Nama
Nama
NPM : 1810631180008
Kelas : 4 B Ilmu Pemerintahan
Mata Kuliah : Sistem Pengawasan Pemerintahan
Dosen Pengampu Rachmat Ramdani, S.IP., M.I.Pol
Di dalam Pasal 95 ayat (2) dan pasal 148 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa anggota DPRD Provinsi adalah pejabat
daerah provinsi dan anggota DPRD kabupaten/kota adalah pejabat Daerah Kabupaten/ Kota.
Inilah adalah konsekuensi dari kedudukan DPRD provinsi dan kabupaten kota sebagai bagian
dari kekuasaan eksekutif di daerah bukan sebagai bagian dari legislatif.
a. Kapasitas anggota DPRD, berupa pengetahuan dan keahlian dalam melakukan analisa
dan pemantauan terhadap objek pengawasan DPRD.
b. Tidak adanya konflik kepentingan, baik secara pribadi, keluarga ataupun kelompok
terhadap pihak-pihak atau kegiatan yang menin objek pengawasan oleh DPRD.
c. Keterbukaan terhadap masyarakat, mulai dari rencana awal pengawasan, pelaksanaan
pengawasan hingga pertanggungjawaban hasil pengawasan.
d. Membangun partisipasi, terutama keterlibatan masyarakat sipil dan konstituen dalam
melakukan pengawasan. Dan
e. Mampu merumuskan hasil pengawasan yang akuntabel, serta bisa diakses secara
terbuka oleh masyarakat.
B. Teknis Penyiapan dan Penghimpunan Data Informasi
Berikut ini diuraikan beberapa teknis penyiapan dan penghimpunan data-data serta
informasi yang perlu dipahami oleh seorang anggota DPRD, yaitu:
1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, harus dilengkapi
dengan penguasaan yang komprehensif terhadap data dan informasi terkait gambaran
umum daerah oleh masing masing anggota DPRD, yang antara lain meliputi hal-hal
berikutberikut:
a. Kondisi geografis daerah, merupakan informasi utama yang harus dipahami
oleh seorang anggota DPRD. Pemahaman yang tepat tentang kondisi geografis
daerahnya, akan memberikan bekal kepada anggota DPRD untuk mengawasi
kebijakan kebijakan yang tidak relevan dengan kondisi daerah. Misalnya, untuk
daerah dengan kondisi geografis yang berbentuk kepulauan dan dikelilingi oleh
lautan, maka kebijakan urusan kelautan dan perikanan tentunya menjadi urusan yang
perlu mendapatkan prioritas utama, karena dapat dipastikan sebagian besar penduduk
sangat tergantung pada potensi kelautan dan perikanan. Dengan demikian, tentunya
kebijakan pemerintah daerah harus lebih besar mengakomodir kondisi urusan
kelautan dan perikanan bagi kepentingan masyarakat.
b. Kondisi demografis daerah, juga perlu dipahami secara tepat oleh seorang
anggota DPRD. Gambaran terhadap proporsional jumlah penduduk berdasarkan etnik,
status, usia produktif, latar belakang pekerjaan, pendidikan, gender, serta berbagai
indikator kependudukan lainnya, perlu menjadi perhatian bagi anggota DPRD. Data-
data dan informasi tersebut, akan sangat bermanfaat dari DPRD untuk mengawasi
kebijakan pemerintahan terkait dengan bidang kependudukan di setiap daerah.
c. Anggota DPRD juga harus memiliki data dan informasi yang up-date terkait
dengan kondisi perekonomian daerah. Berbagai kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sejatinya ditujukan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
masyarakat. Pertanyaannya, siapakah yang mengawasi kebijakan-kebijakan tersebut
apakah benarbenar berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat, jawabannya adalah
DPRD. Namun bilamana anggota DPRD tidak memahami kondisi ekonomi
daerahnya dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa pengawasan terhadap kebijakan
perekonomian daerah, tidak akan berjalan secara efektif. Akibatnya, ketersediaan
dana pembangunan daerah yang umumnya relatif sedikit di APBD, tidak akan mampu
menjadi stimulan pergerakan perekonomian daerahnya.
d. Seorang anggota DPRD, juga harus mampu membaca secara tepat capaian-
capaian makro pembangunan daerah, yang telah disusun bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD di dalam dokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah,
baik RPJPD,
RPJMD, RKPD, dan Renstra SKPD
3. Anggota DPRD juga harus memahami berbagai data dan informasi tentang kebijakan
umum pengelolaan keuangan daerah. Walaupun menurut Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa DPRD bukanlah entitas yang
diberikan otoritas mengelola keuangan negara, sebagaimana halnya gubernur, bupati dan
walikota, namun bukan berarti anggota DPRD tidak perlu memahami berbagai hal terkait
kebijakan pengelolaan keuangan pada masing-masing daerah.
Dengan fungsi anggaran yang diberikan kepada DPRD, maka pembahasan dan penetapan
RAPBD menjadi APBD, harus dilakukan bersama oleh pemerintah daerah dengan
DPRD. Untuk itu, anggota ben haruslah menguasai berbagai regulasi dan pemahaman
terhadap pengelolaan keuangan daerah.
3. Pengawasan DPRD terhadap Pelaksanaan Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan ruang
Pada banyak kepemimpinan pemerintahan daerah di Indonesia, keberhasilan pelaksanaan
urusan pekerjaan umum dan penataan ruang menjadi pili menjadi pilihan yang paling
menarik bagi seorang KDH untuk menunjukkan kepada semua pihak tentang keberhasilan
kinerja selama yang bersangkutan memimpin daerahnya. Sangat sering seorang KDH klaim
keberhasilan pembangunan dengan menunjukkan hasil pembangunan infrastruktur dan tata
ruang yang rapi, sebagai hasil dari pembangunan daerah.
Dengan demikian, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan urusan pekerjaan umum
dan penataan ruang oleh pemerintah daerah ini, menjadi sebuah keniscayaan dan urgen
dilakukan. DPRD yang memiliki fungsi pengawasan, perlu melakukan kegiatan pengawasan
seseuai dengan ketentuan dan perundangan.