Anda di halaman 1dari 54

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA


PROVINSI JAWA TIMUR
Jalan Raya Bandara Juanda Nomor 26 Sidoarjo 61253
Telepon (031) 8686014; PTSP Center 08113018113
Website: www.jatim.kemenag.go.id; E-mail: kanwiljatim@kemenag.go.id

Nomor : B.5766/Kw.13.2.5/HK.00.5/10/2020 20 Oktober 2020


Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Penyampaian Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas
Madrasah dan Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota


u.p. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah
Di tempat

Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan madrasah yang berkualitas dan


pemberdayaan komunitas guru, maka bersama ini kami sampaikan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5851 Tahun 2020 tanggal 19 Oktober
2020 tentang Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas Madrasah dan Nomor
5852 Tahun 2020 tanggal 19 Oktober 2020 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah (sebagaimana terlampir). Selanjutnya,
kami mohon untuk disosialisasikan dan dipedomani.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.

a.n. Kepala Kantor Wilayah


Kepala Bidang Pendidikan Madrasah

M. Syamsuri

Tembusan
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
1

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


NOMOR 5851 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
KELOMPOK KERJA PENGAWAS MADRASAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 16


Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah diperlukan petunjuk teknis;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk
Teknis Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah.
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4941); sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6058);
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/
Madrasah;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya;
4. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan
Agama Islam pada Sekolah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 206) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 31
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 684);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1382)
sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2101);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya;
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1495);
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
10. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1117)

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS KELOMPOK KERJA PENGAWAS
MADRASAH.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas


(Pokjawas) Madrasah sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada DIKTUM KESATU
merupakan acuan yang digunakan dalam pembentukan dan
penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas)
Madrasah.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Oktober 2020

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

MUHAMMAD ALI RAMDHANI


4

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 5851 TAHUN 2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KELOMPOK KERJA
PENGAWAS (POKJAWAS) MADRASAH

Petunjuk Teknis
Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas
Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 31
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 2
Tahun 2012 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan
Agama Islam pada Sekolah menyebutkan bahwa Pengawas Madrasah
adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan
fungsional pengawas satuan pendidikan yang tugas, tanggungjawab, dan
wewenangnya melakukan pengawasan akademik dan manajerial pada
Madrasah. Untuk itu Pengawas Madrasah harus memiliki kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, serta
kompetensi penelitian dan pengembangan.
Pengawas Madrasah memiliki tugas, fungsi dan tanggung jawab
yang strategis dalam meningkatkan kualitas madrasah, guru, dan
kepala madrasah. Peranan Pengawas madrasah dalam melaksanakan
tugasnya bukan saja sebagai seorang supervisor pendidikan, namun ia
juga sebagai konselor dan motivator, serta penjamin mutu pendidikan
madrasah. Sebagai penjamin mutu pendidikan madrasah, Pengawas
Madrasah bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas
perencanaan, proses, dan hasil pendidikan dan atau pembelajaran pada
RA, MI, MTs, MA, dan/atau MAK.
Untuk mendukung kualitas kinerja yang profesional, Pengawas
Madrasah perlu meningkatkan kompetensi dan pengembangan profesi.
Karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan wadah yang
efektif yaitu Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah
sebagaimana tertuang pada Bab XI Pasal 16 PMA Nomor 2 tahun 2012
yang menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan profesionalitas
dan kinerja pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada Sekolah, serta
efektifitas pengawasan dibentuk Pokjawas tingkat Nasional, tingkat
provinsi, dan tingkat Kabupaten/Kota.

B. Tujuan
Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah ini
bertujuan sebagai acuan bagi:
1. Kementerian Agama dalam mengambil kebijakan untuk mendukung
peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi pengawas
madrasah berbasis Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah;
2. Pengurus Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan secara mandiri, bermutu, dan
terarah.

C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas)
Madrasah ini adalah:
1. Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI;
2. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian
Agama RI;
3. Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan
Kementerian Agama RI;
4. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi;
5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
6. Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Nasional, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota;
7. Pengawas Madrasah.
D. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas Madrasah ini mencakup
(1) Konsep Kelompok Kerja Pengawas Madrasah, (2) Pembentukan dan
Penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas Madrasah, (3) Peran Pihak-
Pihak Terkait.
BAB II
KONSEP KELOMPOK KERJA PENGAWAS MADRASAH

A. Ketentuan Umum
Dalam Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas Madrasah ini
yang dimaksud dengan:
1. Pengawas Madrasah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat
dalam jabatan fungsional pengawas satuan pendidikan yang tugas,
tanggung jawab dan wewenangnya melakukan pengawasan
akademik dan manajerial.
2. Kelompok Kerja Pengawas Madrasah yang selanjutnya disebut
Pokjawas Madrasah adalah wadah kegiatan pembinaan profesi untuk
meningkatkan hubungan kerjasama secara koordinatif dan
fungsional antar pengawas madrasah di lingkungan Kementerian
Agama.
3. Pembina adalah Direktur Guru dan Tenaga Kependikan Madrasah
untuk Pokjawas Madrasah Nasional, Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi untuk Pokjawas Madrasah Provinsi,
dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk
Pokjawas Madrasah Kabupaten/kota.
4. Organisasi adalah struktur kepengurusan dan legalitas administrasi
Pokjawas Madrasah.
5. Program adalah rencana kegiatan Pokjawas Madrasah yang telah
disepakati oleh anggota hasil musyawarah pengawas madrasah.
6. Sarana dan prasarana adalah fasilitas fisik untuk menunjang
kegiatan Pokjawas Madrasah dan kelengkapan administrasi yang
diperlukan.
7. Narasumber adalah pembimbing/tutor/pengajar dalam kegiatan
Pokjawas Madrasah yang dapat berasal dari pengawas madrasah,
dosen, widyaiswara atau praktisi pendidikan.
8. Fasilitator adalah pembimbing/narasumber/tutor/pengajar yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan dan atau pernah
mengikuti pelatihan fungsional Pengawas.
9. Pembiayaan adalah dana yang digunakan untuk kegiatan dan
pengelolaan Pokjawas Madrasah.
10. Penjaminan mutu adalah sistem yang menjamin mutu pada
perencanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi tindak lanjut
peningkatan mutu pada program Pokjawas Madrasah dengan
standar yang ditetapkan.

B. Tujuan
Pembentukan Pokjawas Madrasah bertujuan untuk:
1. Menjadi wadah bagi Pengawas Madrasah sebagai komunitas
pembelajar dalam peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi.
2. Meningkatkan hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional
antar pengawas madrasah di lingkungan Kementerian Agama.
3. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan pemangku kepentingan
pendidikan yang lain.

C. Manfaat
Kelompok Kerja Pengawas Madrasah yang efektif memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Pengawas Madrasah
a. Tersedianya wadah bagi pengawas madrasah untuk peningkatan
kompetensi dan pengembangan profesi.
b. Terjalinnya hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional
antar pengawas madrasah di lingkungan Kementerian Agama.
2. Bagi Kelompok Kerja Pengawas madrasah
a. Terwujudnya Kelompok Kerja Pengawas Madrasah sebagai
komunitas pembelajar bagi pengawas madrasah.
b. Terwujudnya Kelompok Kerja Pengawas Madrasah sebagai wadah
komunikasi dan informasi tentang kebijakan pendidikan dan
pengawasan.
c. Tersedianya wadah pengembangan profesi dan karier bagi
pengawas madrasah.
d. Terwujudnya sarana untuk dapat mengembangkan diri melalui
bekerja sama dengan pihak lain, misalnya Pemda, Dunia Usaha
dan Dunia Industri (DUDI) serta lembaga Donor
3. Bagi Kementerian Agama RI, Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
Terwujudnya organisasi Kelompok Kerja Pengawas madrasah yang
dapat membantu Kementerian Agama RI dalam mensosialisasikan
dan mengimplementasikan program-program pendidikan.
BAB III
PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN
POKJAWAS MADRASAH

Pembentukan dan Penyelenggaraan Kelompok Kerja Pengawas


Madrasah meliputi (1) organisasi, (2) program, (3) pengelolaan, (4) sarana
dan prasarana, (5) narasumber/pemateri, (6) pembiayaan, dan (7)
penjaminan mutu.

A. Organisasi
Standar organisasi merupakan standar minimal dalam rangka
pembentukan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah dan
penyelenggaraan kegiatannya sebagai wadah peningkatan kompetensi
dan pengembangan profesi Pengawas Madrasah.
1. Ketentuan Umum Organisasi
a. Ketentuan Pembentukan Pokjawas Madrasah
Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah dibentuk
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jumlah anggota Pokjawas Madrasah minimal 10 Pengawas
madrasah pada satu kabupaten/kota.
2) Jika pada satu kabupaten atau kota jumlah pengawas
madrasah kurang dari 10 orang, maka dibentuk Pokjawas
Madrasah dari dua atau lebih Kabupaten/Kota yang
terdekat secara geografis.
3) Bagi Kabupaten/Kota yang tidak mencukupi terbentuknya
satu Kelompok Kerja Pengawas Madrasah sesuai angka 2
(dua) di atas dapat bergabung dengan Pokjawas
Kabupaten/Kota terdekat yang sudah terbentuk.
4) Pada daerah tertentu (terpencil, terluar, terdepan, dan
daerah minoritas) karena jumlah pengawas madrasah
tidak mencukupi sesuai ketentuan maka dapat dibentuk
Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Kabupaten/Kota
dengan jumlah pengawas madrasah minimal 3 orang.
5) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Nasional dibentuk
berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Islam.
6) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Provinsi dibentuk
berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
7) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Kabupaten/Kota
dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
8) Kelompok Kerja Pengawas Madrasah kabupaten/kota
gabungan dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
b. Masa Tugas Pengurus
1) Masa tugas pengurus Kelompok Kerja Pengawas Madrasah
Nasional, pengurus Kelompok Kerja Pengawas Madrasah
Provinsi, dan Pengurus Kelompok Kerja Pengawas
Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota gabungan adalah 4
(empat) tahun.
2) Ketua Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Nasional,
Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Provinsi, Kelompok
Kerja Pengawas Madrasah Kabupaten/Kota atau dari
Kabupaten/Kota gabungan bisa dipilih kembali pada periode
kedua.
3) Setelah menyelesaikan tugas pada periode kedua, Ketua
Kelompok Kerja Pengawas Madrasah Nasional, Kelompok
Kerja Pengawas Madrasah Provinsi, Kelompok Kerja
Pengawas Madrasah Kabupaten/Kota atau dari
Kabupaten/Kota gabungan tidak bisa dipilih kembali pada
periode berikutnya.
4) Apabila pada masa jabatannya, ketua Kelompok Kerja
Pengawas Madrasah berhalangan tetap dalam melaksanakan
tugas dengan alasan tertentu maka pelaksana tugas ketua
Pokjawas Madrasah dijabat oleh wakil ketua sampai terpilih
Ketua Pokjawas Madrasah yang baru yang dipilih melalui
Rapat Anggota Luar Biasa.
5) Batas waktu pelaksanaan rapat anggota luar biasa maksimal
6 bulan untuk memilih ketua definitif.
c. Struktur Organisasi
1) Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah Nasional
a) Ketua merangkap anggota.
b) Wakil Ketua merangkap anggota.
c) Sekretaris merangkap anggota.
d) Bendahara merangkap anggota.
e) Ketua Bidang perencanaan, pelaporan, dan evaluasi
program merangkap anggota.
f) Ketua Bidang advokasi dan peningkatan kompetensi
pengawas madrasah merangkap anggota.
g) Ketua Bidang kesejahteraan sosial, kerjasama dan
hubungan masyarakat merangkap anggota.
h) Ketua Bidang pengembangan dan penjaminan mutu
madrasah merangkap anggota.
i) Koordinator wilayah merangkap anggota.
j) Anggota
Gambar 1. Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah Nasional

DIRJEN PENDIS

DIREKTUR GTK

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang


Perencanaan, Advokasi dan Kesejahteraan Sosial, Pengembangan dan
Peningkatan Kerjasama dan
Pelaporan, dan Penjaminan Mutu
Kompetensi Hubungan
Evaluasi Program Masyarakat
Madrasah
Pengawas Madrasah

Koordinator Koordinator Koordinator


Wilayah Timur Wilayah Tengah Wilayah Barat

ANGGOTA

2) Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah Provinsi


a) Ketua merangkap anggota.
b) Wakil Ketua merangkap anggota.
c) Sekretaris merangkap anggota.
d) Bendahara merangkap anggota.
e) Bidang kepengurusan terdiri atas:
(1) Ketua Bidang perencanaan, pelaporan, evaluasi
program pengawasan dan penjaminan mutu madrasah.
(2) Ketua Bidang advokasi dan peningkatan kompetensi
pengawas.
(3) Ketua Bidang kesejahteraan sosial, kerjasama dan
hubungan masyarakat.
(4) Ketua Bidang pengembangan organisasi, sarana dan
prasarana.
(5) Koordinator Pengawas RA, MI, MTs, MA/MAK.
f) Koordinator Wilayah (jika diperlukan).
g) Anggota.

Gambar 2. Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah Provinsi

KEPALA KANWIL KEMENAG PROVINSI

KEPALA BIDANG PENDMA/PENDIS

KETUA

WAKIL KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA

Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang Koordinator


Perencanaan, Advokasi dan Kesejahteraan Pengembangan
Peningkatan Sosial, dan Pengawas
Pelaporan, dan
Kompetensi Kerjasama dan Penjaminan RA, MI, MTs,
Evaluasi Hubungan Mutu
Pengawas MA/MAK
Program Madrasah Masyarakat Madrasah

Koordinator Koordinator Koordinator


Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah n

ANGGOTA

3) Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota


atau gabungan dari dua atau lebih kabupaten/kota
a) Ketua merangkap anggota.
b) Wakil Ketua merangkap anggota.
c) Sekretaris merangkap anggota.
d) Bendahara merangkap anggota.
e) Bidang kepengurusan dan Koordinator terdiri atas.
(1) Ketua Bidang perencanaan, pelaporan, evaluasi
program pengawasan dan penjaminan mutu RA, MI,
MTs, MA/MAK.
(2) Ketua Bidang advokasi dan peningkatan kompetensi
pengawas RA, MI, MTs, MA.
(3) Ketua Bidang kesejahteraan sosial, kerjasama dan
hubungan masyarakat dan sarana prasarana,
(4) Koordinator Pengawas RA, MI, MTs, MA/MAK
(a) Pada Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah
pengawas madrasah pada tiap jenjang (RA, MI,
MTs, MA/MAK minimal 3 (tiga) orang.
(b) Pada Kabupaten/Kota yang pengawas RA atau MI
dan pengawas MTs atau MA belum dipisah
disebabkan oleh kurangnya jumlah pengawas
madrasah, koordinator pengawas bisa merangkap
dua jenjang pengawasan yaitu koordinator
pengawas RA/MI dan Koordinator pengawas
MTs/MA.
f) Anggota.

Gambar 3. Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah


Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota Gabungan

KEPALA KANTOR KEMENAG KAB/KOTA

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang Koordinator


Perencanaan, Advokasi dan Kesejahteraan Pengawas RA,
pelaporan, evaluasi Peningkatan Sosial,
program pengawasan Kompetensi Kerjasama, MI, MTs,
dan Penjaminan Mutu Pengawas RA, MI, Humas, dan MA/MAK
RA, MI, MTs, MA/MAK MTs, MA/MAK Sarpras

ANGGOTA

d. Persyaratan Calon Ketua Pokjawas Madrasah


1) Persyaratan calon Ketua Pokjawas Madrasah Nasional
a) Paling rendah menduduki jabatan Pengawas Sekolah
Madya pada madrasah;
b) Memiliki masa kerja sebagai pengawas Sekolah Madya
pada madrasah (bukan masa kerja dalam jabatan)
minimal 3 (tiga) tahun;
c) Memiliki sertifikat calon pengawas madrasah dan atau
sertifikat Diklat penguatan kompetensi pengawas
madrasah;
d) Pernah/sedang menjadi Ketua atau pengurus Pokjawas
Provinsi atau pengurus Pokjawas Nasional.
e) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
manajemen madrasah dan kepemimpinan bidang
pendidikan;
f) Menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
2) Persyaratan calon Ketua Pokjawas Madrasah Provinsi
a) Paling rendah menduduki jabatan Pengawas Sekolah
Madya pada madrasah;
b) Memiliki masa kerja sebagai pengawas Sekolah Madya
pada madrasah (bukan masa kerja dalam jabatan)
minimal 3 (tiga) tahun;
c) Memiliki sertifikat calon pengawas madrasah dan atau
sertifikat Diklat penguatan kompetensi pengawas
madrasah;
d) Pernah/sedang menjadi Ketua Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota atau gabungan Kabupaten/Kota atau
pengurus Pokjawas Madrasah Provinsi;
e) Jika pada diktum b dan c di atas tidak terpenuhi maka
syarat tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing;
f) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
manajemen madrasah dan kepemimpinan bidang
pendidikan;
g) Menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
3) Persyaratan calon Ketua Pokjawas Madrasah Kab/Kota
atau Gabungan Kab/Kota
a) Paling rendah menduduki jabatan Pengawas Sekolah
Madya pada madrasah;
b) Memiliki masa kerja sebagai pengawas Sekolah Madya
pada madrasah (bukan masa kerja dalam jabatan)
minimal 3 (tiga) tahun;
c) Memiliki sertifikat calon pengawas Madrasah dan atau
sertifikat Diklat penguatan kompetensi pengawas
madrasah;
d) Jika pada diktum 3) a dan b diatas tidak terpenuhi maka
syarat tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing;
e) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
manajemen madrasah dan kepemimpinan bidang
pendidikan;
f) Menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

2. Proses Pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah melaui:


a). Pokjawas Madrasah Nasional
Proses pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah Nasional
dilaksanakan dalam forum Musyawarah Nasional yang
selanjutnya disebut Munas di bawah koordinasi Direktorat
Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.
b). Pokjawas Madrasah Provinsi
Proses pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah Provinsi
dilaksanakan dalam forum musyawarah wilayah yang
selanjutnya disebut Muswil di bawah koordinasi Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
c). Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota
Proses pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah Kabupaten/
Kota dilaksanakan dalam forum Musyawarah Daerah yang
selanjutnya disebut Musda di bawah koordinasi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
d). Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota Gabungan
Untuk proses pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota gabungan dilaksanakan dalam forum
Musyawarah Daerah Gabungan yang selanjutnya disebut
Musda Gabungan di bawah koordinasi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota gabungan.

3. Prosedur Pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah


a. Prosedur Pemilihan Ketua dan Pengurus Pokjawas
Madrasah Nasional
1) Direktorat GTK Madrasah mengoordinasikan pelaksanaan
rapat pemilihan ketua dan pengurus Pokjawas Madrasah
Nasional;
2) Direktorat GTK mengoordinasikan rapat anggota untuk
memilih pimpinan sidang secara tertutup;
3) Pimpinan sidang terpilih memimpin pembahasan tata
tertib dan program kerja;
4) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
minimal 3 (tiga) orang untuk diusulkan sebagai calon
Ketua Pokjawas Madrasah Nasional secara tertutup;
5) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
Ketua Pokjawas madrasah Nasional secara tertutup dari
3 calon yang diusulkan;
6) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
tim formatur sebanyak minimal 4 orang;
7) Ketua terpilih dan Tim Formatur menentukan pengurus
dan mengusulkan SK kepada Dirjen Pendis Kemenag RI;
8) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI
menerbitkan SK Kepengurusan Pokjawas Madrasah
Nasional.
b. Prosedur Pemilihan Ketua dan Pengurus Pokjawas
Madrasah Provinsi
1) Kanwil Kementerian Agama Provinsi cq Bidang Pendidikan
Madrasah/Pendis mengoordinasikan pelaksanaan rapat
pemilihan ketua dan pengurus Pokjawas Madrasah
Provinsi;
2) Kanwil Kementerian Agama Provinsi cq Bidang Pendidikan
Madrasah/Pendis mengoordinasikan rapat anggota untuk
memilih pimpinan sidang secara tertutup;
3) Pimpinan sidang terpilih memimpin pembahasan tata
tertib dan program kerja;
4) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
3 (tiga) orang untuk diusulkan sebagai calon Ketua
Pokjawas Madrasah Provinsi secara tertutup;
5) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
Ketua Pokjawas madrasah Provinsi secara tertutup dari 3
calon yang diusulkan;
6) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
tim formatur sebanyak minimal 4 orang;
7) Ketua terpilih dan Tim Formatur menentukan pengurus
dan mengusulkan SK kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi;
8) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi menerbitkan
SK Kepengurusan Pokjawas Madrasah Provinsi.
c. Prosedur Pemilihan Ketua dan Pengurus Pokjawas
Madrasah Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota
Gabungan
1) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengoordinasikan pelaksanaan rapat pemilihan ketua
dan pengurus Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota atau
Kabupaten/Kota Gabungan;
2) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengoordinasikan rapat anggota untuk memilih pimpinan
sidang secara tertutup;
3) Pimpinan sidang terpilih memimpin pembahasan tata
tertib dan program kerja;
4) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
3 (tiga) orang untuk diusulkan sebagai calon Ketua
Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota atau Gabungan
Kabupaten/Kota secara tertutup;
5) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
Ketua Pokjawas madrasah Kabupaten/Kota atau
Kabupaten/Kota Gabungan secara tertutup dari 3 calon
yang diusulkan;
6) Pimpinan sidang memimpin rapat anggota untuk memilih
tim formatur sebanyak minimal 4 orang;
7) Ketua terpilih dan Tim Formatur menentukan pengurus
dan mengusulkan SK kepada Kepala Kantor Kemenag
Kabupaten/Kota;
8) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menerbitkan SK Kepengurusan Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota;
9) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
menerbitkan SK Kepengurusan Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota Gabungan.
2. Anggota Pokjawas madrasah
Anggota Pokjawas Madrasah adalah pengawas madrasah aktif dan
berhak untuk dipilih sebagai pengurus dan memilih pengurus
Pokjawas madrasah.

B. Program
Penyusunan program Pokjawas madrasah mencakup:
1. Visi, Misi, Tujuan, Rencana Kerja (kegiatan, pembiayaan dan
kalender kegiatan).
2. Program Pokjawas Madrasah meliputi aspek Peningkatan
Kompetensi dan Pengembangan Profesi yang mencakup:
a. Diklat fungsional yang bekerja sama dengan Pusdiklat atau
Balai Diklat Keagamaan, sesuai peraturan yang berlaku;
b. Kegiatan peningkatan kompetensi pengawas madrasah yang
mencakup program pengembangan kompetensi kepribadian,
sosial, supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan;
c. Kegiatan pengembangan karir pengawas madrasah yang
meliputi pelatihan penyusunan dan pemberkasan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan;
d. Program Publikasi Ilmiah pengawas madrasah, antara lain
mencakup:
1) Menyelenggarakan forum ilmiah untuk presentasi pengawas
madrasah;
2) Menyelenggarakan publikasi karya ilmiah pengawas
madrasah atas hasil penelitian atau gagasan ilmu di bidang
pendidikan formal;
3) Menerbitkan karya tulis/karya ilmiah pengawas madrasah
dalam bentuk jurnal ber ISSN dan buku ber ISBN.
e. Program Karya Inovatif pengawas madrasah, antara lain
mencakup:
1) Memfasilitasi penemuan atau presentasi temuan teknologi
tepat guna;
2) Memfasilitasi penemuan atau presentasi temuan ciptaan
karya seni;
3) Memfasilitasi pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/
praktikum;
4) Menyelenggarakan pengembangan/penyusunan standar/
pedoman, dan sejenisnya.
3. Program kerjasama strategis dengan para pihak di berbagai
tingkatan, untuk menciptakan masyarakat pembelajar profesional
di Pokjawas Madrasah dalam rangka peningkatan kompetensi dan
pengembangan profesi. Bentuk kegiatan program peningkatan
profesionalisme Pengawas Madrasah dan mengoordinasikan serta
mensinergikan program peningkatan mutu dengan KKM (KKRA,
KKMI, KKMTs. KKMA/MAK), KKG dan MGMP/MGBK antara lain 1)
musyawarah kerja, 2) rapat koordinasi, 3) workshop, 4) pelatihan, 5)
outbound, 6) studi edukasi dan lain-lain.
4. Program Pokjawas Madrasah dilaporkan kepada Dirjen Pendis
melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemenag RI,
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya.
5. Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota atau Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota Gabungan dalam 1 (satu) tahun melaksanakan
kegiatan paling sedikit 6 kali pertemuan untuk kegiatan
peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi sesuai dengan
program yang sudah disusun dan disepakati. Untuk 6 kali
pertemuan lainnya digunakan oleh pengawas madrasah sesuai
jenjang masing-masing untuk membahas rencana, pelaksanaan,
pelaporan, dan evaluasi pengawasan.
6. Pokjawas Madrasah Provinsi menyelenggarakan kegiatan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Kegiatan peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi
yang diikuti oleh fasilitator Kabupaten/Kota dan anggota
Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota atau Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota Gabungan.
b. Kegiatan yang dilaksanakan bukan kegiatan yang menjadi tugas
dan fungsi Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota atau Pokjawas
Madrasah Kabupaten/Kota Gabungan.
c. Dalam 1(satu) tahun, Pokjawas Madrasah Provinsi paling sedikit
melaksanakan 2 (dua) kali pertemuan untuk membahas topik
tertentu yang membantu fasilitator dalam meningkatkan
kompetensinya dan memberdayakan Pokjawas Madrasah
Kabupaten/Kota atau Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota
Gabungan.
7. Pokjawas Madrasah Nasional dalam 1 tahun mengadakan kegiatan
paling sedikit 1 (satu) kali pertemuan untuk membahas isu-isu
mutakhir tentang pendidikan nasional, pendidikan madrasah dan
pengawasan.
8. Sertifikat/surat keterangan keikutsertaan dalam suatu kegiatan
Pokjawas Madrasah ditandatangani oleh Direktur Guru dan Tenaga
Kependidikan pada Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Kepala
Kantor Wilayah Kemenag Provinsi atau Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya atas usulan ketua
Pokjawas Madrasah.

C. Pengelolaan
Dalam mengelola organisasi Pokjawas Madrasah, pengurus
berpedoman pada AD/ART Pokjawas Madrasah yang setidaknya
mencakup 1) Nama dan dasar Pendirian, 2) Kedudukan dan Sifat, 3)
Dasar dan Azaz, 4) Visi, Misi, dan Tujuan,5) Organisasi, 6)
Kepengurusan, 7) Keanggotaan, 8) Kegiatan, 9) Program Kerja, dan 10)
Penjaminan Mutu dan Pelaporan.
AD/ART Pokjawas Madrasah Nasional ditandatangani oleh ketua
dan sekretaris, diketahui oleh Direktur GTK Madrasah dan disahkan
oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam. AD/ART Pokjawas Provinsi
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris. diketahui oleh Kepala Bidang
Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam dan disahkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. AD/ART Pokjawas
Madrasah Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota Gabungan
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris dan disahkan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota
Gabungan.
Selain itu, pengurus Pokjawas Madrasah menyusun program kerja
sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi. Dalam melaksanakan
program kerja, pengurus Pokjawas Madrasah menggerakkan sumber
daya manusia dan mengalokasikan sumber daya lain yang dimiliki
untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Pengurus Pokjawas
Madrasah bertanggung jawab untuk memantau dan menjamin mutu
pelaksanaan program kegiatannya. Pada akhir pelaksanaan program,
pengurus Pokjawas Madrasah mengevaluasi kesesuaian perencanaan
dengan pelaksanaan program kegiatan.
Standar pengelolaan kegiatan Pokjawas Madrasah diarahkan
untuk peningkatan kompetensi, pengembangan profesi pengawas
madrasah dan tata kelola organisasi Pokjawas Madrasah.
Pengelolaan Pokjawas Madrasah tardiri atas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program Pokjawas Madrasah yang dirinci
sebagai berikut:
1. Perencanaan program meliputi penyusunan:
a. Visi;
b. Misi;
c. Tujuan; dan
d. Rencana kerja.
2. Pelaksanaan Program
a. Pedoman Kerja Pokjawas Madrasah
Pokjawas Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang
mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
b. Struktur Organisasi Pokjawas Madrasah
1) Struktur organisasi meliputi sistem penyelenggaraan dan
administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.
2) Semua pengurus mempunyai uraian tugas, wewenang, dan
tanggungjawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan dan administrasi Pokjawas Madrasah.
c. Kegiatan Pokjawas Madrasah
Kegiatan Pokjawas Madrasah dilaksanakan dengan:
1) Berdasarkan rencana kerja tahunan dan disesuaikan dengan
prioritas hasil asesmen kompetensi dan kinerja pengawas
madrasah atau pertimbangan khusus apabila belum dilakukan
asesmen kompetensi dan kinerja pengawas madrasah.
2) Menyesuaikan sumber pendanaan yang dimiliki oleh Pokjawas
Madrasah.
3. Evaluasi Program Pokjawas Madrasah
a. Pengurus mengevaluasi setiap kegiatan sebagaimana yang
terdapat pada rencana program tahunan.
b. Pengurus melaporkan pelaksanaan program Pokjawas Madrasah
dan mempertanggungjawabkannya pada rapat pengurus serta
anggota dalam bentuk laporan pada akhir tahun yang
disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan
berikutnya. Laporan yang telah dipertanggung jawabkan
disampaikan kepada Dirjen Pendis, Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi atau Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya.

D. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana merupakan bagian penting yang harus
tersedia agar pelaksanaan kegiatan Pokjawas Madrasah berjalan
dengan efektif, efisien dan berkualitas.
Standar sarana dan prasarana minimum yang dibutuhkan dalam
pengelolaan Pokjawas Madrasah adalah ruang sekretariat, meja kerja,
kursi, printer, jaringan listrik, dan jaringan internet. Sarana dan
prasarana minimum tersebut disediakan oleh:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam untuk Pokjawas
Madrasah Nasional;
2. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi untuk Pokjawas
Madrasah Provinsi;
3. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk sekretariat
Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota.

E. Narasumber/Fasilitator dan Penceramah


Dalam kegiatan peningkatan kompetensi dan pengembangan
profesi pengawas madrasah, Pokjawas Madrasah harus
memaksimalkan peran narasumber dan fasilitator yang terdekat
dengan tempat kegiatan Pokjawas Madrasah.
Narasumber/fasilitator pada kegiatan Pokjawas Madrasah dapat
berasal dari unsur-unsur berikut:
1. Pengawas Madrasah;
2. Fasilitator Daerah/Nasional;
3. Widyaiswara;
4. Dosen/Praktisi Pendidikan.
Narasumber/fasilitator tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memahami konsep peningkatan kompetensi dan pengembangan
profesi pengawas madrasah.
2. Memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh pengawas madrasah.
3. Memiliki kecakapan dalam pembelajaran orang dewasa.
4. Memiliki kepribadian dan kecakapan sosial yang baik.
Penceramah dapat berasal dari unsur-unsur berikut:
1. Tenaga Struktural/non Struktural dari Kementerian Agama.
2. Tenaga Struktural/non Struktural dari instansi lain.

F. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan Pokjawas Madrasah mencakup
penggalangan dana, penggunaan dana, dan pertanggung jawaban
dana. Adapun Sumber dana Pokjawas Madrasah diperoleh dari:
1. Anggaran pemerintah pusat dan daerah;
2. Dana hibah;
3. Bantuan lembaga donor melalui kerjasama;
4. Sponsorship yang tidak mengikat;
5. Iuran anggota;
6. Pendapatan dari jasa/produk yang dihasilkan oleh Pokjawas
Madrasah;
7. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan.
Keuangan Pokjawas Madrasah dikelola secara transparan, efektif,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Dana Pokjawas Madrasah
digunakan untuk peningkatan kompetensi, pengembangan profesi
pengawas madrasah dan pengelolaan organisasi Pokjawas madrasah.
Pertanggungjawaban keuangan Pokjawas Madrasah mengacu pada
sistem pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

G. Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu Pokjawas Madrasah sangat penting bagi
pelaksanaan kegiatan Pokjawas Madrasah agar kegiatan berjalan
sesuai dengan standar mutu yang direncanakan.
Penjaminan mutu terdiri atas penjaminan mutu internal dan
penjaminan mutu eksternal. Penjaminan mutu internal dilaksanakan
oleh pengurus yang ditunjuk. Sedangkan penjaminan mutu eksternal
dilaksanakan oleh pembina atau Tim yang ditunjuk oleh pembina.
Kegiatan Penjaminan Mutu mencakup tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pemeriksaan, dan perbaikan. Tim Penjaminan Mutu
bekerja bersama panitia pelaksana kegiatan untuk terus
meningkatkan mutu pada tahapan:
1. Perencanaan, meliputi kegiatan:
a. Rapat Koordinasi dan Persiapan
1) Analisis kebutuhan program peningkatan kompetensi dan
pengembangan profesi berdasarkan data dan profil pengawas
madrasah;
2) Identifikasi kebutuhan program peningkatan kompetensi dan
pengembangan profesi;
3) Usulan Kegiatan.
b. Perencanaan Kegiatan dan Anggaran
1) Penyusunan Kegiatan;
2) Penjadwalan Kegiatan;
3) Penyusunan Anggaran.
c. Pengesahan Anggaran dan Sosialisasi Kegiatan
1) Rapat Pengesahan;
2) Sosialisasi Kegiatan.
2. Pelaksanaan, meliputi kegiatan:
a. Persiapan Kegiatan
1) Undangan peserta;
2) Pemilihan narasumber;
3) Penyediaan sarana dan prasarana kegiatan.
b. Pelaksanaan Kegiatan
1) Presensi/Daftar Hadir;
2) Pre Test dan Post Test;
3) Proses Kegiatan;
4) Respon/Umpan Balik Peserta;
5) Check List Evaluasi Kualitas Kegiatan;
6) Rencana Tindak Lanjut (RTL).
c. Pelaporan Kegiatan
1) Pelaporan Kegiatan;
2) Pelaporan Keuangan;
3) Pencatatan/perekaman pada sistem informasi pengawas
madrasah.

3. Analisis Hasil Kegiatan dan Permasalahan


a. Rekapitulasi Hasil Kegiatan dan Identifikasi Permasalahan yang
mencakup:
1) Analisis hasil pre dan post test;
2) Analisis respon peserta;
3) Analisis evaluasi kualitas kegiatan;
4) Analisis laporan kegiatan.
b. Simpulan permasalahan kegiatan
4. Perbaikan, meliputi kegiatan:
a. Identifikasi/menghimpun alternatif pemecahan masalah;
b. Memilih pemecahan masalah;
c. Pelaksanaan perbaikan;
d. Pengamatan perbaikan.
BAB IV
PERAN PIHAK-PIHAK TERKAIT

Pembentukan dan penyelenggaraan Pokjawas Madrasah memerlukan


peran dari semua pihak mulai dari Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Madrasah, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Pengurus Pokjawas
Madrasah.

A. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah


Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian
Agama Republik Indonesia bertanggung jawab:
1. Menyusun Petunjuk Teknis Pokjawas Madrasah.
2. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis Pokjawas Madrasah kepada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
3. Melakukan koordinasi dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dalam pembentukan dan penyelenggaraan Pokjawas
Madrasah.
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembentukan dan
penyelenggaraan Pokjawas Madrasah.
5. Melakukan pembentukan dan pengesahan pengurus Pokjawas
Madrasah Nasional.
6. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan
Pokjawas Madrasah kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia.
B. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi bertanggung jawab:
1. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis Pokjawas Madrasah Kepada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
2. Mengoordinasikan pembentukan Pokjawas Madrasah di tingkat
Provinsi.
3. Mengesahkan kepengurusan Pokjawas Madrasah Provinsi dan
kepengurusan Pokjawas Madrasah Kabupaten/Kota Gabungan.
4. Membentuk tim penjaminan mutu Pokjawas Madrasah di wilayahnya.
5. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan
Pokjawas Madrasah di wilayahnya kepada Dirjen Pendis melalui
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah.
C. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota bertanggung jawab:
1. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis Pokjawas Madrasah kepada
Pengawas Madrasah.
2. Mengoordinasikan pembentukan Pokjawas Madrasah di tingkat
Kabupaten/Kota atau gabungan Kabupaten/Kota.
3. Mengesahkan kepengurusan Pokjawas Madrasah di Kabupaten/Kota.
4. Membentuk tim penjaminan mutu Pokjawas Madrasah di wilayahnya.
5. Melakukan pemantuan dan evaluasi dari setiap kegiatan Pokjawas
Madrasah.
6. Melakukan penjaminan mutu eksternal dari setiap kegiatan Pokjawas
Madrasah.
7. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan
Pokjawas Madrasah di wilayahnya kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
D. Pengurus Pokjawas Madrasah
Pengurus Pokjawas Madrasah bertanggung jawab:
1. Menyusun Program Kerja Pokjawas Madrasah.
2. Mengumpulkan baseline pelaksanaan kegiatan Pokjawas Madrasah
berdasarkan hasil Asesmen Kompetensi Pengawas (AKP) Madrasah
dan Penilaian Kinerja Pengawas (PKP) Madrasah yang dijadikan dasar
untuk menentukan profil pengawas madrasah.
3. Merumuskan prioritas pelaksanaan kegiatan Pokjawas Madrasah
melalui analisis hasil AKP dan PKPM.
4. Jika diperlukan, bisa melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
dalam peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi pengawas
madrasah seperti dengan perguruan tinggi, lembaga diklat, atau
penerbit. Kerjasama tersebut harus dituangkan dalam perjanjian
tertulis yang disahkan oleh pembina.
5. Berkomunikasi dengan pembina dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan kegiatan Pokjawas Madrasah.
6. Memotivasi seluruh anggota agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan
Pokjawas Madrasah.
7. Melakukan pemantauan dan evaluasi dari setiap kegiatan Pokjawas
Madrasah yang dilaksanakan.
8. Melakukan penjaminan mutu internal dari setiap kegiatan Pokjawas
Madrasah.
a) Pembinaan dan pendampingan KKM (KKRA, KKMI, KKMTs,
KKMA,) KKG dan MGMP/MGBK.
b) Pembinaan kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM), Olimpiade
Sains Nasional (OSN), Aksioma, Aksiora, Anugerah GTK
Berprestasi, Anugerah Konstitusi, dan Inovasi Pembelajaran
(Inobel).
c) Pendampingan Akreditasi Madrasah dan Raudhatul Athfal (RA).
9. Melakukakan koordinasi dan sinkronisasi dengan Kelompok Kerja
Madrasah (KKM) sesuai tingkatan masing-masing untuk mendesain
program peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
BAB V
ATURAN PERALIHAN

Dengan berlakunya Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Pengawas


(Pokjawas) Madrasah ini, maka hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.
1. Jika Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) masih gabungan antara
pengawas madrasah dan pengawas PAI pada sekolah maka perlu segera
dilakukan pemisahan dan dibentuk Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas)
Madrasah paling lambat 6 (enam) bulan setelah berlakunya petunjuk
teknis ini.
2. Dalam hal kondisi pada diktum angka 1 (satu) di atas terjadi, jika Ketua
Pokjawas gabungan berasal dari pengawas madrasah maka tidak perlu
pemilihan Ketua Pokjawas Madrasah baru. Namun, perlu dibentuk
kelengkapan organisasi sesuai petunjuk teknis ini. Kepengurusan yang
baru harus ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) sebagai perubahan
atas SK sebelumnya dengan masa jabatan kepengurusan sesuai Surat
Keputusan (SK) sebelumnya.
3. Jika Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah sudah terbentuk,
maka kepengurusan harus disesuaikan dengan petunjuk teknis ini.
Kepengurusan yang baru harus ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK)
sebagai perubahan atas Surat Keputusan (SK) sebelumnya dengan masa
jabatan kepengurusan sesuai Surat Keputusan (SK) sebelumnya.
4. Periodisasi jabatan Ketua Pokjawas yang meneruskan jabatannya
sebagaimana pada diktum 2 (dua) dan 3 (tiga) di atas tetap
diperhitungkan sesuai petunjuk teknis ini.
5. Hak dan kewenangan Ketua Pokjawas Madrasah sebagai wadah kegiatan
pembinaan profesi di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia
hendaknya mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku termasuk di dalamnya tidak punya kewenangan untuk menilai
kinerja pengawas madrasah dan menanda tangani SKP-PPK pengawas
madrasah karena Pokjawas Madrasah bukan pejabat yang diberi
kewenangan yang diatur oleh undang-undang dalam hal tersebut.
BAB VI
PENUTUP

Peningkatan kualitas pengawas madrasah berdampak pada


peningkatan kualitas guru dan kepala madrasah karena pengawas
madrasah memiliki tugas melaksanakan supervisi akademik dan supervisi
manajerial. Pada pelaksanaan supervisi akademik, pengawas madrasah
memiliki peran dalam peningkatan mutu pelaksanaan empat Standar
Pendidikan Nasional yang bersentuhan langsung dengan tugas pokok guru
yaitu standar isi, standar proses, standar, penilaian, dan standar kelulusan.
Sedangkan pada pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas madrasah
memiliki peran dalam peningkatan kualitas empat Standar Pendidikan
Nasional lainnya yang merupakan tugas utama Kepala madrasah yaitu
standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan,
dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam menunjang peningkatan kualitas pengawas madrasah,
Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah sangat diperlukan karena (1)
sebagai wadah untuk peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi
pengawas madrasah, (2) sebagai sarana tukar pendapat terhadap berbagai
masalah pengawasan, (3) sebagai sarana dalam menyelesaikan masalah
karir dan jabatan, (4) sebagai wadah bagi pengawas madrasah dalam
mengembangkan komunitas belajar.
Petunjuk Teknis ini mengatur berbagai hal terkait pembentukan dan
penyelenggaraan Pokjawas Madrasah dan peran pihak-pihak terkait dalam
pembentukan dan penyelenggaraan Pokjawas Madrasah. Semoga Petunjuk
Teknis ini dapat menjadi panduan dan pedoman semua pihak dalam
meningkatkan kompetensi dan pengembangan profesi pengawas madrasah
melalui pemberdayaan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah.
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

MUHAMMAD ALI RAMDHANI


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 5852 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KELOMPOK KERJA MADRASAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 47


Peraturan Menteri Agama Nomor 90 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah diperlukan
petunjuk teknis;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang


Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4941); sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058);
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 206) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 684).
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1382)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Madrasah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 2101);
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1495);
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 2017
tentang Kepala Madrasah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1627) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 24
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Agama Nomor 58 Tahun 2017 tentang Kepala Madrasah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1575;
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2018
tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Guru (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 1750);
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1117);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN
KELOMPOK KERJA MADRASAH

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok


Kerja Madrasah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESATU merupakan acuan yang digunakan dalam
pembentukan dan penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Oktober 2020

DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM,

MUHAMMAD ALI RAMDHANI


LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 5852 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KELOMPOK
KERJA MADRASAH

Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 2017 tentang Kepala
Madrasah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Agama nomor 58 Tahun 2017 tentang Kepala Madrasah menyatakan
bahwa kepala madrasah adalah pemimpin madrasah, yang memiliki
tugas manajerial, mengembangkan kewirausahaan, dan melakukan
supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
Sebagai seorang pemimpin madrasah, kepala madrasah dalam
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya memiliki peran yang
sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas madrasah,
guru, dan tenaga kependidikan yang ada di madrasah. Oleh karena itu
kepala madrasah perlu berupaya untuk meningkatkan profesionalisme
dan kompetensinya agar kualitas madrasah, guru, dan tenaga
kependidikan di madrasah bisa terus meningkat sehingga madrasah
selalu menjadi satuan pendidikan yang diminati oleh masyarakat.
Namun demikian dalam pelaksanaannya kepala madrasah masih
memiliki kesulitan dan keberagamanan pola pengelolaan sehingga ada
kesenjangan mutu antara satu madrasah dengan madrasah yang lain
sehingga tujuan utama memajukan madrasah secara bersama-sama
belum bisa berjalan secara efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut
dibutuhkan wadah yang efektif bagi kepala madrasah yaitu Kelompok
Kerja Madrasah (KKM) sebagaimana dimaksud pada Pasal 47
Peraturan Menteri Agama Nomor 90 tahun 2013.

