MAKALAH Kumpul Tanggal 5
MAKALAH Kumpul Tanggal 5
(ABKC 2312)
Oleh :
Nadia Astuti
1710119120016
Kelompok XIV
Dosen Pengasuh:
Dr. Dharmono, M.Si.
Mahrudin, S.Pd., M.Pd.
Nadia Astuti
(1710119120016)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan............................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................2
2.1. Kajian Botani Tumbuhan Sangkuang (Dracontomelon dao Merr.)......................................2
2.2. Kajian Etno-Linguistik Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe).
....................................................................................................................................................
7
2.3. Kajian Etno-Ekologi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe)...7
2.4. Kajian Etno-Ekonomi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe).8
2.5. Kajian Etno-Farmakologi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe) 8
Djarwanto.............................................................................................................................................8
2.6. Kajian Etno-Antropologi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe) 9
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana kajian tentang Botani Tumbuhan Sangkuang ?
2. Bagaimana kajian tentang Etno-Linguistik Tumbuhan Sangkuang ?
3. Bagaimana kajian tentang Etno-Ekologi Tumbuhan Sangkuang ?
4. Bagaimana kajian tentang Etno-Ekonomi Tumbuhan Sangkuang ?
5. Bagaimana kajian tentang Etno-Farmakologi Tumbuhan Sangkuang ?
6. Bagaimana kajian tentang Etno-Sosioantropologi Tumbuhan Sangkuang ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kajian tentang Botani Tumbuhan Sangkuang.
2. Untuk mengetahui kajian tentang Etno-Linguistik Tumbuhan Sangkuang.
3. Untuk mengetahui kajian tentang Etno-Ekologi Tumbuhan Sangkuang.
4. Untuk mengetahui kajian tentang Etno-Ekonomi Tumbuhan Sangkuang.
5. Untuk mengetahui kajian tentang Etno-Farmakologi Tumbuhan Sangkuang.
6. Untuk mengetahui kajian tentang Etno-Sosioantropologi Tumbuhan Sangkuang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ini dapat dijumpai pada tanah organol, tanah berhumus atau tanah podsolik merah – kuning
(E.K. Agustin, 2011).
D. Dao merupakan tanaman asli hutan sungai dan kapur yang banyak tersebar di
Kamboja, Cina, India, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan
Thailand. Di Indonesia, D.Dao banyak ditemukan di seluruh wilayah Sumatera, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua. Pada umumnya, D. Dao tumbuh tersebar pada tanah datar kering atau di pinggir
sungai yang kadang-kadang digenangi air, pada tanah liat atau tanah berbatu. Jenis tanaman
ini menghendaki iklim basah dengan tipe curah hujan A pada ketinggian s/d 1.000 meter
diatas permukaan laut (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan,2012).
Menurut E.K. Agustin (2011) Dracontomelon dao merupakan pohon dengan tinggi
mencapai 45–55 m. Tinggi pokok batang tanpa cabang antara 20–25 m dengan diameter
batang 1–1,5 m. Permukaan batang kadang-kadang bersisik, berwarna coklat keabuaabuan,
sedangkan bagian dalamnya berwarna merah jambu atau merah.
Tinggi pohon mencapai 55 m dengan tinggi bebas cabang mencapai 25 m dan
diameter batang mencapai 150 cm Kulit batang berwarna coklat kehijauan atau abu-abu
kecoklatan, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kulit bagian dalam halus berwarna
kuning semu coklat atau semu merah jambu dan terdapat sedikit getah yang berwarna merah
muda pucat. (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan,2012).
4
Tumbuhan sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe) menurut E.K.
Agustin (2011) memiliki akar papan (banir) dapat mencapai tinggi 6–8 m. Akar banir, yaitu
akar berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh berdirinya
batang pohon yang tinggi besar (Tjitrosoepomo,2016).
5
Menurut Heyne (1987) tumbuhan sangkuang memiliki tipe perbungaan aksiler atau
terminal, berbentuk tandan. Bunga biseksual, aktinomorfik, sedikit berbau harum, berwarna
putih sampai putih kehijauan. Buah drupe berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 2
cm, berwarna kuning.
Bunga biseksual, bentuk tandan dan bersimetri banyak, sedikit harum, berwarna putih
sampai putih kehijauan. Bunga terdiri dari 5 bagian, berukuran 7-10 cm, panjang malai
sampai 50 cm. Kelopak bunga membulat, mahkota bunga tidak saling menutupi, namun
saling menutup di bagian atas. Bunga berbulu halus di permukaan luar atau pada kedua
permukaan, tetapi ada beberapa yang tidak berbulu Dao berbunga dan berbuah hampir
sepanjang musim. Buah masak pada bulan November-Februari. (Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan,2012).
Buah drupe berbentuk bulat, diameter sekitar 2 cm, berwarna kuning. Buah terdiri dari
5 bagian, tiap bagian masing-masing dengan 2 operculum. Kulit buah bagian dalam keras.
Biji terpisah dari kulit, dalam 1 buah rata-rata terdapat 2-3 benih. Bentuk benih bulat pipih
memanjang, berwarna putih. Dalam 1 kg terdapat 70 buah segar atau 520 – 620 benih
(Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan,2012).
Exocarp Dracontomelon berwarna coklat sampai hitam dan mesocarp tipis dan
berdaging. Permukaan endocarp bervariasi dari yang halus hingga menonjol secara nyata
6
atau bergetar. Genus ini bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan simetri endokarp yang
mencerminkan jumlah lokulus yang dikembangkan. Jumlah karpel biasanya lima, tetapi
perkembangannya sering tidak merata. Ketika lima lokula kurang lebih sama berkembang,
maka buah dan batu berhamburan menjadi subglobosa. Seringkali dua atau tiga lokula
menjadi membesar sementara yang lain tetap kecil. Dracontomelon costatum Blume luar
biasa karena hanya memiliki satu lokula yang berkembang penuh (empat gagal) dan buah
prolate, sedangkan buah-buahan dalam spesies lain biasanya pentalokular dan oblate. Bagian
melintang khatulistiwa menunjukkan endokarps pentagonal ke melingkar. Letaknya sebagian
besar berbentuk elips. Bagian longitudinal dari drupes menunjukkan bahwa sumbu panjang
dari lokula seperti yang terlihat pada bagian sagital berubah bentuk (Steven. R. Manchester,
et all, 2018).
7
2.2. Kajian Etno-Linguistik Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe)
Berdasarkan hasil dari mewawancarai kakek saya yang bernama Saidi, beliau
mengatakan bahwa beliau menyebut tanaman sangkuang dengan sebutan samkuang, hal ini
karena buahnya yang memiliki rasa asam.
2.3. Kajian Etno-Ekologi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe)
Dracontomelon dao mempunyai beberapa kegunaan. Di beberapa daerah, jenis ini
dimanfaatkan sebagai obat tradisional, kulit kayunya digunakan sebagai obat disentri
sedangkan kulit ini juga dapat diseduh untuk membantu persalinan pada wanita. Selain itu
daun dan bunganya juga digunakan untuk obat. Masyarakat lokal di Papua Nugini
memanfaatkan daun dan bunga sebagai sayur, sedangkan di Maluku dimanfaatkan sebagai
penyedap makanan. Di Filipina, masyarakat memakan buahnya yang terasa manis. Kayu D.
dao mempunyai tekstur yang agak halus, berserat lurus, berwarna kelabu kecoklat-coklatan
atau kehijau-hijauan dengan garis-garis tidak teratur yang berwarna coklat tua bahkan hampir
hitam. Kayunya termasuk dalam katagori kayu perdagangan (Heyne, 1987). Jenis ini dapat
memberikan penghasilan tambahan kepada masyarakat bila dikelola dengan baik. Bukan saja
setelah tanaman ini tumbuh menjadi pohon dan kayunya bernilai komersil (E.K. Agustin,
2011).
Eksplorasi Sumber Daya Genetik BPTP Balitbangtan Kaltim di Kecamatan
Kaliorang, Kutai Timur ditemukan jenis tanaman buah yang oleh masyarakat sekitar sampai
saat ini masih dipertahankan dan dibudidayakan. “Sengkuang” (Dracontomelon dao
(Blanco) Merril and Rolf namanya. Tanaman Sengkuang tumbuh di daerah aliran sungai,
sehingga bisa menjadi penahan erosi. Tanaman ini ditemukan dengan vegatasi sekitar
tanaman berupa tanaman pekarangan antara lain pisang, mangga, awar-awar, rambutan dll.
Buah Sengkuang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk konsumsi langsung dan
sekaligus digunakan untuk bahan memasak ikan. Rasa asam inilah yang digunakan
masyarakat untuk mengurangi bau amis dan menambah rasa pada ikan (Sumarmiyati, 2017)
8
2.4. Kajian Etno-Ekonomi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe)
Setelah melakukan wawancara dengan kakek saya, beliau mengatakan tidak ada lagi
orang yang menjual buah sangkuang, karena tidak tumbuh lagi didaerah kita. Menurut beliau
mungkin di daerah Kalimantan Timur atau Kalimantan Tengah masih banyak tumbuh
dibandingkan di Kalimantan Selatan.
2.6. Kajian Etno-Antropologi Tanaman Sangkuang (Dracontomelon dao (Blanco) Merr. &
Rolfe)
9
10
Noorhidayah, Sidiyasa, Kade. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di
Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan.2.2.115-
128
11
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1. Reptil adalah kelompok hewan yang hidupnya bergerak dengan cara merayap,
oleh karena itu disebut juga sebagai hewan melata.
2. Angota-angota reptilia berdarah dingin, eluruh pernapasan dilakukan oleh paru-
paru, kecuali pada beberapa anggota, kulit kering hampir tidak mengandung
kelenjar kulit, tertutup oleh sisik-sisik epidermis atau lempeng-lempeng tulang
dibawah epidermis misal pada buaya.
3. Filum Reptilia memiliki beberapa ordo yaitu Testudinata (Chelonia),
Rhynchocephalia, Squamata, dan Crocodila (Loricata).
4. Sistem organ pada reptil terdiri atas sistem pencernaan, sistem peredaran darah,
sistem pernapasan, sistem ekskresi dan reproduksi serta sistem saraf.
5. Reptil memiliki peranan yang menguntungkan yaitu sebagai predator alami, bahan
pangan, bahan obat-obatan, serta kulitnya dapat diperdagangka. Peranan yang
merugikan yaitu dapat memangsa hewan ternak dan membunuh manusia
contohnya ular.
1.2. Saran
Menyadari penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. 2012. Informasi Singkat Benih Dracontomelon dao
(Blanco) Merr. & Rolfe. (pdf) http://sipth.sim-pdashl.menlhk.go.id/seed/cari_seed. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2018.
13
National Parks Board, Singapore, 2013. Gambar Daun Tumbuhan Sangkuang.
https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-pages/plant-detail.aspx?id=3287. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2018.
14