Anda di halaman 1dari 19

asuhan keperawatan apendisitis

1. Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis (peradangan peritonium ,biasanya disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ abdomen berfurasi apendik atau saluran cerna atau luka tembus abdomen)dan
shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu
itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.(Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis,


2007)

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

1. Apendisitis akut,

 Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
lokal.

 Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

2. Apendisitis kronis

 Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul struktur lokal.

 Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada


usia tua.

2. Anatomi dan Fisiologi


Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang
melekat sepertiga jari.

Letak apendiks.

Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,


bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia
anterior, medial dan posterior.

Secara klinik

appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Ukuran dan isi apendiks.

Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks.

1. Laterosekal: di lateral kolon asendens.

2. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor

3. Etologi.

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat
banyak sekali faktor pencetus terjadinyapenyakit ini.

1. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.

2. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan
tinja yang keras ( fekalit),

3. hipeplasia jaringan limfoid,

4. penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,

5. cancer primer dan striktur.

6. obstruksi lumen apendiks adalah fekalit


7. hiperplasia jaringan limfoid.

4. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan
oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.

Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah
dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Obstruksi pada lumen apendiks karena adanyatimbunan tinja yang keras sehingga akn
menimbulkan terjadinya pembengkakan infeksi dan ulserasi serta terjadinya peningkatan
intraluminal yang terjadi terus menerus sehingga akan mengakibatkan nekrosis dan perforasi

5. Manifestasi Klinik

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari

o Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah.
o Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar
pusar, lalu timbul mual dan muntah.
o Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah.
o Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.
o Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
o Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa.
o Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat.
o Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
o Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri

6. Pemeriksaan diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah


dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala apendisitis
ditegakkan dengan anamnese, ada 3 hal yang penting adalah
o Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
o Muntah oleh karena nyeri viseral.
o Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

o Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi
paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney.
o Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit,
dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

Test rektal.

o Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi

.Pemeriksaan laboratorium

o Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh


terhadap mikroorganisme yang menyerang.
o Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi
lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.
o Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
o Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

Pemeriksaan radiologi

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila
terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit
fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada
keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

7. Penatalaksanaan Pembedahan

o diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.


o Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
o analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
o Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
o Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan
insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode
terbaru yang sangat efektif

Asuhan keperawatan
Apendisitis Preoperative
Fase ini dimulai ketika klien mengambil keputusan untuk dilakukannya intervensi
pembedahan dan diakhiri ketika klien berada di ruangan operasi .Hal ini dilakukan karena
banyaknya klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.

Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang
akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif.

FASE PRAOPERATIF

Pengkajian:
Rumah/Klinik:
1. Melakukan pengkajian
perioperatif awal
2. Merencanakan metode
penyuluhan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
3. Melibatkan keluarga dalam
wawancara.
4. Memastikan kelngkapan
pemeriksaan pra operatif
5. Mengkaji kebutuhan klien
terhadap transportasi dan
perawatan pasca operatif
Unit Bedah :
1. Melengkapi pengkajian
praoperatif
2. Koordianasi penyuluhan
terhadap pasien dengan staf
keperawatan lain.
3. Menjelaskan fase-fase dalam
periode perioperatif dan hal-hal
yang diperkirakan terjadi.
4. Membuat rencana asuhan
keperawatan
Ruang Operasi :
1. Mengkaji tingkat kesadaran
klien.
2. Menelaah ulang lembar?
observasi pasien (rekam medis)
3. Mengidentifikasi pasien
4. Memastikan daerah
pembedahan
Perencanaan :
1. Menentukan rencana asuhan
2. Mengkoordinasi pelayanan
dan sumber-sumber yang sesuai
(contoh: Tim Operasi)
Dukungan Psikologis :
1. Memberitahukan pada klien
apa yang terjadi
2. Menentukan status?
psikologis
3. Memberikan isyarat
sebelumnya tentang rangsangan
yang merugikan, seperti : nyeri.
4. Mengkomunikasikan status
emosional pasien pada anggota
tim kesehatan yang lain yang
berkaitan.

PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN


1. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
 mengukur tinggi badan dan berat badan,

 lipat kulit trisep,

 lingkar lengan atas,

 kadar protein darah (albumin dan globulin)

 keseimbangan nitrogen.

Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,dehisiensi (terlepasnya


jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian
juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.

Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya

 kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmoll),

 kadar kalium serum (normal : 3,5 ? 5 mmoll)

 kadar kreatinin serum (0,70 ? 1,50 mgdl).

Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan
kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggumenghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren)
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan. ?
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk
dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan nafas dalam
2. Latiihan batuk efektif
3. Latihan gerak sendi 

Latihan Nafas Dalam


Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan
dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan
dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara
efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan
perut tidak boleh tegang.
b. Letakkan tangan diatas perut
c. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup
rapat.
d. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
e. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
f. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi
dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama
dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
a. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
b. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
c. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk
dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
d. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
e. Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
f. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi
dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien
dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien 
Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah
operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru
jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentutflatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi
dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis
vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri. 
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses
penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan.
Demikian juga faktor usispenuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor
resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien
sebelum dilakukan pembedahan operasi.

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :


Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayianak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih
besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan
pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan
dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi
maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C,
vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis
protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan
mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit
dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan
karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih
sering pada pasien obes. 
Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga
pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan
maupun pasca pembedahan sangat tinggi. 
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak
terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga
akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang
berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang
mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-
obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.?

Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi
arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. 
Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah
sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada
kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan
operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan
pemasangan NGT. 

2. PERSIAPAN PENUNJANG

Pemeriksaan itu antara lain adalah


a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit,
LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium,
natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan
diambil darahnya jam 8 pagi)? dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

3. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI


Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan
mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf.

4. INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang
sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat,
yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi). 
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya.

Contoh form dari inform consent :

PERNYATAAN NAMA PASIEN : (L/P)‫٭‬


PERSETUJUAN TINDAKAN No. RM :
MEDISOPERASI  UNIT RAWAT :

Saya yang bertnda tangan di bawah ini :


Nama : .................
Umur : .................. tahun
Jenis kelamin : ................
Alamat : ................. 

Suami/istri/ayah/ibu/ keluarga‫ ٭‬dari pasien yang


bernama : ......................................................
1. Menyatakan SETUJUTIDAK / SETUJU‫ ٭‬bahwa pasien tersebut akan dilakukan
tindakan medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien.
2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resikokomplikasi yang mungkin terjadi
dari tindakan medisoperasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila
terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik
kedokteran sehingga terjadi kematiankecacatan pada pasien maka saya tidak akan
menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.
3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun
umum dalam kaitannya dengan tindakan medisoperasi tersebut. Saya juga mengerti
dan memahami tujuan dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi
sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebagai manusia ddan dalam
batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematiankecacatan pada pasien maka
saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit.
Kebumen, ........................2008

Mengetahui, Saya yang menyatakan,


Dokter yang merawat Suami/istri/ayah/ibu/keluarga‫٭‬

____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)

Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,

___________________________________________________ __
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap) 

‫٭‬ coret yang tidak perlu 

5. PERSIAPAN MENTALPSIKIS
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. (Barbara C.
Long) 
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat
dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi
sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut
dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutankecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takutcemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit yang
sama.
e. Takutngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibiustidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.

faktor pendukungsupport system.


Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
 Pengalaman operasi sebelumnya
 Pengertian pasien tentang tujuanalasan tindakan operasi
 Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
 Pengetahuan pasien tentang situasikondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.
 Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
 Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan sesudah operasi

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien
selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai
informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai
hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai
dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien
harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk
apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah
yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang
dialami oleh pasien akan dapat diturunkan? dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur
yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama
sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena
pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan
diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di
situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk
memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar
pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.
6. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan permedikasi
untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan
premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien. 
7. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan
sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di
ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian
prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhadap pasien yaitu berupa
tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut :
duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan
zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%. 

