Anda di halaman 1dari 12

Analisis Faktor-Faktor Resiko Penting pada Proyek Gedung di Kota Baturaja

Mohammad Eka Saputra


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Semarang
Jl. Soekarno-Hatta, Semarang
Saputraeka229@yahoo.com

Abstrak

Jumlah resiko yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi dalam hal ini adalah
pembangunan proyek, maka resiko penting yang akan berdampak pada biaya over-run
kontraktor perlu mendapat perhatian. Resiko kegagalan konstruksi bangunan menunjukkan
indikasi kinerja kontraktor yang kurang efektif dan efisien selama tahap implementasi. Hal ini
disebabkan oleh persaingan antar kontraktor, sehingga kontraktor dalam menerima pekerjaan
tidak memperhatikan resiko penting yang mungkin terjadi yang dapat menyebabkan kerugian.
Maka diperlukan suatu deskripsi tentang resiko penting yang terjadi dalam membangun
proyek di kota Baturaja.

Kata kunci : Kontraktor, resiko, proyek.

Pendahuluan

Industri konstruksi memiliki sifat yang sangat dinamis dengan resiko yang harus
dihadapi. Setiap proyek konstruksi, resiko pasti ada dan merupakan hal yang biasa terjadi
kecuali kalau pemilik dapat mentransfernya ke pihak lain dengan membayar kompensasi.
Resiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya
dari proyek konstruksi.
Jika resiko itu terjadi maka pekerjaan konstruksi akan terganggu, di mana hal tersebut
akan mempengaruhi kinerja proyek konstruksi secara keseluruhan sehingga menimbulkan
kerugian terhadap biaya, waktu dan mutu. Agar resiko atau ketidakpastian itu dapat
dikendalikan dan diantisipasi sedini mungkin, maka resiko-resiko yang ada dan berpotensi
menimbulkan kerugian harus dikelola dengan sebaik mungkin.

Tinjauan Pustaka

Resiko dan Manajemen Resiko

Resiko mengacu pada kegiatan-kegiatan atau faktor-faktor, yang apabila terjadi akan
meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek yang berupa waktu, biaya, dan
mutu. Risk refers to those dangerous activities or factors that, if they occur, will increase the
probability that the project’s goals of time, cost, and performance will not be met. Terdapat
tiga definisi manajemen resiko, yaitu; pertama, manajemen resiko merupakan suatu proses
formal di mana faktor-faktor resiko diidentifikasi, secara sistematis.
Kedua, manajemen resiko merupakan suatu metode formal dan sistematis dalam dalam
manajemen yang mengkonsentrasikan pada indentifikasi dan pengendalian daerah atau
kegiatan yang memiliki potensi perubahan yang tidak diinginkan.
Ketiga, manajemen resiko dalam konteks proyek adalah suatu seni dan ilmu
mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon terhadap faktor-faktor resiko selama umur
proyek. Dengan demikian identifikasi resiko adalah suatu kegiatan untuk menentukan resiko
mana yang mungkin berdampak pada proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya.
Manajemen resiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan resiko
yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan (handling) dan pemantauan
(monitoring) resiko. Tujuan manajemen resiko adalah untuk mengenali resiko pada sebuah
proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, tetapi
juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada. Atau dengan kata lain tujuan
dari manajemen resiko adalah untuk membuang ketidakpastian dari resiko dan meraih
oportunitas.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai
faktor-faktor resiko penting yang dianggap mempunyai pengaruh bagi kontraktor di Kota
Baturaja. Data diolah dengan menggunakan analisa faktor yang dipergunakan untuk
mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak menjadi sedikit variabel yang
paling dominan. Tahapan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah tahap pendahuluan,
tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa dan pembahasan, serta tahap
kesimpulan dan saran.
Sampel atau populasi dari penelitian ini adalah proyek-proyek gedung yang sedang atau
sudah dibangun di Kota Baturaja. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan (kontraktor)
yang terkait dalam pelaksanaan proyek gedung di Kota Baturaja. Sedangkan respondennya
adalah Project Manager dan atau Pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan proyek gedung,
baik yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi maupun tidak, yang telah mempunyai
pengalaman lebih dari 5 tahun dan merupakan pengambil keputusan dalam organisasinya
masing- masing. Setelah penetapan sampel dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden
untuk mendapatkan data pokok. Kemudian diuji validitas dan reliabilitas serta analisa faktor
dengan menggunkan metode statistik, yaitu dengan program bantuan statistik software SPSS
12.0 for windows. Terdapat 61 variabel pada penelitian ini, yang diperoleh dari studi literatur dan survei
pendahuluan. Variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Analisa dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Berikut ini adalah ringkasan dari profil responden yang mengisi kuesioner, uraikan
berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan proyek gedung, tingkat pendidikan, dan jenis
bangunan yang pernah dikerjakan, yaitu :
Karena nilai KMO sudah lebih besar dari 0.5 maka jumlah data cukup untuk dianalisis
(menunjukkan adanya ukuran kecukupdekatan sampel).

