Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks
Mengetahui,
Kepala SMP Kota Bima
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya
penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan tuntas
dan tepat waktu.Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam rangka
and Universal Teachers Upgrading) MGMP Bahasa Inggris. Penulisan proposal ini
selesai berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih tersampaikan
kepada :
1. SOBAR, S.Pd, Kepala SMP Kota Bima atas ijin, motivasi dan dukungannya
2. Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dinas Pendidikan Kota Bima, Hj.
3. Ibu Dra, Hj. Nur rahmiyati, PKS Kurikulum SMP Kota Bimaatas saran dan
guru.
8. Semua guru dan rekan Guru MGMP Bahasa Inggrsi 1 yang turut
Semoga bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak diberkati Allah SWT.
Tersadar bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak tetap terbuka
guna penyempunaan dan perbaikan tindak lanjut. Semoga pelaksanaan dan hasil
penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat dan peningkatan dalam proses
pembelajaran di kelas.
Peneliti
ABSTRAK
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat
keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu
didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: kosa tata, tata bahasa dan
pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat
keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan
berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Inggris. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa tentang
mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan
menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi
dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure pada semester 2
sebanyak 60% siswa masih berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Permasalahan tersebut sangat menarik perhatian penulis untuk mencoba memaparkan
topik analisa terhadap kemampuan siswa menulis teks berbentuk posedur melalui model
pembelajaran make a match.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IX A SMP 4 Kota
Bimadengan jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian yang
dilakukan melalui MGMP program BERMUTU yang pada pelaksanaannya peneliti
sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang guru Bahasa Inggris yang tergabung
dalam kelompok guru yang mengajar di kelas IX. Waktu pelaksanaan pada Bulan
Februari sampai dengan Maret 2010 atau pada semester 2.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure, mengembangkan strategi
pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan, Siswa
dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan
gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi/ pengamatan
dan pemberian test performance siswa dengan bentuk test tulis.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, hasil pengamatan mengindikasikan
bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa
hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi
individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat
nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%) mendapat
nilai E ‘poor’
Akhirnya penulis menyimpulkan berdasarkan penjelasan pada pembahasan
diatas bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan.
Dengan kata lain, impelmentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran
make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk
prosedur dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Abstrak ............................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
.
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah …………………….. 4
1.2
. 1.2.1. Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.6
.
1.7
.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka …………………………………………………… 9
.
2.1.1. Procedure Text …………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini.
pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu
Pengetahuan, teknologi dan seni yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka
mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat
keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu
didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan
Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat
berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan
menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur
bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang
berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing
dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul
pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika
dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks
berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima
procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis
Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog
berbentuk procedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang
kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu
sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai
yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa
siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya
diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan
dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan
terhadap hasil dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera
metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar
bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok
yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator
dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kota Bima, serta pengalaman penulis saat
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match
Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam
Senada dengan yang diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya
menyatakan bahwa secara ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan
informasi tersebut manusia dibagi menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan
mana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal;
dan manusia kinestetik, di mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila
informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan
Match atau mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang
Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi
(2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning;
(2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada
siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
(7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan
masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10)
hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan
menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru
kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan
siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan
tertulis.
siswa.
mengajar.
Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyusun teks Bahasa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teks procedure merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre
yang dipelajari di tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk
Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan
atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan
pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003:
188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin
tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu
semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar. Mulyasa
kontekstual; (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada
siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswamenonton ke siswa aktif bekerja dan
berkarya, guru mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara
dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa; (4) menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya
untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama
penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi
terhadap perbedaan individu. Menurut Anita Lie (1:10) ada tiga hal yang perlu
menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang
Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat
menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang
perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan
kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal),
telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja
bersama-sama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan
mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar
kelompoknya.
dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap
terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN Kota
BimaKelas IX A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih
sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini,
menerapkan model pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang
kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu
yang cocok.
pelajaran.
2.2. Rencana Tindakan
agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan
menyenangkan dan bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan model pembelajaran
Make a Match.
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
pelajaran.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Pasundan Kota Bima. Alamat
sekolah di Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Kota Bima. Penelitian ini merupakan
Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok 3. Subyek penelitian yang di ambil
adalah kelas IX A SMP pasundan Kota Bima. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari
masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar
siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih
dengan persiapan :
dipahami siswa.
pembelajaran.
prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning),
kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan
dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru MGMP Bahasa Inggris Kelompok 1 yang
pembelajaran Writing Procedure Text melalui dua siklus pada semester 2 tahun
pelajaran 2009-2010. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama terdiri dari
2x40 menit. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik
the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of
the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada siklus kedua dan
dan Tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang
melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkah-
langkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai
mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap
kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu
yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu
tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang
akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali
kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam
penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa
berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu
berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu
yang cocok.
Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy
berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure
Siklus Penelitian
SIKLUS ke-1
rencana.
dilaksanakan.
Inggris Kota Kota Bima dan kepala sekolah untuk rencana observasi.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran klasikal.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-
Bahasa Inggris.
SIKLUS ke-2
Match.
memberikan balikan.
4. menyusun rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1)
peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan
menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata
pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata
pelajaran yang sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian
sebagai berikut :
a. Potongan kartu yang berisi kalimat procedure yang di acak dan dibagikan
kepada siswa (satu kelompok diberi satu buah kartu) sebagai instrumen
deskriptif kuantitatif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil
observasi. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1
peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Tindak lanjut dalam penelitian ini siswa dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam bab ini
mencakup siklus ke satu dan siklus kedua sesuai perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Bab ini melaporkan hasil dari test writing procedure text pada tahap akhir
masing-masing siklus. Hasli penelitian dapat tergambar melalui tahapan sebagai berikut.
Guru Siswa
Belum menggunakan Hasil belajar siswa pada
Kondisi awal media video dan teknik materi menyusun Teks
MAKE A MATCH dalam Prosedure rendah
mengajar Teks Prosedur
pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2010 jam ke 1-2 (07.00 –
08.20) dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini
the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of
the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada sikllus kedua dan
dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang
melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkah-
langkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai
mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap
kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu
yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu
tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang
akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali
kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam
penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa
Pada ICOT, siwa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy
berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure
pada proses pembelajaran tahap BKOF, MOT dan JCOT yang dilakukan menggunakan
make a match. Para observer yang merupakan guru Bahasa Inggris yang tergabung
dalam MGMP Kota Kota Bima kelompok kelas 3 melakukan pengamatan dengan
menggunakan lembar observasi berbentuk form check list ( ). Indikator yang diamati
selama proses pembelajaran meliputi tiga indikator, yaitu perhatian siswa terhadap
Pada kegiatan inti (BKOF, MOT, JCOT) guru menjelaskan struktur penyusunan
teks procedure dengan menggunakan media in focus kemudian guru menyuruh siswa
membentuk kelompok dan siswa diberi kartu yang berisi kalimat acak. Siswa diminta
mencari pasangan kalimat yang ada di kelompok lain. Dibawah ini adalah hasil
Kelas : IX A
Indikator Kategori
No Nama Total
1 2 3 Aktif Pasif
1 Ade Entris Firmansyah √ 1 √
2 Adis Yudistira √ √ √ 3 √
3 Agus Rusdiat √ 1 √
4 Arapat Sahara √ 1 √
5 Asep Rianto 0 √
6 Cici √ √ 2 √
7 Darus √ √ √ 3 √
8 Dadan Ramdani 0 √
9 Delis Meliani √ √ √ 3 √
10 Deri Gumilar 0 √
11 Dikha Puspa W √ √ 2 √
12 Doni Kurniawan √ 1 √
13 Eli Wahyuni 0 √
14 Enci Supriatin √ 1 √
15 Endah Yulianti √ 1 √
16 Erik Darusman √ 1 √
17 Erna Wati √ 1 √
18 Erni √ 1 √
19 Euis Solihat √ √ √ 3 √
20 Handi Sunantoro 0 √
21 Hendiana √ √ 2 √
22 Hera Cahyaningsih 0 √
23 Ika Kartika 0 √
24 Jenal MA √ 1 √
25 Kicin Dini √ √ √ 3 √
26 Lastri √ √ √ 3 √
27 Muhrohil √ √ √ 3 √
28 Neni Suhesti 0 √
29 Nia Kaningsih √ √ 2 √
30 Okfi Lestari √ 1 √
31 Reni Nuraeni √ √ √ 3 √
32 Riyan Supriadi √ √ 2 √
33 Risa Fatmawati √ √ 2 √
34 Rully Nurdianti √ √ 2 √
35 Saepul Uyun 0 √
36 Sena Destiana √ √ √ 3 √
37 Tati Sudarti √ 1 √
38 Usi √ √ √ 3 √
39 Veni Lutviani √ 1 √
40 Wandini Srilya M 0 √
41 Yuli Yulianti √ √ √ 3 √
TOTAL 20 19 21 60 18 23
PROSENTASE 48,78 46,34 51,22 48,78 43,90 56,09
Keterangan Indikator:
1. Perhatian
2. Kerjasama
3. Pasritipasi
Berdasarkan hasil penilain proses dari tabel di atas dilihat bahwa sebanyak 18
orang siswa (43%) siswa aktif mengikuti proses pembelajaran melalui model
pembelajaran make a match. Jumlah siswa yang pasif lebih besar yaitu sebanyak 23
orang (56%).
menggunakan instrumen test tulis yang merupakan kalimat acak (jumbled sentences)
dibagikan kepada siswa secara individu. Proses ini dilakukan pada akhir pembelajaran
Berikut nilai hasil belajar siswa yang terangkum dalam tabel dibawah ini:
N RATA-
NAMA L/P SCORE JML
o RATA
1 Ade Entris Firmansyah L 60 50 110 55,00
2 Adis Yudistira L 70 62 132 66,00
3 Agus Rusdiat L 60 60 120 60,00
4 Arapat Sahara L 65 55 120 60,00
5 Asep Rianto L 50 60 110 55,00
6 Cici P 65 65 130 65,00
7 Darus L 75 60 135 67,50
8 Dadan Ramdani L 50 60 110 55,00
9 Delis Meliani P 65 60 125 62,50
10 Deri Gumilar L 60 60 120 60,00
11 Dikha Puspa W P 75 70 145 72,50
12 Doni Kurniawan L 60 65 125 62,50
13 Eli Wahyuni P 65 60 125 62,50
14 Enci Supriatin P 60 60 120 60,00
15 Endah Yulianti P 55 60 115 57,50
16 Erik Darusman L 60 66 126 63,00
17 Erna Wati P 65 60 125 62,50
18 Erni P 60 60 120 60,00
19 Euis Solihat P 70 65 135 67,50
20 Handi Sunantoro L 60 60 120 60,00
21 Hendiana L 70 65 135 67,50
22 Hera Cahyaningsih P 65 60 125 62,50
23 Ika Kartika P 55 55 110 55,00
24 Jenal MA L 60 55 115 57,50
25 Kicin Dini P 70 65 135 67,50
26 Lastri P 90 80 170 85,00
27 Muhrohil L 65 65 130 65,00
28 Neni Suhesti P 60 60 120 60,00
29 Nia Kaningsih P 70 65 135 67,50
30 Okfi Lestari P 70 70 140 70,00
31 Reni Nuraeni P 60 60 120 60,00
32 Riyan Supriadi L 60 55 115 57,50
33 Risa Fatmawati P 75 70 145 72,50
34 Rully Nurdianti P 80 75 155 77,50
35 Saepul Uyun L 60 60 120 60,00
36 Sena Destiana P 65 65 130 65,00
37 Tati Sudarti P 60 60 120 60,00
38 Usi P 60 55 115 57,50
39 Veni Lutviani P 60 55 115 57,50
40 Wandini Srilya M L 50 50 100 50,00
41 Yuli Yulianti P 65 60 125 62,50
TOTAL 2620 2523 5143 2571,5
63,9 125,439
61,54 62,72
RATA-RATA 0 0
Aspek Penilaian:
1. Mengidentifikasi generic structure dan
language feature
2. Menyusun kalimat acak (jumbled text) menjadi
sebuah text secara individu
Tabel 2: Rekapitulasi Nilai Hasil Test performance pada Siklus 1
Catatan:
A: Excellent (10)
B: Very Good (8.0 - 9.9)
C: Good (8.0 – 8.9
D: Fair (7.0 – 7.9)
E: Poor (6.0 – 6.9)
F: Very Poor (5.0 – 5.9)
1 1
5
25
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak seorang pun siswa yang
procedure. Satu (1)siswa (0,02%) mendapat nilai “Very Good”, satu (1) siswa
memperoleh nilai “Good” (0,02%), sembilan (9) siswa (0,22%) memperoleh nilai
“Fair”, mayoritas sebanyak 25 siswa (0,61%) mendapat nilai “Poor”, sebanyak 5 siswa
berterima
28
Pada chart diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada stu seorang pun siswa yang
memperoleh nilai “Excellent” dan ‘very good’ satu (1) siswa (0,02%) memperoleh nilai
“good”, sebanyak empat (4) siswa (0,10%) memperoleh nilai “fair”, dua puluh delapan
(28) siswa (0,68%) memperoleh nilai “poor”dan sebanyak delapan (8) siswa (0,20%)
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat
refleksi penulis berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala
perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran di kelas, dan (2)
dilaksanakan.
