Bab Ii Fix Word
Bab Ii Fix Word
LANDASAN TEORITIS
LQ = Xa/Xa' : Xb/Xb'
1. Keunggulan komparatif
Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumber-
sumber daya yang secara fisik relatif sulit untuk digerakkan antar
wilayah. Faktor-faktor yang menentukan adanya hambatan
tersebut yaitu faktor-faktor lokal seperti misalnya iklim dan
budaya yang mengikat prosuksi sumber daya sehingga wilayah
tersebut memiliki komparatif. Yang berhubungan dengan produksi
komoditas dari sumber daya alam seperti pertanian, perikanan,
pertambangan, kehutanan dan kelompok usaha sektor primer
lainnya.
2. Aglomerasi
Dalam fenomena pilar ini yang berpengaruh dalam fenomena
eksternal yaitu pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan
ekonomi secara spasial, hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-
biaya prosuksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan
baku dan industri.
3. Biaya Transport
Pilar ini lebih kasat mata yang mempengaruhi aktivitas
perekonomian. Yang implikasinya adalah biaya yang terkait
dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses
prosduksi dan pengembangan wilayah.
Menurut Fisher dan Clark mengemukakan bahwa
berkembangnya wilayah atau perekonomian wilayah dihubungkan
dengan transformasi struktur ekonomi dalam dua sektor utama yaitu :
a. Sektor primer seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan
b. Sektor tersier seperti perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa
Sementara itu, didalam tehapan perkembangan lebih
mengadopsi unsur spasial dan sekaligus mejembatani kelemahan teori
sektor. Perkembangan wilayah dapat digambarkan kedalam lima
tahapan yaitu :
1. Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan, dimana
perkembangan dan pertumbuhan wilayah bergantung pada hasil
industri seperti minyak, hasil perkebunan dan pertanian, dan
prosuk-produk primer lainnya.
2. Tahapan ekspor kompleks, dalam tahapan ini menggambarkan
bahwa wilayah telah mampu mengekspor selain komoditas
dominan juga komoditas kaitannya. Misalnya komoditas
dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi, maka
dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri
teknologi penambangan dan produk-produk turunan dari minyak
bumi.
3. Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ini menunjukkan bahwa
ada aktivitas ekonomi wilayah yang telah terdiverifikasi dengan
munculnya industri substitusi impor, seperti industri yang
memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor
dari luar wilayah.
4. Tahapan pembentukan metropolis, tahapan ini memperlihatkan
bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk
mempengaruhi dan melayani kebtuhan barang dan jasa wilayah
pinggiran. Dalam hal ini aktivitas ekonomi wilayah lokal
berfungsi sebagai pengikat dan pengendali kota-kota lain.
5. Tahapan kemajuan teknis dan profesional, dalam hal ini
menunjukkan bahwa wilayah telah memberikan peran yang
sangat nyata terhadap perekonomian nasional.
Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen
tertentu seperti sumber daya lokal, Pasar, Tenaga Kerja, Investasi,
Kemampuan pemerintah, Transportasi dan komunikasi, Teknologi.
Pengembangan wilayah memberikan pengaruh yang besar dalam
meningkatkan potensi pertumbuhan baik pertumbuhan ekonomi
maupun sosial yang berkelanjutan dengan adanya penyebaran
penduduk, meningkatkan kesempatan kerjadan produktifitas.
1+3,33 log n
Dengan adanya analisis skalogram ini, maka dapat memberikan
kemudahan tentang kabupaten/kota, kecamatan mana dengan pusat
pelayanan yang berada pada tingkat yang tinggi dan yang berada pada
tingkat yang rendah.
Teori Konsentris
Teori Sektoral
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945.
Kedua geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral
terdapat dalam wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dari apa
yang dikemukakan dalam teori Burgess dan Hoyt.
Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk
yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh
munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub
pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang sesuai dengan
penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota
yang memiliki sel-sel pertumbuhan.
Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, Bandar udara,
kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan
ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan lahan secara
mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks
industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi.
Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat
perbelanjaan dan tempat pendidikan.
Harris dan Ullman berpendapat bahwa karakteristik persebaran
penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor yang unik seperti situs
kota dan sejarahnya yang khas, sehingga tidak ada urut-urutan yang
teratur dari zona-zona kota seperti pada teori konsentris dan sektoral.
Teori dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya menunjukkan contoh-
contoh dari kenampakan nyata suatu kota.
Gambar 2.3
Teori Inti Ganda
Gambar 2.5
Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
f. Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan
pada peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan
kota. Teori poros ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
Gambar 2.6
Teori Poros
g. Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada
kenyataan historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal
penduduk di dalam kota. Teori historis dari Alonso dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2.7
Teori Historis
Berdasarkan teori-teori mengenai struktur ruang maka, ada 3 bentuk
struktur ruang kota jika ditinjau dari pusat pelayanan, yaitu :
a. Monocentric city
Monocentric city adalah kota yang belum berkembang pesat,
jumlah penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat
pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai CBD (Central Bussines
District).
b. Polycentric city
Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat
pelayanan tidak efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar
membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang jumlahnya
tergantung pada jumlah penduduk kota. Fungsi pelayanan CBD
diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang dinamakan sub pusat kota
(regional centre) atau pusat bagian wilayah kota. Sementara itu, CBD
secara berangsur-angsur berubah dari pusat pelayanan retail (eceran)
menjadi kompleks kegiatan perkantoran komersial yang daya
jangkauan pelayanannya dapat mencakup bukan wilayah kota saja,
tetapi wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah pengaruh
kota.
CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah
kota (regional centre) akan membentuk kota menjadi polycentric
city atau cenderung seperti multiple nuclei city yang terdiri dari:
CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks
perkantoran
Inner suburb (kawasan sekeliling CBD), yaitu bagian kota yang
tadinya dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan
setelah berkembang sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi
sebagian lagi dilayani oleh sub pusat kota
Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh
sesuai perkembangan kota
Outer suburb (pinggiran kota), yaitu bagian yang merupakan
perluasan wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub
pusat kota
Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang
secara berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi,
melainkan mengarah ke bentuk pedesaan (rural area)
c. Kota metropolitan
Kota metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota
satelit yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut,
tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan
penduduk wilayah metropolitan.
Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat –
pusat pelayanannya diantaranya:
Mono centered, terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang
tidak saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat
yang lain.
Multi nodal, terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub
sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat
selain terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung
langsung dengan pusat.
Multi centered, Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang
saling terhubung satu sama lainnya.
Non centered, pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat
maupun sub pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan
saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
Gambar 2.8
Tipologi Struktur Ruang
Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain
politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya,
pusat kota merupakan tempat sentral yang bertindak sebagai pusat
pelayanan bagi daerah-daerah di belakngnya, mensuplainya dengan
barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut
urutan menaik dan menurun tergantung pada ambang batas barang
permintaan. Pusat kota terbagi dalam dua bagian:
1. Bagian paling inti (The Heart of The Area) disebut RBD (Retail
Business District), Kegiatan dominan pada bagian ini antara lain
department store, smartshop, office building, clubs, hotel, headquarter
of economic, civic, political.
2. Bagian diluarnya disebut WBD (Whole Business District) yang
ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi
dalam jumlah yang besar antara lain pasar dan pergudangan.
LANGKAH PERUMUSAN
Metode Overlay
Jenis jalan :
a. Jalan Arteri
b. Jalan Kolektor
c. Jalan Lokal
d. Jalan Lingkungan
Dalam rencana Pola ruang wilayah kota ada beberapa rumusan yang
dapat mengatur mengenai peruntukan ruang disebuah wilayah yaitu:
Ancaman
adalah suatu kejadian
atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, dan menimbulkan dampak suatu kondisi
yang ditentukan oleh psikologis. Kerentanan adalah suatu kondisi yang
ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan
sosial budaya dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan
kerawanan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana (Bakornas
PB, 2007).
b. Warning
Fase ini mengacu pada penyediaan informasi yang efektif dan tepat
waktu melalui lembaga-lembaga yang terpercaya, agar individu dapat
mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko dan
mempersiapkan respon yang efektif.
c. Emergency relief
Pemberian bantuan atau pertolongan selama atau segera setelah
bencana terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan yang
Penentuan mendasar orang-orang yang terkena. Hal ini dapat langsung
dalam jangka pendek atau jangka panjang.
d. Rehabilitation
Fase ini mencakup keputusan dan tindakan yang diambil setelah
bencana dengan tujuan untuk memulihkan atau memperbaiki kondisi
kehidupan masyarakat serta mendorong dan memfasilitasi penyesuaian
yang diperlukan untuk mengurangi risiko bencana.
e. Reconstruction
Fase ini mencakup semua kegiatan yang penting dilakukan dalam
jangka panjang yaitu fase prediksi berupa mitigasi dan kesiapsiagaan,
fase respon terhadap peringatan dan pemberian bantuan darurat, serta
fase pemulihan berupa rehabilitasi dan rekonstruksi.
Secara garis besar, terdapat empat fase menajemen bencana yaitu :
a. Fase Mitigasi adalah upaya memperkecil dampak negatif bencana,
contohnya zonasi dan pengaturan bangunan(building codes), analisis
kerentanan, pembelajaran public.
b. Fase Preparadness adalah merencanakan bagaimana menanggapi
bencana, contohnya merencanakan kesiagaan, latihan keadaan darurat,
system peringatan.
c. Fase Respon adalah upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan
oleh bencana. Contohnya pencarian, pertolongan, tindakan darurat.
d. Fase Recovery adalah mengembalikan masyarakat ke kondisi normal,
contohnya perumahan sementara, bantuan keuangan, dan perawatan
kesehatan.
2.7 TEORI TRANSPORTASI
Transportasi merupakan usaha dan kegiatan mengangkut atau
membawa barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam penjelasan
tentang ilmu transportasi, bahwa alat pendukung transportasi mencakup
beberapa unsur yaitu:
Sistem lingkungan
Dalam sistem transportasi, terminal merupakan titik simpul dari
berbagai angkutan, sebagai titik perpindahan penumpang, dan berbagai
moda ke suatu moda. Dalam konsep ini, terminal banyak dihubungkan
dengan berbagai fungsi yang dapat ditinjau berdasrkan fungsi terminal
transportasi jalan raya yaitu:
a. Titik konsentrasi penumpang dan segala arah yang berkumpul atau
menuju ke sana, karena tujuan perjalanan di sekitar terminal atau yang
akan berganti kendaraan;
b. Titik dispersi, yaitu tempat penyebaran penumpang ke segala arah
tujüan kota atau luar kota, atau ke beberapa tujuan khusus seperti
bandara, stasiun KA dsb;
c. Titik tempat penumpang berganti moda angkutan
d. Pusat pelayanan penumpang untuk naik dan turun kendaraan,
menunggu, membeli karcis dan beberapa keperluan yang
bersangkutan dengan petjalanan; dan
2.8 TEORI DAERAH ALIRAN SUNGAI
Gambar 2.10
Daerah Aliran Sungai