Ekstraksi Jumlah Faktor


Analisa komponen utama (Principle Component Analysis/PCA) digunakan untuk
mereduksi dimensi data yang lebih sederhana. Dari hasil analisis faktor diketahui bahwa
berdasarkan kriteria nilai eigen, komponen yang memiliki nilai eigen lebih besar dari 1 ada 6
komponen. Sehingga nantinya akan terbentuk 6 komponen faktor. Sedangkan hasil kumulatif
proporsi keragaman yang mampu dijelaskan sebesar 85.887%. Selanjutnya hasil ekstraksi
faktor dapat dilihat pada tabel 4.
Hasil Bentukan Faktor

Dengan merotasi matrik loading maka setiap peubah asal akan mempunyai korelasi yang
tinggi dengan faktor tertentu lainnya, sehingga tiap faktor lebih mudah diinterpretasi. Tabel 5
menunjukan hasil ringkasan 6 faktor yang terbentuk dari 49 variabel resiko penting pada
proyek gedung di kota Baturaja.
Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa faktor, diperoleh 6 faktor resiko penting yang harus diperhatikan
kontraktor pada proyek gedung di Kota Baturaja menurut pendapat para responden, antara lain
:
1. Faktor Teknis dan Managerial
Faktor ini memiliki nilai pembentuk faktor sebesar 43.936%. Pada faktor ini terdapat
beberapa hal penting yang mempengaruhi perusahaan kontraktor di Kota Baturaja, yaitu:

a) Kualitas pekerjaan, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.887. Sebuah perusahaan
kontraktor akan diakui keberadaannya jika hasil pekerjaan atau proyek yang mereka
kerjakan memiliki kualitas baik atau minimal mendekati mutu yang diharapkan owner.
Karena kualitas pekerjaan yang kurang atau buruk akan mempengaruhi pemenangan
tender dan melemahkan manajemen perusahaan. Sehingga diharapkan setiap
kontraktor memperhatikan kualitas pekerjaan dari proyek yang sedang dilaksanakan.

b) Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang serta material. Kondisi ini akan
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Bila produktivitas alat adalah tanggung
jawab kontraktor, maka peralatan perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Sehingga
tidak menghambat dan memperlambat jalannya pelaksanaan proyek. Apalagi
penyediaan tenaga kerja dan material proyek. Di mana kedua hal ini juga sangat
mendukung lancarnya penyelesaian proyek.
c) Pengalaman manajemen SDM kurang dan kemampuan kontraktor yang kurang.
Pengalaman manajemen kontraktor sangat penting bagi keberlangsungan hidup
perusahaan. Jika kemampuan dan pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek
kurang, perusahaan tidak bisa mendapatkan kepercayaan dalam mengerjakan proyek.
Sehingga perlu adanya peningkatan pengalaman dan kemampuan kontraktor dengan
mengadakan sertifikasi bagi tenaga ahli dan manejemen kontraktor, melakukan studi
banding dengan kontraktor besar, dan kontraktor menyewa tenaga ahli untuk
melaksanakan pengelolaan proyek tersebut.

d) Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak terkoordinasi. Kurangnya koordinasi


antar personal perusahaan menyebabkan perpecahan dalam manajemen. Untuk itu
perlu diadakan rapat koordinasi yang lebih intens antara kontraktor, buruh, dan semua
partisipan dalam proyek yang dikerjakan.
e) Metode konstruksi yang tidak sesuai. Sebelum mengerjakan proyek, ada baiknya
dilakukan survey terhadap kondisi proyek yang akan dikerjakan. Sehingga kontraktor
bisa menentukan metode konstruksi yang sesuai. Resiko ini bisa mengakibatkan
bengkaknya biaya dan waktu yang terbuang.

f) Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan baik. Ada beberapa kendala yang
mungkin akan terjadi dalam pengawasan proyek antara lain: keterbatasan alat
transportasi menuju proyek, terhambatnya mobilitas pengawasan karena masalah yang
terjadi pada lokasi setempat (seperti pilwali, dll). Sehingga perlu antisipasi dengan
menyediakan transportasi cadangan atau menempatkan mandor sebagai pengawas
sementara.

g) Proses pengawasan gambar teknik. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa proses
gambar adalah awal proyek dilaksanakan. Jika tidak sesuai dengan ketentuan, maka
berpengaruh terhadap pelaksanaan di lapangan. Dan menyebabkan terlambatnya
penyelesaian proyek.

2. Faktor Lokasi Proyek dan Peraturan Kontrak


Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 14.051%. Pada faktor ini terdapat
beberapa resiko penting yang perlu dipertimbangkan oleh kontraktor, antara lain :

a) Adanya bencana alam (nature) dan cuaca yang buruk, yang memiliki nilai tertinggi
sebesar 0.936. Keadaan ini tidak bisa dihindari oleh perusahaan kontraktor dimanapun.
Kontraktor hanya bisa mengurangi kerusakan akibat cuaca buruk. Sedangkan rencana
besar yang melanda kontraktor tidak bisa menghentikannya. Untuk itu kontraktor bisa
menyelamatkan tenaga kerja dan sedikit material yang masih layak dipakai.
b) Biaya proses hukum tidak jelas juga memiliki nilai yang sama dengan bencana alam
yaitu sebesar 0.936. Ketidakjelasan biaya dalam proses hukum bisa menyebabkan
pembengkakkan biaya proyek. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi resiko ini
dengan negosiasi atau jalan damai.
c) Dampak terhadap lingkungan area proyek. Bila terjadi kerusakan atau polusi pada
sekitar proyek, maka akan terjadi masalah baru yang mengakibatkan pelaksanaan
proyek molor. Sehingga perlu antisipasi agar tidak terjadi polusi atau mengganggu
lingkungan sekitar dengan cara selalu mengawasi tiap item pekerjaan yang sekiranya
mengganggu ketenangan sekitar dan meminimalkan polusi-polusi (polusi suara, polusi
udara dll) dari peralatan yang menimbulkan kebisingan dsb.
d) Keterlambatan menangani kontrak. Setiap perusahaan kontraktor memiliki
tanggungjawab untuk menyelesaikan kontrak. Sehingga perlu mengatur siapa saja
orang yang terlibat dalam penanganan kontrak tersebut. Untuk itu diperlukan tenaga
administrasi professional dalam membuat kontrak dan mampu melakukan negosiasi
kontrak dengan owner.

e) Kekeliruan dalam pembuatan dokumen. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam


pembuatan dokumen diperlukan tenaga administrasi professional dan disertai
keterangan sertifikasi keahlian dalam membuat dokumen. Sehingga kesalahan bisa
diminimalkan.

f) Standar dokumen kontrak dan ketentuan kontrak tidak jelas. Sebelum melakukan rapat
pertemuan dengan owner dan partisipan proyek, sebaiknya kontraktor perlu
menanyakan kejelasan standar dokumen kontrak yang akan dipakai. Apakah mengacu
pada standar SNI atau international (Fidic). Sehingga tidak terjadi kebimbangan dalam
memutuskan klausul-klausul dokumen kontrak.

g) Amdal tidak jelas. Jika kontraktor tidak melakukan proses amdal, biasanya masalah
akan datang dikemudian hari. Bila ternyata pada lokasi proyek tersebut ada pipa-pipa
milik perusahaan lain yang tertanam, jenis tanah yang ternyata sifatnya berubah-ubah
(lanau, lempung, tanah rawa, dll), dan kadar keasaman tanah yang tinggi akibat limbah
sehingga mengakibatkan besi-besi mudah berkarat, dsb. Sehingga analisa dampak
lingkungan perlu dilakukan agar biaya proyek tidak membengkak di kemudian hari.

