Anda di halaman 1dari 25

PERMINTAAN AGREGAT I DAN AGREGAT II

MAKALAH

Oleh

Weni Sri Wardani

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
EKONOMI PEMBANGUNAN
Oktober 2015
BAB I

PERMINTAAN AGREGAT I : MEMBANGUN MODEL IS-LM

A. PENDAHULUAN

Fluktuasi Ekonomi terbesar yang efeknya sangat menyengsarakan dan signifikan


secara intelektual terjadi pada 1930-an yang disebut Depresi Besar (Great Depression)
menyebabkan banyak ekonom mempertanyakan keabsahan teori ekonomi klasik. Mereka
percaya mereka perlu model baru untuk menjelaskan kemerosotan ekonomi yang dahsyat itu
dan untuk menyarankan kebijakan pemerintah yang bisa mengurangi kesulitan ekonomi
yang masyarakat alami.

Pada 1936, John Maynard Keynes menulis The General Theory of Employment,
Interest and Money. Di dalamnya, ia mengusulkan cara baru untuk menganalisis
perekonomian, yang ia hadirkan sebagai alternatif dari teori klasik. Visinya tentang
bagaimana perekonomian bekerja, dengan cepat menjadi pusat kontroversi. Tetapi, ketika
ekonom memperdebatkan The General Theory, pemahaman baru tentang fluktuasi ekonomi
secara bertahap mulai berkembang.

Keynes menyatakan permintaan agregat rendah bertanggung jawab atas rendahnya


pendapatan dan tingginya pengangguran yang mencirikan kemerosotan ekonomi. Ia
mengkritik teori bahwa hanya penawaran agregat yang menentukan pendapatan nasional.

Model Keynes” diartikan berbeda-beda oleh banyak orang. Hal yang berguna untuk
memikirkan modelKeynes buku teks dasar sebagai perincian dan perluasan dari “teori
klasik”. Perputaran uang variabel dan harga “kaku”-nya mencerminkan kepercayaan Keynes
bahwa kelemahan model klasik berasal dari asumsi terlalu-ketat nya tentang perputaran
konstan serta upah dan harga yang sangat fleksibel.

A. PENGERTIAN PERMINTAAN AGREGAT

Permintaan agregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi
dalam suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Dalam menganalisis permintaan agregat, dua ekonom terkenal yaitu Keynes dan
Pigou mempunyai pendapat yang berbeda.

2|Page
Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan harga, maka jumlah yang beredar riil
(Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat bunga (i). Selanjutnya
perubahan tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi investasi (I) yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapat nasional.

Sedangkan menurut Pigou, apabila terjadi perubahan harga dalam perekonomian


masyarakat akan merasa saldo kas rill (real cash balance) meraka berubah, yang yang
selanjutnya akan mempengruhi konsumsimasyarakat tersebut. Perubahan konsumsi akan
mengakibatkan perubahan pada pendapatan nasional.

Jadi pada intinya, perbedaan pendapat kedua ekonom tersebut terletak pada perubahan
variabel-variabel ekonomi akibat adanya perubahan harga. Keynes menitik beratkan pada
perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou menitik beratkan perubahan konsumsi ketika
terjadi perubahan harga.

B. MODEL PERMINTAAN AGREGAT

Model Keynes menunjukan apa yang menyebabkan kurva permintaan agregat


bergeser. Dalam jangka pendek, ketika tingkat harga tetap, pergeseran kurva permintaan
agregat mengarah pada perubahan pendapatan nasional,Y. Model permintaan agregat yang
dikembangkan di makalah ini disebut IS-LM merupakan interpretasi utama dari kerja
Keynes. Model IS-LM mengambil tingkat harga yang ada dan menunjukan apa yang
menyebabkan pendapatan berubah. Ini menunjukan apa yang menyebabkan AD bergeser.

Pasar barang dan kurva IS (singkatan dari investasi dan saving/tabungan) memplot
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar dan jasa.

3|Page
Pasar uang dan Kurva LM (singkatan dari likuiditas dan money/uang) memplot
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang.

Karena tingkat bunga mempengaruhi baik investasi dan permintaan uang, ia adalah
variabel yang menghubungkan dua bagian model IS-LM. Model menunjukan bagaimana
interaksi antara pasar-pasar ini menentukan posisi dan kemiringan kurva permintaan agregat,
dan karenanya, tingkat pendapatan nasional dalam jangka pendek. Dalam General Theory of
Money, Interest and Employment (1936), Keynes menyatakan pendapatan total
perekonomian, dalam jangka pendek, ditentukan sebagaian besar oleh keinginan belanja
rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Semakin orang ingin belanja, semakin banyak
barang dan jasa yang perusahaan dapat jual. Semakin banyak yang perusahaan jual, semakin
banyak output yang mereka akan pilih untuk diproduksi dan semakin banyak yang mereka
akan pilih untuk dipekerjakan. Jadi, masalah selama resesi dan depresi,menurut Keynes,
adalah belanja yang tidak cukup. Perpotongan Keynes adalah usaha untuk memodelkan
wawasan ini.

