Hidroponik
PENDAHULUAN
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh nenek
moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang dapat
menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan sistem
konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu, kemudian
menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Tentu saja ini bukan lah
kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman modern seperti
saat ini.
Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih terkontrol
dan terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah ada sejak dahulu
yaitu sistem hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah. Tanah yang sejatinya merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat digantikan
dengan media inert, seperti pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll. Di daerah
dengan lahan yang tidak produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan pertanian yang
dapat dikembangkan dengan baik. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi
dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Dari uraian
di atas, maka perlu dilakukan penulisan makalah tentang hidroponik ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang
mulai menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung,
sehingga kita mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air.
Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris sudah
dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang sangat
berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS) berhasil
menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air mineral. Pada
tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok tanam hidroponik
untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika Serikat. Dari sini hidroponik
terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia hidroponik mulai dikembangkan pada
sekitar tahun 1980.
Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh
dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung
campuran hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan
media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang
sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi
kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat
tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana
pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas
atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan
perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya dikelompokkan
menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada
hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem
tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan
berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate
Sistem dan (2) Bare Root Sistem.
Adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkan dalam
sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besasal dari bahan batu Basalt yang
bersifat Inert yang dipanaskan sampai mencair, kemudian cairan tersebut di spin (diputar)
seperti membuat harum manis sehingga menjadi benang-benang yang kemudian
dipadatkan seperti kain "wool" yang terbuat dari "rock‟. Rockwool biasanya dibungkus
dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai media tanam.
Rockwool juga banyak dimanfaatkan untuk produksi bibit tanaman sayuran dan dan
tanaman hias.
d. Bag Culture
Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik
(polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai seperti :
serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam. Irigasi tetes biasanya
diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture ini disarankan digunakan bagi pemula dalam
mempelajari teknologi hidroponik, sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya
tanaman.
Deep Flowing Sistem adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau
kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem
ini tanaman ditanam diatas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam
mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.
Nutrient Film technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam. Tanaman
ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang. Persemaian
biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik. Sistem NFT pertama kali
diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper. Sirkulasi larutan hara diperlukan
dalam teknologi ini dalam periode waktu tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen
lingkungan perakaran yang ‘aqueous’ dan ‘gaseous’ yang dapat meningkatkan serapan hara
tanaman.
Jika melakukan hidroponik, siklus hidup tanaman yang dibudidayakan lebih cepat. Hal
ini dikarenakan, nutrisi yang diberikan pada tanaman sudah sesuai dengan kebutuhan
tanaman secara optimal. Sehingga memanen tanaman dapat dilakukan lebih cepat. Dengan
hidroponik kita tidak perlu lagi mempermasalahkan musim, karena budidaya hidroponik
memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan pada musimnya. Jadi kita
dapat menanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus untuk budidaya dalam
greenhouse).
Kelebihan sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal
musim, membuat kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuai keinginan kita,
bahkan kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasar akan
sayuran hidroponik. Sehingga dengan hidroponik dapat dilakukan panen sepanjang tahun.
Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik
adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman. Dengan penjadwalan irigasi
yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air tanaman. Pemberian
nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan subur. Apanila faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi dengan baik,
maka kegiatan hidroponik dapat berjalan dengan baik dan panen sepanjang tahun yang
diharapkan dapat diwujudkan.
Hidroponik telah lama sekali dilakukan, terbukti dengan adanya taman gantung di
Babylonia. Istilah hidroponik sendiri lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang
diberikan kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF.
Gericke melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang
berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai
ketinggian 300 cm juga memiliki buah yang lebat.
Penemuan besar ini telah menjadi tren di abad 20, karena bercocok tanam dengan
cara hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga sekalipun yang
gemar bertanam tanaman hias. Jadi hidroponik secara tidak langsung dapat dilakukan
karena hobi. Hidroponik karena hobi dapat dilakukan di areal yang sempit sekalipun seperti
pekarangan rumah atau pun di dalam rumah. Biasanya tanaman yang dibudidayakan
menyesuaikan hobi orang yang melakukannya, seperti: tanaman hias.
Dalam skala besar hidroponik telah banyak dilakukan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Hidroponik dalam skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha
hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakan komoditas yang memiliki nilai di
pasaran. Sayuran dan buah-buahan yang hamper setiap harinya dibutuhkan oleh
masyarakat lah yang biasanya dikembangkan dalam usaha hidroponik, seperti: sawi, selada,
melon, bayam, tomat, pakcoy, paprika, dll.