3. Faktor Procurement dan Eksternal


Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 10.053%. Pada faktor ini terdapat
beberapa variabel resiko penting, antara lain:

a) Penyalahgunaan wewenang, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.902. Pengambil


keputusan hendaknya dilakukan oleh orang yang berada dalam koridor organisasi
proyek. Melalui rapat dan evaluasi kegiatan. Sehingga tidak terjadi tumpang-tindih
keputusan dan penyalahgunaan wewenang.
b) Hubungan dengan industri tidak seimbang. Hendaknya kontraktor menjalin hubungan
baik dengan dunia industri. Baik industri konstruksi maupun industri manufaktur.
Sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan transaksi pemesanan barang dll.
c) Peralatan dari owner tidak sesuai. Apabila pihak owner menyediakan peralatan yang
dibutuhkan proyek, maka perlu dilihat dulu fungsi dan metode yang akan dipakai
dengan kesesuaian peralatan tersebut. Sehingga tidak menambah kerusakan atau
perubahan aktivitas pekerjaan dari proyek.
d) Petunjuk penggunaan peralatan dan material tidak ada/kurang lengkap. Petunjuk ini
diperlukan oleh tenaga kerja kasar/tukang, karena kemampuan menggunakan alat tidak
dimiliki. Untuk itu bisa diatasi dengan menggunakan tenaga kerja yang ahli (memiliki
pengalaman dalam menggunakan peralatan konstruksi) dalam menggunakan peralatan
tersebut, sehingga tidak perlu memakai petunjuk penggunaan alat.
e) Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas Bisa menyebabkan perubahan desain dan
membengkaknya biaya proyek. Maka pihak kontraktor harus menanyakan kejelasan
dari definisi lingkup pekerjaan kepada owner sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
pada saat pelaksanaan proyek.

f) Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Dalam melaksanakan pekerjaan,


kontraktor mengacu pada peraturan dan lingkup pekerjaan yang dibuat pemerintah.
Sehingga dibutuhkan kebijakan harga pasar sesuai ketentuan yang berlaku agar tidak
terlalu memberatkan proses pelaksanaan proyek tersebut.
g) Material cacat. Distribusi material dan pemilihan material dengan pengawasan yang
ketat akan mengurangi kerusakan material sehingga pada saat material pesanan sampai
di lokasi tidak akan cacat dan siap dipakai. Semua itu memerlukan koordinasi yang
baik antara kontraktor dan suplier.
h) Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas. Resiko ini akan mempengaruhi estimasi biaya
proyek. Maka harus diperjelas pada dokumen kontrak.

i) Kejahatan/kriminalitas. Kejadian ini sering terjadi pada proyek yang sedang


berlangsung. Pencurian material dan peralatan kerja sering menjadi sasaran oleh
pelaku kejahatan. Untuk itu antisipasinya adalah bisa membangun pagar pembatas
sekeliling lokasi proyek dengan menerapkan satu pintu untuk keluar masuk kendaraan
proyek. Mendirikan pos pengamanan dan penjagaan bagi siapa saja yang akan
meninjau atau memasuki lokasi proyek.

j) Perang. Kemungkinan ini sangat kecil terjadi. Tapi tidak menutup kemungkinan terjadi
perang. Sehingga kontraktor tidak bisa menghindari resiko akibat perang.

k) Masalah pembayaran pajak. Pembayaran pajak sering tidak dilakukan sesuai ketentuan
yang berlaku. Padahal pajak tersebut untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
proyek. Bila pajak bangunan belum terbayar, maka masalah akan datang dikemudian
hari. Sehingga perlu kesepakatan antara kontraktor dan owner mengenai pembayaran
pajak.