Perpotongan Keynes menunjukkan bagaimana pendapatan Y ditentukan untuk tingkat


tertentu investasi terencana I dan kebijakan fiskal G dan T. Kita dapat menggunakan model
ini untuk menunjukkan bagaimana pen-dapatan berubah ketika salah satu variabel eksogen
berubah. Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah jumlah yang rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah belanjakan untuk barang dan jasa (GDP). Pengeluaran yang
direncanakan (planned expenditure) adalah jumlah yang rumah tangga, perusahaan dan
pemerintah ingin belanjakan untuk barang dan jasa. Perekonomian ada di ekuilibrium bila :
Pengeluaran aktual = Penge-luaran yang direncanakan atau Y = E

C. INVESTASI

4|Page
Investasi adalah pengeluaran oleh swasta untuk pembelian barang-barang dan jasa
yang akan dipakai dalam proses produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh
swasta terhadap barang dan jasa (input) yang diperlukan untuk investasi produktif. Faktor
yang menentukan pengeluaran investasi berbeda dengan konsumsi.Perbedaanya terletak
dalam hal tujuan membeli barang, yaitu untuk invesatasi dengan harapan untuk mendapatkan
keuntungan sedangkan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Perbedaan lain adalah sumber pembiayaan untuk investasi dapat berasal dari berbagai
sumber pembiayaan dan keuangan dimana jumlahnya tidak tergantung dari kondisi keuangan
sekarang tetapi pada harapan kondisi keuangan dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi
rumah tangga berasal berasal dari pendapatan sekarang.Jadi pengeluaran investasi jumlahnya
bisa jauh melebihi jumlah pendapatan sekarang, jadi tidak tergantung dengan income.Apa
yang menentukan besarnya investasi dalam masyarakat?

Faktor yang menentukan pengeluaran investasi ada dua yaitu harapan keuntungan
(expectation of future profit) yang akan diperoleh dimasa mendatang dan biaya dari uang
yang harus ditanggung akibat pengeluaran uang tersebut. Harapan keuntungan tersebut
biasanya dinyatakan dalam persentase keuntungan per satuan waktu dan biaya penggunaan
dana dinyatakan dalam persentase atau disebut tingkat bunga. Sebuah investasi akan
dilakukan apabila harapan keuntungan lebih besar dari biaya penggunaan dana atau tingkat
bunga (interest rate). Semakin besar selisih kedua faktor ini maka semakin besar pula
investasi yang akan dilakukan. Tingkat keuntungan yang diharapkan tersebut disebut dengan
Marginal Efficiency of Capital (MEC). Semakin besar selisih antara MEC dengan tingakat
bunga yang berlaku maka akan semakin besar pula volume investasi yang akan dilakukan.
Secara grafik dapat dilihat seperti pada Gambar 5.2.Grafik MEC adalah negatif,
berbanding terbalik dengan tingkat bunga yang berlaku.Semakin rendah bunga yang berlaku
maka semakin besar pula harapan keuntungan sehingga investasi juga semakin besar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi tersebut dapat juga dinyatakan secara


matematis sebagai berikut:

I = K – bi b > 0 (5.8)

5|Page
Gambar 5.2

Gambar 5.2.Marginal Efficiensy of Capital atau harapan keuntungan dari investasi yang
dikeluarkan, dapat dinyatakan dengan hubungan investasi kumulatif dengan tingkat bunga
yang berlaku.Semakin rendah bunga yang berlaku berarti semakin tinggi harapan untuk
meraih keuntungan dimasa mendatang sehingga investasi semakin naik.

K adalah investasi yang otonom atau exogenous, i adalah tingkat bunga dan b adalah
koefisien yang menunjukkan seberapa sensitive investasi tersebut terhadap perubahan tingkat
bunga.Sesuai dengan grafik 5.2 diatas maka koefisien b adalah bertanda negatif yang berarti
semakin rendah tingkat bunga maka semakin tinggi pengeluaran investasi karena semakin
banyak proyek investasi yang layak untuk dilaksanakan.

Selain dari faktor bunga, dalam kenyataan sehari-hari investasi bukan hanya
ditentukan oleh bunga tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor ekonomi yang lain dan bahkan
juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik. Misalnya keamanan, kestabilan politik,
kepastian hukum di suatu Negara berpengaruh sangat besar terhadap masuknya investor dari
luar negeri.

B. MULTIPLIER ATAU FAKTOR PELIPAT

Setelah diketahui faktor yang mempengaruhi komponen aggregate demand maka


pertanyaan selanjutnya adalah bagaiman mekanisme komponen AD tersebut mempengaruhi
output atau pendapatan.Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep multiplier. Sebelum
diterangkan lebih lanjut maka ada beberapa asumsi yang harus dibuat, yaitu,

Pertama, pengeluaran pemerintah (G) adalah exogenous, artinya besarnya tidak


ditentukan didalam sistem atau ditentukan oleh faktor-faktor tertentu yang tidak dapat

6|Page
diprediksi.Faktor yang menentukan besarnya anggaran pemerintah lebih banyak ditentukan
oleh kemauan politik pemerintah, bukan variable ekonomi.

Kedua, pengeluaran investasi juga diasumsikan exogenous, hal ini semat-mata untuk
memudahkan dalam analisis.Sebetulnya investasi, seperti diuraikan diatas, ditentukan oleh
tingkat bunga (i), tetapi dalam uraian berikut ini sementara dainggap exogenous.

Ketiga, analisis dilakukan dalam ekonomi tertutup, artinya tidak ada export dan
import dalam pengeluaran agregat (AD).Ketiga asumsi ini tidak mengurangi atau merubah
validitas analisis yang dilakukan. Bila ketiga asumsi ini dimasukkan dalam analisis maka
hasilnya akan tetap sama.

Sekarang kita mulai analisis dengan sebuah contoh berikut.Misalnya, bila pengeluaran
aggregate dinaikan sebesar D maka berapa besar dampaknya terhadap output? Bila ada
tambahan pengeluaran aggregate atau permintaan agregat sebesar D maka akan terjadi
tambahan produksi sebesar D dan kenaikan output atau income sebesar D juga. Selanjutnya
pengeluaran sebesar D tadi akan menjadi pendapatan bagi penjual yang menerima
pengeluaran D. Oleh penjual ini uang sebesar D akan dibelanjakan lagi untuk memenuhi
kebutuhannya tetapi tidak sebesar D. Besarnya pengeluaran pada putaran kedua ini adalah z∆
D yaitu sesuai dengan kecenderungan berbelanja mereka atau Marginal Propencity to
Consume (MPC). Tambahan income yang tercipta adalah sebesar ∆D + z∆D atau (1+z) ∆D.
Demikianlah seterusnya akan terjadi pelipatan dampak secara berantai melalui putaran
pengeluaran antara konsumen dan penjual atau produsen. Dampak akhir dari tambahan
pengeluaran sebesar ∆D adalah sebesar 1/(1-z) kali ∆D yang merupakan penjumlahan dari
semua tambahan income pada setiap putaran (Tabel 5.1).

Tambahan pengeluaran ∆ D dapat berupa konsumsi, investasi atau pengeluaran


pemerintah dan dampak akhirnya hampir sama bila pengeluaran tersebut diasumsikan sebagai

7|Page
pengeluaran independent, atau disebut dengan pengeluaran autonomous, artinya tidak
tergantung dengan faktor lain.

Dari uraian diatas dapat ditulis bahwa total tambahan income adalah sebagai berikut:

∆ AD = = ∆ Y0 (5.8)

Dimana = α = multiplier. Atau dapat juga ditulis :

Bila pengeluaran naik sebesar 100 juta dan MPC adalah 0.8, berapa tambahan
pendapatan akibat tambahan pengeluaran tersebut? Dengan memasukkan angka diatas maka
didapat tambahan pendapatan ∆Y = 1/(1-0,8) kali 100 = 500 juta. Berarti multipliernya
adalah sebesar 5 kali lipat. Multiplier didefinisikan sebagai besarnya kelipatan perubahan
output akibat perubahan satu unit pengeluaran (C, I, G).

Formula multiplier ini dapat diturunkan dengan cara lain. Besarnya setiap perubahan
output yang terjadi harus sama dengan besarnya perubahan aggregate demand sehingga,

∆ Y0 = ∆ AD. (5.9)

Tambahan pengeluaran (∆AD) sama dengan tambahan pengeluaran putaran pertama


∆D ditambah dengan pengeluaran yang disebabkan oleh pelipatan (multiplier), c∆Y0
sehingga

∆ AD = ∆ D + c∆Y0 (5.10)

Gabungan persamaan (5.9) dengan (5.10) didapatkan persamaan,

∆ Y0 = ∆ D + c∆Y0

c∆ Y0 = (5.11)

Atau multiplier dapat juga diturunkan dari persamaan konsumsi dan agregat demand seperti
dibawah ini.

Y = AD = C + I + G

Substitusikan fungsi konsumsi kedalam persamaan diatas.

Y = a + I + G + cY (5.12)

Kumpulkan faktor Y dan autonomous spending sehingga:

8|Page
Y – cY = D

Y=D

Proses dari pelipatan income atau multiplier ini dapat digambarkan secara grafis pada
Gambar 5.3.

Pada awalnya titik keseimbangan adalah pada titik E0 dengan pendapatan OY0 dan
pengeluaran agregat OAD0. Kemudian sektor bisnis melihat ada prospek untuk meraih
keuntungan dimasa yang akan datang sehingga mereka menambah investasi sebesar ∆D
(dapat berupa ∆I). Misalkan tambahan investasi ini meningkatkan AD pada putaran pertama
sebesar AE0. Penambahan AD ini langsung menjadi tambahan pendapatan bagi penjual
barang input yang dibeli oleh investor, yaitu sebesar AB dan selanjutnya direspon oleh
produsen dengan manaikan output dengan jumlah yang sama. Pada putaran kedua tambahan
output atau pendapatan kembali dibelanjakan sesuai dengan MPC yaitu sebesar cAB = BC.
Pengeluaran tambahan AD ini kembali menaikan pendapatan dan direspon oleh produsen
dengan menaikan output sehingga akhirnya proses ini berhenti pada titik E1 dengan tingkat
pengeluaran yang lebih tinggi dari semula yaitu, yaitu AD0 AD1.dan pendapatan juga lebih
tinggi yaitu sebesar 1/(1-c) kali lipat dari ∆D atau Y0Y1.

Secara geometric MPC adalah slope atau kemiringan dari kurva kosumsi. Karena
kurva Consumsi menurut persamaan (5.4) adalah C = a + cY, maka MPC adalah koefisien c,
yaitu sama dengan = .

9|Page
Gambar 5.4.Penurunan Multiplier secara garfik. Pada titik keseimbangan E0, Y0 =
AD0 = cY + D. Ketika terjadi penambahan pengeluaran ∆D (dapat berupa I atau G) maka
titik keseimbangan berubah. Mula-mula tambahan permintaan menjadi E0A, tambahan
permintaan ini merupakan tambahan income sebesar AB bagi penjual (E0A=AB). Melalui
proses multiplier tambahan income ini mendorong permintaan lanjutan (BC) yang kemudian
kembali direspon oleh produsen dengan menaikan output. Demikian seterusnya sampai
proses ini berhenti pada titik keseimbangan baru E1 sehingga tambahan AD atau output
menjadi 1/(1-c) kali ∆D yang tidak lain adalah sama dengan Y0Y1= AD0 AD1.

Dari uraian diatasa ternyata besaran multiplier tergantung dengan besaran MPC atau
koefisien c, yaitu proporsi dari income yang dibelanjakan oleh konsumen untuk keperluan
konsumsi.Semakin besar proporsi income yang dibelanjakan maka semakin besar pula
multiplier dan semakin besar pula dampaknya terhadap kenaikan income atau output. Tetapi
harus diingat bahwa proses ini hanya bisa berlangsung dalam waktu pendek. Dalam jangka
panjang hal ini tidak bisa berlanjut karena income tidak bisa ditopang oleh konsumsi yang
tinggi saja karena konsumsi juga teragantung dari income, sedangkan income / output juga
ditentukan oleh faktor ril seperti investasi disamping konsumsi, pengeluaran pemerintah dan
net export.

Secara empiris hal tersebut diatas adalah benar bahwa konsumsi dalam jangka pendek
bisa mendorong pertumbuhan ekonomi karena ekonomi belum mencapai full
employement.Misalnya masih banyak pabrik yang belum bekerja penuh, tenaga kerja banyak
yang menganggur, dan seterusnya sehingga output masih bisa didorong tumbuh tanpa
investasi baru.Tetapi untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, artinya setelah ekonomi
mencapai full employement, maka diperlukan investasi baru untuk berlanjutnya pertumbuhan
ekonomi.

C. PASAR BARANG DAN KURVA IS


Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga serta tingkat pendapatan yang
muncul di pasar barang dan jasa, Untuk mengembangkan hubungan ini. kita mulai dengan
model dasar yang disebut perpotongan Keynesian (Keynesian cross). Model ini adalah
interpretasi paling mudah dari teori pendapatan nasional Keynes dan merupakan kerangka
untuk model IS-LM yang lebih kompleks dan realistis.

10 | P a g e
Perpotongan Keynesian
Dalam The General Theory, Keynes menyatakan bahwa pendapatan total
perekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga,
perusahaan, dan pemerintahnuntuk membelanjakan pcndapatannya. Semakin banyak orang
yang mengeluarkan pendapatannya, semakin banyak barang dan jasa yang bisa dijual
perusahaan. Semakin banyak perusahaan menjual. semakin banyak output yang akan mereka
produksi dan semakin banyak pekerja yang akan dikaryakan. Jadi, masalah selama masa
resesi dan depresi, menurut Keynes, adalah pengeluaran yang tidak cukup. Perpotongan
Keynesian adalah sebuah upaya untuk membuat sebuah model dari pandangan ini.

Pengeluaran yang Direncanakan


Di awali dari derivasi dan perpotongan Keynesian dengan menggambarkan
perbedaan antara pengeluaran aktual dan pengeluaran yang direncanakan. Pengeluaran aktual
(actual expenditure) adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh rumah tangga, perusahaan,
dan pemerintah atas barang serta jasa, sebagaimana kita ketahui yang sama dengan produk
doinestik bruto (GDP). Pengeluaran yang direncanakan (planned expenditure) adalah jumlah
uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa.
Pengeluaran aktual selalu berbeda dan pengeluaran yang direncanakan. Hal itu
disebabkan perusahaan mungkin terlibat dalam investasi persediaan yang tidak direncanakan
karena penjualannya tidak memenuhi harapan. Ketika perusahaan menjual lebih sedikit
produk mereka dan yang direncanakan, maka stok persediaan mereka secara otomatis
meningkat: sebaliknya, ketika perusahaan menjual lebih banyak dari yang direncanakan, stok
persediaan mereka turun. Karena perubahan yang tidak direncanakan dalam persediaan ini
diperhitungkan sebagai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka pengeluaran aktual
bisa di atas atau di bawah pengeluaran yang direncanakan.
Perhatikanlah determinan dari pengeluaran yang direncanakan. Dengan
mengasumsikan bahwa perekonomian adalah tertutup, sehingga ekspor neto adalah nol, kita
menulis pengeluaran yang direncanakan E sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang
direncanakan I, dan belanja pemerincah C:

E = C + ¡ + C.

Untuk persarnaan ini, kita tambahkan fungsi konsumsi

11 | P a g e
C C(Y- T).

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi tcrgantung pada disposable income (Y


—T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Untuk menyederhanakan
masalah. Kita asumsikan bahwa investasi yang direncanakan sebagai tetap secara eksogen:

I=Ī

Dan juga kita asumsikan bahwa kebijakan fiskal tingkat pembelian dan pajak pernerintah
adalah tetap:

G=G
T = T.

Dengan mengkombinasikan lima persamaan ini, kita peroleh

E = C(Y – T)+ Ī +G

Persamaan ini menunjukkan bahwa pengeluaran yang direncanakan adalah fungsi


pendapatan Y, tingkat investasi yang direncanakan Ī, serta variabel kebijakan fiskal G dan T.

Gambar diatas menunjukkan pengeluaran yang direncanakan sebagai fungsi dan


tingkat pendapatan. Garis ini miring ke atas karena pendapatan yang lebih tinggi
menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi dan. dengan demikian, pengeluaran direncanakan
yang lebih tinggi. Kemiringan garis ini merupakan kecenderungan mengkonsumsi marjinal.
MPC: hal itu rnenunjukkan berapa banyak pengeluaran yang direncanakan meningkat ketika
pendapatan meningkat sebesar $1. Fungsi pengeluaran yang direncanakan ini adalah
potongan pertama dari model yang disebut perpotongan Keynesian.

12 | P a g e
Perekonomian dalam Ekuilibrium
Bagian berikutnya teori perpotongan Keynesian adalah asumsi bahwa
perekonomian berada dalam ekuilibrium ketika pengeluaran actual sarna dengan pengeluaran
yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang
telah direalisasikan, mereka tidak rnernpunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka
lakukan. Dengan mengingat kembali bahwa Y sebagai GDP tidak hanya sarna dengan
pendapatan total tetapi juga dengan pengeluaran aktual total atas barang dan jasa. kita bisa
menulis kondisi ekuilibrium ini sebagai

Pengeluaran Aktual = Pengeluaran yang Direncanakan


Y = E.

Garis 45 derajat dalarn gambar di atas rnenernpatkan titik-titik di mana kondisi ni


terjadi. Dengan tambahan fungsi pengeluaran yang direncanakan, gambar ini menjadi
perpotongan Keynesian. Ekuilibrium perekonomian ini adalah pada titik A, di mana fungsi
pengeluaran yang direncanakan memotong garis 45 derajat.
Dalam model ini, persediaan memainkan peran penting dalarn proses penyesuaian.
Ketika perekonornian tidak berada dalarn ekuilibrium, perusahaan mengalami perubahan-
perubahan yang tïdak direncanakan dalani persediaan, dan ¡ni mendorong mereka untuk
mengubah tingkat produksi. Perubahan produksi sebaliknya mempengaruhi pendapatan dan
pengeluaran total, yang menggerakkan perekonomian ke arah ekuilibrium.
Sebagai contoh, anggaplah perekonomian memiliki GDP pada tïngkat yang lebih
tinggi daripada tingkat ekuilibriurn, seperti tingkat Y, dalam gambar dibawah. Dalarn kasus
ini, pengeluaran yang direncanakan Eı lebih kecil dari produksi Yı, sehingga perusahaan
rnenjual lebih kecil dan yang mereka produksi. Perusahaan rnenambah barang-barang yang
tidak laku ke dalam stok persediaan mereka. Kenaikan persediaan yang tidak direncanakan
13 | P a g e
ini mendorong perusahaan untuk memberhentikan pekerja serta mengurangi produksi. dan
tindakan ini akan rnenurunkan GDP. Proses akumulasi persediaan dan turunnya pendapatan
yang tidak diharapkan ini terus berlangsung sampai pendapatan Y turun ke tingkat
ekuilibrium.
Demikian pula. anggaplah GDP berada pada tingkat yang lebih rendah daripada
tingkat ekuilibrium, sebagaimana tingkat Y2 dalam gambar diatas. Dalam kasus ini,
pengeluaran yang direncanakan E2 lebih besar daripada produksi Y2. Perusahaan mencapai
tingkat penjualan yang tinggi dengan mengurangi persediaan. Tetapi ketika perusahaan
melihat persediaan menyusut, mereka mempekerjakan lebih banyak karyawan dan
meningkatkan produksi. GDP mcningkat. dan perekonomian mendekati ekuilibrium
Singkatnya, perpotongan Keynesian menunjukkan bagaimana pendapatan Y
ditentukan untuk tingkat investasi yang direncanakan tertentu I dan kebijakan fiskal G serta
T. Kita bisa menggunakan model ini untuk menunjukkan bagaimana pendapatan berubah
ketika salah satu dan variabel eksogen ini berubah.

D. Tingkat Bunga, Investasi, dan Kurva IS


Perpotongan Keynesian adalah satu-satunya batu loncatan untuk jalan menuju
model IS-LM. Perpotongan Keynesian berguna karena menunjukkan bagaimana rencana
pengeluaran rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah menentukan pendapatan
perekonomian. Tetapi perpotongan Keynesian membuat asumsi menyederhanakan bahwa
tingkat investasi yang direncanakan I adalah tetap. Seperti yang kita ketahui, hubungan
makroekonomi yang penting adalah bahwa investasi direncanakan bergantung pada tingkat
bunga r.

14 | P a g e
Untuk menambahkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi ini kita menulis
tingkat investasi yang direncanakan sebagai
I = I (r)
fungsi investasi ini digambarkan pada panel (a) dari gambar dibawah. Karena
tingkat bunga adalah biaya pinjaman untuk membiayai proyek-proyek investasi, kenaikan
suku bunga akan mengurangi investasi yang direncanakan. Akibatnya, fungsi investasi miring
ke bawah.
Untuk menentukan bagaimana pendapatan berubah ketika perubahan tingkat bunga,
kita dapat menggabungkan fungsi investasi dengan diagram perpotongan Keynesian. Karena
investasi berbanding terbalik dengan suku bunga, kenaikan suku bunga dari r1 ke r2
mengurangi jumlah investasi dari I (r1) ke I (r2). Penurunan investasi yang direncanakan,
menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan ke bawah, seperti pada panel (b) dari
gambar dibawah. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran yang direncanakan menyebabkan
tingkat pendapatan turun dari Y1 ke Y2. Oleh karena itu, peningkatan tingkat bunga
menurunkan pendapatan.
Kurva IS, yang ditunjukkan pada panel (c) dari gambar dibawah, meringkas
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan. Pada dasarnya, kurva IS
menggabungkan interaksi antara r dan I yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi
antara I dan Y ditunjukkan oleh perpotongan Keynesian. Karena peningkatan suku bunga
menyebabkan investasi yang direncanakan menurun, dan menyebabkan pendapatan menurun,
maka kurva IS melandai ke bawah

15 | P a g e
E. Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS

Kurva IS menunjukkan kepada kita, untuk setiap tingkat bunga yang diberikan,
tingkat pendapatan yang membawa pasar barang ke ekuilibrium. Seperti kita pelajari dari
perpotongan Keynesian, tingkat pendapatan juga tergantung pada belanja pemerintahG dan
pajak T. Kurva IS digambarkan untuk kebijakan fiskal tertentu, yaitu, ketika kita membangun
kurva IS, kita mempertahankan G dan T tetap. Ketika kebijakan fiskal berubah, kurva IS
bergeser.

Gambar dibawah menggunakan perpotongan Keynesian untuk menunjukkan


bagaimana kenaikan dalam belanja pemerintahan sebesar ΔG menggeser kurva IS. Gambar
ini untuk tingkat bunga tertentu r dan juga untuk tingkat investasi yang direncanakan tertentu.
Perpotongan Keynesian menunjukkan bahwa perubahan dalam kebijakan fiskal menimbulkan
pengeluaran yang direncanakan dan dengan demikian meningkatkan pendapatan ekuilibrium
dari Yı ke Y2. Oleh karena itu, kenaikan belanja pemerintah menggeser kurva IS ke kanan.

Kita bisa menggunakan perpotongan Keynesian untuk melihat bagaimana perubahan


lain dalam pergeseran kebijakan fiskal menggeser kurva IS. Karena penurunan pajak juga

16 | P a g e
memperluas pengeluaran dan pendapatan, maka hal itu juga menggeser kurva IS ke kanan.
Penurunan belanja pemerintah atau peningkatan pajak mengurangi pendapatan, karena itu,
perubahan dalam kebijakan fiskal menggeser IS kurva ke kiri.

Singkatnya, kurva IS menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan


yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar barang dan jasa. Kurva IS digambarkan
untuk kebijakan fiskalyang meningkatkan permintaan barang dan jasa akan menggeser kurva
IS ke kanan. Perubahan kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan barang dan jasa
menggeser kurva IS ke kiri.

F. Pasar Uang dan Kurva LM

Kurva LM menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul
di pasar uang. Untuk memahami hubungan ini, kita mulai dengan melihat teori tingkat bunga,
yang disebut teori preferensi likuiditas.

Teori Preferensi Likuiditas

Dalam buku klasiknya The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya


tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan itu disebut
teori preferensi likuiditas, karena mengemukakan bahwa tingkat bunga disesuaikan untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk aset perekonomian paling yang likuid-
uang. Sama seperti Perpotongan Keynesian yang merupakan sebuah kerangka untuk kurva
IS, teori preferensi likuiditas adalah sebuah kerangka untuk kurva LM.

Untuk mengembangkan teori ini, kita mulai dengan penawaran keseimbangan uang
riil. Jika M menyatakan jumlah uang beredar dan P menyatakan tingkat harga, maka M / P
adalah penawaran keseimbangan uang riil yang tetap. Teori preferensi likuiditas
mengasumsikan adanya penawaran keseimbangan uang riil yang tetap, yaitu

(M / P) = M-/P

Jumlah uang beredar M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh bank
sentral, seperti Bank Sentral Amerika. Tingkat harga P juga merupakan variabel eksogen
dalam model ini. (Kami mengganggap tingkat harga tertentu karena model IS-LM,
menjelaskan kondisi jangka pendek ketika tingkat harga tetap) Asumsi ini menunjukkan

17 | P a g e
bahwa penawaran keseimbangan uang riil adalah tetap, dan, khususnya, tidak tergantung
pada tingkat bunga, jadi ketika kita menempatkan interaksi antara penawaran keseimbangan
uang riil terhadap tingkat suku bunga dalam Gambar dibawah, kita memperoleh kurva
penawaran vertikal.

Selanjutnya, perhatikan permintaan terhadap keseimbangan uang riil. Teori preferensi


likuiditas berhipotesa bahwa tingkat bunga merupakan salah satu penentu berapa banyak
uang yang ingin dipegang orang. Alasannya adalah bahwa tingkat suku bunga adalah
kesempatan biaya dari memegang uang: itu adalah apa yang Anda melupakan dengan
memegang beberapa Anda aset sebagai uang, yang tidak dikenakan bunga, bukan sebagai
bunga-bearing deposito bank atau obligasi. ketika tingkat bunga naik, orang ingin memegang
lebih sedikit uang. Kita dapat menulis permintaan terhadap keseimbangan uang riil sebagai

(M / P) = L (r)

Dimana fungsi L( ) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung pada
para tingkat bunga. Jadi, kurva permintaan dalam gambar dibawah miring ke bawah karena
tingkat bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah keseimbangan uang riil yang diminta.

Menurut teori preferensi likuiditas, penawaran dan permintaan keseimbangan uang riil
menentukan tingkat suku bunga yang berlaku di perekonomian. Yaitu, tingkat bunga
disesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang. Sebagai angka menunjukkan, pada tingkat
bunga ekuilibrium, jumlah keseimbangan uang riil yang diminta sama dengan jumlah yang
ditawarkan.

Bagaimana tingkat bunga sampai ke keseimbangan penawaran uang dan permintaan


uang? Penyesuaian terjadi karena kapan pun pasar uang tidak dalam kesetimbangan, orang
mencoba untuk menyesuaikan portofolio aset mereka dan, dalam prosesnya, mengubah

18 | P a g e
tingkat suku bunga. Misalnya, jika tingkat bunga berada di atas kesetimbangan tingkat,
jumlah keseimbangan uang riil yang ditawarkan melebihi kuantitas menuntut. Individu
memegang kelebihan jumlah uang beredar mencoba untuk mengubah beberapa non-interest-
bearing uang mereka ke berbunga deposito bank atau obligasi. Bank dan penerbit obligasi,
yang lebih memilih untuk membayar tingkat bunga yang lebih rendah, menanggapi ini
kelebihan penawaran uang dengan menurunkan tingkat suku bunga yang mereka tawarkan.
Sebaliknya, jika tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan, sehingga kuantitas uang
diminta melebihi jumlah yang ditawarkan, individu mencoba untuk mendapatkan uang
dengan menjual obligasi atau menarik dananya dari bank. Untuk menarik kembali dana dari
bank dan penerbit obligasi merespon dengan menaikkan suku bunga yang mereka tawarkan.
Akhirnya, tingkat bunga mencapai tingkat ekuilibrium, di mana orang merasa aman dengan
portofolio aset moneter dan nonmoneter mereka.

Sekarang kita telah melihat bagaimana tingkat bunga ditentukan, kita dapat
menggunakan Teori preferensi likuiditas untuk menunjukkan bagaimana tingkat bunga
merespon perubahandalam pasokan uang. Anggaplah, misalnya, bahwa Fed tiba-tiba
menguranginjumlah uang beredar. Penurunan M mengurangi M / P, karena P adalah tetap
dalam model. Itu penawaran keseimbangan uang riil bergeser ke kiri, seperti pada Gambar
dibawah. Ekuilibrium suku bunga naik dari r1 ke r2, dan tingkat bunga yang lebih tinggi
membuat orang puas untuk terus jumlah yang lebih kecil dari uang riil. Sebaliknya, yang
akan terjadi jika Fed tiba-tiba meningkatkan uang beredar. Jadi sesuai dengan teori preferensi
likuiditas, penurunan jumlah uang beredar meningkatkan bunga tingkat, dan peningkatan
jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga.

G. Pendapatan, Permintaan Uang, dan Kurva LM

Setelah mengembangkan teori preferensi likuiditas sebagai penjelasan atas apa yang
menentukan suku bunga, kita sekarang dapat menggunakan teori untuk memperoleh kurva
LM. Kita mulai dengan mempertimbangkan pertanyaan berikut: Bagaimana perubahan dalam
perekonomian tingkat pendapatan Y mempengaruhi pasar untuk keseimbangan uang riil?
Jawaban adalah bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi permintaanuang. Ketika
pendapatan tinggi, pengeluaran yang tinggi, sehingga orang-orang terlibat dalam transaksi
lebih yang memerlukan penggunaan uang. Dengan demikian, penghasilan yang lebih besar

19 | P a g e
berarti uang yang lebih besar permintaan. Kita dapat mengekspresikan ide-ide dengan
menulis fungsi permintaan uang sebagai

(M / P) = L (r, Y).

Kuantitas keseimbangan uang riil yang diminta berhubungan negatif dengan bunga
tingkat dan berhubungan positif dengan pendapatan. Menggunakan teori preferensi likuiditas,
kita bisa mengetahui apa yang terjadi pada tingkat bunga ekuilibrium ketika tingkat
perubahan pendapatan. Misalnya, mempertimbangkan apa yang terjadi pada gambar dibawah
ketika pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2. Sebagai panel (a) menggambarkan, kenaikan
pendapatan ini menggeser kurva permintaan uang untuk kanan. Dengan penawaran
keseimbangan uang riil tidak berubah, tingkat bunga harus bangkit dari r1 ke r2 untuk
menyeimbangkan pasar uang. Oleh karena itu, menurut teori preferensi likuiditas, pendapatan
yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga yang lebih tinggi.

Kurva LM pada panel (b) menggambarkan hubungan antara tingkat pendapatan dan
tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin tinggi permintaan terhadap uang
rii dan semakin tilnggi tingkat bunga ekuilibrium. Untuk alasan ini, kurva LM miring ke atas,
seperti pada panel (b) dari gambar tersebut.

H. Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM

Kurva LM menyatakan tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar uang pada setiap tingkat
pendapatan. Namun, seperti yang kita lihat sebelumnya, tingkat bunga ekuilibrium juga
tergantung pada penawaran keseimbangan uang riil, M / P. Ini berarti bahwa kurva LM
digambar untuk persediaan tertentu keseimbangan uang riil. Jika keseimbangan uang riil
berubah- misalnya, jika Fed mengubah uang beredar-kurva LM bergeser.

20 | P a g e
Kita bisa menggunakan teori preferensi likuiditas untuk memahami bagaimana
kebijakan moneter menggeser kurva LM. Misalkan bahwa Fed mengurangi jumlah uang
beredar dari M1 ke M2, yang menyebabkan penawaran keseimbangan uang riil turun dari M1
/ P ke M2 / P. Gambar dibawah menunjukkan apa yang terjadi. Memegang konstan jumlah
pendapatan dan sehingga kurva permintaan keseimbangan uang riil, kita melihat bahwa
pengurangan penawaran keseimbangan uang riil menaikkan tingkat bunga yang
menyeimbangkan pasar uang. Oleh karena itu, penurunan jumlah uang beredar menggeser
kurva LM ke atas.

Singkatnya, kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan


yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang riil. kurva LM ditarik
untuk persediaan tertentu keseimbangan uang riil. Penurunan penawaran uang riil menggeser
kurva LM ke atas. Kenaikan dalam penawaran keseimbangan uang riil menggeser kurva LM
ke bawah.

I. Ekuilibrium Jangka Pendek

Sekarang kita memiliki semua bagian dari model IS-LM. Kedua persamaan tersebut
adalah:

Y = C (Y - T) + I (r) + G IS,

M / P = L (r, Y) LM.

Model ini menganggap kebijakan fiskal, G dan T, kebijakan moneter M, dan tingkat
harga P sebagai variabel eksogen. Mengingat variabel-variabel eksogen, kurva IS
memberikan kombinasi antara r dan Y yang memenuhi persamaan yang menunjukkan pasar
barang, dan kurva LM memberikan kombinasi antara r dan Y yang memenuhi persamaan

21 | P a g e
yang menunjukkan pasar uang. Kedua kurva ditunjukkan bersama-sama dalam gambar
dibawah (a).

Ekuilibrium perekonomian adalah titik di mana kurva IS dan LM kurva berpotongan. Hal
ini memberikan tingkat bunga r dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk
keseimbangan baik dalam pasar barang dan pasar uang. Dengan kata lain, di perpotongan ini,
pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan, dan permintaan untuk
keseimbangan uang riil sama dengan penawarannya.

Saat kita menyimpulkan, mari kita ingat bahwa kita akhir tujuan dalam mengembangkan
model IS-LM adalah untuk menganalisis fluktuasi jangka pendek dalam aktivitas ekonomi.
Gambar dibawah (b) menggambarkan bagaimana bagian-bagian yang berbeda dari teori kita
cocok bersama. Dalam hal ini pasal ini kita mengembangkan perpotongan Keynesian dan
teori preferensi likuiditas sebagai blok bangunan untuk model IS-LM. Model IS-LM
membantu menjelaskan posisi dan kemiringan permintaan agregat kurva. Kurva permintaan
agregat, pada gilirannya, adalah bagian dari model agregat pasokan dan permintaan agregat,
yang ekonom gunakan untuk menjelaskan dampak jangka pendek dari perubahan kebijakan
dan acara lainnya pada pendapatan nasional.

Gambar (a)

Gambar (b)

22 | P a g e
23 | P a g e
BAB II

PERMINTAAN AGREGAT II : PENERAPAN MODEL IS LM

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan dalam sistem standar kertas, tidak ada
proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Disini kaum klasik melihat satu-satunya
peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan
kebutuhan transaksi masyarakat.

Di dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan
harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu, sebab jumlah uang (emas) yang
beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat.

24 | P a g e
Di Pasar Luar Negeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan
melalui:

 Mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau


 Mekanisme kurs devisa mengambang, dalam sistem standar kertas.
 Campur tangan pemerintah tidak diperlukan.

Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat apabila permintaan agregat melebihi penawaran
agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi
“kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau
keduanya terjadi bersama-sama.

Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi
“kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan
turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.

DAFTAR RUJUKAN

 Karim, Andriawan. Ekonomi Makro Islam. Jakarta, 2007, edisi ketiga


 Khan, Fahim. Essays in islamic economics, Leicester : Islamic Fundation, 1995
 Http://id.wikipedia.org
 Mankiw N. Gregory, 2009. Makro ekonomi,edisi keenam. Erlangga: Jakarta

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai