94 180 1 SM PDF
94 180 1 SM PDF
Abstrak
Spiritualitas merupakan aspek yang sangat penting bagi pasien yang menderita penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi spiritualitas pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan studi fenomenologi deskriptif. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang berasal dari
unit hemodialisis RSUP H.Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi Medan dengan kriteria partisipan berusia lebih dari
18 tahun, menjalani hemodialisis lebih dari 3 bulan, kesadaran compos mentis dan reguler menjalani hemodialisa
2 kali seminggu. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan Colaizzi. Dari hasil analisis penelitian di
temukan 4 tema yang mencerminkan fenomena yang diteliti. Tema-tema tersebut antara lain adalah mendekatkan
diri kepada Tuhan, dukungan dari orang terdekat, mempunyai harapan besar untuk sembuh, dan menerima dengan
ikhlas penyakit yang diderita. Dengan demikian disarankan kepada perawat dialisis untuk membuat program
yang mendukung kegiatan spiritualitas secara berkelompok sesuai dengan kepercayaan masing-masing pasien.
Abstract
Spirituality is a very important issue in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis.
The purpose of this qualitative study was to explore the spirituality experience of patients with chronic
renal failure undergoing hemodialysis. The design of this study is phenomenology. Data were collected
through in-depth interviews that conducted with 10 participants selected from renal unit of RSUP. H.
Adam Malik and RSUD dr. Pirngadi Medan hospital based on criteria including age more than 18 years old,
undergoing hemodialysis more than 3 months, composmentis and reguler hemodialysis 2 times a week.
The collected data were analyzed using Colaizzi apporach to analysis. The results of this study showed four
including being closer to God, the support of the people nearby, had great hopes for recovery, and willingly
accept the illness. This study suggested the dialysis nurses to create program to support spiritual activity.
Partisipan yang terlibat pada penelitian ini laki sebanyak 6 orang. Lama menjalani
harus memenuhi kriteria inklusi sebagai hemodialisis dari rentang 4 bulan sampai
berikut : 10 tahun dan mayoritas lebih dari 1 tahun.
a. Berusia lebih dari 18 tahun Mayoritas partisipan beragama islam dan
b. Menjalani terapi hemodialisis regular bersuku batak. Rentang tingkat pendidikan
2 kali perminggu bervariasi mulai tamat SMP sampai dengan
c. Kesadaran compos mentis perguruan tinggi dan seluruh partisipan telah
d. Sudah mengikuti hemodialisis lebih menikah.
dari 3 bulan Hasil analisa data kualitatif dengan
Penelitian dimulai dengan memberikan wawancara mendalam didapatkan empat
kuesioner data demografi dan dilanjutkan tema spiritualitas pada pasien penyakit ginjal
dengan wawancara mendalam (in-depth kronik yang menjalani hemodialisis yaitu: 1)
interview) tentang makna spiritualitas mendekatkan diri kepada Tuhan, 2) dukungan
bagi parisipan. Wawancara dilakukan oleh dari orang terdekat, 3) mempunyai harapan
peneliti dengan durasi 30–60 menit dan alat besar untuk sembuh, dan 4) menerima dengan
yang digunakan untuk merekam wawancara ikhlas penyakit yang diderita.
adalah tape recorder. Tingkat keabsahan Hal yang dirasakan oleh sebagian besar
data yang dilakukan pada penelitian adalah partisipan dalam kehidupan spiritualnya
credibility, dependability, transferability, dan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan,
confirmability (Lincoln dan Guba, 2005). seperti dengan rajin beribadah, memperdalam
Peneliti melakukan analisis data ilmu agama, dan memperbaiki kualitas ibadah
menggunakan pendekatan dari Colaizzi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian
(1978, dalam Speziale & Carpenter, 2003). besar partisipan mengatakan dulu mereka
Tahapan metode analisis data dengan tidak melakukan ibadah dengan baik dan
langkah-langkah antara lain: (1) Membaca sekarang mereka belajar untuk memperbaiki
dan menyalin seluruh deskripsi wawancara ibadahnya. Seperti pernyataan partisipan
yang telah diungkapkan oleh partisipan, (2) yang berusia 26 tahun yang sudah 1 tahun
Melakukan ekstraksi terhadap pernyataan menjalani hemodialisis berikut ini:
signifikan (pernyataan yang secara langsung “Dulu saya termasuk orang yang sombong
berhubungan dengan fenomena yang dan angkuh, dulu kan karena punya banyak
diteliti), (3) Menguraikan makna yang uang jadi sholat ini kan gak penting kali,
terkandung dalam pernyataan signifikan, (4) yang penting kerja, senang-senang, kerja
Menggabungkan makna yang dirumuskan ke yang menghasilkan uang lah, jadi lupa sama
dalam kelompok tema, (5) Mengembangkan yang maha kuasa. Kalau sekarang sikit-
sebuah deskripsi tema dengan lengkap sikit lah belajar untuk rajin beribadah itu,
(yaitu deskripsi yang komprehensif dari dulu kan sholat bolong-bolong, dulu ada
pengalaman yang diungkapkan partisipan), waktu untuk sholat saya males dan saya
(6) Mengidentifikasi landasan struktur dari bawa tidur aja, sekarang saya merutinkan
fenomena tersebut, dan (7) Kembali ke sholat, waktunya sholat, saya sholat. Sholat
partisipan untuk melakukan validasi. Peneliti subuh saya usahain ke mesjid dan bener-
melakukan penelitian setelah mendapatkan bener berusaha sholat tepat waktu. Sekarang
persetujuan etik (ethical clearence) dari saya sering dengerin ceramah di mesjid dari
komite etik penelitian kesehatan dari maghrib sampe isya selalu mesjid” [P2]
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara (F.Kep-USU) dan mendapatkan izin Kebutuhan spiritual pada pasien yang
dari rumah sakit dan staf keperawatan yang menjalani hemodialisis meliputi menguatkan
bekerja di unit hemodialisis. hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain. Dukungan dari lingkungan
sekitar partisipan akan membantu partisipan
Hasil Penelitian menghadapi proses penyakitnya. Seluruh
partisipan mengungkapkan mereka
Karakteristik partisipan berusia rentang 26 mendapatkan dukungan dari orang-orang
–59 tahun, mayoritas berjenis kelamin laki- terdekatnya seperti keluarga, pasangan hidup,
dan teman-teman terdekat. Dukungan yang waktu partisipan bisa menerima dengan
sangat berarti diperoleh dari keluarga dalam ikhlas dan menganggap sakit yang diderita
hal ini adalah pasangan hidup dan orang sebagai cobaan dari Tuhan. Partisipan yang
tua. Seperti pernyataan responden berjenis diwawancara sudah menjalani hemodialisis
kelamin perempuan yang berumur 52 tahun dalam rentang 4 bulan-10 tahun sehingga
berikut ini: sudah berada pada fase menerima kondisi
“Dukungan yang keluarga berikan sangat nya dengan ikhlas, terlihat dari pernyataan
berharga sekali buat saya, mereka lah yang responden seperti berikut ini:
menasehati awak untuk sabar menghadapi “sekarang ya mau gimana lagi, saya lebih
semua ini, tapi memang orang itu bagus tenang dan mengangggap ini ujian, ntah
semua, sodara-sodara saya itu merangkul ujian atau cobaan, udah dikasih yang kayak
saya semua gak ada istilahnya dibiarkan”. gini ya mau gimana lagi, ya diterima aja lah,
Suami saya sering nelpon dan nanyakan saya masak Allah mau kita tentang”. Sekarang
udah makan, udah minum obat atau belum lebih tenang dan pasrah saja saya”[P2]
meskipun dia jauh.” [P1]
...”Ooooo..mungkin ini tuhan memberi
Sebagian besar partisipan mempunyai cobaan, aku berpikir Tuhan tidak akan
harapan besar untuk sembuh dan berharap memberi cobaan di luar kemampuan ku, pasti
Tuhan memberi mukjizat. Partisipan berharap Tuhan menganggap aku mampu, makanya
bisa kembali bekerja seperti dulu dan dapat aku diberi seperti ini”[P4]
beraktivitas seperti biasanya sehingga
dapat membantu perekonomian keluarga
dan menyekolahkan anak-anak. Harapan Pembahasan
responden juga ditunjukkan dengan mencoba
pengobatan non medis, dan selalu berdoa Spiritualitas merupakan bagian yang tidak
agar diberi kesembuhan. Seperti pernyataan terlepaskan dari kualitas hidup individu.
berikut ini: Terlepas dari penyakit yang diderita,
“...dan terus berusaha kalau sembuh ya teknologi yang dikembangkan, atau terapi
sembuh yang penting kita tidak pasrah yang digunakan, model bio-psiko-sosial-
dirumah tapi tetap berobat kerumah sakit, ya spiritual menyediakan petunjuk secara
kan?.” “Kadang-kadang disuruh minum ini, keseluruhan dalam merawat pasien dan
minum ini, dicoba juga misalnya obat-obat memperoleh kesehatan yang sesungguhnya
kampung lah, tapi yang gak ada efeknya lah. (Dossey, 2005). Banyak peneliti juga
Misalnya minum air ini lah (menunjukkan berpendapat bahwa masalah spiritual
botol minum) ternyata setelah minum ini merupakan masalah yang sangat penting bagi
doyan makan”[P1] pasien yang menderita penyakit kronik yang
mengancam jiwa, untuk itu perlu pendekatan
“Setiap sholat saya selalu berdoa ya Allah dengan model biopsikososial-spiritual dalam
sembuhkan lah penyakitku ini, kalau memang merawat pasien. Spiritualitas merupakan
berkenan, karena anak ku masih dua lagi ya dimensi penting yang harus diperhatikan
harus dididik, ya mudah-mudahan di denger dalam penilaian kualitas hidup karena
doa awak.” [P1] gangguan spiritualitas akan menyebabkan
gangguan berat secara psikologis termasuk
....”saya berdoa disembuhkan penyakit saya keinginan bunuh diri (Bele dkk., 2012).
dan memohon datangkan mukzijat itu ya Penelitian ini menggali spiritualitas
Allah”...[P3] pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis. Data didapat melalui
Seluruh pasrtisipan mengungkapkan wawancara dengan responden, sehingga
sekarang sudah bisa menerima dengan ikhlas didapat beberapa tema yaitu mendekatkan diri
penyakit yang diderita nya. Meskipun diawal kepada Tuhan, dukungan dari orang terdekat,
menjalani hemodialisis partisipan sempat mempunyai harapan besar untuk sembuh,
menolak, sedih dan tidak bisa menerima dan menerima dengan ikhlas penyakit yang
kondisi nya, namun seiring berjalannya diderita.
Mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal quality of life model meliputi social belonging
yang dirasakan oleh sebagian besar partisipan terdiri dari keintiman hubungan dengan
dalam kehidupan spiritualnya adalah orang lain, keluarga, teman dan rekan kerja.
mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti Sedangkan untuk community belonging yaitu
dengan rajin beribadah, memperdalam keinginan untuk terlibat dalam pelayanan
ilmu agama, dan memperbaiki kualitas sosial dan aktivitas sosial (University of
ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Taronto, 2010).
Sebagian besar partisipan mengatakan dulu Walton (2007) menyatakan dalam
mereka tidak melakukan ibadah dengan penelitiannya bahwa spiritualitas juga tidak
baik dan sekarang mereka belajar untuk terlepas dari keterhubungan dan dukungan dari
memperbaiki ibadahnya. Hasil penelitian keluarga. Keluarga juga merupakan sumber
ini menunjukkan bahwa seluruh partisipan utama harapan bagi pasien yang menjalani
merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah hemodialisis, baik dari orang tua, suami dan
menjalani hemodialisis. Sejalan dengan yang keluarga besar (Weil, 2000). Pasien yang
dikemukakan oleh Taylor, Lilis dan Lemone menjalani hemodialisis juga membutuhkan
(2006) agama bisa merupakan bagian dari dukungan dari lingkungan sosialnya dalam
spiritual, dan memiliki dua komponen yaitu menjalani kehidupan sehari-hari. Sejalan
orientasi terhadap keagamaan dan terhadap dengan penelitian Novalia (2011) yang
eksistensi. Sebagian besar responden mengatakan strategi koping lainnya selain
berusaha memperbaiki hubungan nya dengan spiritualitas yang membantu pasien untuk
Tuhan setelah didiagnosa menderita penyakit melakukan koping adaptif adalah dukungan
ginjal kronik dan menjalani hemodialisis. sosial. Dukungan sosial merupakan sumber
Dossey (2005) menyatakan bahwa daya eksternal utama dalam menghadapi
hubungan manusia dengan sang pencipta masalah dan merupakan salah satu faktor
(Tuhan) merupakan elemen pertama dari yang menentukan kemampuan seseorang
spiritualitas. Lebih mendekatkan diri kepada untuk beradaptasi terhadap masalah yang
Tuhan merupakan strategi koping yang paling dihadapinya (Potter & Perry, 2005).
sering digunakan oleh pasien untuk mengatasi Dukungan sosial membuat seseorang
stress karena penyakit yang dideritanya. merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai,
Hal ini sejalan dengan penelitian Novalia dihargai dan akan meningkatkan kepribadian
(2011) tentang koping yang digunakan pada mandiri dari individu tersebut. Dukungan
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani sosial bisa didapat dari keluarga, lingkungan
hemodialisis yang menyatakan bahwa 85,4% dan tim kesehatan. Dukungan dari orang lain
responden menggunakan strategi koping di luar keluarga juga memberikan pengaruh
spiritual dengan berdoa dan mendekatkan positif pada pasien. Responden penelitian
diri kepada Tuhan. ini sebagian besar suku batak dengan
Ketika penyakit menyerang seseorang, hubungan kekerabatan sangat tinggi. Apabila
kekuatan spiritual dapat membantunya ke ada orang yang mengalami kemalangan
arah penyembuhan atau pada perkembangan atau sakit maka kerabat akan datang silih
kebutuhan dan perhatian spiritual. Kekuatan berganti untuk memberi penghiburan kepada
spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor orang yang mengalami kemalangan atau
penting dalam cara menghadapi perubahan sakit tersebut (Sudiharto, 2007). Dukungan
yang diakibatkan oleh penyakit kronis (Potter ini memperlihatkan kepedulian dan kasih
& Perry, 2005). sayang bagi pasien sehingga sangat berarti
Dukungan dari orang terdekat. Salah satu baginya dalam melakukan koping yang
elemen spiritualitas menurut Dossey (2005) adaptif dalam menghadapi penyakitnya dan
yaitu keterhubungan dengan orang lain. menjalani hemodialisa. Faktor-faktor yang
Seluruh responden mengungkapkan mereka meningkatkan harapan pada pasien yang
mendapatkan dukungan dari orang-orang menjalani hemodialisis adalah pasien dapat
terdekatnya seperti keluarga, pasangan hidup, melakukan aktivitas bersama-sama dengan
dan teman-teman terdekat. Dukungan yang keluarga dan teman-teman dan perasaan
diberikan berupa dukungan fisik, emosional, dibutuhkan atau perasaan berguna untuk
dan keuangan. Komponen belonging dalam orang lain (Weil, 2000).
Mempunyai harapan besar untuk sembuh. membuat sebagian besar partisipan kuat
Sebagian besar partisipan mempunyai dan semangat menjalani pengobatannya.
harapan besar untuk sembuh dan berharap Keikhlasan menerima kondisi dapat
Tuhan memberi mukjizat. Partisipan berharap menyembuhkan luka jiwa pasien akibat
bisa kembali bekerja seperti dulu dan dapat kejenuhan dalam menjalani hemodialisis
beraktivitas seperti biasanya sehingga (Walton, 2007).
dapat membantu perekonomian keluarga
dan menyekolahkan anak-anak. Harapan
responden juga ditunjukkan dengan mencoba Simpulan
pengobatan non medis, dan selalu berdoa agar
diberi kesembuhan. Meskipun ada beberapa Hasil wawancara mendalam dengan
partisipan menganggap itu suatu hal yang partisipan didapatkan empat tema dalam
mustahil, tapi mereka percaya akan mukjizat mendeskripsikan spiritualitas yaitu:
yang dimiliki Tuhan. Harapan yang tinggi mendekatkan diri kepada Tuhan seperti
akan memotivasi partisipan untuk menjalani rajin beribadah, memperdalam ilmu agama,
kehidupannya ke depan diungkapkan secara dan memperbaiki kualitas ibadah dalam
bervariasi oleh partisipan dengan keinginan kehidupan sehari-hari. Dukungan dari orang
untuk terus berkarya dalam hal ini bekerja terdekat, seperti dukungan dari keluarga,
lagi atau membangun kembali kehidupan pasangan hidup, dan teman-teman terdekat.
keluarganya, dan memanfaatkan kesempatan Mempunyai harapan besar untuk sembuh,
hidup yang diberikan Tuhan. Sumber harapan seperti mencoba pengobatan non medis,
pada pasien yang menjalani hemodialisis yakin dengan mukjizat dan selalu berdoa agar
adalah kepercayaan kepada Tuhan, dukungan diberi kesembuhan. Menerima dengan ikhlas
dari keluarga dan lingkungan sekitar penyakit yang diderita, seperti menerima
(Weil, 2000). Spiritualitas yang baik juga penyakit sebagai bagian dari cobaan dari
ditunjukkan dengan semangat untuk sembuh Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
(Walton, 2007). yang menjalani hemodialisis menggunakan
Menerima dengan ikhlas penyakit pendekatan spiritualitas sebagai koping
yang diderita. Seluruh responden juga untuk menghadapi penyakit terminal yang
mengungkapkan saat ini sudah bisa menerima dideritanya. Kedekatan dengan Tuhan,
dengan ikhlas penyakit yang dideritanya. dukungan dari keluarga dan lingkungan
Meskipun diawal menjalani hemodialisis menjadi penguatan dan meningkatkan
responden sempat menolak, sedih dan motivasi pasien untuk sembuh. Untuk itu
tidak bisa menerima kondisi nya, namun sangat penting bagi perawat dan keluarga
seiring berjalannya waktu responden bisa melakukan pendekatan secara spiritualitas
menerima dengan ikhlas dan menganggap kepada pasien dan memberi dukungan untuk
sakit yang diderita sebagai cobaan dari meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tuhan. Responden yang diwawancara sudah Perawat yang bertugas di ruang
menjalani hemodialisis dalam rentang 4 hemodialisa hendaknya membuat program
bulan-10 tahun sehingga sudah berada pada yang mendukung kegiatan spiritualitas secara
fase menerima kondisi nya dengan ikhlas. berkelompok sesuai dengan kepercayaan
Sebagian responden mengatakan bahwa masing-masing pasien (support group).
dengan menerima ikhlas penyakit yang Perawat diharapkan mampu memberikan
dideritanya mereka merasa lebih tenang asuhan keperawatan dengan pendekatan
menjalani hidupnya. spiritual (spiritual care) dan secara holistic.
Keikhlasan menerima penyakit yang Perawat juga hendaknya dapat memfasilitasi
diderita berbanding lurus dengan usaha pasien yang menjalani hemodialisis
mendekatkan diri dengan Tuhan. Sebagian untuk melakukan kegiatan yang dapat
partisipan mencoba mencari hikmah dari meningkatkan semangat dan motivasi pasien.
penyakit yang diderita nya, dan menganggap Dukungan keluarga akan sangat berarti
Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar dalam meningkatkan kualitas hidup, untuk itu
kemampuan umatnya. Hal itu lah yang partisipasi keluarga juga sangat dibutuhkan.