net/publication/341432305
CITATIONS READS
0 3,912
4 authors, including:
Peni Patriani
University of Sumatera Utara
30 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Socialization of the Law Animal Livestock and Health Prevention of Productive Female Cattle Slaughter in Tebo District View project
All content following this page was uploaded by Peni Patriani on 16 May 2020.
PENGELOLAAN TERNAK
KAMBING DAN DOMBA
Oleh :
Prof. Dr. Ir. Hasnudi, M.S
Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc
Peni Patriani, S.Pt.,M.P
Uswatun Hasanah, S.Pt.,M.Si
3
KATA PENGANTAR
atas karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyusun buku ajar ini.
Buku ajar Pengelolaan Ternak Kambing dan Domba ini disusun sebagai bahan
pengajaran untuk mata kuliah Ilmu Produksi Ternak Potong bagi mahasiswa
Dekan Fakultas Pertanian USU dan Ketua Program Studi Peternakan Fakultas
Semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca
lainnya. Saran dan kritik untuk perbaikan buku ajar ini sangat penulis
harapkan.
4
DAFTAR ISI
Halaman
5
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 : Perbandingan Tingkah Laku Makan Dan Fisiologi
Saluran Pencernaan Kambing Dan Domba ............................................ 13
2 : Perbedaan Fisik (Exterior) Kambing Dan Domba .................................. 14
3 : Perbedaan Sifat Biologis Domba dan Kambing ...................................... 14
4 : Ukuran Dan Tingkat Kepadatan Domba Atau Kambing
Dalam Kandang ....................................................................................... 28
5 : Dosis Pakan Untuk Penggemukan Kambing dan Domba ....................... 39
6 : Daftar Satuan Ternak (ST) ...................................................................... 75
7 : Daya Dukung Tanaman Pangan .............................................................. 76
8 : Jumlah Ternak Per Tenaga Kerja ............................................................ 78
9 : Koefisien Teknis Untuk Kambing dan Domba ....................................... 79
6
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1 : Model Kandang Panggung Dengan Sistim Atap Monitor ...................... 27
2 : Penempatan Ternak Dalam Kandang ...................................................... 27
3 : Lantai dan Bahan Untuk Membuat Kandang .......................................... 29
4 : Teknik Pemberian Ransum Pada Penggemukan
Kambing dan Domba. ............................................................................. 37
5 : Perawatan Anak Yang Baru Lahir .......................................................... 50
6 : Cara Memotong Kuku Domba Dan Kambing ........................................ 54
7 : Susunan Gigi Kambing/Domba .............................................................. 57
8 : Pencukuran Bulu Domba ........................................................................ 58
9 : Kambing dan Domba Calon Bibit ........................................................... 63
10 : Cacat Tubuh Kambing dan domba .......................................................... 63
11 : Cara-Cara Penularan / Kejadian Penyakit Pada Ternak .......................... 71
12 : Cara-Cara Penularan / Kejadian Penyakit Pada Ternak .......................... 72
7
I. BANGSA KAMBING DAN DOMBA
A. Pendahuluan
Kambing dan domba merupakan ruminansia kecil yang memiliki potensi
cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai sumber produk hewani
yang diambil daging dan susunya. Beternak kambing dan domba memiliki
berbagai keuntungan diantaranya adalah mudah beradaptasi dengan
lingkungan, membutuhkan modal tidak terlalu besar, serta pemeliharaanya
mudah.
Di Indonesia populasi kambing tercatat 17.847.197 ekor pada tahun 2016
dan meningkat menjadi 18.410.379 ekor pada tahun 2017 (Kementerian
Pertanian, 2017). Populasi kambing berkembang salah satunya karena kambing
sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Kambing merupakan ternak yang
licah dan gesit dan hasil dari domestikasi hewan liar. Pada awalnya kambing
dimanfaatkan untuk diambil dagingnya dan diperah susunya. Penggolongan
kambing didasarkan pada 4 cara yaitu berdasarkan asal usulnya, kegunaanya,
besar tubuhnya, dan panjang telinganya (Williamson dan Payne, 1993).
Domba merupakan ternak yang mudah dipelihara dan berkembang di
Indonesia. Populasi domba pada tahun 2016 tercatat 15.716.667 ekor
meningkat di tahun 2017 menjadi 16.462.274 ekor (Kementerian Pertanian,
2017). Untuk mengetahui asal-usul domba yang dipelihara di berbagai penjuru
dunia tidaklah mudah, termasuk di Indonesia. Hal tersebut karena jumlah dan
jenis domba yang diternakkan tidaklah sedikit.
Tujuan mempelajari asal-usul kambing dan domba adalah agar dapat
membedakan jenis-jenis domba dan kambing berdasarkan asalnya, produksinya
dan iklim yang cocok untuk pengelolaan ternak tersebut. Pada bab ini dibahas
mengenai asal-usul kambing dan domba bersasal dari luar negeri maupun yang
ada di Indonesia.
B. Bangsa-Bangsa Kambing
Kambing merupakan ruminansia kecil yang populasinya tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Ternak kambing memiliki keunggulan diantaranya
memiliki kemampuan adaptasi terhadap kondisi ekstrim, tahan terhadap
8
berbagai penyakit, cepat berkembang biak dan bersifat profilik. Berikut ini
adalah bangsa kambing yang berkembang dan diternakkan oleh peternak :
9
kambing Etawah menghasilkan daging dan susu atau tipe dwiguna, hasil
susunya ± 1- 3 liter sehari.
Ciri-cirinya :
a. Ambing besar dengan putingnya yang panjang
b. Postur tubuhnya besar, beratnya bisa mencapai 40 – 70 kg. Kambing
etawa jantan biasanya mencapai bobot 90 kg dan betina hanya 60 kg
c. Memiliki tanduk pendek mengarah ke belakang
d. Produksi susu kambing etawa sangat tinggi yaitu 235 kg per masa laktasi
selama 261 hari, pada puncak laktasinya produksi susu dapat mencapai
3,8 kg per hari (Gunawan, 2013).
e. Panjang badan kambing jantan 85 – 100 cm dan kambing betina 70 –
80 cm.
f. Hidungnya melengkung dan cembung, telinganya panjang dan
menggantung dengan panjang 25-40 cm, lebarnya 8 – 13,5 cm.
g. Kaki panjang dan tegak, tinggi kambing etawah untuk yang betina 75 –
85 cm pada umur 3 tahun.
h. Tinggi gumba untuk kambing betina 70-90 cm dan jantan 90-110 cm
(Widagdo, 2013)
i. Pada kaki bagian belakang sering ditumbuhi oleh bulu yang panjang.
j. Warna bulu bermacam-macam: kebanyakan belang, bercak-bercak hitam
atau merah, coklat dan putih.
3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing
Etawah dan kambing Kacang. Kambing Jawarandu banyak terdapat
disepanjang pantai utara pulau Jawa. Bentuk tubuh dan sifat-sifatnya berada di
antara kambing etawah dan kambing kacang. Produksi susu mencapai 1 – 1 ½
liter per hari. Ciri-ciri kambing jawarandu :
a. Warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna
b. Punggung melengkung ke bawah
c. Telinga lebar dan menggantung
d. Bobot jantan dewasa lebih dari 40 kg dan betina dewasa mencapai 40 kg
e. Merupakan tipe dwiguna yaitu penghasil daging dan susu
10
4. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong tersebar di daerah kawasan timur pulau Bali
terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing gembrong adalah
bulunya panjang (Prabowo, 2010). Besar badannya antara kambing etawah dan
kambing kacang, tetapi bukan hasil perkawinan kambing etawah dan kambing
kacang. Kambing ini ada hubungannya dengan kambing kashmir yang di
import ke Nusa Tenggara dan Jawa Barat. Ciri-cirinya kambing gembrong
adalah sebagai berikut:
a. Tanduknya tumbuh subur, panjang dan berkelok
b. Berat kambing gembrong 32-45 kg dan tinggi gumba 58-65 cm.
c. Hidung ada yang lurus ada yang bengkok
d. Pada yang jantan pada dahinya ada jumbal. Jumbal itu sampai menutupi
mata dan mukanya.
e. Jantan dan betina berjenggot
f. Bulunya panjang dan halus terutama pada leher dan punggung bulunya
lebih panjang dan berwarna putih sebagian coklat.
5. Kambing Saanen
Kambing Saanen berasal dari lembah Saanen dari Swiss bagian barat
Pertama di import tahun 1982 dari Belanda ke Bandung dan Kerawang, import
kedua tahun 1978 dari Australia ke seluruh daerah di Indonesia. Kambing ini
dwiguna yaitu penghasil susu dan daging
Ciri-cirinya kambing saanen :
a. Leher panjang, telinga pendek dan tegak dan mengarah ke depan
b. Bulu umumnya putih dan kadang terdapat bercak hitam di bagian
hidung, telinga atau ambingnya
c. Pada masa laktasi produksi susu 740 kg selama 250 hari (Gunawan,
2013).
d. Dada lebar dan dalam
e. Tubuhnya panjang
f. Kaki lurus dan kuat
11
g. Ambing dan puting besar dan lunak
h. Berat badan jantan dewasa 68-91 kg dan betina dewasa 36-63 kg
i. Ekornya tipis dan pendek
j. Sensitif terhadap sinar matahari
6. Kambing Anggora
Kambing Anggora pernah dimasukkan ke Indonesia sebelum Perang
Dunia II dan disebarkan di Jawa Barat. Sekarang kambing ini sudah tidak ada
lagi yang asli. Bangsa kambing ini termasuk bangsa yang besar, rambutnya,
panjang dan bagus yang dinamakan “Mohair”. Warnanya putih bersih dan
mengkilat.
Ciri-ciri fisik kambing angora :
a. Jantan dan betina bertanduk
b. Tanduk jantan spiral dan ujung tanduknya menjauh dari kepala
sedangkan pada betina tanduk relatif kecil cenderung tidak spiral
c. Telinga Tebal terkulai ke bawah
d. Berbulu panjang dan lebat
e. Berat kambing jantan dewasa 55-80 kg dan betina 35-40 kg
f. Karakteristik jantan dan betina mirip dengan domba
7. Kambing Kashmir
Kambing Kashmir sama halnya dengan kambing anggora, pernah di
import ke Indonesia dan disebarkan di Jawa Barat dan Nusa Tenggara.
Kambing ini juga termasuk bangsa kambing yang besar, rambutnya mirip
dengan kambing anggora juga dinamakan mohair, tetapi warnanya abu-abu.
Bangsa kambing ini yang asli sekarang tidak ada lagi. Salah satu keturunannya
adalah kambing gembrong di Bali. Ciri-ciri fisik kambing kashmir (Gunawan,
2013) :
a. Bulunya lebat, halus dan dominan putih (tipe pedaging dan penghasil bulu
untuk membuat pakaian)
b. Bobot badan jantan dewasa 60 kg dan betina 40 kg
12
8. Kambing Marica
Kambing Marica terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, bentuk dan ciri
kambing ini mirip dengan kambing kacang tetapi lebih kecil jika dibandingkan
dengan kambing kacang. Ciri-ciri kambing marica menurut (Prabowo, 2010) :
a. Penampilan tubuh lebih kecil dibanding dengan kambing kacang
b. Telinga berdiri menghadap samping, arah ke depan
c. Tanduk relatif kecil dan pendek
d. Berat betina 20 kg dan jantan 22 kg
e. Berbulu halus dan warna bulu kecoklatan, hitam, kemerahan atau
kombinasi
f. Panjang badan betina 56 cm dan jantan 58 cm.
g. Gerakan lebih lincah dan agresif.
9. Kambing Samosir
Kambing Samosir terdapat di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Kambing Samosir memiliki bentuk hampir sama dengan kambing kacang
tetapi kambing samosir lebih dominan berwarna putih seperti domba. Ciri-ciri
kambing samosir menurut Doloksaribu et.all (2006):
a. Warna bulu putih atau belang putih atau campuran belang putih-hitam
dengan bulu halus
b. Bobot badan betina dewasa 26 kg jantan 20 kg
c. Jumlah kelahiran 1-2 ekor
d. Kaki kuat dan kokoh namun pendek seperti kambing kacang
e. Tanduk keatas dan berwarna kecoklatan
f. Garis muka lurus/ datar
13
c. Profilik (dapat beranak 2-4 dalam 1 kali kelahiran)
d. Bentuk telinga agak panjang dan menggantung
e. Tubuh kekar dan gagah dengan susunan yang kompak
f. Produksi susu relatif bagus
14
Ciri- ciri kambing PE adalah sebagai berikut:
a. Bentuk muka cembung, dan memiliki janggut di dagu
b. Telinga panjang dan menggantung
c. Ujung tanduk melengkung
d. Bulu memanjang dibagian leher, pundak, punggung dan paha dengan
warna bulu putih, coklat dan hitam
e. Bobot kambing PE betina 40 kg dan kambing PE jantan 60 kg
f. Bentuk garis punggung mengombak ke belakang
15
16. Kambing Toggenburg
Kambing Toggenburg berasal dari daerah toggenburg di Timur Laut
Swiss. Kambing Toggenburg merupakan kambing tipe perah yang diambil
susunya. Ciri-ciri kambing Togenburg adalah :
a. Telinga tegak ke arah depan
b. Memiliki janggut pada kambing jantan
c. Bulu berwarna merah tua, coklat ataupun dengan bercak putih
d. Hidung cembung dan berbulu halus
e. Bobot badan jantan 80 kg dan betina 60 kg
f. Produksi susu 600 kg / masa laktasinya
g. Masa produktivitas kambing toggenburg jantan 7 bulan dan betina 7-8
bulan.
C. Bangsa-Bangsa Domba
16
3. Domba Ekor Gemuk (DEG)
Domba ini banyak terdapat dari Indonesia bagian Timur : Madura,
Sulawesi dan Lombok. Ciri-ciri domba ekor gemuk :
- Bentuk badan yang lebih besar
- Domba jantan dan betina tidak bertanduk
- Warna domba sebagian besar putih, tetapi kadang berwarna hitam atau
kecoklatan
- Berat badan domba jantan sekitar 50-70 kg sedangkan berat domba
betina 25-40 kg
- Domba jantan bertanduk, tetapi yang betina tak bertanduk
- Tanda-tanda yang khas ialah ekor yang panjang, pada bagian
pangkalnya tempat menimbun lemak yang banyak, sedangkan bagian
ujung ekornya kecil, karena tidak ada lemak.
5. Domba Texel
Domba Texel dikenal dengan nama Dombos (Domba Texel
Wonosobo). Domba texel merupakan tipe pedaging selain itu juga diambil
bulunya/ wol.
17
Ciri-ciri domba texel adalah sebagai berikut:
- Memiliki bulu wol halus dan keriting berbentuk spiral dan warna putih
- Bobot badan domba jantan dapat mencapai 100 kg dan betina 80 kg
- Beranak pertama kali umur 15 bulan
- Dapat melahirkan kembali 8 bulan setelah beranak pertama kali
7. Domba Merino
Asal domba Merino dari Asia kecil. Domba merino tersebar di Spanyol,
Inggris dan Australia. Domba merino merupakan penghasil wol terbaik dengan
panjang bulu 10 cm untuk 10 kg wol selain itu juga sebagai penghasil
daging.Ciri-ciri domba merino adalah:
- Yang jantan bertanduk besar dan membelit, tetapi yang betina tak
bertanduk
- Seluruh badannya tertutup wool sampai pada mukanya, sehingga
domba ini termasuk dalam tipe wool
- Berat badan domba jantan 64-79 kg dan betina 45-57 kg (ukuran
sedang)
8. Domba Rambouliet
Asalnya dari domba Merino yang telah lama diternakkan di Perancis.
Domba rambouliet merupakan tipe domba dwiguna yaitu dapat diambil
dagingnya dan sebagai penghasil wol.
18
Ciri-ciri domba Rambouliet :
- Badan besar, padat, dalam dan lebar, tulang-tulangnya kuat
- Kepala tegak dan bergerak lincah
- Domba jantan bertanduk besar, yang betina tak bertanduk
- Penghasil wool dan daging yang baik.
9. Domba Southdown
Berasal dari Inggris. Domba southdown merupakan domba dwiguna
karena dapat menghasilkan daging sekaligus wol. Ciri-ciri domba Southdown
adalah sebagai berikut:
- Tubuhnya relatif kecil, lebar dan bulat, perdagingan padat
- Leher pendek dan tebal
- Garis punggung sampai ke muka lurus
- Kaki pendek, telinga pendek
- Tak bertanduk baik jantan maupun betina
- Penghasil daging dan wol yang sangat baik
19
- Domba jantan memiliki bobot sekitar 100 kg sedangkanbetina 80 kg.
- Domba jantan dan betina tidak memiliki tanduk
Ada perbedaan yang jelas antara kambing dan domba seperti yang disajikan
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
20
Tabel 2. Perbedaan Fisik (Exterior) Antara Kambing dan Domba
No Karakter Kambing Domba
21
Rangkuman
1) Bangsa dan jenis kambing yang berkembang saat ini meliputi : Kambing
Kacang, Etawah, Jawarandu, Gembrong, Saanen, Anggora, Kashmir,
marica, Muara, Samosir, Kosta, Boer, Benggala, Peranakan Etawa,
Toggenburg dan alpen.
2) Bangsa dan jenis domba meliputi: Domba asli Indonesia, domba ekor
gemuk, domba ekor tipis dan domba pariangan sedangkan domba dari luar
negeri meliputi: Domba Marino, Ramboliet, Dorset, Southdown dan
Sufflok.
3) Perbedaan antara domba dan kambing meliputi : perbedaan fisiologi,
perbedaab saluran cerna, tingkah laku dan fisik
Reverensi Bab I
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
2017.Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017. Direktoran
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Http://ditjen pkh.
Pertanian.go.id.
Dolokaribu M, Batubara A, Elieser S.2006. Karakteristik Morfologik Kambing
Spesifik Lokal di Kabupaten Samosir Sumatera Utara. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Hal 544-549.
Gunawan, H. 2013. Prospek Penggemukan Kambing Potong. Pustaka Baru
Press,Yogyakarta.
22
Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite E. 2009. Petunjuk Teknis
Potensi Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Medan.
Widagdo, D. 2013. Etawa Taktis dan Jitu.Hafamira, Jawa Tengah.
Prabowo A.2010.Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing.Balai Pengkajian
Teknologi Petanian Sumatera Selatan.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis (Diterjemahkan oleh S.G.N.D. Darmadja). Edisi 1 Gadjah Mada
University Press Yogyakarta.
23
Sesi Perkuliahan Ke : I dan II
24
II. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KAMBING DAN DOMBA
A. Pendahuluan
Ternak kambing dan domba seperti halnya mahluk hidup lainnya yaitu
mengalami pertumbuhan terus-menerus. Pertumbuhan ini dimulai semenjak
kambing dan domba masih di dalam rahim sampai menjadi dewasa. Adapun
yang dimaksud dengan pertumbuhan disini adalah berkenaan dengan
peningkatan berat hidup kambing dan domba sampai mereka mencapai berat
tertentu sesuai dengan kemasakan tubuh. Pertumbuhan merupakan proses
bertambahnya ukuran seperti tinggi, berat dan volume dan tak dapat kembali ke
bentuk semula sebagai contoh adalah pertambahan berat dan tinggi badan sapi.
Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan adalah berkenaan dengan
suatu perubahan bentuk tubuh, misalnya pertumbuhan jaringan ambing pada
saat kambing dan domba mengalami kebuntingan. Perkembangan merupakan
suatu proses biologis suatu ternak untuk mencapai tingkat kedewasaan dapat
berupa bentuk, susunan, dan fungsi organ tubuh mencapai kedewasaan.
Sebagai contohnya adalah kematangan organ-organ reproduksi domba dan
kambing. Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan antara lain :
- Faktor genetik: gen dapat mempengaruhi sifat mahluk hidup misalnya
bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna bulu
- Faktor hormonal: tiroksin mempengaruhi pertumbuhan, somatomedin
mempengaruhi pertumbuhan tulang
- Faktor external: suhu, cahaya dan air juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan ternak
25
Pada awal kebuntingan perkembangan foetus berlangsung sangat lambat.
Foetus itu diselubungi suatu cairan dan jaringan yang terdapat di dalam uterus.
Cairan tersebut berfungsi sebagai tilam yang berguna untuk melindungi foetus
terhadap segala kemungkinan yang membahayakan keselamatannya sewaktu
masih di dalam kandungan. Misalnya kambing/domba sering kena benturan
dari luar akibat perkelaian, pukulan kawan dengan tanduk, tergelincir, dan lain
sebagainya. Dengan adanya tilam tadi, maka foetus dalam batas-batas tertentu
akan tetap aman dan terlindung.
Pertemuan sel telur dan sperma menghasilkan zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi beberapa tahap yaitu pembelahan zigot,
morula/pembelahan sel, blastula, gastrula dan organogenesis. Pada fase-fase
kebuntingan berikutnya, pertumbuhan dan perkembangan foetus berlangsung
cepat, apalagi pada akhir masa bunting. Akibat proses pertumbuhan ini pula,
akhirnya foetus mendesak cairan dan jaringan yang menyelubunginya. Pada
saat itu para peternak harus menyediakan makanan yang bermutu. Ingatlah
bahwa pada akhir pertumbuhan ini, 2/3 bagian pertumbuhan foetus (janin) itu
hanya berlangsung singkat, yakni hanya 1/3 waktu daripada seluruh waktu
kebuntingan. Embriogenesis adalah proses pertumbuhan embrio yang meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel.
26
lahir berat akan tumbuh tinggi adalah sangat penting, sebab hal ini akan
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan lebih lanjut.
Anak kambing/domba yang sehat dan berat di waktu lahir, akan tumbuh
lebih cepat, terutama pada umur dua tiga minggu yang pertama. Hal ini pernah
dibuktikan adanya anak domba yang lahir hanya seekor dengan berat 7 kg. Jika
ia dipiara baik-baik, dalam waktu 10 – 12 minggu saja bisa mencapai berat 36
kg. Tetapi kambing/domba yang waktu lahir beratnya hanya 4 kg, untuk
mencapai berat yang sama memerlukan waktu 2 minggu lebih.
1. Pertumbuhan Awal
Pada saat kambing dan domba itu lahir, kepalanya relatif besar, kaki
panjang, tubuh kecil. Pada saat telah mencari kedewasaan, maka proporsi
tubuh menjadi serasi, karena kepala kecil, kaki pendek. Proses pertumbuhan
kambing/domba semenjak di dalam kandungan tidak serentak, melainkan
masing-masing bagian tubuh mengalami laju pertumbuhan yang berbeda-beda.
Disini terlihat bahwa kepala dan kaki sebagian kerangka tubuh, tumbuh lebih
awal daripada bagian lain. Sedangkan tubuh, terutama pada bagian punggung
27
dan paha tumbuh kemudian terbentuknya karkas. Pada saat pasca sapih
pertumbuhan anak kambing akan ditentukan oleh berbagai faktor seperti
potensi genetic dan daya dukung faktor lingkungan terutama jumlah dan
kualitas pakan yang dikonsumsi (Sutama, 1999).
Pertumbuhan menjadi karkas terdiri atas 3 jaringan utama yakni :
- Tulang yang membentuk kerangka
- ototyang membentuk daging, dan
- fat (lemak)
Ketiga jarigan tubuh ini tumbuh sangat teratur dan serasi. Ketiga jaringan
tersebut, jaringan tulanglah yang tumbuh paling awal, kemudian disusul oleh
pertumbuhan otot yang menyelubungi kerangka. Sedangkan lemak (fat)
tumbuh terakhir dan tumbuh paling cepat pada saat domba itu mendekati
kemasakan tubuh. Ternak kambing dan domba yang masih muda presentase
tulangnya lebih tinggi, tetapi sebaliknya presentase daging dan fatnya rendah.
Hal ini adalah suatu yang sangat ironis, sebab umumnya konsumen
menghendaki daging kambing dan domba muda.
Peternak harus pandai memproduksi daging-daging domba muda dengan
jalan memberikan ransum yang baik, semenjak awal hidup mereka. Sehingga
hasil karkas akhir yang dimiliki mencapai proposisi yang maksimum. Kambing
dan domba yang dipotong jauh sebelum mendekati kemasakan, lemaknya
sangat rendah. Sehubungan dengan gelombang pertumbuhan yang dialami
ternak kambing dan domba ini, maka ada domba yang “masak awal” dan ada
pula domba yang “masak lambat”
28
3. Kambing dan Domba Yang Masak Lambat
Bangsa-bangsa yang masak lambat ini, laju pertumbuhannya rendah.
Sehingga apabila domba ini dipiara dengan tujuan penggemukan diperlukan
waktu yang lebih lama. Dengan demikian hal ini menuntut jumlah makanan
yang lebih banyak, sehingga nilai ekonomis dalam usaha ternak tersebut
menjadi berkurang. contoh bangsa domba ini ialah : Lincoln, Leicester, domba
asli Indonesia.
29
Rangkuman
Daftar Pustaka
Soenardirahardjo B.P.2017.Teratologi pada Hewan dan Ternak. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya
30
DAFTAR PUSTAKA
Mitra farm Tani. 2018. Untung dari Bisnis Domba dan Kambing ala MT
Farm. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta
31
Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite E. 2009. Petunjuk
Teknis Potensi Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia.Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Medan
32
View publication stats