable
terhadap tekanan dan uap, serta menjadi kurang resisten
terhadapetakan terhadap tekanan. Karena umumnya polimer-

13
polimer ini mudah terpengaruh degradasi karena oksidasi selama
proses pembuatan dan pemaparan selanjutnya perlu ditambah
sedikit antioksidan. Penambahan zat antistatik sering dilakukan
untuk meningkatkan mutu polietilen pada pembuatan botol,
tujuannya adalah untuk mengurangi akumulasi debu yang terbawa
oleh udara pada permukaan selama penanganan, pengisian dan
penyimpanan. Biasanya polietilen glikol atau amida asam lemak
rantai panjang, dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2% utuk polietilen
dengan kerapatan tinggi.
2. Polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat
PET adalah polimer kondensasi berbentuk kristalin yang  dibuat
dari reaksi asam tereftalat dengan etilenglikol, digunakan terutama
sebagai kemasan minuman berkarbonatasi dan untuk pengemasan
sediaan oral. Polietilen tereftalat, umunya disebutkan PET adalah
polimer hasil kondensasi yang dibentuk khas dari reaksi asam
tereftalat atau dimetiltereftalat dengan etilen glikol dengan adanya
katalisator. Perkembangan botol-botol PET berorientasi yang
bersumbu dua mempunyai pengaruh lebih besar pada pembotolan
minuman yang mengandung CO₂, dihitung dari besarnya perkiraan
pemakaian resin selama setahun sebesar kurang-lebih 350 juta
pound. Kekuatan benturanya dan sebagai penghalang gas serta
aroma yang baik membuatnya menarik untuk digunakan dalam
kosmetik dan cairan pencuci mulut, maupun untuk produk lainnya
di mana kekuatan, kekerasan, dan penghalang merupakan
pertimbangan yang penting.
3. Polipropilen (PP)
PP adalah polimer yang termasuk poliolefin, dibuat melalui
cara polimerisasi propi Polipropilen belakangan ini menjadi populer
karena mempinyai banyak sifat yang lebih baik dari polietilen,
dengan satu kekurangan besar yang dapat dikurangi atau
dihilangkan. Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi yang
mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam

14
hubungannya dengan titik leleh yang tinggi pula yaitu 165°C,
sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah yang dibuat
dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur
tinggi pada proses sterilisasi tanpa terurai. Polimer ini memiliki
resistensi yang baik hampir terhadap semua jenis bahan kimia,
termasuk asam kuat, alkali kuat, dan kebanyakan bahan organik.
Polipropilen merupakan rintangan yang paling baik bagi
gas atau uap.Resisitensi terhadap perembesan setara atau sedikit
lebih baik dari pada polietilen dengan kerapatan tinggi atau
polietilen linier (rantai lurus) dan lebih unggul dari polietilen
dengan kerapatn rendah atau polietilen bercabang. Salah satu
kekurangan terbesar dari polipropilen adalah mudah pecah pada
temperatur rendah. Dalam keadaan murni, agak mudah pecah pada
0°F dan harus dicampur dengan polietilen atau bahan lain untuk
memberikan resistensi terhadap benturan yang diperlukan pada
pengemasan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh
pada temperatur kamar. Digunakan untuk pengemasan padat kering
atau sediaan cair oral.
4. Polivinil khlorida (PVC)
PVC adalah salah satu kemasan obat yang umum digunakan di
Amerika Serikat  setelah HDPE. Digunakan terutama untuk bentuk
kemasan kaku dan produksi film (sebagian besar sebagai kantong
untuk cairan intravena). (Dhadhang, WK., Teuku, NSS. 2012).
Botol-botol polivinil klorida yang jernih dan kaku mengatasi
kekurangan dari polietilen. Dalam keadaan normal polivinil klorida
tampak sejernih kristal dan kaku, tetapi mempunyai resistensi yang
buruk terhadap benturan. Dapat dibuat lunak dengan bahan
plastisator. Berbagai stabilisator, antioksidan, pelincir atau zat
pewarna dapat ditambahkan. Tidak boleh dipanaskan berlebihan
karena akan mulai terurai pada temperatur 280°F, dan hasil
penguraiannya sangat merusak. Polivinil klorida dapat menjadi
kuning bila dibiarkan terkena panas atau sinar ultra violet, kecuali