Sesuai dengan tahap perencanaan yang telah disusun, refleksi siklus ke-1
dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2010 bertempat di SMPN 6 Kota Bima yang
dihadiri oleh para observer dan guru pemandu sebagai nara sumber. Para observer yang
Dari hasil pengamatan dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja
yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas
siswa, yaitu sebanyak 23 siswa (56%) masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun
generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai
A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 siswa (0,61) mendapat nilai E (poor),
satu siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu siswa (0,02%) mendapat nilai C
(Good), sembilan siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair). Pada Indikator menyusun
relevansi susunan kalimat menjadi sebuah text secara individu siswa masih belum
menghasilkan nilai yang diharapkan. Bahkan tidak ada satu pun siswa yang
mendapatkan nilai ‘excellent’ dan ‘very good’. Mayoritas siswa, atau sebanyak 28 siswa
prosedur yang dilaksanakan pada siklus ke 1 dapat dikatakan gagal dan belum berhasil
dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat acak menjadi
teks padu berbentuk procedure. Hal tersebut merupakan masalah dan temuan yang harus
Kegagalan ini menurut para observer terjadi pada media pembelajaran yang
belum optimal, efektif dan efisien. Pendapat ini muncul dari Ibu Ai, S.Pd sebagai
observer yang mengatakan bahwa penggunaan media sangat penting dalam tahap BKOF
dan MOT, pada tahap ini siswa seharusnya diberi penguatan materi secara spesifik
pendapat Ibu Ai, S.Pd, Ibu attin dan Pak Nana sebagai observer juga memberikan
komentar, bahwa aktifitas siswa di kelas cenderung tidak disiplin dan kurang efektif
mengingat tidak semua siswa diberi kartu yang berisi penggalan kalimat. Guru model
hanya memberi satu buah kartu per-kelompok, dimana tidak semua siswa diberi
kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, Ibu Ina, S.Pd
dan Ibu Maya Ulfah, S.Pd memberikan pendapatnya bahwa guru model hendaknya
menjelaskan secara rinci aturan main dan batasan waktu dalam tahap JCOT (kerja
selanjutnya. Peneliti merasa perlu melangkah ke siklus ke 2. Dalam hal ini peneliti
diharapkan pada siklus ke-2 pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, berhasil
Rencana tindakan siklus ke 2 mengacu pada hasil refleksi yang dilakukan pada
pengajaran yang dilakukan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru pemandu dan guru-
guru yang tergabung dalam MGMP Bermutu Bahasa Inggris kelompok kelas 3 dengan
kedua. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam siklus kedua terdiri dari satu pertemuan
(2x40 menit). Siklus ke 2 dilaksanakan pada tanggal 2 maret 2010 di SMP Pasundan
Kota Bima.
Berbeda dengan siklus ke 1, pada siklus kedua ini peneliti menggunakan media
video dalam tahap MOT. Peneliti membuat sebuah video dengan cara mengedit video
ATM. Hal ini dilakukan sebagai upaya memperjelas materi sehingga diharapkan siswa
dapat dengan mudah menangkap materi yang ditampilkan. Selain itu, peneliti juga
membuat kartu untuk melaksanakan pembelajaran make a match yang berisi kalimat
acak sebanyak 10 teks yang terbagi menjadi 5 bagian, yang masing-masing bagian
pembelajaran dengan melakukan tegur sapa dan mengabsen siswa. Guru melakukan
tanya jawab tentang materi yang akan dibahas sesuai tema. Penjelasan silabus dan
indikator pembelajaran dijelaskan pula dalam tahap ini. Hal tersebut dilakukan agar
siswa mempunyai batasan dan tujuan dalam pembelajaran. Tahap BKOF dibatasi waktu
10 menit. Pada tahap ini ada beberapa siswa yang dapat menjawab beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh guru. Hal ini membuat guru merasa terhibur dan termotivasi, guru
dapat mengetahui seberapa besar siswa yang mempunyai kemampuan dasar materi yang
Pada langkah MOT (Modeling of the Text), guru menggunakan media Video
beberapa catatan di papan tulis berupa kata kunci dan apa saja yang harus dilakukan
siswa pada saat melihat film. Selanjutnya siswa diberi kesempatan melihat dan
mengamati film berisi tata cara menggunakan mesin ATM serta langkah-langkah
procedure dan informasi yang tersirat dari film yang mereka lihat dan amati. Pada
langkah ini, siswa terlihat antusias dan fokus pada film yang sedang di putar. Mereka
terlihat sibuk dengan temannya mendiskusikan apa saja yang mereka lihat dan mereka
membuat beberapa catatan kecil. Pada langkah ini waktu dibatasi 10 menit.
merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta untuk menggabungkan diri pada
kelompoknya. Masing masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang siswa. Jumlah
kelompok siswa sebanyak 8 kelompok dari 41 siswa. Sebelum membagikan kartu yang
berisi kalimat acak, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match
dimana siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi kalimat procedure di
cepat dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian
guru mulai membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure
kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 41 kartu. Pada langkah
Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy
berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure
menggunakan form check list (√) untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Penilaian proses ini terfokus pada indikator penilaian proses meliputi perhatian siswa
terhadap materi, kerjasama siswa dalam kelompoknya dan partisifasi siswa dalam
mengerjakan tugas. Penilaian proses ini berupa check list (√) yang berisi nama-nama
siswa. Hasil pengamatan pada siklus ke 2 dapat dilihat pada lembar penilaian dibawah
ini.
Berdasarkan data yang diperoleh pada sikus ke 2 dapat dilihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Ada peningkatan hasil pada proses
siswa (70,73%) aktif dalam proses pembelajaran dan siswa yang pasif sebanyak 12
orang (29,27%).
oleh situasi pembelajaran yang asyik dan tidak kaku. Siswa senang dan enjoy dengan
media pembelajaran video dimana siswa dapat dengan fokus mengikuti proses
kesempatan untuk melakukan hal yang lain diluar kerja kelompok dengan pembatasan
Hasil evaluasi siswa pada test tulis terfokus pada kemampuan siswa menyusun
kalimat acak menjadi teks yang berterima. Siswa diminta mengisi instrumen berupa
LKS (lembar kerja siswa) yang dibagikan secara individu. Siswa mengisi LKS yang
diberikan dengan dibatasi waktu 15 menit. Test tersebut dilaksanakan pada akhir
N RATA-
NAMA L/P SCORE JML
o RATA
1 Ade Entris Firmansyah L 65 60 125 62,5
2 Adis Yudistira L 75 70 145 72,5
3 Agus Rusdiat L 75 70 145 72,5
4 Arapat Sahara L 80 70 150 75
5 Asep Rianto L 65 60 125 62,5
6 Cici P 75 70 145 72,5
7 Darus L 80 70 150 75
8 Dadan Ramdani L 65 60 125 62,5
9 Delis Meliani P 75 70 145 72,5
10 Deri Gumilar L 75 70 145 72,5
11 Dikha Puspa W P 85 80 165 82,5
12 Doni Kurniawan L 75 70 145 72,5
13 Eli Wahyuni P 70 65 135 67,5
14 Enci Supriatin P 65 60 125 62,5
15 Endah Yulianti P 75 65 140 70
16 Erik Darusman L 70 65 135 67,5
17 Erna Wati P 70 65 135 67,5
18 Erni P 65 60 125 62,5
19 Euis Solihat P 75 75 150 75
20 Handi Sunantoro L 65 60 125 62,5
21 Hendiana L 80 75 155 77,5
22 Hera Cahyaningsih P 70 65 135 67,5
23 Ika Kartika P 70 75 145 72,5
24 Jenal MA L 65 65 130 65
25 Kicin Dini P 80 70 150 75
26 Lastri P 95 85 180 90
27 Muhrohil L 75 65 140 70
28 Neni Suhesti P 65 60 125 62,5
29 Nia Kaningsih P 70 65 135 67,5
30 Okfi Lestari P 80 70 150 75
31 Reni Nuraeni P 65 60 125 62,5
32 Riyan Supriadi L 60 60 120 60
33 Risa Fatmawati P 85 75 160 80
34 Rully Nurdianti P 80 75 155 77,5
35 Saepul Uyun L 75 70 145 72,5
36 Sena Destiana P 75 65 140 70
37 Tati Sudarti P 65 60 125 62,5
38 Usi P 80 80 160 80
39 Veni Lutviani P 70 55 125 62,5
40 Wandini Srilya M L 65 60 125 62,5
41 Yuli Yulianti P 75 70 145 72,5
TOTAL 2990 2760 5750 2875
RATA-RATA 72,93 67,32 140,24 70,12
Aspek Penilaian:
language feature
2. Menyusun kalimat acak (jumbled text) menjadi
sebuah text secara individu
B; 0.02; 0%
C; 9; 21% A B
E; 12; 29% C D
E F
A B
D; 19; 45% C D
E F
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang
mendapat nilai A ‘excellent’, Satu siswa (0,02%) mendapat nilai B ‘good’, 9 siswa
(0,22%) mendapan nilai C ‘good’, 19 siswa (0,46%) mendapat nilai D ‘fair’, 12 siswa
(0,29%) mendapat nilai E ‘poor’ dan tidak ada satu pun siswa yang mendapat nilai F
yang mendapat nilai A ‘excellent’ dan B ‘very good’. Sebanyak 3 siswa (0,07%)
mendapat nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%)
mendapat nilai E ‘poor’ dan 1 siswa (0,02%) mendapat nilai F ‘very poor’.
Setelah melakukan analisis data dari hasil observasi yang dilakukan melalui
penilaian proses dan test writing, peneliti dan para obeserver yang terdiri dari para guru
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2010 bertempat di SMP Pasundan Kota Bima.
Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan siklus ke 2. Data akhir hasil dari
pengolahan data dan analisis menunjukkan peningkatan yang signifikan bahwa 29 dari
41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari
evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM
pembelajaran menggunakan model make a match dapat mengatasi masalah siswa dalam
menyusun kalimat acak menjadi teks padu berbentuk procedure dan dapat membuat
siswa berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa
implementasi tindakan pada siklus ke 2 mendapat respon yang positif dan siklus ke 2 ini
4.3. Pembahasan
Data hasil analisis penilaian proses dan test tulis sebagai instrumen evaluasi
yang telah di refleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus ke 1 pembelajaran menyusun
kalimat menjadi teks procedure menggunakan model pembelajaran make a match tidak
berhasil secara maksimal karena hasil test dan proses tidak mencapai nilai yang
diharapkan. Hal ini dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja yang secara
aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu
sebanyak 23 orang (56%) siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun
generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai
A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 orang (0,61) mendapat nilai E (poor),
satu orang siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu orang siswa (0,02%)
mendapat nilai C (Good), sembilan orang siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair).
Dengan kata lain implementasi tindakan pada siklus ke 1 tidak berhasil dan dapat
meliputi media pembelajaran yang kurang relevan, siswa belum terbiasa/ belum akrab
dengan mode pembelajaran make a match, serta pembatasan alokasi waktu tiap tahapan
belajar yang kurang diperhatikan oleh guru. Hal tersebut menjadi dasar perbaikan di
film yang menyajikan tata cara/ prosedur menggunakan mesin ATM, siswa terlihat
antusias dan fokus pada proses pembelajaran. Selain itu, guru membagikan kartu ke tiap
kelompok masing-masing, satu siswa mendapat satu buah kartu untuk di cocokkan
dengan teman satu kelompok. Batasan waktu dan penjelasan permainan make a match
bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa
hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi
individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat
nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%) mendapat
nilai E ‘poor’. Dengan demikian hasil pelaksanaan tindakan siklus ke 2 telah mengalami
kenaikan yang cukup signifikan, walaupun peneliti belum merasa puas akan hasil yang
telah ditemukan. Kenaikan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk procedure dan
BAB V
5.1. Kesimpulan
Akhirnya, penulis dapat memeperoleh beberapa hasil temuan setelah
melaksanakan refleksi dan diskusi pada bab sebelumnya dan Penelitian Tindakan Kelas
2009-2010. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan
rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 62,72 meningkat pada siklus ke 2
menjadi 70,12.
dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
prosentase keaktifan siswa pada siklus pertama sebesar 40,90% meningkat pada
5.2. Saran
Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya
diciptakan oleh guru dalam membimbing dan memberi penguatan kepada siswa di
kelas. Guru tentunya memiliki keinginan bagaimana siswa dapat dengan cepat mengerti
dan mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama
belajar siswa di kelas. Penulis menyarankan guru mulai mencoba menggunakan model
ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Deakin University.
PROFIL PENULIS
Pendidikan yang diikuti yaitu: setelah menamatkan SDN Kota Bima XI (1989),
melanjutkan ke MTsN Kota Bima (1993) dan SMA Negeri Kota Bima (1996) melanjutkan studi
ke FKIP Universitas Galuh Ciamis Program S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Jurusan Bahasa dan Seni lulus tahun 2005.
Pengalaman kerja di bidang pendidikan: Sebagai pengajar di STIK Bina Putra Kota
Bima (2005 – sekarang), di SMK Pasundan 2 Kota Bima (2005-2008), di STIKes
Muhammadiyah Ciamis (2006-sekarang), di SMP Kota Bima(2005-sekarang).