Etik UMB
01
Fakultas Desain dan Program U00100009 Sigit Mareta, SE., M.Ak
Seni Kreatif Studi Teknik Sipil
Abstract Kompetensi
Etika membangun sikap Dalam materi bab 1 ini, mahasiswa
diharapkan mampu dan memiliki etika
Profesionalisme merupakan pembentuk
profesi dan etos kerja dalam
karakter dan akhlak individu. Etik UMB melaksanakan kegiatan atau dalam
dunia kerja.
adalah mata kuliah yang membahas tentang
pengetahuan-pengetahuan praktis dalam
mengenali sikap individu agar dapat menjadi
pribadi yang berkarakter, memiliki tujuan,
tanggap terhadap perubahan, kompetitif,
dan pada akhirnya dapat menjadi sumber
daya manusia yang unggul dan bermutu.
2020 Etik UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Sigit Mareta, SE., M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
A. Pendahuluan
Pokok bahasan yang sangat khusus pada etika adalah sikap kritis manusia dalam
menerapkan ajaran-ajaran moral terhadap perilaku manusia yang bertanggung jawab.
Ajaran-ajaran tersebut sangat menentukan bagaimana moral manusia itu “dibina” baik
melalui pendidikan formal maupun non formal.
Etika adalah salah satu cabang dari Ilmu Filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai
(value) dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia. Secara etimologis,
kata etika berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang artinya cara bertindak, adat, tempat
tinggal, kebiasaan. Sedangkan kata moral berasal dari bahasa Latin, yaknimos yang berarti
sama dengan etika. Istilah etika dipakai oleh Aristoteles (384 – 322 SM) untuk menunjukkan
pengertian tentang filsafat moral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993), etika adalah ilmu mengenai
apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban (ahlak). Sementara Martin
(1993), mendefinisikan etika sebagai “the discpline which can act as the performance index
or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akanmemberikan semacam
batasan atau standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok
sosialnya. Dalam pengertian lainnya, Drs. O.P. SIMORANGKIR mengartikan etika atau etik
sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Sedangkan Drs. H. Burhanudin Salam mendefinisikan etika sebagai cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilaidan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.
Secara filosofis, etika merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mempelajari berbagai
nilai (value) yang diarahkan pada perbuatan manusia, khususnya yang berkaitan dengan
kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannya. Dalam berbuat baik, manusia memerlukan
pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbangan rasional artinya mempertimbangkan
berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau melakukan tindakan secara jernih, tanpa
dilandasi dengan sikap emosional yang berlebihan. Mempelajari etika harus dilandasi
dengan pendekatan rasional dan kritis, agar etika itu dapat diterapkan pada tindakan
keseharian seseorang.
Etika sebagai filsafat moral berarti melakukan perenungan secara mendalam
mengenai berbagai ajaran moral (kebaikan) secara kritis. Namun harus dibedakan antara
etika dan moral. Etika mempelajari berbagai ajaran moral secara kritis dan logis. Sedangkan
moral adalah nasihat-nasihat yang berupa ajaran-ajaran pada adat istiadat suatu
masyarakat/golongan/agama. Moral bersifat aplikatif mengenai tindakan manusia yang baik
dan buruk.
Ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sekarang ini diakibatkan oleh
banyaknya orang yang melamar pekerjaan ataupun sedikitnya daya tampung pekerja. Saat
Buku Lessons From The Top yang ditulis oleh Thomas J. Neff dan James M. Citrin
(1999), mengatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 80-90% soft skills dan
hanya 10-20% saja ditentukan oleh hard skills. Buku ini mengupas tentang pengalaman dan
hasil wawancara terhadap 50 orang paling sukses di Amerika. Mereka sepakat bahwa yang
paling menentukan kesuksesan mereka bukanlah kemampuan teknis dan akademis (hard
skills) melainkan kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skills)
Apa implikasi penguasaan IQ, E-SQ dalam dunia pekerjaan? Sudah banyak
referensi yang mengatakan bahwa IQ tidak akan berarti apa-apa ketika EQ dan SQ
terbaikan. Lembaga di Amerika Serikat yang diberi nama Emotion Quotient Inventory (EQI )
telah mengumpulkan data-data orang-orang yang sukses. Hasilnya menunjukkan bahwa
peran IQ terhadap keberhasilan seseorang yang sukses rata-rata hanya 6 % sampai 20 %
saja. Selebihnya karena peran EQ dan SQ. Dari informasi seperti itu apakah dengan
demikian ketika perusahaan akan membuka peluang atau lowongan kerja kepada khlayak
Disadari bahwa selama ini perguruan tinggi tidak secara formal memasukkan E-SQ
dalam kurikulum. Karena itu selain kebutuhan akan IQ maka perusahaan perlu melakukan
proses pembelajaran E-SQ secara intensif ketika sudah menerima karyawan baru.
Bentuknya antara lain bisa berupa sosialisasi, pelatihan-pelatihan, dan seminar-seminar
motivasi berprestasi, pengendalian diri, kepemimpinan, komunikasi, kepribadian, kesadaran
diri, kecakapan sosial, keagamaan, soft skills, dsb. Disamping itu akan lebih baik lagi
perusahaan menanamkan dan mengembangkan budaya korporat, kedisiplinan, etos kerja
keras, kerjasama, dan kekeluargaan.
Seorang sarjana hendaknya mempunyai sikap profesional. Dimana seorang sarjana dididik
untuk Disiplin, Jujur, Tanggung jawab, kreatif, sadar akan potensi diri. Tamat kuliah menyandang
gelar seorang sarjana tidaklah mudah, tantangan berikutnya adalah bagaimana untuk tetap
hidup, apakah mencari pekerjaan ataupun membuka lapangan pekerjaan. Banyaknya jumlah
sarjana yang ada di Indonesia tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia,
terkadang harus bekerja tidak sesuai pada bidang ilmu dikala kuliah, itulah hidup.
Tetapi dari itu semua yang penting bagaimana bisa mencari rejeki yang halal, tanpa merugikan
orang lain. Banyak sarjana yang tidak menyadari potensi dirinya, bahkan menganggap orang lain
di dalam lingkungan kerjanya tidak penting.
B. Sarjana
Sarjana merupakan gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program
pendidikan sarjana(S-1) Untuk mendapatkan gelar sarjana, secara normative dibutuhkan
waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada juga yang menyelesaikannya
dalam 3,5 tahun ataupun lebih dari enam tahun.
Lulusan Perguruan Tinggi harus benar benar disiapkan oleh Universitas, agar
mereka siap pakai dalam arti siap membhaktikan dirinya kepada nusa dan bangsa. Seperti
kita ketahui, posisi sentral mahasiswa dalam membangun bangsa terletak dari intelektual
C. Sikap Profesional
Dalam dunia kerja, kita dituntut untuk menjadi professional yang kompeten. Artinya,
kita tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk menyelesaikan
tugas dan pekerjaan, tetapi juga dituntut untuk memiliki sikap, perilaku, dan pembawaan diri
yang baik, sehingga semua hal ini menjadi “nilai tambah” bagi kita. Selain itu, good attitude
yang disertai dengan ketulusan juga akan meningkatkan kredibilitas diri kita. Jelaslah bahwa
sikap yang senantiasa positif sudah menjadi tuntutan dalam dunia kerja.
Karakter yang dapat dipercaya akan meningkatkan citra, kredibilitas, dan reputasi
kita. Sekaligus perusahaan tempat kita bekerja. Dengan memahami etika diharapkan kita
dapat mengembangkan karakter diri, sehingga kita mampu menampilkan kepribadian diri
kita dengan baik, lahir dan batin, sesuai dengan kemampuan professional kita.
Sikap Profesionalisme Sarjana dapat dibangun memalui Visi dan Misi yang dimiliki
dan menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya.Seseorang mencapai gelar sarjana
perlu terlebih dahulu menjalani pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan formal yaitu
perguruan tinggi. Perguruan Tinggi dimana mahasiswa menjalani pendidikan
kesarjanaannya tentunya juga memiliki visi dan misi.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang
ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di
masa yang akan datang.
Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk
melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawab kita.
Jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi
yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum
tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang
dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada
arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan
kebenarandan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang
tersebut sudahdapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik
atau lainnya.
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur.
Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali
dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang,
akandisayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan
disayang/dikasihi oleh Tuhan.
Tanggung Jawab
Kreatif
Kata “Kreatif” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang merupakan
singkatan dari :
1. Melepaskan diri dari pola umum yang sudah tertanam dalam ingatan.
2. Mampu mencermati sesuatu yang luput dari pengamatan orang lain.
Ramah Lingkungan
Kearifan Lokal
Demikian pula suatu bangsa atau Negara, memiliki keunikan yang merupakan
kearifan local mereka. Se bagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki
keanekaragaman di berbagai hal. Berbagai keunikan yang kita miliki perlu
kita pelihara dan jadikan kekayaan bangsa. Dalam kearifan local, terkandung
pula kearifan budaya local. Budaya ini yang perlu kita junjung untuk
menunjukkan jati diri bangsa.
Sumber Internet :
• http://www.geschool.net/ditaputriliana/blog/post/pengertian-iq-eq-dan-sq
• https://nasukhamesin.blogspot.co.id/2015/01/etika-dan-sikap-profesional-
sarjana.html