15
jika ditambahkan suatu stabilisator oleh pemasok resmi. Dalam
formula senyawa PVC dengan bahan-bahan stabilisator kalsium
zink, semua bahan digunakan dengan konsentrasi dibawah
konsentrasi maksimal. Polivinil klorida adalah penghalang yang
sangat baik terhadap minyak , alkohol yang mudah dan yang tidak
menguap, dan pelarut-pelarut hidrokarbon. Polivinil klorida yang
kaku adalah penghalang yang cukup baik bagi lembab dan gas
secara umum, tetapi plastisator mengurangi sifat-sifat ini. Polivinil
klorida tidak dipengaruhi asam atau alkali, kecuali beberapa asam
yang dapat mengoksidasi. Resistensi terhadap benturan buruk,
terutama pada temperatur rendah. PVC dapat juga digunakan
sebagai pelapis permukaan botol-botol gelas. Hal ini dilakukan
dengan mencelupkan botol kedalam plastisol PVC dan
menghasilkan pelapis tahan hancur yang melapisi botol gelas.
 Sifat-sifat dari PVC antara lain adalah sebagai berikut:       Rusak
pada pemanasan yang berlebihan mulai 280°C
 Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan
pelarut petrolatum.
 Menahan odors dan flavors.
 Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam,
basa kecuali beberapa asam oksidator.
      Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3)
dibandingkan dengan polimer lain seperti polyethylene (0,92–0,96
g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).

Pembuatan  polimer  tinggi sering membutuhkan katalisator dan


pengendali polimerisasi. Oleh karena itu secara umum diperlukan
tambahan bahan pembantu untuk menghasilkan material plastic yang
sesuai dengan tujuan penggunaanya.  Pembuatan lunak bahan ini 
digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas dan fleksibilitas yang
diperlukan. Yang tergolong dalam bahan ini antara lain gliserrol, glikol,

16
alcohol tinggi, ester dari asam dikarboksilat (asam ftalat, asam adipat,
asam sebasinat) (Anonim, 2006).

Beberapa faktor yang menyebabkan industri farmasi semakin  banyak


menggunakan wadah plastic antara lain :

 Jika dibandingan dengan wadah gelas, wadah plastic beratnya lebih ringan
dan lebih tahan terhadap benturan sehingan biaya pengangkutan lebih
murah dan resiko wadah pecah lebih kecil.
 Desain wadahnya beragam dan penerimaan pasien terhadap wadah plastic
cukup baik.

 Penggunaan wadah plastic relative efektif. Dalam bentuk botol plastic


yang dapat dipencet dapat menyebabkan wadah berfungsi ganda baik
sebagai pengemas maupun sebagai aplikator sediaan-sediaan seperti obat
mata, obat hidung, dan lotio (Dhadhang, WK., Teuku, NSS. 2012).

Penggunaan plastik pada bidang farmasetik dan medisin mensyaratkan


pemahaman akan sifat material serta juga pengamatan kemungkinan
terjadinya antaraksi dengan bahan yang diisikan, oleh karena itu ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat mekanik (misalnya pada wadah yang
kaku atau fleksibel), sifat optik (pada zat pekat cahaya), kemantapan terhadap
suhu dan tekanan, yang berkaitan dengan permeabilitas  gas uap air dan bahan
penguap. Disamping itu, banyaknya kemugkinan antraksi antara meterial
pengemas dan bahan yang diisikan tergantung dari sifat fisika dan bahan
kimia yang diisikan, sifat kimia dan fisika materi pengemas, ukuran dan luas
permukaan yang kontak dari bahan yang diisikan dan bahan pengemas, lama
kontak dan suhu (Goeswin, 2009).

Syarat bahan sintetis yang digunakan secara farmasetik,yaitu :

 Material plastik harus sedemikian tebal, sehingga lintasan untuk


mikroorganisme tidak dimungkinkan, dan sebaiknya tidak permeabel
untuk uap dan gas.

17
 Harus dapat disterilkan; jika mungkin dalam keadaan kosong maupun
terisi.

 Tidak boleh membebaskan bahan asing kedalam kandungannya (absorbsi,


absorbsi). Komponen toksis atau komponen lain dari bahan sintetis yang
dapat bermigrasi kedalam kandungan harus serendah mungkin, sehingga
tidak bersifat merusak.

 Sebaiknya menunjukan kemantapan absolut terhadap bahan obat,bahan


pembantu galenik dan bahan pelarut semua jenis.

 Tidak boleh menimbulkan perubahan konsentrasi. Yang mempengaruhi


efek terapetik dari preparat.

 Bahan sintetis untuk wadah larutan injeksi, mengingat kontrol pengamatan


yang dilakukan.harus memiliki transparansi yang baik.

 Bahan sintetis, tergantung tujuan penggunaannya harus mempunyai


elastisitas yang memuaskan. Kekompakan tekan atau mantap terhadap
koyakan dan penuaan.

 Bahan sintetis harus dapat dilas dengan baik, dan dapat dibuat dengan
murah (Anonim, 1995)

3.    Elastik

Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik, padat,


didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet
elastis contohnya tutup botol infus (Goeswin,2009). Elastik ini terbuat
dari produk karet alam, karet sintesis dan bahan sejenis karet. Elastisitas
karet memiliki gaya tarik yang relatif rendah sehingga akan terjadi
peregangan yang kuat. Elastik dalam keadaan tidak meregang adalah
amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya (Lukas,2006).

Bahan karet seperti produk karet sintesis dapat divulkanisasi hal


ini untuk memperoleh elastisitasnya, contohnya vulkanisasi karet mentah

18
dengan penambahan belerang dan pemanasan. Pada proses pembuatan
terdapat bahan-bahan pembantu diantaranya :

1. Katalisator : Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya


peroksida sebagai suplier oksigen).
2. Pempercepat vulkanisasi : senyawa yang digunakan yaitu senyawa
nitrogen organik atau belerang seperti amin sekunder, santogenat,
ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti magnesium oksida,
kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon pentasulfida.

3. Inhibitor : senyawa yang berfungsi sebagai penghambat proses vulkanisasi


yang dapat dikendalikan setelah mencapai kekerasan karet yang
dikehendaki (misalnya garam timbal,nikel dan besi).

4. Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan contoh senyawa fenol.

5. Modifikator : senyawa yang berfungsi untuk memperbaik  bentuk dan


kualitas dari produk, contohnya bahan pengeras, parafin cair, pengedap
pori dsb.

6. Bahan pengisi : senyawa ini digunakan untuk memperbaiki sifat mekanis


contoh pasir, asbes dsb.

7. Bahan pewarna, bahan pelindung cahaya, bahan penutup bau dan bahan
anti terbakar

Jenis-jenis elastik antara lain :

a. Karet alam

Karet mentah terdiri dari hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh


jenis karet alam merupakan polisopren dengan rumus kimia(C 5H8)n
dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki
berat molekul antara 300.000 dan 700.000 Karet mentah diperoleh dari
lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan

19
penghasil penghasil karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae dan
Compositae.

b. Produk perubahan dari karet alam

 Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam


karbon tetraklorida pasa suhu 80-110 oC. Kandungan klor berjumlah
sampai 65 % pada suhu di atas 80 oC terjadi penguraian( pemisahan
HCl). Keuntungannya terletak pada kekerasannya, tidak mudah
terbakar dan memiliki kualitas yang lebih baik dalam alkali dan asam.

 Karet siklo merupakan produk siklinisasi yang terbentuk melalui


pemanasan karet mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida.
Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan tetapi
rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk
membuat salutan pada material wadah.

 Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun


kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan
dalam campuran dengan karet alam.

Produk ini mempunyai daya tahan mekanis yang baik,


permeabilitas uap air dan gas yang cukup, serta stabilitas yang baik
terhadap minyak lemak dan parafin.

a. Poliklorbutadiena ( karet kloropren)


Pembuatannya berlangsung melelui polimerisasi dari kloropren
(2-klor-1,3-butadiena). Produk ini memiliki kekerasan yang  besar,
stabil terhadap pengaruh oksidatif, minyak mineral, minyak lemak,
asam dan basa encer. Permeabilitas air dan gasnya, rendah. Mereka
melunak sejak suhu kira-kira 600C (Anonim,1995).
b. Polisopren(karet isopren, karet metil)
Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisorpen
terbentuk melalui polimerisasi dari isopren (Anonim,1995)..
c. Polisobutilen (karet butil)

20
Karet butil diperoleh melalui polimerisasi campuran dari
isobutan (97 %) dengan sedikit isopren atau butadiena dalam metilen
klorida pada suhu sekitar -100°C (Anonim,1995).
d. Karet polisulfida
Tieolastik merupakan polikondensat dari alkalipolisulfpida dan
dihalogenida alifatik. Mereka memiliki stabilitas pembengkakan
terhadap bahan pelarut, stabil terhadap penuaan dan oksidasi, dan
kekompakan mekanisnya relatif rendah.
e. Karet silicon
Karet silikon stabil terhadap minyak dan lemak serta tidak peka
suhu. Permeabilitas gasnya, sangat tinggi. Digunakan antara lain untuk
material selang medicine, farmasi dan material tutup serta bagian
sintetis untuk implantasi.
f. Poliuretan
Poliuretan ini mirip karet diperoleh melalui penggantian
diisosianat dengan poliester rantai panjang, mengandung gugus
hidroksil dan diakhiri dengan perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap
asam, basa dan air mendidih, tetapi kompak terhadap minyak dan
gesekan yang tinggi (Anonim,1995).

4. Metal
Penggunaan metal pada produk sediaan farmasi ini relatif terbatas.
Metal ini digunakan sebagai material kemasan yang memiliki bentuk dan
sifat yang sukar diganti dengan kemasan lain walupun metal ini mudah
teroksidasi dan membentuk koosi . Metal yang biasa digunakan yaitu
timah, aluminium dan baja. Kegunaan dari masing-masing metal :

1. Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan cara


electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan
resistensi terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan.
2.  Aluminium digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Sering
aluminium foil digunakan sebagai lapisan impermeable dalam laminat
multilapis yang dapat menyertakn pula kertas dan plastic. Foil

21
aluminium dapat dibentuk menjadi kontener kaku, kontener semi kaku,
konstruksi olister atau laminat.

3. Baja  ini sering digunakan untuk kemasaan atau wadah penampung


yang besar.

4. Timbal memberikan biaya yang paling rendah dari semua logam untuk
pembuatan tube, dan digunakan secara luas untuk produk bukan
makanan seperti lem, tinta, cat dan pelincir. Timbal tidak boleh
digunakan sendirian untuk segala sesuatu yang ditelan, karena bahaya
keracunan timbal. Dengan penggunaan lapisan dalam, maka tube
timbal digunakan untuk produk seperti itu, misalnya pasta gigi dengan
fluorida.

Metal dibentuk menjadi sistem penghantaran obat yang lebih


kompleks,seperti inhaler sustained release, inhaler serbuk kering, alat
untuk pemberian aerosol, bahkan jarum yang siap untuk digunakan
(Goeswin,2009).

Kelebihan dan kekurangan metal :

1. Kelebihannya  dapat digunakan untuk membuat tromol atau drum,


ruahan material dimana diperlukan kekuatan yang besar. Metal dapat
pula dibentuk menjadi silinder bertekanan tinggi untuk menyimpan
produk gas.
2. Kekurangan utama dari metal terikat dengan biaya dan control
kualitas. Metal lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk dibentuk
menjadi kemasan yang dapat dimanfaatkan. Untuk bentuk foil
(lembaran tipis), banyak dihasilkan kemasan cacat dikarenakan adanya
lubang halus yang terbentuk selama proses manufacturing sehingga
sifatnya sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang (terutama
pada foil yang sangat tipis) (Goeswin, 2009).

Pelapisan

22
Jika produk tidak dapat bercampur dengan logam, bagian
dalamnya dapat disiram dengan suatu formula semacam lilin atau
dengan larutan resin, meskipun resin atau lacquer biasanya
disemprotkan keatasnya. Tube dengan larutan epoxy biayanya kira-kira
25% lebih besar daripada jika tube tersebut tidak diberi lapisan.
Lapisan yang menggunakan lilin paling sering digunakan pada
produk yang mengandung air di dalam tube timah, dan fenol, epoxy,
serta vinil dipakai pada tube aluminium, memberikan perlindungan
yang lebih baik daripada lilin, tetapi dengan biaya yang lebih tinggi.
Lapisan fenol paling efektif bagi produk asam; epoxy memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap bahan-bahan alkali.

5. Tutup Elastomerik (tutup karet)


Tutup karet digunakan dalam industri farmasi untuk membuat
sumbat botol, berlapis tutup, dan bagian atas dari suatu alat penetes.
Sumbat karet utama digunakan untuk vial takaran ganda dan alat suntik
sekali pakai. Polimer karet yang paling umum digunakan adalah karet
alam, neoprene, dan butil. Jenis bahan tambahan yang umum didapat
dalam tutup karet adalah:
 Karet
 Bahan untuk vulkanisir
   Akselerat
 Bahan pengisi untuk memperpanjang
 Bahan pengisi untuk memperkuat
 Bahan pelunak
 Antioksidan
 Zat pigmen
 Komponen-komponen tertentu, lilin
Komponen polimer utamanya adalah elastomer. Tutup
elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau sintetis. Sifat tutup
elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi

23
juga pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan,
bahan pengabu yang digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh
sifat yang diinginkan dari elastomer adalah kompresibilitas dan
kemampuan untuk menutup kembali.
Faktor-faktor seperti prosedur pembersihan, media kental dan
kondisi penyimpanan juga mempengaruhi kesesuaian tutup
elastomerik untuk penggunaan khusus. Evaluasi terhadap faktor
demikian harus dilakukan uji khusus tambahan yang sesuai,untuk
menentukan kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan yang
diinginkan. Kriteria pemilihan tutup elastomerik juga harus mencakup
penelitian teliti terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak
ada penambahan unsur yang dicurigai atau diketahui bersifat
karsinogenik atau bahan toksik lain.
Persyaratan kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan
injeksi adalah bahwa karet menunjukkan elastisitas yang cukup dengan
demikian menjamin wadah yang kedap dan tahan terhadap pengaruh suhu.
Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik :

a. Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b. Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian
dalam vial atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik.
Bahan lain seperti gelas, logam tak memiliki kemampuan ini.

c. Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat


melewatkan jarum suntik tanpa membuatnya menjadi tumpul.

d. Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat


kembali dengan cepat setelah jarum ditarik.

e. Pada masuknya jarum infeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang
mencapai ke dalam larutan injeksi.

f. Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi

24
g. Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian
obat yang sensitif terhadap air)

Karena komposisi sumbat karet sangat rumit dan proses


pembuatannya sulit, maka biasanya timbul persoalan-persoalan pada
formula karet tertentu. Sumbat karet tidak boleh mengabsorpsi bahan aktif,
pengawet antibakteri dan bahan lainnya atau bahan karet tidak boleh
mengekstraksi larutan karena alasan berikut;
(1)   Dapat mengganggu analisis kimia bahan aktif.
(2)   Mempengaruhi toksisitas atau pirogenitas dari larutan injeksi.
(3)   Berinteraksi dengan pengawet dan menjadikannya inaktif, dan
(4)   Mempengaruhi stabilitas kimia dan fisika dari sediaan

Contoh penggunaan tutup elastomerik :

1. Tutup vial

Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial


parenteral dan merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan
sebagai tutup sediaan farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial
dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah
bermuatan beberapa liter. Kedudukan tutup vial dijaga oleh lapisan segel
logam sampai ke leher vial

2. Tutup univial

Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam
bentuk kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada
pada bagian bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas.
Dua bagian vial ini dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya
tekanan hidrostatik dari tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat
karet tergeser, akan terjadi proses pencampuran dan disolusi dari serbuk
zat aktif pada kompartemen bagian bawah.

25
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Mengenali kemasan obat diperlukan agar kita dapat mengetahui
Tempat penempelan label yang berisi informasi tentang nama produk,
komposisi bahan (ingridient), isi bersih, nama dan alamat
produsen/importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluwarsa,
petunjuk penggunaan, informasi nilai gizi (nutrition fact), tanda halal, serta
klaim/pernyataan khusus.
III.2 Saran
Diharapkan dengan mengenali kemasan obat pembaca dapat
menghetahui lebih tentang obat yang akan digunakan dan mencegah
kesalahan pemberian obat dengan membaca label pada kemasan terlebih
dahulu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan RI.Jakarta.

Goeswin,Agoes.2009.Sediaan farmasi Steril. ITB Press.Bandung.

jenis Kemasan Steril fhaa-jasmin.blogspot.com/2012/05/jenis-kemasan-steril.html


(diuduh pada tanggal 13 april 2015)

https://tsffaunsoed2009.wordpress.com/2012/05/22/material-kemasan-produk-
sediaan-farm ( diuduh pada tanggal 13 april 2015)

27

Anda mungkin juga menyukai