Deviasi Conjugate
Oleh:
PEMBIMBING
PENDAHULUAN
Serabut radikular motorik yang keluar dari area nuklear ini berjalan ke
arah ventral bersama dengan serabut parasimpatis. Beberapa di antara serabut-
serabut tersebut menyilang garis tengah dan sebagian lagi tidak menyilang
(semua serabut untuk M. rektus superior menyilang garis tengah). Kombinasi
serabut motorik dan parasimpatis melewati nukleus ruber dan akhirnya keluar
dari batang otak di fosa interpedunkularis.2,6,8
Fasikulus nervus okulomotorius pertama-tama berjalan ke arah posterior
diantara a. serebelaris superior dan posterior, kemudian menembus duramater,
berjalan melewati sinus kavernosus, dan memasuki rongga orbita melalui fisura
orbitalis superior. Bagian parasimpatis saraf membentuk cabang di sini dan
berjalan ke gangglion siliare, tempat berakhirnya serabut praganglionik dan
sel-sel ganglion membentuk serabut postganglionik pendek untuk
mempersarafi otot-otot intraokular.2,4,6
Pada orang normal sinyal dari mata yang berasal dari cortex dominan
(kiri pada kebanyakan orang) dan mengirimkan melalui corpus callosum ke
cortex motor kanan (1). Sinyal ke bawah melintasi kembali ke sisi kiri ke
abducens (N.VI), (2) dan ke rectus lateral kiri. Impuls juga sampai ke nukleis
ke tiga pada sisi kanan (3) melalui melalui serat dalam fasciculus longitudal
medial kanan, menarik mata kanan ke kiri. Rangsangan juga mencapai formasi
pons reticular paramedian kiri, menyebabkan masukan penghambatan ke
abducens kiri dan kanan untuk mengaktifkan gerakan saccadic.
sistim saccadic dimulai dari “Frontal Eye Field” (FEF) yang terletak di
daerah premotor lobus frontalis (Brodmann Area B). Dari daerah ini jaras
frontomesenfalik (polisinaptik) berjalan menurun melalui korona radiata
ipsilateral untuk mencapai crus anterior kapsula interna dan kemudian bercabang
dua. Cabang utama berjalan turun caudo-media sepanjang permukaan
ventrolateral thalamus, kemudian melalui zona incerta dan “fields of Feral”
mencapai formatio retikularis bagian rostral mesensefalan ipsilateral. Setelah itu
jaras tersebut menyilang garis tengah di daerah perbatasan mesensefalon-pons,
kemudian berjalan terus untuk mencapai “gaze center horizontal” kontralater,
yaitu bagian dari “paramedian pontine reticular formation (PPRF) di daerah
setinggi inti N.VI. Cabang kedua (Dejerine’s aberent pyramidal system), berjalan
turun melalui pedunkulus serebri menuju basis pontis untuk kemudian membelok
kearah dorsal dan mencapai tegmen pontis (Glaser, 1978). Pada setiap gerakan
mata saccadic timbul “pulse” untuk menggerakkan bola mata ke posisi baru,
kemudian diikuti oleh “step” untuk mempertahankan kedudukan bola mata pada
posisi baru tersebut. “Pulse” untuk gerakan saccadic ventrical berasal dari riMLF
(“rostral interstitial nucleus of the medial longitudinal fasculus”) yang perlu
diaktifasi dulu oleh PPRF. PPRF dan riMLF aktifasinya di kontrol oleh korteks
lobus frontalis, parietalis, oksipitalis, kolikulus superior dan serebrum, tetapi
mekanisme pengontrolannya masih belum jelas. Jaras supranuklear untuk gerakan
mata saccadic verticaal masih belum jelas.
Nervus okulomotorius mengurus gerakan bola mata secara konjugat.
Gerakan bola mata konjugat berarti kedua bola mata bergerak ke suatu jurusan
sedangkan pada gerakan diskonjugatif kedua bola mata bergerak ke arah yang
saling berlawanan, seperti pada waktu konvergensi dan divergensi. Pada
gerakan konjugat, kedua nervus okulomotorius bekerja sama dengan saraf otak
–saraf otak okuler lainnya, yaitu nervus trokhlearis dan nervus abdusens. (1,2)
Otot-otot agonis dan antagonis kedua mata selalu dipersarafi secara
simultan (hukum Hering), dan setiap kontraksi otot agonis disertai oleh
relaksasi otot antagonisnya (hukum Sherrington).
Gambar 4. Pergerakan mata konjugat
DEVIASI KONJUGAT
Gangguan bola mata akibat lesi di korteks serebri
Lesi harus dibedakan yaitu lesi iritatif dan lesi destruksi paralitik. Lesi di
area 8 menimbulkan deviasi kedua bola mata dan kepala ke sisi kontralateral.
Gejala ini timbul biasanya pada epilepsi fokal. Pada keadaan tersebut kedua
bola mata dan kepala berputar ke sisi badan yang berkejang tonik, setelah itu
dapat mucul kejak tonik klonik yang disusul hilangnya kesadaran. Lesi
destruktif atau paralitik biasanya terjadi akibat infark serebri, yang
menimbulkan deviasi ke sisi ipsilateral.
Temuan klinis klasik dalam stroke arteri serebri adalah deviasi konjugat
dari mata ke sisi lesi. Deviasi konjugat adalah tanda klinis kerusakan otak
(misalnya stroke di arteri otak tengah) yang mana menyebabkan mata bergerak
ke satu sisi tubuh yang tempat lesi terbentuk. Tanda-tanda ini adalah lebih
sering menggerakkan kepala bukan mata.
Dalam kasus stroke sisi kanan pada pasien dengan otak kiri yang
dominan, sinyal dari otak kanan ke mata kiri terganggu, sedangkan sinyal dari
otak kiri ke mata kanan terus bekerja. Hasilnya adalah ketidakseimbangan yang
menyebabkan mata kanan (yang tetap fungsional) untuk bergerak ke kanan saat
istirahat karena adanya tarikan ke kiri. Mata kiri mengikuti karena hubungan
saraf intrapontine ke otot rektus medial kiri yang utuh. Hasilnya adalah deviasi
konjugat mata ke kanan.