l) Kesalahan warga. Adanya provokator dari masyarakat yang tidak setuju


dilaksanakannya proyek, akan merugikan banyak pihak. Proyek tidak akan terlaksana,
rencana pembangunan daerah menjadi tertunda dan menyebabkan pertumbuhan daerah
menjadi terlambat. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar
dan menjelaskan akan pentingnya pembangunan proyek tersebut. Atau dengan
mengajak masyarakat sekitar untuk membantu pelaksanaan proyek sebagai tenaga
kerja.
4. Faktor Ekonomi
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 7.924%. Pada faktor ini terdapat
beberapa hal penting, yaitu :

a) Kecelakaan kerja dilokasi proyek, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.780.
Menggunakan safety pada saat mengerjakan proyek bisa mengurangi angka kecelakaan
kerja. Pada kontraktor kelas atas biasanya sudah menggunakan perlengkapan tersebut.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi kontraktor kecil untuk menerapkan sistem K3
agar biaya proyek tidak tersedot untuk membayar rumah sakit atau memberikan
santunan apabila terjadi kecelakaan.

b) Terjadinya inflasi. Dalam pembuatan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi harus


dicantumkan klausul yang menyatakan apabila kondisi ekonomi mengalami inflasi
yang tinggi (diatas normal) maka dapat dibuat suatu addendum atas permintaan dari
pihak kontraktor. Atau pihak kontraktor mencari sumber-sumber pembiayaan lain.
c) Proses pabrikasi tidak di awasi. Untuk beberapa material proyek terkadang ada yang
menggunakan proses pabrikasi. Bila tidak ada pengawasan yang ketat dari pihak
kontraktor, hal ini bisa menjadi masalah bagi manajemen perusahaan. Akibat dari tidak
sesuainya spesifikasi yang dipakai pada saat proses pabrikasi, akan menambah biaya
proses ulang prabrikasi material. Akhirnya yang dirugikan adalah pihak kontraktor
juga.

d) Suku bunga bank meningkat/turun. Bunga bank yang membengkak apabila resiko ini
terjadi, seharusnya dapat menjadi beban owner, karena bagaimanapun keterlambatan
penyelesaian proyek bukan hanya kesalahan kontraktor melainkan pihak owner juga.
Sehingga pada saat suku bunga bank meningkat/turun perlu diadakan rapat koordinasi
antara kontraktor dan penyelenggara proyek, guna memutuskan tindakan apa yang
akan dilakukan selanjutnya.

e) Krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi bisa menyebabkan mundurnya proyek-


proyek yang sudah dikerjakan. Harga bahan bangunan dan material proyek meningkat.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya kebijakan owner. Jika owner mampu
memberikan bantuan dana sementara untuk melanjutkan pekerjaan maka proyek masih
bisa berjalan. Kemudian owner melakukan evaluasi terhadap harga pasaran yang
berlaku dan melakukan penyesuaian harga melalui eskalasi harga sesuai Kepres No.
80/ 2003 dan peraturan lainnya.

5. Faktor Keuangan
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 5.841%. Pada faktor ini terdapat
beberapa resiko penting, antara lain :
a) Arus kas tidak stabil, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.853. Kontraktor tidak
akan mampu menyelesaikan proyek apabila kas dalam perusahaan kurang stabil.
Karena mengerjakan proyek sangat membutuhkan dana sehingga kontraktor perlu
menjaga kestabilan arus keuangan melalui pinjaman bank atau mencari sumber dana
lain.

b) Perubahan desain. Harus dimuat dalam kontrak apabila terjadi perubahan-perubahan


desain, yaitu apabila pemrakarsa timbulnya perubahan desain adalah investor maka
harus dilihat kesesuaian desain baru terhadap master plan yang ada dan aturan-aturan
lainnya dengan diadakan negosiasi ulang mengenai besarnya setoran yang harus
dibayarkan kepada owner, apabila pemrakarsa timbulnya perubahan desain adalah
pemerintah, maka dibuat addendum mengenai hal-hal yang diperlukan (waktu
perjanjian, Change of Contract Order/CCO).

c) Desain yang cacat. Salah satu kegagalan proyek adalah desain yang seharusnya sudah
bisa dilaksanakan ternyata cacat. Sehingga harus merubah atau bahkan membongkar
item pekerjaan yang desainnya cacat. Hal ini akan menyebabkan kemunduran waktu
penyelesaian proyek dan membengkaknya dana proyek. Maka perlu dilakukan
tindakan pengawasan dan me-review ulang desain yang akan dikerjakan.

6. Faktor Keberadaan Lokasi Proyek


Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 4.082%. Pada faktor ini terdapat
beberapa resiko penting, antara lain:

a) Kondisi lokasi yang berbeda, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.791. Keadaan
seperti ini bisa diatasi dengan melakukan survei lapangan, tentang bagaimana kondisi
lokasi yang akan dibangun proyek. Hal ini sangat penting dan mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan proyek.

b) Akses menuju lokasi proyek yang sulit. Mobilitas suatu proyek sangat erat kaitannya
dengan akses menuju lokasi. Bila lokasi sulit dijangkau dengan kendaraan besar, maka
akan memerlukan tambahan waktu untuk mencapai lokasi tersebut atau mengganti
dengan muatan-muatan kendaraan truk kecil yang bisa menjangkau lokasi. Sedangkan
bila kontraktor mendatangkan peralatan atau material dari luar daerah proyek, maka
kontraktor harus memperhatikan waktu tempuh yang efektif dan berkoordinasi dengan
pemerintah setempat untuk kelancaran proyek.

c) Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen pengadaan. Masing-masing partisipan


akan menugaskan wakilnya untuk mengawasi proses dokumen pengadaan. Sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat proses pengadaan
berlangsung.

Kesimpulan

Hasil penelitian dengan menggunakan alat uji analisa faktor berdasarkan persepsi
kontraktor dari 26 responden, maka diperoleh 6 faktor resiko penting yang akan
mempengaruhi produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek konstruksi yang
dikerjakan, yaitu;

a) Teknis dan manajerial antara lain kualitas kerja, staf dan tenaga kerja, metode konstruksi
serta pengawasan;
b) Lokasi proyek dan peraturan kontrak antara lain kondisi cuaca (hujan, angin topan, badai),
dampak terhadap lingkungan, proses hukum, serta dokumen kontrak;
c) Procurement dan eksternal antara lain syarat-syarat kerja (RKS), pembayaran pajak,
peralatan dan material, kriminalitas, masyarakat, perang, industri, serta kebijakan
pemerintah;
d) Ekonomi antara lain kecelakaan kerja, inflasi, krisis ekonomi, suku bunga bank, proses
pabrikasi;

e) Keuangan antara lain perubahan desain, dan arus kas, dan;


f) Keberadaan lokasi proyek antara lain akses dan kondisi lokasi proyek, serta proses
pengawasan dokumen pengadaan. Hasil ini menunjukkan bahwa resiko manajemen dan
teknik merupakan faktor resiko penting dalam perusahaan kontraktor pada proyek gedung
di Kota Baturaja.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, Henry. 2003. Materi Kuliah Struktur Beton. Semarang: Jurusan Teknik Sipil
UNNES.
DPU. 1961. Pedoman Perencanaan Kayu Indonesia. Bandung: Yayasan Normalisasi
Indonesia.
DPU. 1984. Peraturan Perencanaan Baja Indonesia. Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
DPU. 1987. Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung. Bandung: Yayasan Badan
Penerbit PU.
DPU. 1987. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Jakarta:
Yayasan Badan Penerbit PU.

DPU. 1987. Pedoman Beton. Bandung: Yayasan Penerbit PU


DPU. 1991. SK SNI T-15-1991-03; Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung. Bandung: Yayasan LPMB.
Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profit Konstruksi Baja. Yogyakarta: Kanisius.
Suryolelono. 1994. Teknik Fondasi Bagian II. Yogyakarta: Nafiri.

Anda mungkin juga menyukai