46-Article Text-345-3-10-20190403 PDF
46-Article Text-345-3-10-20190403 PDF
LAPORAN KASUS
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284
ABSTRAK
Latar Belakang: Meningoensefalitis merupakan dari rumah sakit dengan keadaan membaik tanpa
penyakit pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh menggunakan obat kejang rumatan.
berbagai patogen. Manifestasi klinis dapat berupa Diskusi: Penanganan status epileptikus harus
kejang yang sulit diatasi sehingga dapat menjadi status dilakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan
epileptikus refrakter. Status epileptikus refrakter algoritma tatalaksana kejang akut dan status
merupakan kegawatdaruratan di bidang epileptikus, sekalipun di daerah perifer dengan
neuropediatrik, sehingga setiap dokter yang bekerja di keterbatasan fasilitas. Setiap tenaga medis, khususnya
IGD perlu memahami dan menguasai penanganannya. dokter yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat, wajib
Kasus: Anak laki-laki berusia 1 tahun dengan menguasai tatalaksana awal pada kejang akut dan
meningoensefalitis disertai status epileptikus refrakter status epileptikus.
yang tidak membaik dengan pemberian terapi kejang Simpulan: Kejang, khususnya status epileptikus harus
lini pertama dan lini kedua. Kejang akhirnya berhasil mendapatkan penanganan yang cepat. Penyediaan
dihentikan dengan pemberian Midazolam yang obat-obatan antikonvulsan secara lengkap dari lini
merupakan terapi lini ketiga. Pasien tersebut keluar pertama sampai lini ketiga penting termasuk di rumah
sakit di daerah perifer.
ABSTRACT
Background: Meningoencephalitis is an infectious was discharged from the hospital with improved
disease involving central nervous system as a result of condition without any maintenance seizure medication.
multiple pathogens. Seizures are sometimes difficult to Objective: Treatment of status epilepticus must be
overcome thus may become refractory status carried out quickly and precisely in according to the
epilepticus. Status epilepticus is a neuropediatric algorithm for managing acute seizures and status
emergency, and ER doctors must understand and epilepticus, even in peripheral areas with limited
master the treatment. facilities. Emergency doctors must know the initial
Case: A 1-year-old boy with meningoencephalitis treatment of acute seizures and status epilepticus.
accompanied by refractory status epilepticus was not Conclusion: Seizures, especially status epilepticus,
successfully treated by first and second line seizure must be treated quickly. The availability of
therapies. Seizure was stopped after given Midazolam anticonvulsant drugs from the first to the third line is
which is the third line seizure therapies. The patient important, especially in remote hospitals.
Pada kasus ini, pasien sudah diberikan kemungkinan ekstravasasi yang menyebabkan
penanganan awal berupa pemberian oksigen, kerusakan jaringan (purple glove syndrome)
pemasangan jalur intravena, dan pemberian obat sehingga butuh pemantauan ketat selama
kejang lini pertama, yaitu diazepam IV sebanyak pemberiannya.10
2 kali. Namun, pasien tetap mengalami kejang Pada kasus ini, setelah pemberian obat kejang lini
sehingga diberikan terapi kejang lini kedua, yaitu kedua pun pasien masih tetap mengalami kejang.
fenitoin IV. Di Rumah Sakit Karitas, injeksi Oleh sebab itu, pasien diberikan obat kejang
fenitoin masih merupakan pilihan terapi lini kedua tambahan. Bila mengacu pada algoritma, maka
karena sediaannya yang intravena sehingga pilihan terapi selanjutnya adalah fenobarbital 20
respon lebih cepat dibandingkan sediaan mg/kgBB IV bolus. Namun, pada pasien ini tidak
fenobarbital yang intramuskular (tidak tersedia diberikan fenobarbital, melainkan langsung
obat fenobarbital IV). Pemberian obat fenitoin IV diberikan terapi kejang lini ketiga yaitu bolus
harus dilakukan secara hati-hati dan sesuai dengan midazolam 0,15 mg/kgBB IV. Hal ini disebabkan
ketentuannya. Fenitoin memiliki efek samping karena sediaan obat fenobarbital yang ada di RS
berupa hipotensi, aritmia, alergi, dan Karitas adalah hanya sediaan intramuskular.