Anda di halaman 1dari 4

TERM OF REFERENCE

SEMINAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS OPEN SOURCE


UNTUK MENGHADAPI ERA UNIVERSAL HEALTH COVERAGE

Jogjakarta, 1 November 2012


Pukul 09.00 – 12.30

Audio-streaming:
www.manajemen-rs.net

Pengantar
Kebutuhan akan sistem informasi yang baik saat ini sebenarnya merupakan kebutuhan
pokok bagi rumah sakit. Apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan menerapkan
sistem pembiayaan kesehatan universal coverage, dimana semua RS harus dapat
melayani pasien jaminan sosial dan mengintegrasikan datanya untuk berbagai
kebutuhan pelaporan keuangan, perencanaan dan pengambilan keputusan.

Namun dalam kurun waktu 20 tahun perkembangan keilmuan manajemen RS di


Indonesia, perkembangan sistem informasi belum sejalan dengan perkembangan
teknologi informasi di sektor umum maupun perkembangan kebutuhan RS itu sendiri.
Hal ini cenderung disebabkan karena terjadinya kegagalan mekanisme pasar dalam
pengembangan sistem informasi berbasis IT ini. Software cenderung closed-system
dan closed-source, yang cenderung mahal dan sulit dikembangkan mandiri, serta datp
menjadi masalah dalam pelelangan. Ada beberapa isu dalam pengantar ini:

Isu 1: Mengapa terjadi kegagalan pengembangan software untuk manajemen


rumahsakit?

Pertama: Dalam mekanisme pasar murni, pembiayaan software dan sistem


manajemen keuangan oleh swasta merupakan hal dominan sejak dari penelitian awal
sampai ke aplikasinya. Apabila swasta mengembangkan segalanya maka akan
cenderung untuk close-system. Dampak akhir adalah harga software dan sistem
pemasangan dan pelatihan yang tinggi, dan tidak terjangkau oleh rumahsakit biasa.
Dengan demikian ada kegagalan mekanisme pasar dalam SIM RS. Akibatnya RS
Yayasan dan Pemerintah yang melayani masyarakat miskin tidak mempunyai
dukungan SIM RS yang baik. Dalam hal ini ada ketidak adilan di sini. Berbagai
software untuk RS yang pasiennya banyak orang miskin, jarang diproduksi.
Mengapa? RS miskin tidak mampu membiayai pengembangan SIM RS, dan tidak ada
perusahaan IT dan konsultan SIM RS yang mau bekerja tanpa bayaran cukup.

Kedua: Pemerintah belum memberi perhatian cukup dalam pengembangan software


open source ini. Pemerintah belum melakukan intervensi untuk mengatasi kegagalan
mekanisme pasar dengan car mengatur pendanaan, sehingga dana dari pajak dapat
dipakai untuk mendanai Research and Development software, pelatihan bagi tenaga
IT, sampai ke penyediaan hardware bagi RS yang tidak mampu. Dalam hal ini SIM
RS belum dianggap sebagai “public-good” yang perlu didanai oleh pemerintah, atau
bekerja sama dengan swasta dalam bentuk public-private-partnership.
Ketiga: Pengelola RS, sering mengambil jalan pintas yang mudah dengan
mengkontrakkan IT ke pihak ketiga yang menggunakan closed-system dan tidak ada
transfer teknologi. Sumber Daya Manajemen IT RS menjadi tidak berkembang.
Akibatnya terjadi ketergantungan ke pihak kontraktor IT yang menghambat
pengembangan untuk keperluan manajemen, penelitian, dan pendidikan.

Isu 2: Apa yang dapat dilakukan di masa depan?


Pendanaan pemerintah.
Dalam kebijakan ini maka pemerintah dapat mendanai pengembangan open system
software yang dapat dipergunakan oleh seluruh rumahsakit pemerintah dan swasta.
Dari sisi hardware, pemerintah dapat memberikan keringanan pajak untuk hardware
yang dibeli oleh rumahsakit untuk masyarakat miskin, atau mensubsidi pembelian
hardware.

