Oleh :
DOSEN :
1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
2
ke generasi selanjutnya untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang
lebih baik. Gaya
hidup yang berubah maka kebutuhan pun berubah, perubahan gaya
hidup merupakan
peluang untuk menciptakan produk-produk yang kreatif. Untuk
mengatasi tuntutan
yang semakin kompleks dibutuhkan keahlian dan kreativitas yang bisa
memberikan
solusi yang dapat memuaskan bagi semua pihak. Mahasiswa sebagai
generasi penerus
bangsa yang dilahirkan dan dibesarkan di era digital dan juga terpapar
dengan internet
dengan berbagai situs dan jejaring yang dituntut mampu berpikir kritis,
kreatif, inisiatif,
dan juga diharapkan mampu mengubah masa depan. Kreativitas
merupakan
ketrampilan dalam menciptakan ide-ide baru yang unik, orisinal dan
mewujudkannya
menjadi nyata. Kemampuan kreativitas merupakan salah satu
ketrampilan yang sangat
diperlukan untuk mendorong terjadinya proses perubahan, sehingga
kreativitas
merupakan salah satu ketrampilan yang harus dimiliki seorang
wirausaha dalam
mendirikan dan mengembangkan usahanya.
RUMUSAN MASALAH
3
Apakah ada unsur kreatif dan kepemimpinan ?
Apa saja kendala dalam menjalankan usaha ?
Apa saja tips atau strategi usaha untuk mengatasi berbagai kendala
tersebut?
TUJUAN MASALAH
Agar mampu mengetahui dan memahami berbagai factor yang dapat
merubah seseorang untuk menjadi wirausaha.
Agar mahasiswa mampu menjelaskan berbagai kendala dan cara
mengatasi kendala tipe wirausaha.
BAB II
PEMBAHASAN
Artikel 1
Indonesia’ pada ajang Asian Textiles Exhibition, atau Pameran Sastra
Asia, yang bertempat di Museum Tekstil Jakarta selama sebulan
penuh dari tanggal 9 Agustus hingga 9 September 2018 mendatang.
Ajang Asian Textiles Exhibition diselenggarakan sebagai bagian dari
rangkaian acara menyambut Asian Games 2018.
Torajamelo percaya bahwa kita semua berperan agar kain tenun dapat
tetap eksis dan menjadi warisan bangsa, dan jangan sampai di klaim
oleh negara lain.
Untuk itu Torajamelo pun menghormati para perempuan penenun
sebagai artisan dan menghargai hasil karya kain tenun mereka dengan
harga yang pantas. Hal ini mereka lakukan untuk menyakinkan para
penenun bahwa kain tenun merupakan pekerjaan yang menjanjikan,
yang dapat menjadi sumber penghasilan mereka. Hingga kini, banyak
sudah tertarik untuk terus berkarya dengan menenun sekaligus
merangsang generasi muda untuk tertarik terjun menjadi penenun.
4
Torajamelo didirikan pada tahun 2008 di Toraja dan bertujuan untuk
menghentikan kemiskinan dan kekerasan perempuan melalui kain
tenun. Torajamelo lebih memfokuskan kepada pengembangan
komunitas penenun, khususnya penenun yang menggunakan alat
tenun gedhog, sehingga mereka dapat menghasilkan uang sembari
bekerja dari rumah dan tetap dapat menjaga keluarga mereka.
Dengan suksesnya kerja TORAJAMELO di Toraja serta atas
permintaan banyak komunitas, maka sejak tahun 2013 TORAJAMELO
merambah ke Mamasa, Sulawesi Barat untuk membina para
perempuan penenun di (Asosiasi Perempuan Kepala Keluarga) dan
memulai kerja di pulau Adonara dan Lembata di Nusa Tenggara
Timur.
Secara keseluruhan Toraja Melo bekerjasama dengan komunitas
penenun yang terdiri dari sekitar 1,000 perempuan penenun. Mulai
tahun 2018, ketika para penenun di keempat daerah tersebut sudah
mandiri dan stabil sebagai pemasok kain tenun, maka
Torajamelokemudian lebih memfokuskan diri untuk meningkatkan sisi
bisnis mereka.