Secara umum budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Persiapan lahan
Perbedaan sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yang digunakan
hidroponik yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapan lahan tidak perlu adanya
pengolahan lahan. Yang dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan
tempat kegiatan hidroponik dilakukan, seperti membuat hidroponik kit dan juga
greenhouse. Dalam skala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah saja.
2. Persiapan wadah
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam. Wadah tanam
hidroponik dapat menggunakan kantung plastik/polybag, gelas plastik, ember, dll. Wadah
tanam berfungsi sebagai tempat memasukkan media tanam yang digunakan sebagai tempat
tumbuhnya tanaman.
Menyiapkan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam, mulai dari limbah pertanian
sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada sistem
konvensional. Media tanam yang digunakan adalah bahan yang memiliki kriteria sebagai
berikut: mampu menyediakan dan menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan
nutrisi tanaman dapat dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase
yang baik. Jenis media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam, serbuk kayu,
kerikil, batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.
Penyemaian
Penyemaian dilakukan setelah semua persiapan awal dilakukan, sehingga setelah
penyemaian berakhir proses penanaman dapat langsung dilakukan. Penyemaian
Penanaman bibit
Setelah pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit. Penanaman bibit akan dilakukan
pada wadah tanam yang sudah di beri lubang-lubang tanam. Penanaman bibit dilakukan
setelah bibit dianggap cukup kuat untuk dipindahkan ke tempat penanaman. Dalam
pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan tidak rusak. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih muda. Hal yang perlu
dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit harus dicabut atau diikuti sertakan
dengan media tanamnya
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktu sinar matahari tidak
lagi begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya disiram dengan air
secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan memperlihatkan layu sementara,
hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari. Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya
terjadi dan hal ini tidak akan membahayakan pertumbuhan tanaman. Kecuali, jika bibit layu
karena faktor kerusakan akar atau batangnya.
Pemberian larutan nutrisi
Nutrisi atau unsur hara merupakan salah satu factor penting yang menunjang keberhasilan
suatu sistem hidroponik yang dilakukan. Adapun unsur hara bagi tanaman dikelompokkan
menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur hara makro
yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkan unsur hara mikro adalah
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara mikro yang
dibutuhkan tanaman adalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur tersebut saling
mendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur tidak ada, makan unsur
yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.
Keuntungan sistem hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi tanaman dapat dilakukan
secara bersamaan dengan irigasi. Karena pada umumnya larutan yang ada di pasaran dalam
penggunaanya telah dirancang agar diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Pencampuran larutan nutrisi ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik.
Pemeliharaan
Hidroponik memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman
hidroponik adalah sebagai berikut:
a. Penyiraman
penyiraman air dan larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan
dengan menggunakan timer, sehingga tidak memerlukan tenaga ekstra dalam
pengerjaannya.
b. Pengikatan atau pengajiran
Tanaman yang telah berumur 1 minggu perlu diberi ajir. Ajir berguna sebagai rambatan atau
pegangan agar tanaman dapat tumbuh tegak.Asa
c. Pemilihan batang produksi
Pada tanaman misalnya cabai atau paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan
dibiarkan tumbuh sebagai batang utama.
d. Pemangkasan
Daun-daun yang terdapat di antara ketiak daun dibuang setiap dua hari. Bila menanam
timun, sulur-sulur yang tumbuh di bagian atas tanaman timun dipotong sekitar 2 cm dari
titik tumbuh.
e. Pemberantasan hama
Tanaman yang diserang hama, misalnya kutu daun dan ulat buah, disemprotkan dengan
insektisida. Sesuai dosis yang diperlukan.
f. Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, cutter atau pemotong tajam lainnya.
Pemanen dilakukan dengan memotong dan mengikutsertakan sebagian tangkai yang
menempel pada kepala buah. Hal ini dilakukan karena media tanam yang digunakan bukan
lah tanah, sehingga perlu berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akar tanaman dan batang
tanaman terhadap media tanam tetap stabil.
II. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Hidroponik yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan yang terjadi di dalam penulisan makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan/referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis berharap agar para
pembaca memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini dan juga penulisan makalah-makalah selanjutnya yang berhubungan dengan
makalah hidroponik ini.
DAFTAR PUSTAKA