Anda di halaman 1dari 13

KEMORESEPTOR

Nama :Zahria Syifa Ghausi


NIM : B1A019016
Rombongan :3
Kelompok :4
Asisten :Alya Mufida Arbani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Reseptor adalah neuron atau berupa sel epithelium yang


terspesialisasi, yang terdiri dari sel itu sendiri dalam suatu kelompok yang di
dalam organ terdapat jenis sel lain, seperti organ sensori berupa mata dan
telinga. Reseptor berfungsi mendeteksi jika ada perubahan variabel di dalam
lingkungan hewan dalam setiap kontrol homeostasis. Energi stimulus berubah
menjadi perubahan dalam potensial membran yang dibantu oleh sel-sel
reseptor dalam mengubah energi stimulus tersebut. Setelah itu potensial
membran menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Ville, et al., 1988).
Kemoreseptor berfungsi ketika hewan berburu mangsa dan
mendeteksi keberadaan mangsa. Stimulus yang berupa gas berkonsentrasi
rendah, sehingga kemoreseptor dapat mengenalinya (Ville, et al., 1988).
Kemoreseptor juga berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui keberadaan
makanan, tempat hidupnya. Jika masuk musim kawin hewan tersebut akan
mengenali hewan satu sama lain dengan cara menunjukkan perilaku masak
kelamin (mating), dan mendeteksi keberadaan apabila ada musuh (Gordon,
1982).
Gerakan-gerakan antenna menurut (Richard & Gordon, 1989) antara
lain flicking, withdraw, wipping, dan rotation. Flicking yaitu gerakan
pelecutan ke depan, gerakan ini terjadi jika ada pakan di depan. Respon ini
dilakukan untuk menangkap ion-ion. Withdraw yaitu gerakan pelecutan
antenula ke belakang. Gerakan ini terjadi jika pakan di belakang dan untuk
menghindari musuh. Wipping yaitu gerakan pembersihan antenula.
Pembersihan antenula biasanya terjadi bila ada rangsangan mekanik dari
aestheric. Rotation yaitu gerakan memutar antenula. Gerakan ini sering
terjadi jika ada pakan di atas. Gerakan ini berfungsi untuk mengacaukan ion-
ion dalam pakan sehingga pakan dapat dengan mudah dan cepat berdifusi ke
dalam sel- sel kemoreseptor. Menurut (Kurniawan, et, al., 2018) feeding
adalah ikan-ikan yang mempunyai maksud mencari makan. Biasanya udang
yang lebih besar dapat mendorong lawan yang lebih kecil untuk mundur,
sehingga menjadi dominan terhadap udang. Menggunakan udang sebagai
organisme percobaan dan banyak studi perilaku telah dilakukan melibatkan
ablasi selektif dari populasi tertentu sensilla antennal (Kawamura, et al.,
2017).
Mekanisme stimulus pada kemoreseptor udang yaitu dengan
memasukkan makanan ke dalam akuarium yang akan berdifusi di dalam air
dalam bentuk ion-ion, kemudian ion tersebut akan diterima oleh sel
kemoreseptor pada antenula. Impuls dari antenula akan ditransfer dengan
bantuan neuron afferent menuju otak. Setelah itu impuls di otak akan diproses
menjadi tanggapan kemudian diteruskan ke organ reseptor melalui neuron
efferent. Organ reseptor selanjutnya melakukan gerakan sejalan dengan
informasi yang didapatkan dari otak (Ville, et al., 1988).
Tingkah laku Crustacea diklasifikasikan berdasarkan responnya
terhadap rangsangan kimia menjadi lima fase, yaitu (Lee & Meyers, 1996):
1. Deteksi (detection): hewan menjadi sadar akan kehadiran rangsangan
kimia. Persepsi sinyal kimia oleh kemoreseptor di antenula, mulut dan
pereipod.
2. Orientasi (orientation): hewan mempersiapkan untuk melakukan gerakan
karena tertarik atau menolak. Posisi Crustacea berubah relatif terhadap
posisi sebelum stimulasi, tetapi tidak bergerak dan terus melakukan respon
seperti pada fase 1 3.
3. Pergerakan (locomotion): terjadi pergerakan karena tertarik atau menolak.
Crustacea mulai melakukan gerakkan, baik menuju atau menjauhi dari
sumber sinyal kimiawi, dan sesekali terus melakukan respon seperti pada
fase 1 dan fase 2.
4. Inisiasi untuk makan (initiation of feeding): hewan mulai menangani dan
mengkonsumsi makanan. Crustacea tiba pada sumber sinyal kimia,
berhenti bergerak dan menangani makanan dengan cheliped dan bagian
mulut sehingga kemoreseptor terkena sinyal kimiawi. Crustacea terus
melakukan respon seperti pada fase 1 dan fase 2
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui fungsi kemoreseptor


pada udang (Macrobrachium sp.).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah udang, Tubifex sp.,
pelet, air bersih.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dua buah, akuarium,
gunting, senter, stopwatch.

B. Cara Kerja

1. Sebanyak empat akuarium diisi dengan air tawar bersih


2. Sebanyak satu udang dimasukkan ke dalam masing-masing akuarium
3. Ablasi antenula dilakukan pada udang I, ablasi mata pada udang II,
ablasi total pada udang III, dan kontrol pada udang IV
4. Pakan diberikan ke dalam akuarium
5. Setelah pakan ditebar, tekan tombol pada stopwatch yang telah
disiapkan
6. Gerakan udang diamati
7. Waktu yang diperlukan udang I, udang II, udang III, dan udang IV
dicatat sejak pakan disajikan sampai pakan tersebut dimakan
8. Selama 10 menit diamati dengan 2x ulangan dengan satu kali
pembersihan pakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pemgamatan Fungsi Kemoreseptor pada Udang Air


Tawar yang Diberi Pakan Pelet
Perlakuan Waktu Flicking Withdra Wipping Rotation Feeding
w
10` (I) - 56” 01’16” 02’02” 01’43”
Ablasi - 36x 6x 6x 4x
Antenula 10` (II) 02’11” 10” 16” 09’12” 01’06”
7x 49x 8x 1x 2x
10` (I) - 1’6” 19” - -
- 22x 9x - -
Ablasi Mata 10` (II) 9’55” 39” 5’55” 33” -
1x 5x 2x 3x -
8” 4” 20” 28” 3”
10`(I)
3x 5x 9x 4x 4x
Ablasi Total 10` (II) 7’44” 14” 2” 9’5” 5”
2x 9x 2x 1x 3x
9’57” 5’47” 1’26” 3’45” 7’26”
10` (I)
1x 30x 4x 1x 1x
Kontrol 10` (II) 9’47” 18” 27” 1’1” 4’04”
2x 35x 26x 1x 3x

Tabel 3.2 Hasil Pemgamatan Fungsi Kemoreseptor pada Udang Air


Tawar yang Diberi Pakan Tubifex sp.
Perlakuan Waktu Flicking Withdra Wipping Rotation Feeding
w
10` (I) - 27” 14” 2’14” 5’14”
- 7x 23x 10x 2x
Ablasi 10` (II) 25” 13” 2’33” 35” 1’58”
Antenula 4x 19x 6x 3x 3x
10` (I) 4’35” 3’27” 1’18” - 1’27”
4x 4x 2x - 4x
Ablasi Mata 10` (II) 40” 4’50” 8” 5’10” -
5x 4x 1x 1x -
- - 28” - -
10`(I)
- - 2x - -
Ablasi Total 10` (II) - - 30” - -
- - 15x - -
4’54” 26” 1’28” 4’20” 12’
10` (I)
2x 4x 5x 2x 9x
Kontrol 10` (II) 9’ 20’ 4’14” 48’ 2’43”
7x 6x 4x 3x 2x

Gambar 3.1 Ablasi Mata Udang

Gambar 3.1 Ablasi Antenula Udang


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan fungsi kemoreseptor udang air tawar


yang diberi pakan pelet dapat dilihat bahwa ablasi pada antenula saat 10
menit pertama tidak menunjukkan adanya gerakan flicking, tetapi
menunjukkan gerakan withdraw, wipping, rotation, dan feeding. Gerakan
withdraw menunjukkan pada waktu 56” sebanyak 6x, gerakan wipping pada
waktu 1’16” sebanyak 6x, gerakan rotation pada waktu 2’02” sebanyak 6x,
dan pada gerakan feeding menunjukkan pada waktu 1’43” sebanyak 4x.
Ablasi pada antenula saat 10 menit kedua menunjukkan gerakan flicking,
withdraw, wipping, rotation, dan feeding yaitu pada gerakan flicking
menunjukkan pada waktu 2’11” sebanyak 7x, gerakan withdraw pada waktu
10” sebanyak 49x, gerakan wipping pada waktu 16” sebanyak 8x, gerakan
rotation pada waktu 9’12” sebanyak 1x, dan gerakan feeding pada waktu
1’06” sebanyak 2x.

Ablasi pada mata saat 10 menit pertama menunjukkan gerakan


withdraw dan wipping, tetapi tidak menunjukkan gerakan flicking, rotation,
dan feeding. Gerakan withdraw menunjukkan pada waktu 1’06” sebanyak
22x. Gerakan wipping pada waktu 19” sebanyak 9x. Ablasi pada mata saat 10
menit kedua menunjukkan gerakan flicking, withdraw, wipping, rotation, dan
tetapi tidak menunjukkan gerakan feeding. Gerakan withdraw menunjukkan
pada waktu 9’55” sebanyak 1x, dan gerakan wipping pada waktu 39”
sebanyak 5x.

Ablasi total saat 10 menit pertama menunjukkan gerakan withdraw,


wipping, flicking, rotation, dan feeding. Gerakan flicking menunjukkan pada
waktu 8” sebanyak 3x. Gerakan withdraw pada waktu 4” sebanyak 5x.
Gerakan wipping pada waktu 20” sebanyak 9x. Gerakan rotation pada waktu
28” sebanyak 4x. Gerakan feeding pada waktu 3” sebanyak 4x. Ablasi total
saat 10 menit kedua menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking,
rotation, dan feeding. Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 7’44”
sebanyak 2x. Gerakan withdraw pada waktu 14” sebanyak 9x. Gerakan
wipping pada waktu 2” sebanyak 2x. Gerakan rotation pada waktu 9’5”
sebanyak 4x. Gerakan feeding pada waktu 5” sebanyak 3x.

Perlakuan terakhir yaitu kontrol, dimana pada saat 10 menit pertama


menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking, rotation, dan feeding.
Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 9’57” sebanyak 1x. Gerakan
withdraw pada waktu 5’47” sebanyak 30x. Gerakan wipping pada waktu
1’26” sebanyak 4x. Gerakan rotation pada waktu 3’45” sebanyak 1x.
Gerakan feeding pada waktu 7’26” sebanyak 1x. Ablasi total saat 10 menit
kedua menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking, rotation, dan
feeding. Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 7’47” sebanyak 2x.
Gerakan withdraw pada waktu 18” sebanyak 35x. Gerakan wipping pada
waktu 27” sebanyak 26x. Gerakan rotation pada waktu 1’1” sebanyak 1x.
Gerakan feeding pada waktu 4’04” sebanyak 3x.

Berdasarkan hasil pengamatan fungsi kemoreseptor udang air tawar


yang diberi pakan Tubifex sp. dapat dilihat bahwa ablasi pada antenula pada
saat 10 menit pertama menunjukkan gerakan withdraw, wipping, rotation,
dan feeding, tetapi tidak menunjukkan adanya gerrakan flicking. Gerakan
withdraw pada waktu 27” sebanyak 7x. Gerakan wipping pada waktu 14”
sebanyak 23x. Gerakan rotation pada waktu 2’14” sebanyak 10x. Gerakan
feeding pada waktu 5’14” sebanyak 1x. Ablasi antenula saat 10 menit kedua
menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking, rotation, dan feeding.
Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 25” sebanyak 4x. Gerakan
withdraw pada waktu 13” sebanyak 19x. Gerakan wipping pada waktu 2’33”
sebanyak 6x. Gerakan rotation pada waktu 35” sebanyak 3x. Gerakan feeding
pada waktu 1’58” sebanyak 3x.
Ablasi pada mata saat 10 menit pertama menunjukkan gerakan
flicking, withdraw, wipping, dan feeding tetapi tidak menunjukkan gerakan
rotation. Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 4’35” sebanyak 4x.
Gerakan withdraw pada waktu 3’27” sebanyak 4x. Gerakan wipping pada
waktu 1’18” sebanyak 2x. Gerakan feeding pada waktu 1’27” sebanyak 4x.
Ablasi pada mata saat 10 menit kedua menunjukkan gerakan flicking,
withdraw, wipping, feeding, dan tetapi tidak menunjukkan gerakan rotation.
Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 40” sebanyak 5x. Gerakan
withdraw pada waktu 4’50” sebanyak 4x. Gerakan wipping pada waktu 8”
sebanyak 1x. Gerakan rotation pada waktu 5’10” sebanyak 1x.
Ablasi total saat 10 menit pertama hanya menunjukkan gerakan
wipping, tetapi tidak menunjukkan gerakan withdraw, flicking, rotation, dan
feeding. Gerakan wipping pada waktu 28” sebanyak 2x. Ablasi total saat 10
menit kedua hanya menunjukkan gerakan wipping, tetapi tidak menunjukkan
gerakan withdraw, flicking, rotation, dan feeding. Gerakan wipping pada
waktu 30” sebanyak 15x.
Perlakuan terakhir yaitu kontrol, dimana pada saat 10 menit pertama
menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking, rotation, dan feeding.
Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 4’54” sebanyak 2x. Gerakan
withdraw pada waktu 26” sebanyak 4x. Gerakan wipping pada waktu 1’28”
sebanyak 5x. Gerakan rotation pada waktu 4’20” sebanyak 2x. Gerakan
feeding pada waktu 12” sebanyak x. Ablasi total saat 10 menit kedua
menunjukkan gerakan withdraw, wipping, flicking, rotation, dan feeding.
Gerakan flicking menunjukkan pada waktu 9” sebanyak 7x. Gerakan
withdraw pada waktu 20” sebanyak 6x. Gerakan wipping pada waktu 4’14”
sebanyak 4x. Gerakan rotation pada waktu 48’ sebanyak 3x. Gerakan feeding
pada waktu 2’43” sebanyak 2x.
Berdasarkan pengamatan tersebut diketaui bahwa respon ikan
terhadap pakan dipengaruhi oleh aroma pakan (Kusuma, et al., 2018). Udang
dilengkapi dengan organ yang berfungsi untuk mencari makan. Udang
mempunyai 3 organ reseptor utama, yaitu antennula bagian medial dan
lateral, serta segmen dactylus propondus dari kaki jalan yang secara fisiologis
hampir sama. Organ tersebut berfungsi untuk perasa dan pembau. Terdapat 2
pasang kaki jalan yang pertama serta reseptor bagian antennula lateral yang
tidak dilengkapi dengan bulu eathethaces mempunyai fungsi dalam orientasi
secara kimia. Bagian antenna dan antennula disekitar mulut udang biasanya
ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai alat penciuman
(Devine & Jelle, 1982).
Mekanisme stimulus (pakan) sampai pada organ kemoreseptor udang
yaitu makanan yang dimasukkan ke dalam akuarium akan berdifusi ke dalam
air dalam bentuk ion-ion, kemudian ion-ion tersebut akan diterima oleh sel-
sel kemoreseptor pada antennula. Impuls dari antenulla akan ditransfer
menuju otak oleh neuron afferen. Impuls ini oleh otak diproses menjadi
tanggapan dan diteruskan ke organ reseptor melalui neuron efferen. Organ
reseptor kemudian melakukan gerakan sesuai dengan informasi dari otak
(Ville, et al., 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemoreseptor pada udang antara
lain keadaan fisiologis udang, sensor kimia, cahaya, osmotik, dan tekanan
mekanik (Pearson, 1979). Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal
bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak (Radiopoetro, 1977).
Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon.
Semakin banyak pakan maka semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi,
sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antennula udang
sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan.
Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antennula yang di dalamnya
terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor. Reseptor
akan menerima dan mengirimkan rangsangan melalui urat saraf dan
tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut efektor (Saktiyono,
1989).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa organ kemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi adanya pakan,
pertahanan diri, komunikasi antar sesamanya, dan untuk mencari
pasangannya. Udang normal dan udang yang mengalami ablasi
antennula masih mampu melakukan gerakan flicking, wiping, withdraw,
rotation dan mendekati  pakan.
Ablasi mata dan ablasi total menyebabkan udang tidak dapat melakukan gera
kan flicking, wiping, withdraw, rotation, namun kemampuan untuk
mendekati  pakan masih bisa di lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adlina, N., Fitri., A. D. P. & Yulianto, T., 2014. Perbedaan Umpan dan Kedalaman
Perairan pada Bubu Lipat Terhadap Hasil TAngkapan Rajungan (Portunus
pelagicus) di Perairan Betahwalang Demak. Jurnal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. 3(3), pp. 19-27.
Devine, D. V. & Jelle, A., 1982. Function of Chemoreceptor: Organ in Spatial
Orientation of Lobster, Humerus anericanus Defference and Overlap.
Boston: Boston University Marine Program Biological Laboratory.
Gordon, M. S., 1982. Animal Physiology. New York: Mac Millan Publishing Co Ltd.

Kurniawan, Mochamad, R., Lucky, R., 2018. Pengembangan Media Pembelajaran


Interaktif Menggunakan Aplikasi Adobe Flash CS 6 Berbasis Android Pada
Materi Perdagangan Internasional Kelas XI IPS SMA. JUPE. 6(3), pp. 282-
289.

Kawamura., Gunzo., Bagarinao, T. U., Annita. & Yong, S. K., 2017. Sensory
systems and Feeding Behaviour of The Giant Freshwater Prawn,
Macrobrachium rosenbergii, and The Marine Whiteleg Shrimp, Litopenaeus
vannamei. Borneo Journal of Marine Science and Aquaculture. 1(3), pp. 88-
91.

Kusuma., R. D, Asriyanto. & Sardiyatmo., 2012. Pengaruh Kedalaman dan Umpan


Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulius sp.) dengan Jaring
Lobster (Bottom Gill Net Monofilament) Di Perairan Argopeni Kabupaten
Kebumen. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology. (1)1, pp.11-21.
Lee, P. G. & Meyers, S. P. 1996. Chemoattraction and Feeding Stimulation in
Crustaceans. Aquaculture Nutrition. 1(2), pp. 157-164.
Pearson, W. H., 1979. Thresold for Detection and Feeding Behavior the
Ounggenes Crab.Sequlm: Marine research laboratory.
Radiopoetro., 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Richard, W. H., & Gordon, 1989. Animal Phsysiology. New York: Harper-Collins
Publisher.
Saktiyono., 1989. Biologi. Klaten: Intan Pariwara.
Ville, A. C., Warren, J. W. F. & Robert, B. D., 1988. Zoologi Umum. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai