Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

A.sistem hukum di indonesia


1.1. makna dan karakteristik hukum ........................................................................
1.2 penggolongan hukum .........................................................................................
1.3 tujuan hukum ......................................................................................................
1.4 tata hukum di indonesia ......................................................................................

B.sistem peradilan di indonesia


2.1. makna lembaga peradilan ...................................................................................
2.2. dasar hukum lembaga peradilan .........................................................................
2.3. klasifikasi lembaga peradilan .............................................................................
2.4. perangkat lembaga peradilan ..............................................................................
2.5. tingkatan lembaga peradilan ...............................................................................
2.6. peran lembaga peradilan ....................................................................................
A.SISTEM HUKUM DI INDONESIA

1.1 makna dan karakteristik hukum

Pengertian hukum
Istilah hukum berasal dari bahasa inggris, yaitu law, sedangkan dalam bahasa belanda
disebut dengan istilah rech. Donald Black memberikan definisi hukum sebagai berikut.
Hukum adalah “kontrol sosial dari pemerintah” (Lawarence M. Friedman, 2001).
Selanjutnya Donald Black mengemukakan pengertian kontrol sosial, yaitu:
1. Kontrol sosial dalam arti sempit; dan
2. Kontrol sosial dalam arti luas.
Kontrol sosial dalam arti sempit adalah aturan dan proses sosial yang mencoba
mendorong perilaku yang baik atau mencegah perilaku yang buruk. Ada undang-undang
yang melarang pencurian, ada polisi, hakim, serta pengadilan pidana mencoba
menegakkannya. Semua ini adalah contoh kontrol sosial yang cukup jelas (atau
setidaknya kontrol sosial yang diupayakan).
Kontrol sosial dalam arti luas adalh jaringan aturan dan proses yang menyeluruh yang
membawa akibat hukum terhadap perilaku tertentu. Misalnya,contoh tentang aturan
umum mengenai hukum perbuatan melanggar hukum. Jika saya berkendara dengan
ceroboh atau terlalu cepat di tempat parkir dan menabrak bemper mobil orang lain, di situ
timbal akibat hukum yang sangat jelas . menabrak bemper bukanlah kejahatan. Walaupun
perbuatan itu bukan perbuatan pidana, namun bagi penabrak wajib membayar ganti rugi
terhadap kerugian yang diderita oleh pemilik mobil.
John Austin (1790-1859) mengemukakan definisi hukum.
Hukum adalah:
“Peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh
makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya”. (W. Friedman, 1990: 149).
Austin membagi hukum menjadi dua macam, yaitu:
1. Hukum Tuhan; dan
2. Hukum manusia (Undang-undang yang diadakan oleh manusia untuk manusia).
Hukum Tuhan tidak mempunyai fungsi yuridis, namun hukum Tuhan berfungsi sebagai
wadah-wadah kepercayaan utilitarian, yaitu pada prinsip kegunaannya. Hukum manusia
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Hukum positif (Undang-undang atau hukum yang sebenarnya); dan
2. Hukum yang tidak sebenarnya.
Hukum positif merupakan undang-undang yang diadakan oleh kekuasaan politik (apakah
yang tertinggi atau bawahan) untuk orang-orang politis yang merupakan bawahannya
(seperti undang-undang dan undang-undang khusus), atau peraturan-peraturan yang
diadakan oleh orang-orang sebagai pribadi, berdasarkan hak-hak yang sah yang diberikan
padanya. Contohnya hak-hak yang diberikan kepada wali atas orang-orang yang ada di
bawah perwaliannya. Pemberian hak ini atas dasar perintah yang berkuasa. Ada empat
ciri hukum positif, yaitu:
a) Perintah;
- aturan-aturan yang harus dilaksanakan, baik oleh warga masyarakat maupun oleh
pembentuk hukum positif. Ex: semua tidak diperkenankan untuk mencuri, membunuh
makar, dan lain-lain.
b) Sanksi;
- hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku kejahatan atau tindak pidana. Hukuman itu
dibagi menjadi dua, yaitu hukum pokok dan tambahan.Hukum pokok, meliputi hukuman
penjara dan denda. Sedangkan Hukum tambahan meliputi pencabutan hak-hak tertentu.
c) Kewajiban;
 Sesuatu yang harus dilaksanakan. Ex: orang yang berhutang, maka yang bersangkutan
harus membayar hutang-hutangnya kepada kreditor.
d) Kedaulatan;
 Merupakan kekuasaan yang dimiliki, baik oleh negara maupun orang terhadap orang
lainnya.
Hukum yang tidak sebenarnya (un-actually) adalah yang tidak diadakan langsung oleh
kekuasaan politik. Ex: peraturan-peraturan klab, undang-undang tentang mode, dalil-dalil
tentang ilmu alam, peraturan-peraturan dari hukum internasional. Hukum ini diberi nama
“moralitas positif,”. Artinya bahwa peraturan itu hanya mempunyai kekuatan moral
semata-mata.
Jan Gijssels dan Mark van Hoeke menyajikan/ menganalisis pengertian tentang hukum
dari dua perspektif, perspektif tersebut meliputi;
 Perspektif formal;
Gagasan hukum atau pembatasan dari hukum terhadap bahan-bahan terberi
kemasyarakatan lain, seperti kultur, politik, kekuasaan, otoritas, negara, ideologi. Dengan
ini orang masi mempunyai sudut pendekatan yang berbeda tergantung pada apakah orang
memandang “hukum” sebagai keseluruhan aturan-aturan hukumdan lembaga-lembaga
hukum (rechsinstelligen), atau mengartiakan “hukum” sebagai tuntutan subyektif (hak).
 Pespektif substansial (Jan Gijssels dan Mark van Hoeke, 2000: 95)
Berkaitan persepsi masyarakat tentang hukum misalnya, tentang hak milik, konsepsi
hukum Eropah Kontinental dibandingkan tentang Common Law.

Sudikno Mertokusumo mengemukakan pengertian hukum. Ia berpendapat, hukum


adalah:
“keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi”( Sudikno
Mertokusumo, 1999:40).
Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian ini adalah :
 Hukum kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah hukum;
 Hukum peraturan tentang tingkah laku;
 Hukum dapat dipaksakan.
Hal-hal yang diatur dalam hukum adalah mengenai hubungan hukum, yang terdiri dari:
 Ikatan-ikatan antara individu dan masyarakat; dan
 Antara individu itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban.

Meuwissen juga mengemukakan pengertian hukum.


Hukum adalah:
“hukum yang berlaku atau hukum positif. Jadi, kita berfikir antara lain tentang undang-
undang atau keputusan-keputusan hakim dan tidak tentang salah satu hukum kodrat atau
sistem-sistem hukum ideal yang mungkin saja dapat dipikirkan sebagai berlaku. Hukum
yang dibicarakan disini adalah hukum dengannya kita berurusan setiap hari. Tapi ia
bukanlah suatu gejala sewenag-wenang (sekehendak hati) atau subyektif, ia
memperlihatkan, menurut pemahaman kami, beberapa ciri obyektif” (Meuwissen,
2008:35).
Bila kita mengkaji pandangan yang ada di atas, maka pengertian hukum difokuskan
kepada pengertian hukum yang terdapat dalam undang-undang semata. Pandangan di atas
mengacu pada ajaran legisme yang memandang bahwa tidak ada hukum diluar undang-
undang. Sementara dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bahwasannya hukum
yang dipatuhi oleh masyarakat bukan saja berasal dari undang-undang saja, tetapi juga
hukum yang hidp dan berkembang di tengah-tengah masyarakat atau living law.
1.2. penggolongan hukum

Para ahli hukum mengalami kesulitan pada saat membuat pengertian hukum yang singkat
dan meliputi berbagai hal. Ini dikarenakan kompleksnya hukum yang berlaku dalam
suatu Negara. Untuk memudahkan dalam membedakan hukum yang satu dengan yang
lainnya, C.S.T. Kansil, membuat penggolongan hukum seperti berikut :
1. Menurut Sumbernya :

Hukum undang-undang; yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan.
Hukum kebiasaan (adat); yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan
kebiasaan (adat)
Hukum traktat (perjanjian), yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara dalam
suatu perjanjian antar Negara.
Hukum Yurisprudensi; yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2. Menurut Bentuknya :

Hukum Tertulis; hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan.


Hukum Tidak Tertulis; hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi
tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan. Hukum
tidak tertulis disebut juga sebagai suatu kebiasaan.

3. Menurut Tempat Berlakunya (ruang) :

Hukum Nasional; hukum yang berlaku dalam suatu Negara.


Hukum Internasional; hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.
Hukum Gereja; kumpulan norma-norma yang ditetapkan.
Hukum Asing; hukum yang berlaku dalam Negara lain.

