Anda di halaman 1dari 13

Ibadah Haji 1441 H di Indonesia

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Haji Umrah dan Ziarah
Dosen pengampu : H. Asep Iwan Setiawan, S.Sos, I., M.Ag.

Oleh:
Handi Prasetyo Utomo (1184030047)
MD / 5 / B

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1441 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Haji Umrah
dan Ziarah. Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan.
Untuk itu, demi tercapainya kesempurnaan pada makalah selanjutnya saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata semoga makalah yang saya susun ini dapat memberikan manfaat kepada
mahasiswa khusunya dan bagi masyarakat pada umumnya di tengah pandemi virus covid-19
saat ini.

Oleh,

Handi Prasetyo Utomo


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Pengertian Haji dan Keutaman Melaksanakan Haji..........................................................


B. Penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H/2020 M di Indonesia............................................
C. Kebijakan Pemerintah Indonesia Ibadah Haji 1441 H/2020 M........................................

BAB III : PENUTUP ..................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim
sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya. Haji pada hakikatnya
merupakan sarana dan media bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah ke Baitullah
dan Tanah Suci setiap tahun. Karena setiap tahun sebagian umat muslim dari seluruh
dunia datang untuk menunaikan ibadah haji. Adapun ibadah umrah pada hakikatnya
menjadi sarana dan media bagi umat muslim untuk beribadah ke tanah suci setiap saat
dan waktu. Karena pada saat itu umat muslim datang dan berziarah ke Ka‟bah untuk
melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak hanya pada tahun saat
haji, akan tetapi pada setiap saat, ketika orang melaksanakan ibadah umrah.
Pada dasarnya, tujuan pokok pada perjalanan haji dan umrah ada tiga hal, yaitu:
1. Mengerjakan haji, hukumnya wajib bagi yang mampu dan hanya sekali seumur hidup.
Adapun selebihnya itu sunnah. Mengerjakan ibadah haji hanya bisa dikerjakan pada
musim haji, sedangkan ibadah umrah bisa dikerjakan pada setiap waktu yang tidak
terbatas.
2. Mengerjakan umrah, mengerjakan ibadah haji dan umrah terdapat perbedaan dan
persamaan dalam waktu dan pelaksanaannya.
3. Melakukan ziarah, hukunya sunnah. Ziarah yang dimaksudkan adalah ketempat-
tempat, baik di Jeddah, Mekkah, Madinah dan tempat-tempat lain yang bersejarah.

Haji sebagai salah satu rukun islam yang mewajibkan kita untuk menunaikannya jika
mampu, tetapi karena keterbatasan kuota untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
maka tidak memungkinkan kita untuk bersegera menunaikannya. Umrah menjadi sebuah
alternatif perjalanan ibadah ke Tanah Suci walaupun tidak menggugurkan kewajiban haji.
Dengan keterbatas kuota untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci ditambah di
tahun 2020 ini terjadinya wabah pandemi virus Covid-19 di seluruh dunia membuat
penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H di tahun ini semakin membuat jemaah yang boleh
mengikuti pelaksaan Ibadah Haji semakin sangat terbatas, karena seperti yang kita
ketahui bahwa penyelenggaraan ibadah haji seperti pada tahun-tahun sebelumnya
berpotensi memunculkan kerumunan. Bahkan ada momen saat jutaan jemaah haji
berkumpul pada satu titik.
Ditengah pandemi virus Covid-19 penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H ini menjadi
sorotan penting bagi umat Muslim yang ingin melaksanakan Ibadah Haji pada tahun ini,
karena Ibadah Haji ini berpotensi sebagai pusat atau titik perkumpulan massa yang dapat
dengan mudah memicu penyebaran virus ini semakin massif. Untuk itu, makalah dengan
judul “Ibadah Haji 1441 H di Indonesia” disaat pandemi covid-19 ini makalah ini
memberikan wawasan mengenai kebijakan dan mengetahui regulasi yang dikeluarkan
Pemerintah maupun MUI bahkan juga Pemerintah Saudi, dan kebijakan apa yang
diterapkan di Indonesia bagi jemaah haji yang ingin melaksanakan Ibadah Haji 1441 H
ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik
permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan haji dan keutaman melaksanakan haji?
2. Bagaimana penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H di Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan yang dibuat Pemerintah Indonesia bagi jemaah haji yang
akan melaksankannya di tahun ini?

C. Tujuan Pembahasan
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujun pelaksanaan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian haji dan keutaman melaksanakan haji.
2. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kebijakan yang dibuat Pemerintah Indonesia bagi jemaah
hajinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Keutaman Melaksanakan Haji


Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukumnya wajib bagi setiap muslim
yang mampu menunaikannya, sekali dalam seumur hidup berdasarkan dalil yang terdapat
di dalam Al-Qur’an. Menunaikan ibadah Haji adalah memenuhi panggilan Allah. Dalam
Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman kepada Ibrahim:
ۡ َ ‫س بِ ۡٱل َح ِّج يَ ۡأتُو َك ِر َجااٗل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬
٢٧ ‫يق‬ٖ ‫ضا ِم ٖر يَأتِينَ ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم‬ ِ ‫َوأَ ِّذن فِي ٱلنَّا‬
Artinya: “(Dan berserulah) serukanlah (kepada manusia untuk mengerjakan haji)
kemudian Nabi Ibrahim naik ke puncak bukit Abu Qubais, lalu ia berseru, "Hai
manusia! Sesungguhnya Rabb kalian telah membangun Baitullah dan Dia telah
mewajibkan kalian untuk melakukan haji, maka sambutlah seruan Rabb kalian ini"1.
Haji menurut bahasa, adalah menuju kesuatu tempat berulang kali atau menuju
kepada suatu yang dibesarkan. Sedangkan secara istilah Haji adalah sengaja mengunjungi
Ka’bah (rumah suci) untuk menunaikann amal ibadah tertentu, pada waktu tertentu
dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.

 Syarat Haji:  Rukun Haji:


1. Islam 1. Ihram
2. Baligh 2. Wuquf
3. Aqil 3. Thawaf
4. Merdeka 4. Sa’i
5. Waktu 5. Mencukur rambut
6. Mengetahui tata tertib ibadah 6. Tertib
Haji

 Wajib Haji:
1. Ihram dan miqat
2. Bermalam di Mizdalifah
3. Melempar Jumratul Aqabah
4. Melempar ke tiga Jumratul
5. Menjauhkan semua yang haram

1
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahan Al-Hikmah, (Bandung: PT. Diponegoro :2010), hlm. 335.
Pada tanggal 8 Zulhijjah, jama’ah Haji masih berada di makkah, mandi dan
berwudhu, kemudian mengenakan pakaian ihram. Shalat sunnat ihram dua raka’at, dan
membaca doa ihram. Kemudian membaca niat sebagai berikut:
“Labbaika allahumma hajjan”.
Artinya: “Ini lah aku ya Allah, datang memenuhi panggilan-Mu untuk haji”.
Kemudian berangkat menuju arafah, selama dalam perjalanan sebaiknya
dikumandangkan talbiyah, salawat, dan do’a, seperti yang dikumandangkan waktu dalam
perjalanan Umrah dari miqat makani ke kota Makkah. Sesampai di Arafah, dalam waktu
senggang di anjurkan membaca Alquran dan berzikir kemudian menginap disana
menunggu waktu wukuf.
Tanggal 9 Zulhijjah selesai shalat Zuhur, jamaah Haji melakukan wukuf di Arafah,
kemudian berangkat ke Musdalifah. Mencari batu krikil di Muzdalifah serta bermalam
disana. Lewat tengah malam berangkat ke Mina. Tanggal 10 Zulhijjah, selesai shalat
Subuh melontar jumroh aqabah sebanyak 7 lontaran. Kemudian mengerjakan
tahallulawal dengan memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai. Pakaian ihram boleh
diganti dengan pakaian biasa, juga sudah bebas dari larangan ihram, kecuali melakukan
hubungan suami isteri atau bercumbu. Boleh pergi ke Makkah untuk melakukan thawaf
ifadah.
Kemudian kembali ke Mina sebelum Maghrib bermalam di Mina. Tanggal 11
Zulhijjah melontar ketiga jumrah, berurutan pertama jumrah Ula denggan 7 lontaran,
jumrah Wusta, juga 7 lontaran, dan jumrah Aqabah, juga 7 lontaran, jamaah Haji masih
bermalam di Mina.
Tanggal 12 Zulhijjah kembali melontar ketiga jumrah seperti tanggal 11 Zulhijjah.
Kemudian jamaah di beri dua kemungkinan, bagi mereka yang ingin kembali ke Makkah
pada hari itu, dinamakan nafar awal. Bagi mereka di beri kesempatan untuk mengerjakan
tawaf ifadha dan sa’i. Dengan demikian selesailah seluruh pelaksanaan ibadah Haji. Bagi
mereka yang masih ingin bermalam di Mina, masih di beri kesempatan dan ini dinamakan
nafat tsani (nafar akhir) dengan kewajiban besoknya (tanggal 13 Zulhijjah) kembali
melontar ketiga jumrah sebagaimana kemarinnya. Kemudian kembali ke Makkah untuk
melakukan tawaf ifadah dan sa’i.
Dengan ini selesailah seluruh rangkaian ibadah Haji. Sebelum meninggalkan Makkah
disunnatkan mengerjakan Tawaf wada’ (Thawaf perpisahan).2

2
Zakiah Daradjat, Haji Ibadah Yang Unik, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhana 1992), hlm, 90
Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Berikut
beberapa di antaranya:3
1. Haji merupakan amalan yang paling afdhol.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi,
“Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di
jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”,
jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519)
2. Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka balasannya
adalah surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan
haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no.
1773 dan Muslim no. 1349).
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan
yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika
pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk
masuk surga.” (Syarh Shahih Muslim, 9/119)
3. Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah)
Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol.
Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji
mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1520)
4. Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok
dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika
dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).

B. Penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H/2020 M di Indonesia

3
M. Sabiq Al Hadi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam: “REKONSTRUKSI PEMAHAMAN YANG KELIRU TENTANG
KEWAJIBAN DAN KEUTAMAAN HAJI DAN UMROH”, Vol.01, No.01, Mei 2019, hlm.11
Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia
yang mampu secara (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah
(Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan: wukuf, tawaf, sa’i dan amalan lain. Ibadah
haji biasanya di laksanakan pada musim haji (bulan Dzulhijjah), demi memenuhi
panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridho-Nya. Haji hukumnya wajib bagi umat
muslim tetapi bagi yang mampu menjalankannya. Karena sudah menjadi kewajiban umat
Islam untuk menjalankan lima pilar umat muslim tersebut. Oleh karena itu umat muslim
ingin menjalankan ibadah haji, karena mereka ingin menjalankan pilar yang ke lima itu.
Tetapi tidak semua orang bisa menjalankkannya karena hanya orang yang siap
ataumampu lahir batin dan secara materi mampu yang bisa menjalankannya. Tetapi
fenomena haji di masyarakat saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat karena
ibadah haji sudah di jadikan ajang perlombaan untuk menjadi seorang pak haji atau haji,
itu bisa di lihat melonjaknya ibadah haji sekarang ini.
Namun ada yang berbeda pada penyelenggaraan Ibadah Haji 1441 H/2020 M di
Indonesia saat ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mendukung keputusan
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) membatalkan pemberangkatan
jemaah haji ke tanah suci mekkah tahun ini karena pandemi covid-19. Pembatalan Ibadah
Haji ini sangat tetap karena melihat bahwa kondisi saat ini sudah darurat karena
penyebaran covid-19 yang mendunia termasuk Indonesia dan Arab Saudi belum mereda.

C. Kebijakan Pemerintah Indonesia Ibadah Haji 1441 H/2020 M


Kebijakan pembatalan penyelenggaraan Ibadah Haji ini diambil karena Pemerintah
harus mengutamakan keselamatan Jamaah di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.
Keputusan pembatalan Ibadah Haji 1441 H/2020 M ini sudah melalui kajian mendalam.
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan
Arab Saudi, dapat mengancam keselamatan Jamaah. Agama sendiri mengajarkan,
menjaga jiwa adalah kewajiban yang harus diutamakan. Ini semua menjadi dasar
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan.
Pembatalan keberangkatan Jamaah ini berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia
(WNI). Maksudnya, pembatalan itu tidak hanya untuk Jamaah yang menggunakan kuota
haji pemerintah, baik reguler maupun khusus, tapi termasuk juga Jamaah yang akan
menggunakan visa haji mujamalah atau furada.
Dalam hal penanganan pandemic Covid-19, Pemerintah Indonesia mengeluarkan
beberapa kebijakan sebagai bentuk respon dan aksi pemerintah atas kondisi yang terjadi,
dengan regulasinya sebagai berikut:
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 tahun 2020 tentang Pembatalan
Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2020 M /1441 H.
Menteri Agama (Menag)4.
KMA Nomor 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji Tahun
2020 diambil karena Pemerintah harus mengutamakan keselamatan jemaah di tengah
pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19) yang belum usai. Sesuai amanat Undang-
undang, Menag menyampaikan bahwa selain mampu secara ekonomi dan fisik,
kesehatan, keselamatan, dan keamanan jemaah haji harus dijamin dan diutamakan, sejak
dari embarkasi atau debarkasi, dalam perjalanan, dan juga saat di Arab Saudi. Menag
menegaskan bahwa keputusan ini sudah melalui kajian mendalam karena pandemi Covid-
19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan Arab Saudi,
dapat mengancam keselamatan jemaah. Agama sendiri mengajarkan, menjaga jiwa adalah
kewajiban yang harus diutamakan.
Penerbitan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 tahun 2020 tentang
Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2020
M /1441 H juga didasarkan kajian literatur serta menghimpun sejumlah data dan
informasi tentang haji di saat pandemi di masa-masa lalu. Didapatkan fakta bahwa
penyelenggaraan ibadah haji pada masa terjadinya wabah menular, telah mengakibatkan
tragedi kemanusiaan di mana puluhan ribu jemaah haji menjadi korban. Tahun 1814
misalnya, saat terjadi wabah Thaun, tahun 1837 dan 1858 terjadi wabah epidemi, 1892
wabah kolera, 1987 wabah meningitis. Pada 1947, Menag Fathurrahman Kafrawi
mengeluarkan Maklumat Kemenag No 4/1947 tentang Penghentian Ibadah Haji di Masa
Perang.
Selain soal keselamatan, Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 tahun 2020
tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji
Tahun 2020 M /1441 H juga diambil karena hingga saat ini Saudi belum membuka akses
layanan Penyelenggaraan Ibadah Haji 1441H/2020M. Akibatnya, Pemerintah tidak
memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan dalam pelaksanaan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah padahal persiapan itu penting agar jemaah
dapat menyelenggarakan ibadah secara aman dan nyaman.
4
KMA Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji 2020
Bersamaan dengan terbitnya KMA Nomor 494 tahun 2020 tentang Pembatalan
Keberangkatan Jemaah Haji Tahun 2020, Petugas Haji Daerah (PHD) pada
penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dinyatakan batal dan Bipih yang telah dibayarkan
akan dikembalikan. Gubernur dapat mengusulkan kembali nama PHD pada haji tahun
depan. Hal sama berlaku bagi pembimbing dari unsur Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
dan Umrah (KBIHU) pada penyelenggaraan haji tahun ini. Statusnya dinyatakan batal
seiring terbitnya KMA ini. Bipih yang dibayarkan akan dikembalikan. KBIHU dapat
mengusulkan nama pembimbing pada penyelenggaraan haji mendatang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukumnya wajib bagi setiap muslim
yang mampu menunaikannya, sekali dalam seumur hidup berdasarkan dalil yang terdapat
di dalam Al-Qur’an. Menunaikan ibadah Haji adalah memenuhi panggilan Allah. Namun
pada kondisi pandemi virus Covid-19 ini kita sebagai calon jemaah haji atau sebagai umat
Muslim harus bisa memaklumi dan tidak berkecil hati dengan keadaan pandemi saat ini.
Kebijakan pembatalan penyelenggaraan Ibadah Haji ini dinilai tepat karena
Pemerintah harus mengutamakan keselamatan Jamaah di tengah pandemi Covid-19 yang
belum usai. Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk
Indonesia dan Arab Saudi, dapat mengancam keselamatan Jamaah. Agama sendiri
mengajarkan, menjaga jiwa adalah kewajiban yang harus diutamakan. Ini semua menjadi
dasar pertimbangan dalam menetapkan kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahan Al-Hikmah, (Bandung: PT. Diponegoro :


2010), hlm. 335.

KMA Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji 2020.

M. Sabiq Al Hadi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam: “REKONSTRUKSI PEMAHAMAN


YANG KELIRU TENTANG KEWAJIBAN DAN KEUTAMAAN HAJI DAN UMROH”,
Vol.01, No.01, Mei 2019, hlm.11

Zakiah Daradjat, Haji Ibadah Yang Unik, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhana
1992), hlm, 90

Anda mungkin juga menyukai