Hidup rakyat!!
Tanggal 12 Mei 2020 dimana Undang-Undang
Minerba berhasil lolos dan di sahkan oleh Anggota
DPR RI di sidang paripurna. Revisi undang-undang
yang sarat ditunggangi oleh Pengusaha
pertambangan yang akan habis izinnya. Belum lagi
kering luka yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia terkhusus bagi warga yang hidup lingkar
tambang. Parlemen DPR RI hari ini ditengah
kondisi bangsa yang sedang berjuang melawan
virus covid 19, para perwakilan kita di DPR RI
sedang disibukkan dalam agenda pengesahkan
RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi Undang-
Undang. RUU Omnibus Law ini mendapat
penolakan keras dari kalangan buruh, petani,
mahasiswa, pelajar, perempuan, hingga
masyarakat adat dikarenakan RUU Omnibus Law
ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat
banyak. Selain itu juga, RUU Omnibus Law yang
dominan isinya adalah pesanan dari para oligarki /
pemodal untuk memperluas perampasan ruang
hidup rakyat. Pada prinsipnya RUU Omnibus Law
Cipta Lapangan Kerja produk hukum yang tidak
berpihak. Beberapa poin yang membahayakan
seperti : Mempermudah PHK, Mempermudah
Outsourching , Jaminan sosial terancam, Upah
sangat murah, Hilangnya Pesangon,
Menghilangkan sanksi pidana bagi pengusaha,
Sistem kontrak seumur hidup.
Pada saat yang bersamaan, DPRD Provinsi Kaltim
bernafsu untuk mengesahkan Perda RZWP3K /
Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kaltim yang mendapat penolakan dari
kalangan nelayan-nelayan di pesisir Kaltim.
Padahal jelas dalam UU 27 Tahun 2007 Juncto UU
1 Tahun 2014 Tentang pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil, pasal 7 yang berbunyi
“Pemerintah Daerah menyusun rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan melibatkan masyarakat” dan pasal 14
yang berbunyi “Mekanisme penyusunan RZWP3K,
dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Karna
pada dasarnya wilayah yang sedang dipetakan itu
adalah ruang hidup masyarakat bahari sehingga
berdampak langsung terhadap kehidupan mereka
dari terbitnya peraturan ini. Nyaris tak ada lagi
wilayah yang aman bagi warga kaltim ketika perda
ini disahkan, Kaltim dan Kutai Kartanegara
khususnya adalah Kabupaten yang krisis ekologi,
lubang tambang yang tak kunjung direklamasi
yang kemudian sewaktu-waktu dapat menelan
korban karna tenggelam di lubang tambang.
#AtasiVirus
#TolakOmnibusLaw
#TolakRZWP3K
Hidup rakyat!!
Tanggal 12 Mei 2020 dimana Undang-Undang
Minerba berhasil lolos dan di sahkan oleh Anggota
DPR RI di sidang paripurna. Revisi undang-undang
yang sarat ditunggangi oleh Pengusaha
pertambangan yang akan habis izinnya. Belum lagi
kering luka yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia terkhusus bagi warga yang hidup lingkar
tambang. Parlemen DPR RI hari ini ditengah
kondisi bangsa yang sedang berjuang melawan
virus covid 19, para perwakilan kita di DPR RI
sedang disibukkan dalam agenda pengesahkan
RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi Undang-
Undang. RUU Omnibus Law ini mendapat
penolakan keras dari kalangan buruh, petani,
mahasiswa, pelajar, perempuan, hingga
masyarakat adat dikarenakan RUU Omnibus Law
ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat
banyak. Selain itu juga, RUU Omnibus Law yang
dominan isinya adalah pesanan dari para oligarki /
pemodal untuk memperluas perampasan ruang
hidup rakyat. Pada prinsipnya RUU Omnibus Law
Cipta Lapangan Kerja produk hukum yang tidak
berpihak. Beberapa poin yang membahayakan
seperti : Mempermudah PHK, Mempermudah
Outsourching , Jaminan sosial terancam, Upah
sangat murah, Hilangnya Pesangon,
Menghilangkan sanksi pidana bagi pengusaha,
Sistem kontrak seumur hidup.
Pada saat yang bersamaan, DPRD Provinsi Kaltim
bernafsu untuk mengesahkan Perda RZWP3K /
Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kaltim yang mendapat penolakan dari
kalangan nelayan-nelayan di pesisir Kaltim.
Padahal jelas dalam UU 27 Tahun 2007 Juncto UU
1 Tahun 2014 Tentang pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil, pasal 7 yang berbunyi
“Pemerintah Daerah menyusun rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan melibatkan masyarakat” dan pasal 14
yang berbunyi “Mekanisme penyusunan RZWP3K,
dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Karna
pada dasarnya wilayah yang sedang dipetakan itu
adalah ruang hidup masyarakat bahari sehingga
berdampak langsung terhadap kehidupan mereka
dari terbitnya peraturan ini. Nyaris tak ada lagi
wilayah yang aman bagi warga kaltim ketika perda
ini disahkan, Kaltim dan Kutai Kartanegara
khususnya adalah Kabupaten yang krisis ekologi,
lubang tambang yang tak kunjung direklamasi
yang kemudian sewaktu-waktu dapat menelan
korban karna tenggelam di lubang tambang.
#AtasiVirus
#TolakOmnibusLaw
#TolakRZWP3K