4. Menurut Waktu Berlakunya :

Ius Constitutium (Hukum positif/berlaku sekarang); hukum yang berlaku sekarang


bagi masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu (hukum yang berlaku dalam
masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu).
Ius Constituendum (berlaku masa lalu); hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang.
Antar Waktu (hukum asasi/hukum alam); hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu
melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh
tempat.

5. Menurut Cara Mempertahankannya (Tugas & Fungsi) :

Hukum Materil (KUH Perdata, KUH Pidana, KUH Dagang).


Hukum Formal (Pidana Formal, Perdata Formal).

6. Menurut Sifatnya :

Hukum Memakasa (imperative); hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak.
Hukum Mengatur (fakultatif/pelengkap); hukum yang dapat dikesampingkan apabila
pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

7. Menurut Isinya :

Hukum Privat/Perdata (hukum pribadi, hukum kekayaan, hukum waris)


Hukum Publik (Hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum pidana,
hukum acara, hukum internasional)

8. Menurut Pribadi :

Hukum Satu Golongan


Hukum Semua Golongan
Hukum Antar Golongan.

9. Menurut Wujudnya :

Hukum Objektif; hukum dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai
orang atau golongan tertentu.
Hukum Subjektif; Hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap
seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.

1.3.Tujuan hukum

Secara Umum

1. Mendatangkan kemakmuran masyarakat mempunyai tujuan


2. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
3. Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat
4. Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang
5. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
6. Sebagai sarana penggerak pembangunan
7. Sebagai fungsi kritis

Tujuan hukum dikaji melalui 3 teori, yaitu

1. Teori keadilan (Teori etis), dikaji dari sudut pandang falsafah hukum (Memberikan
keadilan bagi masyarakat)
2. Teori kegunaan/ kemanfaatan (Teori utility), dikaji dari sudut pandang sosiologi
(memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, karen hukum diatas kepentingan
pribadi ataupun
golongan).
3. Teori kepastian hukum (Yuridis formal), dikaji dari sudut pandang Hukum normatif
(menjaga
kepentingan setiap orang sehingga tidak diganggu haknya)

Menurut Para Ahli :

1. Prof. Subekti, S.H.


hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn
tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
3. Geny,
hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur
daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
4. Jeremy Betham (teori utilitas),
hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.
5. Prof. Mr. J. Van Kan,
hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-
kepentingan itu tidak dapat diganggu.

1.4. Tata hukum di indonesia


Tata Hukum dikenal juga dengan istilah "rechtorde" yang berasal dari bahasa Belanda. arti
"rechtorde" adalah susunan hukum. Sedangkan pengertian Tata Hukum adalah memberikan
tempat yang sebenarnya pada hukum. Yang dimaksud denga memberi tempat yang sebenarnya
adalah menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar
ketentuan yang berlaku dan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap
peristiwa hukum yang terjadi.

Pelaksanaan tata atau susunan itu berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia terus
berkembang. Oleh karena itu, tata hukum terdapat aturan hukum yang positif atau ius
constitutum, disamping aturan hukum sejenis yang pernah berlaku dan tetap dinamakan
sebagai hukum (recth). Dalam hukum positif di Indonesia, terdapat macam-macam tata
hukum di Indonesia antara lain sebagai berikut..

1. Hukum Tata Negara (HTN) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai


organisasi dalam mencapai tujuannya dalam kemasyarakatan
Advertisement

2. Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur


mengenai pengelolaan administrasi pemerintahan yang jika dalam arti luas bertujuan
dalam mengetahui cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan negara

3. Hukum Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi setiap


tingkah laku manusia untuk memenuhi kepentingan (kebutuhan)nya atau mengatur kepentingan-
kepentingan seseorang.
4. Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku
setiap manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum
5. Hukum Acara atau Hukum Formal adalah peraturan hukum yang mengatur mengenai
cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum materal. Tata
hukum Acara atau hukum formal dibagi menjadi dua antara lain..

Hukum acara pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam cara bagaimana
pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material
Hukum acara perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai cara
bagaimana mempertahankan dan menjalankan mengenai peraturan hukum perdata
material

B.Sistem peradilan di Indonesia

2.1. makna lembaga peradilan

– Tujuan pokok hukum dibuat tak lain adalah untuk menciptakan ketertiban,
ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, hukum perlu ditegakkan agar
tetap bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Penegakan ini diantaranya dapat berupa
pemberian sanksi yang tegas terhadap para pelaku pelanggar hukum. Adapun sanksi yang
dibuat di dalam hukum pun harus setimpal dengan apa yang diperbuat oleh si pelanggar
hukum. Selain itu, hukum juga harus mempertimbangkan efek jera, mampu memberikan
pendidikan dan peringatan.

Lalu, siapa yang bertugas menegakan hukum? masyarakat dapat bertugas menegakkan
hukum yaitu dengan cara mematuhi hukum itu sendiri sedangkan pemerintah bertugas
untuk membentuk suatu lembaga penegak hukum dan pejabat-pejabat penegak hukum
seperti kehakiman, kepolisian, Mahkamah Agung, kejaksaan dsb.

A. Peranan Lembaga Peradilan dan Lembaga Pengadilan

Lembaga peradilan dan lembaga pengadilan itu memiliki makna yang berbeda. Lembaga
peradilan merupakan alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan agar
hukum tetap tegak di negara ini. Jika kita melanggar hukum, maka perkara ini akan
membawa kita ke pengadilan (untuk diadili). Dengan kata lain, pengadilan adalah dewan
atau majelis yang mengadili perkara (kamus besar bahasa Indonesia).
Dwi Cahyati A.W (2010) dalam bukunya yang menukil dari Subekti (1973) menjelaskan
bahwa R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
peradilan dan pengadilan, yakni sebagai berikut.

1. Peradilan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara (dalam)
menegakkan hukum dan keadilan.

2. Pengadilan merupakan lembaga yang melakukan proses peradilan, yakni memeriksa


serta memutuskan sengketa-sengketa hukum dan pelanggaran-pelanggaran
hukum/undang-undang.

B. Kedudukan lembaga peradilan

Mengadili, menyelesaikan perkara, memeriksa perkara dan menyelidiki perkara


merupakan serentetan tugas inti dari badan peradilan atau pengadilan. Peran badan-badan
peradilan ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan cita-cita bangsa sebagai
negara hukum dan merupakan upaya dalam mencari keadilan sebagaimana diamanatkan
dalam piagam pancasila, yakni sila ke-dua, yakni ” Kemanusiaan yang adil dan beradab”
serta sila ke-lima, yakni ” Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nah, selain itu
di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) juga menyebutkan bahwa
“Indonesia adalah negara hukum”.

Kekuasaan kehakiman sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24
yang berbunyi, yakni “…dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi”. Nah, adapun ketentuan ini merupakan ketentuan dasar
bagi pengaturan lembaga peradilan di Indonesia. Sehingga disini ada dua lembaga
pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi. Nah, terkait tugas lembaga negara bisa dilihat pada artikel yang berjudul
Tugas-Tugas Lembaga Negara.

Dalam menegakkan keadilan yang menjadi amanat pancasila, pengadilan tidak boleh
menolak untuk menyelesaikan sebuah perkara. Dengan kata lain, setiap perkara yang
masuk dari rakyat harus diterima dimana perkara tersebut akan diproses sesuai dengan
jenis perkaranya yang kemudian disesuaikan dengan kewenangan lembaga peradilan.
Nah, selain itu, dalam bukunya Dwi Cahyati A.W (2010) menerangkan bahwa agar
hukum dapat ditegakkan, maka pengadilan harus melaksanakan asas-asas berikut ini:

1. Pengadilan (memiliki tugas untuk) memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara


dengan hadirnya terdakwa kecuali (jika) undang-undang menentukan (hal) lain,

2. Pengadilan tidak boleh menolak (untuk) memeriksa, mengadili serta memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih (bahwa) hukum tidak ada atau kurang jelas
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya,

3. Pengadilan mengadili menurut (aturan) hukum dengan tidak membeda-bedakan orang,

4. Pengadilan (ikut serta dalam) membantu pencari keadilan serta berusaha mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat
dan (dengan) biaya ringan,

5. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memerhatikan nilai kemanusiaan dan


keadilan,

6. Peradilan dilkukan demi (adanya) keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

7. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan (dengan) biaya ringan,

8. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil,
(mampu bersikap) profesional dan memiliki pengalaman di bidang hukum,

9. Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada


pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan kecuali (jika) undang-undang
menentukan (hal) lain,

10. Semua putusan pengadilan hanya (akan) sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,

11. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di
depan pengadilan, wajib dianggap (sebagai) tidak bersalah sebelum adanya putusan (dari)
pengadilan yang menyatakan kesalahannya,

12. Semua pengadilan (bertugas untuk) memeriksa, mengadili dan memutus (suatu
perkara) dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim kecuali (jika) undang-undang
menentukan (hal) lain,
13. Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan selain atas perintah tertulis oleh (dari) kekuasaan yang sah dalam hal dan
menurut cara yang (telah) diatur di dalam undang-undang,

14. Hakim wajib (untuk) menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum serta rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat. (Selain itu) dalam mempertimbangkan berat
ringannya pidana, hakim wajib (untuk) memerhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari
terdakwa,

15. Setiap orang yang (telah) ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan
berdasarkan undang-undang atau karena (adanya) kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkannya, (maka) berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi dan
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (Nah,) hal ini disebut dengan asas praduga tak
bersalah,

16. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah (bersifat) terbuka untuk umum kecuali (jika)
undang-undang menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi,

17. Tidak seorang pun dapat dihadapkan (dibawa) ke pengadilan selain daripada yang
(telah) ditentukan oleh undang-undang,

18. Setiap orang yang tersangkut perkara (memiliki perkara) berhak memperoleh bantuan
hukum,

19. Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat kasasi kepada Mahkamah
Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan kecuali (jika) undang-undang menentukan
(hal) lain,

20. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, (maka)
pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam
undang-undang.
2.2. Dasar hukum lembaga peradilan

Pada dasarnya, lembaga nasional adalah suatu keseluruhan komponen peradilan nasional dari
berbagai pihak dalam proses peradilan atau berbagai aspek yang saling berakaitan satu sama
lainnya sedemikian rupa.

Adapun yang menjadi dasar hukum lembaga peradilan nasional, di antaranya adalah :

– Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan Negara dijalankan atas
dasar hukum yang baik dan adil

– Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan kekuasaan hakim harus bebas dari campur
tangan kekuasaan lain

– Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh mahkamah agung dan badan peradilan yang ada di bahwanya
– Pasal 24 B UUD 1945 yang mengatur bahwa suatu lembaga baru yang berakaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan hakim

– UU no 14 tahun 1970 yang berisi ketentuan pokok kekuasaan hakim

2.3. Klasifikasi lembaga peradilan

Klasifikasi Lembaga Peradilan


Lembaga peradilan adalah alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap tegaknya
hukum nasional. Jika terjadi pelanggaran hukum maka pelaku pelanggaran harus dihadapkan ke muka
pengadilan.
Tingkatan Lembaga Peradilan
Tingkatan Lembaga Peradilan Serta Peranan dan Fungsinya - Lembaga peradilan memiliki berbagai
tingkatan yang dalam menindak pelanggaran-pelanggaran hukum.
1. Pengadilan Negeri (Pengadilan Tingkat Pertama)
2.Pengadilan Tinggi (Pengadilan Tingkat Kedua/Banding)
3.Pengadilan Mahkamah Agung
4.Mahkamah Konstisusi
Fungsi Lembaga Peradilan
Pengadilan Negeri - Berfungsi memeriksa tentang sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang
diajukan tersangka,dengan menyebutkan alasan-alasannya.
Pengadilan Tinggi- Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya peradilan di daerah hukumnya dan
menjaga supaya diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya.

Mahkamah Agung-Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan


peradilan di seluruh Indonesia dan menjaga upaya peradilan agar diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya.

Mahkamah Konstitusi-Sebagai penjaga hak asasi manusia dan sebagai penegak demokrasi

2.4. Perangkat lembaga peradilan

Pada dasarnya, dalam sebuah Negara pastinya akan diberlakukan yang kita sebut sebagai hukum.
Apabila hukum tidak diberlakukan dalam suatu Negara, maka kondisi Negara tersebut pasti tidak
aman dan tidak stabil.

Oleh karena itu, ditetapkan hukum untuk mengatur kehidupan warganya. Setiap Negara juga
pada dasarnya mempunyai hukum yang berbeda beda. Begitu pula Negara Indonesia. Akan
tetapi, sebenarnya hukum di Indonesia sendiri banyak menyerap hukum dari luar.

Pada dasarnya, hukum di Indonesia sendiri merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa,
hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik pada hukum pidana
maupun hukum perdata berbasis pada hukum Eropa, khususnya Belanda.

Hal ini karena pad amasa lalunya Indonesia sendiri merupakan wilayah jajahan Belanda dengan
sebutan Hindia Belanda. Selain itu, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa hukum Indonesia
berasal dari hukum agama.

Hal ini karena sebagian masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka dominasi hukum
atau syariat Islam lebih banyak terutama pada bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku hukum adat yang diserap dalam perundang undangan atau
yurisprudensi, yang meerupakan penerusan dari berbagai aturan setempat dari masyarakat dan
budaya yang ada di wilayah nusantara.

Secara singkat, hukum bisa dikatakan sebagai sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya
yang berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban yang disertai dengan
sanksi bagi pelanggarnya.

Hukum sendiri berkaitan erat dengan pengadilan, yang di dalamnya termasuk pengadilan negri,
pengadilan tinggi dan mahkamah agung yang sehari harinya memeriksa dan memutuskan segala
perkara perdata dan pidana sipil untuk semua golongan penduduk.

Pengadilan negri biasanya berkedudukan di tingkat kabupaten atau kota, sementara pengadilan
tinggi berkedudukan di tinkat provinsi dan mahkamah agung berkedudukan di tingkat pusat atau
ibu kota Negara.

Untuk lebih jelas mengenai perangkat lembaga peradilan, simaklah uraian yang akan disajikan
berikut ini.

Pengadilan negri

Salah satu perangkat lembaga peradilan adalah pengadilan negri yang merupakan pengadilan
umum yang sehari harinya memeriksa dan memutuskan perkara pada tingkat pertama dari segala
perkara perdata dan pidana sipil untuk semua golongan penduduk.

Pengadilan negri berkedudukan di daerah tingkat kabupaten atau kota. Pada umumnya, perkara
yang diselesaikan dibantu oleh hakim dan panitera. Pada setiap daerah pengadilan negri,
ditempatkan pula kejaksaan negri sebagai alat pemerintah yang bertindak sebagai perkara
perdata dan kejaksaan neggri tidak turut ikut campur.

Pengadilan tinggi
Merupakan pengadilan banding tingkat kedua yang mengadili perkara pidana dan perdata yang
telah diputuskan oleh pengadilan negri tingkat pertama. Pengadilan tinggi sendiri juga tidak
hanya berada di lingkup peradilan umum, namun juga terdapat pada peradilan khusus, misalnya
pengadilan agama, adat dan tata usaha Negara.

Dalam pelaksanaan suatu perkara dalam peradilan agar seseorang dapat dituntut karena bersalah
ada dua asas yang harus diperhatikan, yaitu :

– Asas oportunitas, dalam asas ini jaksa tidak berkewajiban untuk menuntut seseorang
walaupun telah diketahui bahwa ia benar benar bersalah demi kepentingan umum

– Asas legalitas, dalam asas ini jaksa diwajibkan untuk menuntut setiap orang yang
melakukan tindak pidana tanpa memperhatikan segala akibat yang mungkin timbul

Mahkamah agung

Merupakan salah satu perangkat lembaga peradilan tertinggi di Indonesia yang berkedudukan di
ibu kota Negara. Daerah hukumnya sendiri meliputi seluruh wilayah Indonesia dan kewajiban
utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas segala tindakan pengadilan lainnya di
seluruh Indonesia.

Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan agar hukum dilaksanakan dengan sebaiknya.
Mahkamah agung sendiri terdiri dari seorang ketua, seorang wakil, dan beberapa anggota yang
dibantu oleh seorang panitera dan beberapa panitera pengganti.

Adapun beberapa tugas dari MA, di antaranya adalah :

– Memutuskan dalam pemeriksaan pertama dan tingkat tertinggi perselisihan yurisdiksi

– Mengkasasikan atas keputusan hakim yang lebih rendah


– Memberikan keputusan dalam tingkat banding atas keputusan wasit

– Dan lainnya

"

2.5. tingkatan lembaga peradilan


1. Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri)
Pengadilan tingkat pertama yang dibentuk oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan
Mahkamah Agung yang mempunyai kekuasaan hukum pengadilan yang meliputi satu
Kabupaten/Kota, Fungsi Pengadilan Tingkat Pertama adalah memeriksa mengenai sah atau
tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang diajukan kepada tersangka keluarganya atau
kuasanya kepada Ketua Pengadilan dengan menyebutkan alasan-alasannya. Wewenang
Pengadilan Tingkat Pertama adalah memeriksa dan memutuskan, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang, khususnya tentang, antara lain sebagai berikut..
Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyedikan, atau penghentian tuntutan
Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan
2. Pengadilan Tingkat Kedua
Pengadilan tingkat kedua disebut juga dengan Pengadilan Tinggi yang dibentuk berdasarkan
undang-undang. Daerah hukum Pengadilan Tinggi umumnya meliputi satu provinsi. Fungsi
Pengadilan Tingkat Kedua adalah sebagai berikut..
Menjadi pimpinan bagi pengadilan-pengadilan negeri di dalam daerah hukumnya
Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya dan menjaga
supaya peradilan itu diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya
Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di daerah hukumnya
Untuk kepentingan negara dan peradilan, pengadilan tinggi dapat memberikan peringatan,
teguran dan petunjuk yang dipandang perlu kepada pengadilan negeri dalam daerah hukumnya
3. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung, sebagai pemegang pengadilan negara tertinggi yang berkedudukan di ibu
kota negara Republik Indonesia atau di lain tempat yang telah ditetapkan oleh presiden. Setiap
bidang dipimpin oleh seorang ketua muda yang dibantuk dari beberapa Hakim Anggota. Fungsi
Mahkamah Agung adalah sebagai berikut...
Sebagai punak semua peradilan dan sebagai pengadilan tertinggi untuk semua lingkungan
peradilan dan memberi pimpinan kepada pengadilan-pengadilan yang bersangkutan
Melakuka pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan di
seluruh Indonesia dan menjaga supaya peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya
Mengawasi dengan cermat terhadap semua perbuatan-perbuatan para hakimdi semua lingkungan
peradilan
Untuk kepentingan negara dan keadilan, Mahkamah Agung memberi peringatan, teguran, dan
petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.
Permohonan kasasi dapat dilakukan oleh orang-orang dalam perkara antara lain sebagai berikut..
Dalam hal perkara perdata, yaitu oleh pihak-pihak yang berperkara, permohonan yang demikian
hanya diterima dalam upaya-upaya hukum biasa yan dapat digunakan telah dimanfaatkan
Dalam perkara pidana, dapat dilakukan oleh terpidana atau jaksa yang bersangkutan dari pihak
atau pihak ketiga yang dirugikan.
2.6. Peran lembaga peradilan
Lembaga peradilan adalah alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap
tegaknya hukum nasional. Jika terjadi pelanggaran hukum maka pelaku pelanggaran hukum
harus dihadapkan ke muka pengadilan. Pengadilan atau badan peradilan merupakan satu lembaga
penegakan hukum di Indonesia. Dengan kata lain, proses penegakan hukum dan lembaga yang
melaksanakannya biasa disebut peradilan dan pengadilan.

Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara. Peradilan adalah segala sesuatu atau sebuah
proses yang dijalankan di pengadilan yang berhubungan dengan memeriksa, mengadili dan
memutuskan perkara dengan menerapkan hukum. Lembaga peradilan mempunyai tugas
menjalankan peradilan dengan seadil-adilnya. Tugas pokok badan-badan peradilan adalah
menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang melanggar hukum
dan diajukan kepadanya.

Hukum diciptakan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan tenteram. Agar
hukum dapat berjalam efektif maka perlu diadakan penegakan hukum. Penegakan hukum di sini
juga termasuk pemberian hukuman atau sanksi (pidana ataupun perdata) bagi pelanggar hukum.
Untuk itu, dibutuhkan lembaga penegak hukum dan pejabat hukum.
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Jadi, pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia ada dua lembaga
yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Dasar hukum terbentuknya lembaga-
lembaga peradilan nasional adalah sebagai berikut.
Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX Pasal 24 Ayat (2) dan
(3), yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Lembaga-lembaga peradilan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga


yang melaksanakan kekuasaan kehakiman secara bebas tanpa ada intervensi dari siapapun.

Peranan Lembaga Peradilan


Keadilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia, karena dengan keadilan
kita dapat memiliki kesamaan hak di mata hukum. Di Indonesia banyak sekali lembaga peradilan
baik itu pengadilan umum maupun pengadilan khusus Lembaga penegakan hukum di Indonesia
disebut pengadilan atau badan peradilan. Alat perlengkapan negara yang diberi tugas
mempertahankan tetap tegaknya hukum nasional disebut pengadilan atau lembaga peradilan.

Anda mungkin juga menyukai