Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kemampuan untuk hidup dan berfungsi secara

efektif dalam masyarakat serta memiliki rasa percaya diri yang kuat dalam

menyeimbangkan perubahan dalam fisik dan psikososial akibat proses menua.

(Yusuf, 2015)

Lansia merupakan kelompok usia yang rentan mengalami perubahan-

perubahan akibat proses penuaan. Perubahan-perubahan tersebut

menimbulkan permasalahan yang dapat mempengaruhi kesehatan lansia.

Salah satu permasalahan yang sering dijumpai pada lansia selain

permasalahan fisiologis adalah permasalahan yang berkaitan dengan

kesehatan mental dan psikososial. (Sutikno, 2015)

Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang dihadapi oleh usia lanjut

menjadi sumber tekanan dalam hidup karena stigma menjadi tua adalah

sesuatu yang berkaitan dengan masalah psikososial, seperti kelemahan,

ketidakberdayaan, keputusasaan, kecemasan, kesepian, demensia, gangguan

tidur, depresi dan munculnya penyakit- penyakit. (Indriana, Desiningrum, &

Kristiana, 2011)

Selain itu perubahan yang mengakibatkan permasalahan fisiologis atau

kemunduran fisik pada lansia ditandai dengan penurunan fungsi fisiologis

akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul.

Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes

1
2

mellitus, dan radang sendi atau rematik. Selain itu masalah degeneratif

menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit

menular. Adapun penyakit menular yang diderita lansia adalah tuberkulosis,

diare, pneumonia dan hepatitis. (Misnaniarti, 2017)

World Health Organization (WHO) menguraikan bahwa kematian akibat

penyakit tidak menular yang bersifat kronis diperkirakan akan terus

meningkat di seluruh dunia, sebesar 59% kematian disebabkan oleh penyakit

kronis. Lebih dari dua pertiga (sekitar 80%) dari populasi global akan

meninggal akibat penyakit kronis tidak menular (Zulfitri, 2015). Naiknya

morbiditas penyakit tidak menular ini diprediksi akan terus meningkat jika

faktor risiko yang ada tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko tersebut antara

lain adalah kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat dan tidak

seimbang, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan minum minuman

beralkohol, gangguan mental emosional akibat tekanan pekerjaan,

keterpaparan yang tinggi terhadap bahan pencemar, dan perilaku yang

berkaitan dengan kecelakaan dan cedera. (Anorital, 2015)

Di Indonesia angka kesakitan lansia berdasarkan data Susenas 2014

sebesar 28,53% lansia berusia > 60 tahun. Diketahui semakin bertambah tua

umur maka semakin bertambah keluhan kesehatan yang dialami lansia.

Persentase ini terus meningkat pada kelompok usia yang lebih tua. (Bestari,

Wati, 2016)

Diketahui bahwa penyakit yang banyak mempengaruhi lansia yang

sangat erat hubungannya dengan proses menua yaitu: penyakit

kardiovaskuler, stroke, diabetes, kanker, penyakit obstruksi paru, gangguan


3

sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah di otak

(koroner), ginjal, dan lainnya, gangguan metabolisme hormonal, misalnya

diabetes melitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid, gangguan pada

persendian, misalnya osteoartritis, gout artritis, maupun penyakit kolagen,

kondisi kesehatan jiwa, serta kebutaan dan gangguan penglihatan.

(Misnaniarti, 2017)

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, (2013) penyakit terbanyak

diidap lansia ialah hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), dan stroke (46,1%).

Selain itu, pada dasarnya, tambah Menkes, para lansia menderita satu

penyakit, sisanya sekitar 28% dengan dua penyakit, 14,6 % dengan tiga

penyakit, 6,2% dengan empat penyakit, 2,3% dengan lima penyakit, dan 0,8%

dengan enam pennyakit atau lebih. Lansia yang tidak sehat secara fisik

mempunyai peluang tidak sehat secara mental 20 kali lebih tinggi daripada

lansia yang sehat. Hasil suatu survei yang dilakukan di 60 negara dengan

jumlah responden sebanyak 245.404 orang menyatakan bahwa sebanyak 9.3-

23.0% responden yang mempunyai satu atau lebih penyakit mengalami

gangguan mental (Sutikno, 2015)

Lansia dengan mengalami masalah kesehatan dapat mempengaruhi

kesulitan dalam beradaptasi, bersosialisasi dengan lingkungan. Sehingga

menjadi beban pikiran bagi lansia, mengalami kesedihan yang berlarut-larut

dan mendalam, sering menangis, merasa kesepian, kehilangan rasa humor

bahkan kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukannya seperti kepuasan

dalam aktivitas yang memerlukan tanggung jawab. (Handayani, Oktaviani,

2018).
4

Dampak negatif yang ditimbulkan meliputi sulit memulai pembicaraan,

afek tumpul atau datar, kurangnya motivasi dan atensi, pasif, apatis dan

penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman, sehingga dapat

mempengaruhi kesehatan mental emosional lansia yaitu Kecemasan.

Kecemasan merupakan suatu perasaan dimana seseorang merasa tidak aman

dan terancam atas suatu hal atau keadaan. Selain itu lansia mengalami

ketidakberdayaan, keputusasaan, kecemasan, gangguan tidur, kesepian, stress,

dan depresi (Stuart, 2013). Pravelensi gangguan mental emosional berdasakan

kelompok umur 55-64 tahun 0,7%, 65-74 tahun 10,0%. (Rau, Rompas, 2017)

Berdasarkan rekapitulasi data penduduk, Nagari Batu Taba merupakan

satu nagari dari Kecamatan Ampek Angkek yang mempunyai 6 jorong

dengan jumlah penduduk 6.235 jiwa. Salah satunya yaitu Jorong Sungai

Rotan dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 365 orang.

Berdasarkan rekapitulasi laporan lansia degan masalah kesehatan di

wilayah Puskesmas Biaro, diperoleh sebanyak 249 orang terhitung dari bulan

Januari -Oktober pada tahun 2018. Dari survey awal yang telah dilakukan

terhadap 8 orang Lansia di Jorong Sungai Rotan didapatkan 5 orang sehat

jiwa yang diukur dengan kuoisiner kesehatan jiwa DepKes-RI, apabila dari 20

Pertanyaan dijawab “Ya” lebih dari 6 maka seseorang tersebut mengalami

resiko gangguan jiwa, dan apa bila di jawab “Ya” kurang dari 6 maka

seseorang tersebut mengalami sehat jiwa. Dan terdapat 3 orang yang beresiko

gangguan jiwa.

Melihat kondisi yang dihadapi oleh lansia akibat perubahan fisik dan resiko

gangguan jiwa, maka sangat diperlukan perhatian dan bimbingan mental secara
5

intensif yang kemudian dipelajari, dihayati dan diamalkan oleh lansia dalam

kehidupan sehari-hari, dengan adanya bimbingan mental maka akan

mengembalikan kesehatan jiwa orang yang gelisah dan bisa menjadi benteng

dalam menghadapi goncangan jiwa. Dalam memberikan bimbingan mental pada

lansia memerlukan kecermatan, ketelatenan dan kesabaran yang tinggi, karena

lansia merupakan manusia yang sudah mengalami perubahan.

Beberapa upaya dalam meningkatkan kesejahteraan sosial para lansia

Pelayanan keagamaan dan mental spiritual. Kemudian memberikan pelayanan

kesehatan yang mana tujuannya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan dan kemampuan lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya

dapat berfungsi secara wajar serta dukungan dari keluarga, masyarakat sangat

mempengaruhi kualitas hidup lansia. (Misnaniarti, 2017)

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang Gambaran Kesehatan Jiwa Pada Lansia di

Jorong Sungai Rotan Nagari Batu Taba Kecamatan Ampek Angkek

Kabupaten Agam Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat rumusan masalahnya yaitu

Bagaimana Kesehatan Jiwa Pada Lansia di Jorong Sungai Rotan Nagari Batu

Taba Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam .


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Gambaran

Kesehatan Jiwa pada Lansia di Jorong Sungai Rotan Nagari Batu Taba

Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kesehatan jiwa lansia di Jorong Sungai

Rotan Nagari Batu Taba Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam

tahun 2018.

b. Diketahui distribusi frekuensi resiko gangguan jiwa lansia di Jorong

Sungai Rotan Nagari Batu Taba Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten

Agam tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis, antara lain :

1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas Biaro

dalam upaya menjaga dan meningkatkan perkembangan kesehatan jiwa

pada lansia .

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti dalam memperoleh informasi tentang kesehatan jiwa pada lansia .

3. Bagi Institusi Pendidikan


7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi

kepustakaan bagi institusi serta dapat digunakan untuk menambah wawasan

dan masukan bagi Program Studi Pendidikan Ners Fort De Kock dan sebagai

bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai kesehatan jiwa pada lansia .

4. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan masukan bagi masyarakat untuk dapat

berperan secara aktif dalam menjaga kesehatan jiwa .

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Fort De Kock, Studi Pendidikan Ners untuk mengetahui penelitian dalam

bentuk Gambaran Kesehatan Jiwa pada Lansia. Tempat yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah di Jorong Sungai Rotan Nagari Batu Taba

Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam pada tahun 2018. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat Bagaimana Kesehatan Jiwa pada Lansia di Jorong

Sungai Rotan Nagari Batu Taba Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten

Agam. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Desember tahun 2018

di Jorong Sungai Rotan Nagari Batu Taba Kecamatan Ampek Angkek

Kabupaten Agam. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif dengan desain Depskriptif dalam pendekatan

Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan instrument berupa

kuisioner.

Anda mungkin juga menyukai