B. Tujuan
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) ini
bertujuan sebagai acuan bagi:
1. Pengambil kebijakan di Kementerian Agama untuk mendukung
peningkatan kompetensi kepala madrasah melalui Kelompok Kerja
Madrasah (KKM);
2. Pengelola Kelompok Kerja Madrasah (KKM) untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan secara mandiri, bermutu, dan terarah.

C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah
(KKM) ini adalah:
1. Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI;
2. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Agama RI;
3. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi;
4. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
5. Yayasan/Organisasi Penyelenggara Pendidikan Madrasah;
6. Pengawas Madrasah;
7. Kepala Madrasah;
8. Pengurus KKM pada jenjang Raudlatul Athfal (RA), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah
(MA/MAK), dan Madrasah Aliyah Khusus.

D. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. Konsep Kelompok Kerja Madrasah (KKM);
2. Pembentukan dan Penyelenggaraan Kelompok Kerja Madrasah; dan
3. Peran Pihak-Pihak Terkait.
BAB II
KONSEP KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM)

A. Ketentuan Umum
Dalam Petunjuk Teknis Kelompok Kerja Madrasah (KKM) ini, yang
dimaksud dengan:
1. Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri
Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan
dengan kekhasan agama Islam yang mencakup Raudlatul Athfal
(RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
2. Kepala Madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin dan mengelola madrasah.
3. Kelompok Kerja Madrasah (KKM) merupakan forum Kepala
Madrasah pada jenjang RA, MI, MTs, dan MA/MAK pada tingkat
kecamatan, kelompok kecamatan, kabupaten/kota, kelompok
kabuapeten/kota, dan provinsi.
4. Kelompok Kerja Raudlatul Athfal yang selanjutnya disingkat KKRA
adalah forum Kepala Madrasah pada jenjang RA pada tingkat
kecamatan, kelompok kecamatan, kabupaten/kota, kelompok
kabupaten/kota, dan provinsi.
5. Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat
KKMI adalah forum Kepala Madrasah pada jenjang MI pada tingkat
kecamatan, kelompok kecamatan, kabupaten/kota, kelompok
kabupaten/kota, dan provinsi.
6. Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat
KKMTs adalah forum Kepala Madrasah pada jenjang MTs pada
tingkat kecamatan, kelompok kecamatan, kabupaten/kota,
kelompok kabupaten/kota, dan provinsi.
7. Kelompok Kerja Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan yang
selanjutnya disingkat KKMA/MAK adalah forum Kepala Madrasah
pada jenjang MA/MAK pada tingkat kecamatan, kelompok
kecamatan, kabupaten/kota, kelompok kabupaten/kota, dan
provinsi.
8. KKM Khusus adalah KKM yang dibentuk secara khusus sesuai
kekhasan madrasah berdasarkan perundang-undangan.
9. Pembina KKM adalah Pengawas Madrasah yang ditugaskan pada
lingkup wilayah KKM (kecamatan, kelompok kecamatan,
kabupaten/kota, kelompok kabupaten/kota, dan provinsi melalui
kegiatan pembimbingan, pelatihan, dan kegiatan lain untuk
peningkatan kompetensi kepala madrasah di KKM sesuai
tingkatannya.
10. Program adalah kegiatan KKM yang telah direncanakan,
dimusyawarahkan dan disepakati anggota melalui forum resmi
KKM.
11. Narasumber adalah pembimbing/tutor dalam kegiatan KKM.
12. Penjaminan mutu adalah sistem untuk menjamin mutu pada
perencanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi tindak lanjut
peningkatan mutu pada program KKM dengan standar yang
ditetapkan.
13. Pembiayaan adalah biaya yang digunakan dalam penyelenggraan
kegiatan KKM yang berasal dari iuran anggota, pemerintah atau
sumber pembiayaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

B. Tujuan
Pembentukan KKM bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kinerja dan kompetensi kepala madrasah, meliputi
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi
supervisi, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial;
2. Mengembangkan profesi dan karir kepala madrasah;
3. Menjadi tempat berbagi informasi dan pengalaman terbaik (best
practice) tentang pengelolaan madrasah;
4. Memfasilitasi pelaksanaan pengembangan prestasi kepala
madrasah, guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik sesuai
jenjang masing- masing;
5. Menjadi wadah peningkatan fungsi dan peran kepala madrasah
dalam pengembangan madrasah.
C. Manfaat
KKM yang efektif dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Madrasah
1) Tersedianya wadah untuk berbagi pengalaman terbaik (best
practice) dalam peningkatan kompetensi dan pengelolaan
madrasah.
2) Terjalinnya hubungan kerjasama secara koordinatif dan
fungsional antar kepala madrasah.
2. Bagi KKM
a. Terwujudnya KKM sebagai wadah pembentukan masyarakat
pembelajar profesional bagi kepala madrasah yang berbasis
kebutuhan, berjenjang, dan berkelanjutan.
b. Membangun media komunikasi dan koordinasi tentang
kebijakan dan pengelolaan madrasah sesuai standar pemerintah.
c. Mendapatkan legalisasi atas kegiatan kolektif kepala madrasah
dalam rangka peningkatan kompetensi kepala madrasah.
d. Membangun wadah kerja sama ekternal dengan berbagai pihak
untuk kemajuan profesi kepala madrasah, guru dan tenaga
kependidikan madrasah, serta pengembangan kelembagaan
madrasah.
3. Pengawas Madrasah
1) Adanya wadah sebagai sarana pembinaan kepada kepala
madrasah secara kolektif sesuai tugas dan fungsi pengawas
madrasah.
2) Adanya wadah sarana pembimbingan, pelatihan, dan kegiatan
lain untuk pengembangan profesi kepala madrasah yang
berdasarkan kebutuhan, berjenjang, dan berkelanjutan.
4. Bagi Kementerian Agama RI, Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
a. Mempermudah koordinasi dan pemberian arahan kebijakan dan
program.
b. Mempermudah pengumpulan data dan informasi.
c. Mempercepat pelaksanaan dan pelaporan program dan kebijakan
Kementerian Agama.
BAB III
PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN KKM

Pembentukan dan Penyelenggaraan KKM meliputi; (1) organisasi, (2)


program, (3) pengelolaan, (4) pembiayaan, (5) pemantauan dan evaluasi,
serta (6) penjaminan mutu.

A. Organisasi
Pembentukan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) jenjang RA, MI, MTs,
dan MA pada tingkat kecamatan, kelompok kecamatan,
kabupaten/kota, kelompok kabupaten/kota, dan provinsi diatur
sesuai ketentuan di bawah ini.

1. Ketentuan Umum Organisasi


a. Pembentukan KKM
KKM dibentuk dengan ketentuan sebagai berikut:
1) KKM beranggotakan minimal 10 (sepuluh) dan maksimal 30
(tiga puluh) madrasah.
2) Ketentuan pada huruf a tidak berlaku untuk daerah khusus
(terpencil, terluar, terdepan) dan kabupaten/kota yang
memiliki madrasah kurang dari 10 (sepuluh) pada setiap
jenjang.
3) Kabupaten/kota yang jumlah madrasahnya kurang dari dari 3
(tiga) dapat bergabung dengan madrasah yang berada di
kabupaten/kota terdekat.
4) KKM tingkat kecamatan/kelompok kecamatan dibentuk
dengan mempertimbangkan jumlah dan letak geografis
madrasah.
5) Dalam satu kecamatan dapat dibentuk dua atau lebih KKM
dengan mempertimbangkan jumlah madrasah. Jika jumlah
madrasah dalam satu kecamatan kurang dari sepuluh,
pembentukan KKM dapat dilakukan dalam lintas kecamatan
terdekat hingga memenuhi ketentuan.
6) Perwakilan pengurus KKM tingkat kecamatan/kelompok
kecamatan membentuk KKM tingkat Kabupaten/Kota sebagai
wadah kordinasi dan komunikasi.
7) Perwakilan pengurus KKM tingkat Kabupaten/Kota dapat
membentuk KKM tingkat provinsi sebagai wadah kordinasi
dan komunikasi.
8) Kasi Pendidikan Madrasah/Kasi Pendidikan Islam dan
Koordinator Pengawas Madrasah sesuai jenjangnya mengatur
pembentukan KKM di wilayahnya.
9) Pembentukan KKM kecamatan, kelompok kecamatan, dan
KKM Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
10) KKM yang beranggotakan kepala madrasah yang berasal dari 2
(dua) kabupaten/kota atau lebih ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Bidang Madrasah/Pendidikan Islam atas nama Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi berdasarkan
usulan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
yang bersangkutan.
11) Kepala Bidang Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam
mengatur pembentukan KKM tingkat provinsi.
12) Pembentukan KKM Provinsi ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.

b. Struktur Organisasi KKM


1) Struktur Organisasi KKM kecamatan/kelompok kecamatan,
kabupaten/kota, dan kelompok kabupaten/kota terdiri atas:
a) Pengarah (Kepala Kantor Kemenag)
b) Penanggung Jawab (Kasi Pendma/Kasi Pendis)
c) Pembina (Pengawas Madrasah)
d) Ketua merangkap anggota
e) Wakil Ketua merangkap anggota
f) Sekretaris merangkap anggota
g) Bendahara merangkap anggota
h) Bidang-Bidang Kepengurusan (sesuai dengan kebutuhan)
i) Anggota
2) Struktur organisasi KKM provinsi terdiri atas:
a) Pelindung (Kakanwil)
b) Pengarah (Kabid Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam)
c) Penanggung Jawab (Kepaka Seksi Tenaga Kependidikan
Madrasah/Kepala Seksi Guru dan Tenaga Kependidikan)
d) Pembina (Pengawas Madrasah dari Pengurus Pokjawas
Madrasah Provinsi sesuai jenjang pengawasan)
e) Ketua merangkap anggota
f) Wakil ketua merangkap anggota
g) Sekretaris merangkap anggota
h) Bendahara merangkap anggota
i) Bidang-Bidang Kepengurusan (sesuai dengan kebutuhan)
j) Anggota

2. Penentuan Anggota dan Pembentukan Pengurus KKM


a. Penentuan Anggota dan Pembentukan Pengurus KKM
Kecamatan, Kelompok Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan
Kelompok Kabupaten/Kota sebagai berikut:
1) Kasi Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam dan koordinator
pengawas madrasah sesuai jenjangnya menentukan anggota
KKM.
2) Penentuan ketua KKM diputuskan dalam musyawarah
mufakat atau dengan sistem pemilihan yang disepakati
anggota KKM yang dihadiri oleh Kepala Seksi Pendidikan
Madrasah/Pendidikan Islam dan Koordinator Pengawas
Madrasah sesuai jenjangnya.
3) Kasi Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam, Koordinator
Pengawas Madrasah, dan Ketua KKM terpilih melengkapi
susunan pengurus KKM.

b. Pembentukan pengurus KKM Provinsi sebagai berikut:


1) Kepala Bidang Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam,
Kepala Seksi Tenaga Kependidikan/Kepala Seksi Guru dan
Tenaga Kependidikan, Ketua Pokjawas Madrasah Provinsi,
dan perwakilan Pengawas Madrasah sesuai jenjangnya (RA,
MI, MTs, MA/MAK) bersama perwakilan pengurus KKRA,
KKMI, KKMTs dan KKMA/MAK dari kabupaten/kota
menyusun pengurus KKM Provinsi.
2) Penentuan ketua KKM Provinsi diputuskan dalam
musyawarah mufakat atau dengan sistem pemilihan yang
disepakati anggota KKM.
3) Kepala Bidang Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam,
Kepala Seksi Tenaga Kependidikan/Kepala Seksi Guru dan
Tenaga Kependidikan, Ketua Pokjawas Madrasah Provinsi,
perwakilan Pengawas Madrasah sesuai jenjangnya (RA, MI,
MTs, MA/MAK), dan Ketua KKM terpilih melengkapi susunan
pengurus KKM Provinsi pada masing-masing jenjang.
4) Masa bhakti ketua KKM adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali satu kali pada periode berikutnya.
5) Ketua KKM diutamakan kepala madrasah yang memiliki
integritas, komitmen, kompetensi dan prestasi.
6) Jika seorang ketua KKM berhalangan tetap, mutasi ke
madrasah lain yang tidak se wilayah KKM terbentuk, atau
mutasi ke jabatan lain, maka jabatan ketua KKM dilimpahkan
kepada wakil ketua hingga masa bakti berakhir.

c. KKM Khusus
KKM khusus dibentuk untuk mewadahi karakteristik madrasah
berdasarkan PMA nomor 60 tahun 2015. KKM khusus dimaksud
adalah sebagai berikut:
1) KKMA Insan Cendekia
Berdasarkan kekhasannya MA Insan Cendekia dapat
membentuk KKM secara khusus. MA Insan Cendekia tetap
menjadi bagian dari atau anggota KKMA sesuai dengan
kedudukannya.
2) KKMA Keterampilan
Dalam rangka mengembangkan kekhasannya, Madrasah
Aliyah Keterampilan dapat membentuk KKM Aliyah
Keterampilan. MA Keterampilan tetap menjadi anggota
KKMA sesuai dengan kedudukannya.
3) KKMA Keagamaan
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan
keunggulannya, MA Keagamaan dapat membentuk KKMA
Keagamaan. Madrasah Aliyah Keagamaan tetap menjadi
anggota KKMA sesuai dengan kedudukannya.
4) Pembentukan KKM dan pemilihan pengurus KKM
menyesuaikan dengan ketentuan pembentukan KKM.

B. Program
Program kerja Kelompok Kerja Madrasah merujuk pada PMA
nomor 90 tahun 2013 pasal 47 yaitu 1) meningkatan profesionalisme
kepala madrasah, 2) mengoordinasikan dan mensinergikan program
peningkatan mutu madrasah.
Peningkatan profesinalisme kepala madrasah ditujukan pada
peningkatkan kompetensi kepala madrasah, yang meliputi 5
kompetensi, yaitu 1) kepribadian, 2) manajerial, 3) kewirausahaan, 4)
supervisi, dan 5) sosial.
Sedangkan dalam hal koordinasi dan sinergi program
peningkatan mutu madrasah meliputi penyusunan kalender
pendidikan, penyusunan program kerja madrasah, peningkatan mutu
guru dan tenaga kependidikan dan peningktan mutu peserta didik.
Program kerja KKM bersifat berjenjang dan dihindari benturan,
sama atau bersifat mengulang untuk tingkatan yang berbeda.
Kesamaan program kerja pada setiap tingkatan harus bersifat
diseminatif. Program kerja KKM tingkat kecamatan, kelompok
kecamatan, kabupaten/kota, dan kelompok kabupaten/kota
mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, program kerja KKM Provinsi mendapatkan
persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
dan program Kerja KKM Khusus mendapatkan persetujuan dari
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah.
Bentuk kegiatan program peningkatan profesionalisme kepala
madrasah dan koordinasi dan sinergi program peningkatan mutu
madrasah antara lain mencakup 1) Penguatan koordinasi dan sinergi
dengan Kementerian Agama dan Pokjawas Madrasah, 2) Penguatan
kelembagaan KKM di setiap tingkatannya, 3) Peningkatan kompetensi,
karir, dan prestasi kepala madrasah anggota KKM, yang berdasarkan
kebutuhan, berjenjang, dan berkelanjutan, 4) Peningkatan
kompetensi dan prestasi guru dan tenaga kependidikan madrasah
berdasarkan kebutuhan, berjenjang, dan berkelanjutan, 5)
Peningkatan kompetensi dan prestasi peserta didik madrasah sesuai
wilayah kerja KKM, 6) Menjalin kerja sama eksternal dengan
pemerintah daerah, dunia usaha dan dunia industri, asosiasi profesi
pendidik dan tenaga kependidikan, dan para pihak yang bergerak dan
peduli pada peningkatan mutu kepala mdarsah, guru, tenaga
kependidikan, dan peningkatan mutu kelembagaan madrasah.
Narasumber kegiatan pengembangan kompetensi kepala, guru,
dan tenaga kependidikan yang dikelola oleh KKM dapat berasal dari
unsur- unsur berikut: 1) Kepala Madrasah, 2) Pengawas Madrasah, 3)
Widyaiswara, 4) Dosen atau Praktisi Pendidikan, 5) Pejabat Struktural
Kementerian Agama, 6) Pejabat Struktural Instansi lainnya, dan 7)
tenaga ahli lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan profesi
kepala, guru, dan tenaga kependidikan yang berbasis pada
kebutuhan, berjenjang, serta berkelanjutan.

C. Pengelolaan
Dalam mengelola organisasi KKM, pengurus berpedoman pada
AD/ART KKM yang setidaknya mencakup 1) Nama dan dasar
Pendirian, 2) Kedudukan dan Sifat, 3) Dasar dan Azaz, 4) Visi, Misi,
dan Tujuan, 5) Organisasi, 6) Kepengurusan, 7) Keanggotaan, 8)
Kegiatan, 9) Program Kerja, dan 10) Penjaminan Mutu dan Pelaporan.
AD/ART ditandatangani oleh ketua dan sekretaris KKM, diketahui
oleh pengawas madrasah pembina, dan disahkan oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, atau Direktur Jenderal Pendidikan
Islam sesuai kewenangannya.
Selain itu, pengurus KKM menyusun program kerja sebagai
pedoman dalam menjalankan roda organisasi. Dalam melaksanakan
program kerja, pengurus KKM menggerakkan sumber daya manusia
dan mengalokasikan sumber daya lain yang dimiliki untuk mencapai
tujuan bersama yang disepakati. Pengurus KKM bertanggung jawab
untuk memantau dan menjamin mutu pelaksanaan program
kegiatannya. Pada akhir pelaksanaan program, pengurus KKM
mengevaluasi kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan program
kegiatan.
Pengurus KKM menyusun, melaksanakan dan membuat laporan
kegiatan kepada penanggung jawab KKM sesuai dengan jenjangnya.
Dalam melaksanakan program kerja, pengurus KKM dapat
menggunakan anggaran yang bersumber dari anggota dan sumber
lainnya yang dibenarkan oleh undang-undang.

D. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi organisasi dan kegiatan KKM
dilakukan oleh Pengawas Madrasah, Kepala Seksi Pendidikan
Madrasah/Pendidikan Islam, Kepala Bidang Pendidikam
Madrasah/Pendidikan Islam, dan Kepala Sub Direktorat sesuai
dengan kewenangannya.
Pengawas Madrasah, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah/
Pendidikan Islam, Kepala Bidang Pendidikam Madrasah/Pendidikan
Islam, dan Kepala Sub Direktorat dapat memberikan arahan dan
bimbingan atas pelaksanaan program KKM.

E. Penjaminan Mutu
Dalam rangka memberikan kepastian terhadap mutu
implementasi program, pengurus KKM menyampaikan laporan secara
periodik dua kali dalam satu tahun anggaran kepada pengawas
madrasah dan penganggung jawab KKM sesuai dengan jenjangnya.
Pengawas madrasah bersama penanggung jawab KKM melakukan
analisis dan evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan, dan
merekomendasikan perbaikan program secara berkala, sehingga
peningkatan mutu kegaitan KKM dapat meningkat dari waktu ke
waktu.
BAB IV
PERAN PIHAK-PIHAK TERKAIT

Pelaksanaan kegiatan KKM memerlukan peran serta dari semua


pihak mulai dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah,
Kanwil Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, Pengawas Madrasah, dan Pengurus KKM.

A. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah


Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian
Agama Republik Indonesia bertanggungjawab:
1. Menyusun Petunjuk Teknis KKM;
2. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis KKM kepada Kanwil
Kementerian Agama provinsi;
3. Melakukan koordinasi dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dalam pembentukan dan penyelenggaraan KKM;
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembentukan dan
penyelenggaraan KKM;
5. Melakukan pembentukan dan pengesahan pungurus KKM pada
madrasah khusus;
6. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan KKM
kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.

B. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi


Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi bertanggungjawab:
1. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis KKM kepada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
2. Mengoordinasikan pembentukan KKM di tingkat provinsi;
3. Menetapkan kepengurusan KKM Kelompok Kabupaten/Kota dan
Provinsi;
4. Melakukan monitoring terhadap Kegiatan KKM tingkat kecamatan/
kelompok kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
5. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan KKM
di wilayahnya kepada Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan
Madrasah.
C. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota bertanggungjawab:
1. Melakukan sosialisasi Petunjuk Teknis KKM Kepada Pengawas
Madrasah dan Kepala Madrasah;
2. Mengoordinasikan pembentukan KKM tingkat kecamatan, kelompok
kecamatan, kabupaten/kota;
3. Menetapkan kepengurusan KKM kecamatan, kelompok kecamatan,
dan kabupaten/kota;
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program KKM tingkat
kecamatan, kelompok kecamatan dan kabupaten/kota;
5. Melaporkan pelaksanaan pembentukan dan penyelenggaraan KKM
di wilayahnya kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi.

D. Pengawas Madrasah
Pengawas Madrasah bertanggungjawab dalam menjamin mutu
pelaksanaan KKM di wilayahnya, untuk itu pengawas madrasah harus
terlibat mulai saat persiapan hingga pelaporan kegiatan KKM.
Pengawas madrasah bertanggungjawab untuk:
1. Bersama Kepala Seksi Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam
Kabupaten/Kota melakukan pemetaan untuk pembentukan KKM
kecamatan, kelompok kecamatan, kabupaten/kota, dan kelompok
kabupaten/kota;
2. Menjadi pembina KKM di wilayahnya;
3. Mendampingi dan atau membina kepala madarasah pada KKM
dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, dan
laporan kegiatan KKM;
4. Mengomunikasikan dan melaporkan pelaksanaan KKM kepada
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Provinsi
sesuai dengan kewenangannya;
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan KKM dan
berkomunikasi dengan kepala madrasah terkait pelaksanaan
kegiatan KKM untuk memberikan masukan dan saran perbaikan;
6. Melakukan penjaminan mutu KKM di wilayahnya;
7. Melakukan fungsinya sebagai inovator, konselor, motivator,
kolaborator, konsultan dan evaluator bagi kepala madrasah dalam
wadah KKM.

E. Pengurus KKM
Pengurus KKM bertanggung jawab untuk:
1. Merumuskan prioritas pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetesi
kepala madrasah melalui analisis hasil AKK dan PKKM (profil kepala
madrasah);
2. Berkoordinasi dengan pembina (Pengawas Madrasah) dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan KKM;
3. Memotivasi seluruh anggota KKM agar berpartisipasi aktif dalam
kegiatan KKM;
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi dari setiap kegiatan KKM yang
dilaksanakan;
5. Melakukan penjaminan mutu internal dari setiap kegiatan KKM
yang dilaksanakan.
6. Mengarahkan koordinasi dan sinergi kegiatan untuk 1)
pengembangan keprofesian berkelanjutan guru (termasuk
pelaksanaan AKG dan PKG) dan program prestasi guru, 2)
pengembangan keprofesian berkelanjutan dan program prestasi
tenaga kependidikan madrasah, dan 3) peningkatan kompetensi dan
prestasi peserta didik.
7. Melakukan kerjasama dengan pihak eksternal seperti Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha dan Dunia Industri, Asosiasi Profesi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, lembaga donor dan lainnya yang mau
bekerjasama dengan KKM untuk penguatan KKM dan peningkatan
kompetensi dan prestasi kepala madrasah.
BAB V

PENUTUP

Peningkatan kualitas pendidikan di madrasah tidak dapat


dicapai tanpa adanya peningkatan kompetensi dan kualitas kepala
madrasah. Peningkatan kompetensi dan kualitas kepala madrasah
dapat dicapai jika kepala madrasah secara terus-menerus
mengembangkan profesionalisme dan kompetensinya dengan baik dan
terarah.
Tantangan terbesar yang dihadapi kepala madrasah saat ini
adalah bagaimana meningkatkan kompetensi kepribadian, manajerial,
supervisi, sosial dan kewirausahaan kepala madrasah yang dapat
menunjang terhadap peningkatan mutu dan pengembangan madrasah
yang inovatif sehingga berdampak pada peningkatan mutu
pembelajaran di madrasah.
Kelompok Kerja Madrasah (KKM) dipandang sangat strategis
sebagai wadah untuk meningkatkan kompetensi kepala madrasah
secara terarah dan berkesinambungan.
Alasan dipilihnya KKM sebagai wadah peningkatan kompetensi
kepala madrasah adalah: (1) banyak masalah yang terkait dengan
manajemen, supervisi dan kewirausahaan di madrasah dapat dibahas
dalam wadah ini, (2) letaknya dekat dengan tempat kerja kepala
madrasah sehingga tidak menggangu tugas dan fungsi kepala
madrasah untuk mengikuti kegiatan dalam wadah ini, (3) kegiatan
dalam wadah Kelompok Kerja Madrasah tersebut menjadikannya KKM
sebagai komunitas belajar yang terdekat dengan kepala madrasah.
Petunjuk Teknis ini mengatur berbagai hal terkait pembentukan
dan penyelenggaraan KKM. Petunjuk Teknis ini juga mengatur peran
pihak-pihak terkait dalam pembentukan dan penyelenggaraan KKM.
Semoga Petunjuk Teknis ini dapat memandu semua pihak dalam
meningkatkan kompetensi dan kualitas kepala madrasah sehingga
berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik dan pengelolaan
madrasah yang professional dan berkualitas melalui pemberdayaan
KKM.

DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM,

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

Anda mungkin juga menyukai