Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK

KELARUTAN TERMODINAMIKA

Dosen Pengampu : Apt. Nur Anggreini Dwi Sasangka,S.Farm.,M.Sc.


Disusun oleh : Adinda Maulidya Putri (25195749A)

Ananda Rezky Putri (25195931A)

Anggi Pravita (25195919A)

Anggun Widya Sastika (25195937A)

Anti Faidatuz Zuhro' (25195946A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan ditentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat larutan
dengan cara menghitung Kelarutan (S) dari Larutan uji diatas. Larutan yang akan diuji adalah
larutan asam oksalat jenuh. Larutan asam oksalat dikatakan jenuh dimana pada larutan
kesetimbangan antara zat terlarut dan zat tidak terlarut. Saat kesetimbangan telah terjadi, maka
pada kesetimbangan tersebut kecepatan larutan untuk melarut akan sama dengan kecepatan
mengendap yang artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Akan tetapi, jika
kesetimbangan diganggu seperti perubahan temperatur, maka konsentrasi larutan akan berubah
yang ditandai dengan berubahnya kelarutan larutan tersebut. Sehingga, larutan asam oksalat
jenuh dapat digunakan pada percobaan ini karena kejenuhannya yang menyebabkan larutan ini
sensitif terhadap perubahan temperatur.
Pada percobaan ini, besarnya panas pelarutan dilakukan dalam dua kondisi, yakni pada saat
kenaikan temperatur (suhu 5°C sampai 25°C) dan pada penurunan temperatur (suhu 25°-10°C).
Temperatur pada thermostat dibuat sesuai dengan temperatur yang diinginkan (misalnya 5°C)
dengan menambahkan es batu dan garam. Adanya garam akan membantu meningkatkan dingin
dan tidak mudah mencair. Hal ini dikarenakan saat es ditaburi garam maka akan terbentuk
lapisan garam dan air. Titik beku es garam lebih rendah dari titik beku udara pada umumnya.
Thermostat pada percobaan ini berfungsi sebagai alat untuk pembantuan temperatur agar
selalu tetap. Sehingga temperatur yang telah diatur pada thermostat akan terus terjaga (tidak
mudah berubah). Hal ini jelas berbeda jika digunakan baskom biasa yang dapat dengan mudah
berubah dalam suhu ruang. Hal tersebut dapat terjadi karena bahan pada thermostat telah
didesain untuk tidak mudah menyerap dari temperatur ruang.
Larutan asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam termostat dan secara otomatis akan berubah menjadi larutan
pada tabung menyesuaikan dengan suhu pada thermostat. Selama proses penyesuaian,
thermostat perlu digojog cepat dan terus menerus agar proses penyesuain temperatur dapat lebih
cepat. Hal ini dikarenakan saat digojog maka aliran udara di dalam termostat akan bergerak
cepat sehingga dapat memeratakan temperatur pada setiap bagian tabung reaksi tersebut.
Saat temperatur tabung reaksi telah sesuai dengan temperatur yang diinginkan, larutan
asam oksalat jenuh kemudian diambil 5 ml. Dikarenakan sifat larutan asam oksalat yang jenuh,
menyebabkan larutan ini mudah membentuk endapan. Sehingga saat pengambilan suatu larutan
diusahakan endapan larutan H2C2O4 ini tidak ikut terambil karena dapat menyumbat pipet ukur,
sehingga larutan akan sulit diambil. Kemudian ke dalam larutan yang telah diambil ditambahkan
2 tetes indikator PP. Penggunaan indikator PP di sini karena larutan asam oksalat akan dititrasi
dengan NaOH. Proses titrasi yang terjadi yakni antara asam lemah (H 2C2O4) Dan basa kuat (Na
OH). Dikarenakan akan dilakukan titrasi asam lemah dan basa kuat, sehingga diperkirakan
larutan akan bersifat basa saat mencapai titik kesetimbangan. Indikator PP merupakan indikator
dengan rentang pH antara 8,2-10, di mana pada kondisi asam berwarna bening dan pada kondisi
basa berwarna merah muda.
Proses titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,5 M dilakukan untuk penanganan yang
tepat waktu asam oksalat yang larut dalam air. Saat terjadi perubahan warna (dari bening
menjadi merah), menandakan banyaknya zat yang larut yang dilihat dari volume NaOH 0,5 M
yang diatur hingga terjadi titik ekivalen. Reaksi yang terjadi saat larutan asam oksalat jenuh
direaksikan dengan larutan NaOH 0,5 M adalah sebagai berikut.
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Setiap percobaan titrasi dilakukan sebanyak 2 kali. Pengulangan ini bertujuan agar
diketahui hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalennya (lebih akurat).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa baik pada proses kenaikan temperatur
maupun penurunan temperatur menunjukkan bahwa semakin tinggi temperature maka volume
larutan Na OH 0,5 M yang digunakan akan semakin banyak pula. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi temperature maka tumbukan antar partikel-partikel dalam zat tersebut semakin cepat
sehingga akan mempercepat terjadinya reaksi. Reaksi yang dimaksud yakni pelarutan zat terlarut
dalam larutan asam oksalat jenuh.
Berdasarkan nilai volume NaOH tersebut, maka dapat ditentukan nilai kelarutannya (S).
Pada proses kenaikan temperature diperoleh:
1. Suhu 5°C: kelarutannya 10,05 mol/L,
2. Suhu 10°C: kelarutannya 10,95 mol/L,
3. Suhu 15°C: kelarutannya 11,25 mol/L,
4. Suhu 20°C kelarutannya 12,62 mol/L dan
5. Suhu 25°C kelarutannya 13,7 mol/L.
Sedangkan pada proses penurunan suhu diperoleh:
1. pada suhu 25°C kelarutannya 22,31 mol/L,
2. pada suhu 20°C kelarutannya 19,44 mol/L,
3. pada suhu 15°C kelarutannya 11, 98 mol/L dan
4. pada suhu 10°C kelarutannya 14,38 mol/L.
Adanya nilai kelarutan (S) tersebut, maka dapat ditentukan nilai panas pelarutan (∆H) pada
setiap proses (kenaikan dan penurunan temperature). Dengan menggunakan persamaan van't
Hoff yakni In S = S = - ∆H/R x 1/T + C, penentuan nilai panas temperature dilakukan dengan
membuat grafik hubungan antara 1/T vs In S pada tiap proses (kenaikan dan penurunan suhu) di
mana grafik yang terbentuk ∆H merupakan garis lurus. Pada garis tersebut menunjukkan slope
-∆H/R dan intersep C.
Pada proses kenaikan suhu, diperoleh persamaan garisnya y = -1,522 x 5,464. Berdasarkan
persamaan garis tersebut dapat ditentukan nilai ∆H kenaikan suhu diperoleh 12,654 kJ/mol.
Sedangkan pada proses penurunan suhu, diperoleh persamaan garisnya y = -2988 x + 10,85.
Berdasarkan persamaan garis tersebut dapat ditentukan nilai ∆H penurunan suhu diperoleh
24,842 kJ/mol.

KESIMPULAN
1. Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah maksimum, di
mana terjadi kesetimbangan antara partikel yang terlarut dan yang tidak melarut.
2. Kenaikan suhu berbanding linear terhadap kelarutan zat, yaitu semakin tinggi suhu
lingkungannya, maka semakin meningkat kelarutan suatu zat.

Anda mungkin juga menyukai