DISUSUN OLEH : Agustina Lorensia Marampa (C1714201003) 4A
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2020 KONSEP DASAR MEDIK A. Pengertian Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan (“- itis”) pada saluran pencernaan melibatkan lambung (“gastro-“) dan usus kecil (“entero-“), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit kejang perut (Irianto, 2015). Penyakit gastroenteritis didefinisikan sebagai radang selaput lendir saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah. Di Indonesia penyakit gastroenteritis ini masih menjadi masalah besar, khususnya gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi dan non infeksi (Halimatussa’diah, Zahra, & Anwar, 2018). B. Etiologi Menurut Mardalena (2015) gastroenteritis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor infeksi a. Infeksi virus 1) Rotravirus, penyebab yang paling sering terjadi pada diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim hujan. Dapat di temukan demam dan muntah 2) Enterovirus 3) Adenovirus b. Infeksi bakteri 1) Shigella, semusim puncaknya kirasan pada bulan Juli hingga September. Kejadian paling tinggi terjadi pada usia 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam, muntah yang tidak menonjol dan sel polos dalam feses. 2) Salmonella, menembus dinding usus, feses berdarah dan mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature. Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari 3) Escherchia coli 4) Camplyobacter 5) Yersinia enterecolitica 2. Faktor non infeksi Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien gastroenteritis. Malabsorbsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa atau non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) 3. Faktor makanan Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu 4. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi penyebab psikologis akan gangguan gastroenteritis C. Patofisiologi Simadibrata (2006), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan diantaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat kemudian menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik usus meningkat. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran airdan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. D. Manifestasi klinis Menurut Mardalena (2015) tanda dan gejala yang sering timbul pada klien dengan gastroenteritis, antara lain: Beberapa gejala yang diakibatkan oleh virus juga mungkin diisolasikan dengan demam, letih, sakit kepala dan nyeri otot. Jika tinja mengandung darah, lebih kecil kemungkinan disebabkan oleh virus dan lebih besar kemungkinan disebabkan oleh bakteri. Tanda dan gejala : 1. Mual dan muntah akibat iritasi lambung 2. Bab cair, lembut, mungkin bercampur dengan lendir atau darah 3. Rasa sakit pada abdominal karena iritasi usus 4. Distensi perut 5. Demam karena infeksi 6. Sakit kepala karena penyakit virus 7. Tanda-tanda dehidrasi : kulit kering dan pucat, urin berkurang, takikardia, kulit lembek, tekanan darah ortostatik berubah. E. Pemeriksaan penunjang Menurut Mardalena (2015) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada gastroenteritis, yaitu: 1. Pemeriksaan tinja a. Makroskopis dan mikroskopis b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi 2. Pemeriksaan darah pH darah dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa 3. Intubasi duodenumUntuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diarekroni F. Penatalaksanaan Menurut Pujiarto (2014) terdapat beberapa cara dalam menangani gastroenteritis : 1. Cegah dehidrasi dan pertahankan kecukupan gizi a. Memberikan ASI b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein c. Vitamin, mineral dan makanan yang bersih 2. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit. 3. Obat-obatan seperti antibiotik dan koreksi asidosis metabolik G. Komplikasi 1. Dehidrasi 2. Renjatan hipovolemik 3. Kejang 4. Bakterimia 5. Malnutrisi 6. Hipoglikemia 7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus Daftar Pustaka Halimatussa’diah, H., Zahra, Z., & Anwar, A. (2018). Kejadian Gastroenteritis Dan Faktor Penyebabnya Pada Siswa Sd Di Kelurahan Beji Timur, Kota Depok. Jurnal Ekologi Kesehatan, 17(2), 96–104. https://doi.org/10.22435/jek.17.2.377.96-104 Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit: Penyebab, Gejala, Penularan, Pengobatan, Pemulihan, dan Pencegahan. Bandung: Alfabeta. Mardalena, I. (2015). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Pujiarto, P. sujud. (2014). Gastroenteritis Akut (GEA). InHealth Gazette, 1–8. Retrieved from https://www.mendeley.com/catalogue/8c7b0927-fad5-3898- a3e6-85383b02b733/ Simadibrata, M. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.