Perlu dorongan agar IT RS berbentuk open-system


Belum banyak pengembang IT RS yang tertarik untuk bergerak ke pengembangan
open system software ini karena umumnya masih fokus pada pengembangan sistem
yang close. Padahal jika sistem yang berbasis open system ini dikembangkan, maka
akan mempercepat pertumbuhan jumlah RS yang mengaplikasikan sistem informasi
RS berbasis IT sehingga perkembangan ilmu dibidang inipun akan menjadi semakin
cepat dan luas. Diharapkan pengembangn SIM RS berbasis open system ini diinisiasi
oleh perguruan tinggi dan didanai oleh pemerintah maupun sumber lain.

Perlu keberanian direksi RS


Dalam hal ini direksi RS perlu melakukan keberaniann untuk berubah ke open-
system. Keberanian ini perlu didukung oleh konsultan tim IT yang baik, sistem
kerjasama antara RS yang menggunakan model chain-hospital (jaringan rumahsakit).
Persiapan ini tidak mudah dan perlu waktu yang cukup.

Isu 3: Apa yang dikerjakan oleh PMPK UGM


PPMPK UGM telah memulai pengembangan sistem Itrumahsakit yang open-system
dan open-source sejak beberapa tahun yang lalu dimana sistem dikembangkan secara
modular. Modul Billing System adalah yang pertama dikembangkan dan telah
diaplikasikan di beberapa RS Daerah, dan dikembangkan juga oleh beberapa RS
swasta RS vertikal. Saat ini pengembangan yang telah dilakukan tim UGM meliputi
modul sistem billing, sistem inventory dan sistem aset (sedang dalam pengembangan)
yang pada akhirnya akan menuju pada sistem akuntansi yang utuh. Modul modul ini
relevan untuk menyiapkan RS dalam menghadapi era diberlakukannya UU mengenai
BPJS.

Untuk mensosialisasikan upaya yang telah dilakukan, maka dipandang perlu


mengadakan suatu seminar yang akan memaparkan hasil-hasil pengembangan dan
mengumpulkan masukan dari pihak-pihak yang diharapkan untuk kemajuan
pengembangan lebih lanjut.

Tujuan
Seminar ini secara lebih spesifik bertujuan untuk:
1. Membahas kebijakan pemerintah dalam pengembangan SIM RS yang bersifat
Open-System dan Open-Source
2. Mensosialisasikan progress pengembangan SIM RS berbasis open system
yang telah dikembangkan oleh PMPK FK UGM
3. Mendapatkan masukan untuk pengembangan lebih lanjut
4. Menyusun strategi implementasi sistem di RS.

Peserta
Diharapkan pada seminar ini hadir:
1. Dirjen BUK dan stafnya di Kementerian Kesehatan RI
2. ARSADA Pusat
3. ARSADA Jateng
4. ARSADA Jatim
5. Asosiasi RS Pendidikan
6. Asosiasi RS Vertikal
7. RS Akademik UGM
8. SIMKES
9. RSUP Dr. Sardjito
10. Para pemerhati dan konsultan manajemen RS.

Agenda

Sesi 1: 09.00 – 10.00


Topik presentasi:
1. Overview tentang ideologi open system; perbedaannya dengan close system
dan free-ware
2. Konsep pengembangan SIM RS berbasis open system untuk RS nirlaba, RS
Pendidikan dan hubungannya dengan konsultan IT.

Pembicara: Laksono Trisnantoro


Pembahas: Dirjen BUK, Kementerian Kesehatan

Sesi 2: 10.30 – 12.30


Topik presentasi
1. Pengembangan SIM RS yang dikerjakan oleh PMPK FK UGM
2. SIA berbasis open system untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan RS
3. Demo software
4. Diskusi, pembahasan dan penyusunan rencana tindak lanjut
Pembicara: dr. Gugu Sanjaya, MSc/Anis Fuad, SKed., DESS dan Dra. Susty
Anastasia, Ak, PhD

Penutup dan makan siang

Kontribusi peserta: Rp 200.000,-


Pendaftaran:

Anda mungkin juga menyukai