Prinsip tindakan drapping adalah:


 Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur drapping.
 Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik dan benar
prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
 Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang digunakan steril
dan tidak bocor.
 Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop harus berdiri di
belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
 Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
 Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan harus di jaga
kesterilannya.
 Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan kertas water prof
atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun steril.
Teknik Drapping :
 Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering
 Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan prinsip steril
 Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
 Pegang drape sedikit mungkin
 Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drapealat tenun steril tanpa
perlindungan gaun operasi.
 Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang tidak steril.
 Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh lampu
operasi)
 Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop bertugas
menyingkirkan alat tenun tersebut.
 Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum tertutup.
 Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja operasi,
jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
 Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut dianggap
terkontaminasi.
Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam
rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk
menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta
pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak
pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan
pasien

PROSES KEPERAWATAN

pengkajian

1. Pengkajian Identitas

klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. Identitas penanggung jawab

2. Riwayat kesehatan sekarang.


 Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah.
 Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.
 Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama.
 Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,
panas.
3. Data objektif
 .Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
 Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
 Aktivitas/istirahat : Malaise.
 Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
 Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney,
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
 Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak..
 Data psikologis

Klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan
takut. Penampilan yang tidak tenang

DIAGNOSA I

Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah
yang ditandai dengan kadang – kadang diare ,distensi abdomen , tegang , nafsu makan menurun

INTERVENSI I

a. Tujuan

Mempertahankan keseimbangan cairan

b. Kriteria hasil
 Klien tidak diare
 Nafsu makan membaik
 Klien tidak mual

Intervensi Rasional
Monitor tanda _ tanda vital Merupakan indikator secara dini tentang
hipovolemik
Monitor intake out put Menurunkan out put dan konsentrasi urin
akan meningkatkan kepekaan /endapan
sebagai salah satu tanda adanya gejala
dehidrasi
Beri cairan sedikit demisedikit tapi sering Untuk meminimalkan kehilangan cairan

IMPLEMENTASI I

 Memonitor tanda – tanda vital


 Memonitor intake dan out put
 Memberikan cairan sedikit demi sedikit

DIAGNOSA II

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh yang ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal ,frekuensi pernapasan meningkat,distensi abdomen, nyeri tekan
daerah Mc.Burney ,dan leukosit kurang dari 10000mm3

INTERVENSI II

a. Tujuan

Tidak akan terjadi infeksi

b. Kriteria hasil

Tidak ada tanda – tanda infeksi pada saat post operasi

Intervensi Rasional
Bersihkan lapangan operasi dari beberapa Pencukuran dengan arah yang berlawanan
mikroorganisme yang mungkin ada melalui dengan tumbuhnya rambut akan mencapai
prinsip – prinsip pencukuran kiedasar rambut sehingga benar – benar
bersih dan dapat terhindar dari
pertumbuhan mikroorganisme
Beri obat pencahar sehari sebelum operasi Obat pencahar dapat meransang peristaltik
dengan melakukan klisma usus sehingga BAB lancar sedangkan
klisma dapat meransang peristaltik yang
lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan
ruptura apendik
Anjurkan klien mandi sempurna Kulit yang bersih mempunyai arti yang
besar terhadap timbulnya mikroorganisme
HE tentang kebersihan diri kien Dengan pemahaman klien klien dapat
bekerja sama dalam pelaksanaan tindakan

IMPLEMENTASI II

 Membersihkan lapangan operasi dari beberapa mikroorganisme melalui prinsip –


prinsip pencukuran
 Memberi obat pencahar sehari sebelum operasi dilakukan dengan klisma
 Menganjurkan klien mandi sempurna
 Melakukan HE pada klien

EVALUASI DIAGNOSA I &II
S : Klien mengatakan tidak lagi mual ,muntah,dan diare

Klien mengatakan tidak lagi merasa cemas

Klien mengatakan kalau ia sudah mandi bersih dan sempurna


O : Tidak ada tanda – tanda mual ,muntah , dan diare pada klien

Tanda – tanda vital klien menunjukan hasil yang normal

Tidak ada luka pada daerah pencukuran yang telah dioperasi


A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai