“Materi AIK 6”
DI SUSUN
OLEH
Nursafitri (105731108317)
KELAS AKUNTANSI 17 C
Jadi, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dngan cara demikianlah maka ilmu
pengetahuan dapat digunakan untuk mewujudkan rahmat Allah di muka bumi, mengingat
semua ilmu hakikatnya berasal dari Allah SWT.
Oleh sebab itu, umat Islam tidak perlu ragu dalam menerima ilmu pengetahuan
dari manapun, karena tidak ada hubungannya dengan agama. Pendapat yang demikian,
berakibat terjadinya sikap sekularisme dalam islam. Jika demikian, lantas apa
hubungannya antara Al-Quran dengan ilmu pengetahuan atau sains? Hal ini pun juga
sudah sempat menjadi perselisihan antara pendapat para ulama yang sudah berlangsung
cukup lama.
Semantara ini, ada seorang ahli keislaman yang berpendapat bahwa ilmu menurut
Al-Quran yaitu mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam
kehidupannya, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Untuk
pendapat yang satu ini memang sudah tidak diragukan lagi, mengingat Al-Quran adalah
kitab Allah yang telah terbukti kebenarannya yang tidak diragukan lagi dan mengingat
pula bahwa ilmu pengetahuan datangnya dari Allah SWT.
Dengan cara demikian, maka setiap orang akan mengkaji Al-Quran dengan
sungguh-sungguh dan akan menghasilkan berbagai temuan ilmiah. Namun demikian,
temuan-temuan tersebut agar tidak dimutlakkan, dan tidak dianggap sebagai satu-satunya
kebenaran, melainkan dianggap sebagai temuan yang bersifat temporer, dan masih dapat
diperbaharui dan dikembangan dengan akal dan kemampuan manusia dalam
memanfaatkan segala pengetahuan yang Allah berikan.
Dalam Alquran banyak sekali kisah kisah yang didalamnya ada iman yang
melahirkan pendidikan karakter, diantarnya dari kisah Nabi yusuf, yang tidak hanya
memiliki ketampanan di luar namun didalam hatinya juga, kisah Nabi musa, Nabi isa,
Nabi Adam, Nabi Muhamad, dll. Kisah tersebut kita bisa mengetahui bahwa setelah kita
beriman kepada Allah sebagai pondasi teologis utama, pada akhirnya syariah dan akhlak
akan menjadi implementasinya.
Karakter yang dikembangkan dalam surat Luqman selanjutnya yaitu pada ayat 13
tentang makna inna al-syirka la zhulmun al-azhim yang artinya mempersekutukan Allah
merupakan kezaliman yang besar. Ayat ini menekankan pentingnya keimanan sebagai
pondasi utama setiap manusia. Sehingga setiap manusia muslim diwajibkan mempercayai
dengan sepenuh hati adanya Allah SWT. Perbuatan tidak mempercayai atau
mempersekutukan Allah disebut syirik, syirik adalah perbuatan mempersekutukan Allah
dengan makhluk-Nya, seperti patung, pohon besar, batu, dan lainnya. Mempersekutukan
Allah dikatakan kezaliman yang besar, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu
tidak pada tempatnya. Sebagai umat Islam telah diketahui bahwa tauhid merupakan asas
puncak dan tertinggi dalam Islam, sehingga perbuatan mengingkari tauhid dengan
menyekutukan Allah merupakan dosa besar yang tidak dapat ditolerir, kecuali dengan
taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha) .
Lukman juga memberikan pelajaran kepada anak anaknya. Mulai dari beriman
kepada Allah, tidak menyekutukan Allah, menghormati orang tua meskipun berbeda
paham, tidak boleh sombong, tidak boleh merendahkan orang lain dengan sebutan yang
hina dll. Lukman juga berkata tentang iman, taqwa dan tawakal adalah sebuah kesatuan
yang akan menyelamatkan manusia dalam meraih ridho Allah “Wahai anakku, Dunia ini
merupakan sebuah lautan yang dalam, telah banyak orang-orang yang hanyut
kedalamnya, mak jadikanlah iman sebgai kapalmu di dunia ini, taqwa sebagi isinya, dan
tawakal sebagai layarnya. Mudah-mudahan dengan demikian engkau bisa selamat dan
saya kwatir engkau tidak bisa selamat” .
Salah satu landasan normatif pendidikan karakter adalah berasal dari kitab suci
suatu agama. Dalam konteks agama Islam, Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman
dan rujukan utama dalam bertingkah laku. Larangan mempersekutukan Allah dalam
Islam mutlak ditaati dan dilaksanakan karena merupakan perintah dan ajaran agama
sebagai bentuk pengakuan terhadap kekuasaan Allah SWT. Landasan normatif tersebut
dibutuhkan mengingat bahwa nilai dan norma tidak bersifat netral tetapi memiliki
keperpihakan pada sumber yang lebih tinggi. Demikian pentingnya pendidikan karakter
keimanan yang berbasis nilai religius karena merupakan kebenaran wahyu Tuhan atau
disebut juga konservasi moral.
Menurut bahasa, falak artinya ومGGدار النجGG مatau orbit atau peredaran/lintasan
benda-benda langit, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi, bulan dan matahari pada
orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit tersebut
antara satu dengan lainnya agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.
Dengan mempelajari ilmu falak atau ilmu hisab, kita dapat memastikan
matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa, melakukan rukyatul hilal dengan
tepat ke posisi hilal.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan
dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang selalu
memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR. Thabrani).
Theodolit merupakan salah satu alat ukur sudut digital yang dapat
dikategorikan paling akurat untuk mengukur kiblat. Di samping theodolit, ada
Total Station yang dilengkapi dengan piranti Global Positioning System (GPS)
sebagai pemandu arah dan posisi. Sistem kerja alat ini pada dasarnya sama yaitu
dengan bantuan sinar matahari untuk mengetahui posisi azimuth matahari, dari
posisi tersebut dapat diketahui arah utara sejati yang digunakan untuk
menentukan arah kiblat tempat tersebut. Aplikasi sudut kiblat dengan alat ini
tergolong cukup akurat. Terbukti dengan pengecekan kembali yang telah penulis
lakukan pada beberapa masjid dan mushalla, hasil aplikasi sudut kiblat dengan
theodolit sama dengan hasil metode rashdul kiblat. Untuk mendapatkan hasil
pengukuran dengan theodolit yang akurat, maka dibutuhkan data yang akurat
pula. Data titik koordinat suatu tempat yang digunakan dalam penentuan arah
kiblat sebaiknya diperoleh dari GPS. GPS (Global Positioning System)
merupakan sebuah alat penerima informasi waktu dan posisi secara pasti dan
benar karena menggunakan data satelit yakni kode tertentu yang dikirimkan oleh
satelit ke penerima GPS (Abidin, 2000: 43).
2) Segitiga Kiblat
Segitiga kiblat adalah metode pengukuran arah kiblat dengan menggunakan
perhitungan trigonometri segitiga siku. Segitiga kiblat ini salah satu metode
praktis yang dapat diterapkan ketika sudah diketahui arah utara sejati dan sudut
kiblat tempat yang diinginkan. Metode ini tergolong cukup akurat karena untuk
mendapatkan sudut kiblat, panjang kedua sisi diperhitungkan secara teliti
menggunakan penggaris. Setelah kedua sisinya dapat ditentukan, maka akan
terbentuk sebuah segitiga, di mana salah satu sudutnya merupakan sudut kiblat.
Selain tergantung pada penentuan arah utara sejati, tentu saja haruslah sangat
berhatihati ketika memposisikan Rubu’ Mujayyab sejajar utara atau barat sejati
dan khoit rubu’ ditarik sebesar sudut kiblat, karena ketika satuan jaib yang kecil
yang ada satuannya adalah menit terkadang menimbulkan kesalahan dalam
penarikan khoit. Di samping itu, data yang dipakai dalam rubu’ mujayyab masih
kasar dan sulit untuk dideteksi. Sehingga metode ini digolongkan pada metode
pengukuran yang kurang akurat.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan, tingkat akurasi dari metode segitiga
sikusiku ini tergantung pada beberapa hal, yaitu: ketepatan jam yang digunakan
untuk acuan pengukuran, ketepatan pengambilan data lintang dan bujur Ka’bah
dan tempat yang diukur arah kiblatnya sesuai dengan konsep geografik atau
geosentriks, ketepatan data deklinasi dan equation of time yang digunakan, serta
ketelitian pengambilan bayangan benda dari tingkat yang benar-benar berdiri
tegak lurus di tempat yang benar-benar datar.
Dengan kata lain, metode pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku
dari bayangan matahari setiap saat akan menghasilkan arah kiblat yang akurat
bilamana data-data pendukungnya akurat. Bila data-data pendukungnya akurat,
maka arah kiblat yang dihasilkan dapat menyamai hasil arah kiblat dengan alat
theodolit dan GPS, dan rashdul kiblat.
5) Kompas
Pengukuran arah kiblat maupun arah utara dengan berbagai model kompas
termasuk kompas kiblat, masih memiliki kesalahan/ penyimpangan bervariasi
sesuai dengan deklinasi magnetik suatu tempat. Sehingga menurut penulis,
kompas hanya digunakan sebatas ancar-ancar saja, karena melihat bukti di
lapangan ketika dilakukan pengukuran di daerah yang banyak terdapat baja, besi,
atau medan listrik, dapat mengganggu penunjukan arah utara dan selatan sejati.
b. Metode Pengamatan
1) Rashdul Kiblat
MP = pkl.12.00 – e
Waktu zawal di Mekah pada tanggal 28 Mei 2010 adalah pkl. 11: 57: 15
MMT, sehingga untuk mengetahui deklinasi pada jam tersebut446 dilakukan cara
interpolasi dengan mengambil data dari ephemeris atau program WinHisab yaitu:
0 pkl. 11: 00: 00 MMT/ pkl. 08: 00: 00 GMT = 210 27’ 41”
0 pkl. 12: 00: 00 MMT/ pkl. 09: 00: 00 GMT = 210 28’ 05”
0 pkl. 11: 57: 15 MMT/ pkl. 09: 57: 15 GMT = 210 28’ 3,9”
Deklinasi matahari pada saat zawal di atas Ka’bah sebesar 210 28’ 3,9”.
Artinya pada waktu tersebut nilai deklinasi matahari hampir sama dengan lintang
Ka’bah geografik (210 25’ 21,17”). Waktu inilah yang merupakan waktu di mana
bayang-bayang setiap benda yang berdiri tegak lurus di permukaan Bumi dapat
menunjukkan arah kiblat.
Sehingga diketahui selisih waktu di antara 2 lokasi yaitu 04j 20m 41,7d
(65o 10’ 25,44” x 4’). Jadi waktu Rashdul kiblat di Indonesia bagian barat yaitu
dengan menambah 04j 20m 41,7d yaitu 16:17:56,7 WIB (dibulatkan pukul 16:18
WIB), dan untuk Indonesia bagian tengah yaitu tinggal menambah satu jam yaitu
pkl. 17:18 WIT, dan Indonesia bagian timur yaitu tinggal menambah dua jam
yaitu pkl. 18:18 WITA.
Kemudian riskannya ketika mengambil data dari google earth yang bisa
menyebabkan kesalahan sistemik. Maksudnya, ketika satu titik kita ambil jika
sumber gambar wilayah tersebut sudah berubah sekitar 1 cm, maka akan
menimbulkan pergeseran sesuai dengan perubahan tadi. Selain itu penerapan
sudut yang diperhitungkan program tidak dapat diaplikasikan di lapangan.
Dengan mengamati, maka akan hanya dapat mengetahui apakah arah bangunan
mushala dan masjid tersebut sudah mengarah kiblat dengan benar atau belum.
Sehingga, dari hal ini metode peta satelit ini tetap menjadi salah satu metode
pengamatan untuk menentukan arah kiblat, akan tetapi dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang telah disebutkan di atas.
Kedudukan Matahari pada waktu shalat menurut hukum Islam dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Untuk menghitung awal waktu salat, data – data yang diperlukan antara lain:
Lintang dan bujur tempat, deklinasi, tinggi matahari, saat matahari berkulminasi, sudut
waktu matahari, dan ikhtiyat.
1) Zuhur
Waktu zuhur telah didefenisikan dalam beberapa cara pada literatur fikih:
Sudut Matahari adalah fungsi yang kontiniu sepanjang waktu dan hanya
memiliki satu titik puncak yang menunjukkan tepatnya tengah hari. Sehingga
berdasarkan dua defenisi, zuhur dapat segera dimulai setelah Tengah Hari.
T : arctan (r/d) /2 π × 24 × 60 × 60
15
Jika rumus (2) disesuaikan kembali posisinya maka akan terlihat seperti
berikut:
t- Bujur Pengamat – Bujur Tolok Daerah
Waktu Dzuhur : 12 – EoT - +
ikhtiyat 15
2) Asar
Dengan:
h° = Ketinggian Matahari Saat Asar
ø = Lintang Tempat
ƍ = Deklinasi Matahari
e = Equation of time
3) Magrib
4) Isya
Pada saat itu matahari berkedudukan 18o dibawah ufuk (horizon) sebelah
barat atau bila jarak zenit matahari = 108 derajat. Adapun rumus yang digunakan
adalah :
5) Subuh
Kriteria dari waktu subuh sendiri adalah kebalikan dari waktu Isya, yaitu
dimulai sejak muncul cahaya fajar di langit timur. Defenisi utamanya sendiri
merujuk kepada peningkatan kecerlangan cahaya di langit setelah munculnya
cahaya zodiak. Perbedaan kriteria dalam konversinya pada ketinggian matahari
pun terlihat pada penelitian di berbagai tempat. Di indonesia sendiri
menggunakan ketinggian 20 derajat dibawah ufuk sebelah timur. Hal ini dapat
dilihat misalnya pendapat ahli falak terkemuka indonesia yaitu Saadoe’ddin
Djambek yang disebut – sebut sebagai pembaru pemikiran hisab di indonesia.
Beliau menyatakan bahwa waktu subuh dimulai dengan tampaknya fajar dibawah
ufuk sebelah timur dan berakhir dengan terbitnya matahari. Menurutnya dalam
ilmu falak saat tampaknya fajar didefenisikan dengan posisi matahari sebesar 20
derajat dibawah ufuk timur. Senada dengan Abdur Rachim yang menyebutkan
bahwa waktu subuh ditandai dengan tampaknya fajar sidiq dan dianggap masuk
waktu subuh ketika matahari 20 derajat dibawah ufuk. Jadi jarak zenit matahari
berjumlah 110 derajat (90 derajat + 20 derajat). Sementara batas akhir waktu
subuh adalah waktu syuruq (terbit), yaitu = -01 derajat.
Cos ø, Cos ƍ
1. Kehidupan Pribadi
a. Dalam Aqidah. Prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid yang
benar,ikhlas dan penuh ketundukan—ibadur rahman—
mukmin,muslim,mutaqin yang paripurna (Q.S 25 : 63-77)menjauhi dan
menolak syirik,takhayul,bid’ah,khurafat (QS 4: 136)
2. Kehidupan Masyarakat.
a. Menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan tetangga maupun anggota
masyarakat lainnya dengan memelihara hak dan kehormatan baik muslim
maupun non muslim sampai area 40 rumah.