Menurut Torajamelosebagian besar dari 300 kelompok pengrajin etnis
yang tinggal di Indonesia dapat menenun, terutama di daerah
termiskin dan paling terpencil, dimana tidak banyak peluang
penghasilan. Oleh karena itu, untuk komunitas seperti ini, Torajamelo
mempersiapkan para penenun tak hanya semakin trampil dengan
karya tenunnya saja tetapi juga mempersiapkan mereka untuk dapat
menghadapi pasar dunia.
Bersama PEKKA, Torajamelo mengadakan Program
Pengorganisasian Masyarakat dan Peningkatan Kapasitas dengan
topik seperti tren mode, desain kain dan sebagainya. Disamping itu
mereka memberikan akses pada pembiayaan mikro dan tunjangan
sosial seperti beasiswa, layanan kesehatan dan obat. Torajamelo juga
mengupayakan regenerasi untuk meneruskan pengetahuan menenun
kepada generasi muda. Cita-cita Torajamelo adalah untuk bisa
membina sekitar 5,000 penenun di seluruh Indonesia.
Dari sisi bisnis, Torajamelo menghasilkan lini mode, aksesoris dan
produk cinderamata berkualitas tinggi. Semuanya dibuat dari kain
tenun tangan asli dari semua daerah kerja Torajamelo. Tim Torajamelo
berfokus pada desain yang modis, fungsional dan berkualitas tinggi,
yang bisa diperkenalkan dan dipasarkan baik di Indonesia maupun di
mancanegara.
5
Torajameloberkolaborasi dengan Komunitas Perempuan Penenun
Miskin Pedesaan dan Perempuan Miskin Kota untuk menghadirkan
tenun yang semakin memperkaya warna-warni tenun Nusantara
sekaligus mengangkat derajat tenun sebagai bahan yang fashionable.
Masing-masing desain terinspirasi dari kecintaan Torajamelo pada
kebudayaan Indonesia.
Torajamelo mendesain dan menghasilkan produk berkualitas tinggi,
dan bekerja secara profesional dengan standard prosedur yang tinggi.
Semua produk harus melalui pengecekan mutu yang ketat, misalnya.
Seluruh penenun merupakan perempuan dan tim Torajamelo
semuanya perempuan. Pelanggan Torajameli pun kebanyakan
perempuan, sehingga kolaborasi ini adalah ‘Dari Perempuan, Oleh
Perempuan untuk Dunia”.
Untuk produk mode dan cinderamata yang dikembangkan Torajamelo,
Dinny Jusuf menambahkan, tujuan Torajamelo menjual produk mode
dan cinderata berkualitas tinggi yang semuanya terbuat dari kain tenun
tangan asli adalah untuk memberi added value pada kain tenun
tersebut.
“Kami bersama pelaku kreatif muda tentunya sangat dibutuhkan oleh
daerah-daerah terpelosok, untuk dapat mengindentifikasi warisan lokal
untuk dapat di inovasikan menjadi produk-produk yang berdaya
ekonomi tinggi, sehingga secara tidak langsung dapat menggairahkan
ekonomi kreatif di daerah-daerah yang ada di Indonesia sehingga
dapat mandiri dan lebih maju. Kami pun ingin mendorong dan
membantu pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal
Artikel 2
Awal Bermula
Pada pertengahan tahun 1988, dengan dukungan para sahabat, Ibu
Feny Mustafa mewujudkan angannya dengan mendirikan Shafira. Tak
lama kemudian, tepatnya pada 8 Januari 1989 Shafira resmi terdaftar
sebagai perusahaan busana muslim pertama di Indonesia.
Store pertama di Jakarta dibuka setahun berikutnya. Keberadaan toko
yang menjual baju-baju muslim dengan pilihan yang beraneka ragam
ini menarik begitu banyak perhatian. Masyarakat jatuh cinta dengan
Shafira dan kian banyak yang melirik fashion baju muslim. Lima tahun
kemudian berdirilah show room di Bandung. Dan selanjutnya pada
tahun 2002 Shafira merambah kota terbesar kedua di Indonesia,
Surabaya
6
Berinovasi Tanpa Henti
Feny Mustafa mengatakan, salah satu modal usaha selain uang
adalah kreativitas. Dan, inilah yang kemudian mendorongnya terus
melakukan inovasi. Sebab bisnis tanpa inovasi hanya akan jalan di
tempat, bahkan mati.
Atas dasar prinsip tersebut, pada tahun 2004 Shafira membuat hijab
clinic atau salon kerudung. Mereka menunjukkan bahwa bahkan
dengan berjilbab pun kita masih bisa merias diri dan tampil stylish.
Rupanya langkah ini sekaligus menjadi pelopor profesi hijab stylist di
dunia.
Antusiasme masyarakat ini kemudian memunculkan ide untuk
mendirikan Lamara, rumah kerudung yang kemudian bertransformasi
menjadi Zoya.
Inovasi Shafira dalam mengembangkan gaya berjilbab ini begitu
berhasil dan dilirik banyak pihak. Karenanya dua tahun sejak dirintis,
Lamara langsung menggandeng mitra. Salah satu hasilnya pada tahun
2008 dibukalah 15 toko Lamara secara serentak di seluruh Indonesia.
Artikel 3
Untuk menarik perhatian, Edi harus melakukan beberapa inovasi
Tidak hanya kaya akan varian rasa, Edi juga membuat branding-nya
Sendiri dengan nama Kue Cubit Eropa
Nama tersebut ia pilih karena varian rasa, tekstur dan bentuk dari cemilan
yang ia jual cukup bervariasi Untuk memberikan perhatian lebih pada
calon pembeli, Edi juga membuat desain kue cubitnya tersebut dengan
penuh warna pada booth-nya.
7
Artikel 4
Edy, mahasiswa agribisnis semester tujuh Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, berhasil mengenalkan konsep
ramah lingkungan pada masyarakat. Edy telah mengajak ibu-ibu rumah
tangga di sekitar Stasiun Sudimara berkreasi dengan limbah plastik. Edy
mengenalkan konsep ramah lingkungan melalui produk E-bi Bag yang
dirintisnya. E-bi, kependekan dari Eco-Business Indonesia, merupakan
perusahaan penghasil barang-barang seperti tas, pin, dan gantungan
kunci dari limbah plastik. Alih-alih membiarkan ibu-ibu menambah
tumpukan sampah, dia justru menyadarkan para ibu mengenai pentingnya
mengolah sampah. "Alasan memulai bisnis ini berawal dari permasalahan.
Di samping kampus banyak sampah, pedagang yang berderet di sekitar
kampus menghasilkan berpuluh-puluh kilo sampah plastik. Kebetulan
juga, saat itu kita ikut momentum kegiatan yang dibuat , bisnis
berbasis lingkungan hidup," ujarnya. Edy memulai bisnis tas dan aksesori
dari limbah plastik pada 2013 lalu. Usaha ini dimulainya dengan modal
sebesar kurang dari Rp 500.000. Ketika memulai, Edy mengaku tidak
sendirian. Dia memulai usahanya tersebut bersama rekan sekampusnya,
yaitu Andis, Alfi, Nadia, dann Imas, serta seorang ibu bernama Elly.
Ibu-ibu yang diajak kerja sama oleh E-bi Bag akan mendapatkan upah
untuk setiap produk yang dihasilkannya. Proporsinya, tutur Edy, 30 persen
dari harga produk untuk sang ibu dan 70 persen untuk E-bi Bag. Bagian
untuk E-bi Bag digunakan untuk mengembangkan usaha. Setiap tas
dibanderol dengan harga Rp 50.000 sampai Rp 300.000. Edy
mengungkapkan, rata-raya seorang ibu bisa menghasilkan tiga tas kecil
per hari. Untuk tas besar, umumnya seorang ibu bisa menyelesaikannya
dalam seminggu. Meski sudah menghasilkan keuntungan, tetapi Edy
mengakui bahwa usahanya belum maksimal. Omzetnya per bulan hingga
saat ini masih fluktuatif sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Itu pun tidak
hanya datang dari produk buatan ibu-ibu rumah tangga yang diajaknya
bekerja sama. Sebanyak 60 persen pemasukannya per bulan justru
datang dari kegiatan pelatihan yang diadakannya. "Pemasukan kita tidak
hanya dari produk, ada pelatihan edukasi hijau, wawasan lingkungan, dan
praktik prakarya limbah," tutur Edy. Merasa belum maksimal, Edy pun
memutuskan untuk ambil bagian dalam pelatihan One InTwenty
Movement yang diadakan di Jakarta. Salah satu "bekal" yang dibawanya
dalam pelatihan adalah berbagai kendala usahanya. Dia berharap
kendala tersebut bisa diselesaikan. Di sisi lain, meski masih termasuk
usaha kecil dengan modal minim dan keuntungan yang belum fantastis,
8
tetapi visi Edy sudah jauh ke depan. Edy yakin bahwa dia siap
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 mendatang.
"Kalau tidak siap, kita akan digempur pasar dari luar. Tapi itu juga
tantangan. Bentuk kesiapannya, kita ingin coba edukasi ke sekolah
internasional. Bagi sekolah-sekolah internasional, ini unik.
Artikel 5
Menurut Ir. Mukhamad Angwar salah seorang peneliti yang terlibat dalam
program kreatif ini, pihaknya sudah membuat produk dengan izin edar dari
BPOM untuk beberapa jenis masakan seperti: Mangut Lele, Gudeg,
Tempe Kari, dan Sayur Lombok Ijo yang dikemas dalam kaleng dengan
merek produk “Gading”.
9
1)Dinny mengaku kesulitan menentukan standar harga berdasar ukuran
kain yang dibuat para penenun. Pasalnya, ukurannya juga tidak standar
lantaran jangkauan tangan satu penenun danpenenun lain berbeda.
Alhasil, harganya pun bberbedabeda. Dinny berharap, usahanya ini
membuat para penenun perempuan di Toraja bisa memiliki hidup yang
lebih baik.
Maklum, hampir semua penenun Toraja Melo adalah perempuan.
Mereka menenun di waktu luang selepas mengurus rumahtangga dan
upacara adat. Inilah yang membuat proses pengerjaan satu lembar kain
tenun memakan waktu dua pekan hingga satu bulan.
Biasanya, Toraja Melo mendapatkan pasokan 50-100 kain tenun per
bulan. Kendalanya, Dinny kesulitan mendorong para penenun agar lebih
produktif. Kendala lain, tingginya tingkat kerusakan kain tenun. Dari 10
hasil tenunan, ungkap Dinny, biasanya ada dua lembar yang tidak
memenuhi standar. Ia memadukan kain tenun Toraja dengan bahan lain.
Misalnya, kulit. Waktu pembuatan produk turunan kain tenun toraja ini
lebih lama, karena tak ada produk yang sama persis satu sama lain.
10
Kendala yang dialami pada saat mulai berbisnis kendalanya adalah
semenjak dia berbisnis telur ayam pernah bangkrut dan meninggalkan
utang sebanyak 30 juta keuangannya yang tidak cukup dan dia pernah
berbisnis telur ayam dan ternyata rugi .
Meski pasar dalam negeri belum antusias merespon produk ini, Koliga
sudah go international dalam menjual sayur kalengan ini. Dr. Jonathan
Agranoff, seorang dokter pada sebuah rumah sakit di Inggris, secara
rutin memesan Sayur Tempe bumbu Kari kaleng kemasan 250 gr. Ia
memberikan tempe kari kepada pasiennya sebagai makanan terapi
kanker. Lantaran terbukti memberikan hasil yang baik, maka
permintaan meningkat dari 2.000 kaleng menjadi 6.000 kaleng/ bulan
11
Tips Atau Strategi Usaha Untuk Mengatasi Berbagai Kendala
5) untuk menarik pelanggan sebaiknya Sayur sayuran yang dijual oleh bapak
angwar diolah menjadi lebih bermanfaat seperti Tempe bumbu Kari
kaleng sebagai makanan terapi kanker agar lebih terbukti memberikan
hasil yang baik, agar peminat lebih banyak
12
Kesan dan Pesan
BAB III
13
KESIMPULAN
berwirausaha
14
mengatur usaha yang baik dan memupuk pengetahuan dan
pengalaman
sebanyak-banyaknya.
15