A08rpu PDF
A08rpu PDF
Oleh:
RONA PUTRIA
A 14104687
Oleh:
RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
Oleh:
RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
NRP : A14104687
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
RONA PUTRIA
(A14104687)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari
pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari
empat bersaudara.
dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di
SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum
diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna
pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi
Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan
lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada
penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama
3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan
4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat
8. Peni, Erika, Hafsah, Lisza, Idha, Kris, Rena, Mirna, dan Alm Emay yang
selalu menjadi sahabat sejati. You are my best friend and I hope you get
9. Koko dan Agripha terimakasih atas semua masukan, saran, bantuan dan
10. Teman-teman seperjuangan skripsi : Alm Cici, Mira, Mba Endah, Nova,
11. Anak-anak C10 : Dian, Kak Dina, Kak Fitrie, Kak Ida, Kak Yulia, Uwi
dan Tantri
12. Anak-anak MAB 38 : Agung, Bina, Zaenal, Deri, Faisal, Fahrul, Asti,
Unun, Yanti, Anggra, dan yang tidak disebutkan namanya.
13. Kepada seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis.
14. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi MAB : Fresti, Niken, Ola, Mey, Arfan,
Hendri, Northa, Ridwan, Sandy, Dian, Irma serta seluruh pihak yang tidak
15. And last but absolutely not least to my very best partner in crime Harmen
NH. Thank you for your motivation, attention and for your everlasting
love.
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 11
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
periode tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat pada Tabel
1. Angka konsumsi daging nasional tahun 2006 yaitu berjumlah 1.838.942 ton
menempati urutan kedua setelah daging ayam yaitu konsumsi daging sapi potong
bahwa konsumsi daging sapi potong mempunyai kotribusi yang cukup besar
dalam konsumsi daging nasional. Salah satu yang menyebabkan daging ayam
lebih diminati oleh masyarakat umum yaitu harga daging ayam yang lebih
terjangkau dibandingkan harga daging sapi, dimana harga daging sapi saat ini Rp
55.000 per Kg, serta selera masyarakat yang lebih menyukai mengkonsumsi
daging ayam.
walaupun secara keseluruhan konsumsi daging ayam lebih besar yaitu 527.776,354
ton pada tahun 2006. Kandungan gizi daging sapi yang lebih tinggi, dengan rasa
2
yang enak, terkesan eklusif dan kaya protein menjadikan daging sapi menjadi
hewani dan masih diminati. Adanya kasus flu burung merupakan ancaman bagi
konsumsi daging ayam, kejadian tersebut dapat dijadikan peluang bagi sapi
dari tahun 2003 sampai tahun 2006 cenderung statis. Berdasarkan data Statistik
Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber
yaitu peternakan rakyat (ternak sapi lokal), industri peternakan rakyat (hasil
penggemukkan sapi ekspor-impor), dan impor daging dari luar negeri. Produksi
daging dalam negeri saat ini tidak mencukupi tingkat konsumsi sehingga
pemerintah terus meningkatkan impor, baik daging sapi potong maupun bakalan
Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah satu upaya supaya
tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging sapi di
dalam negeri. Tabel 3 dapat menjelaskan perkembangan impor sapi dari beberapa
negara asal selama lima tahun terakhir (Tahun 2001– 2006). Sapi yang diimpor
berupa sapi bakalan dan sapi induk. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah
merupakan pemasok impor utama sapi bakalan dan sapi induk bagi negara
Indonesia, dimana pada tahun 2005 jumlah impor sapi bakalan yaitu 89.672.476
Kg menurun menjadi 10.151.145 Kg pada tahun 2006. Jumlah sapi induk yang
diimpor pada tahun 2005 sebesar 1.615.139 Kg, sedangkan tahun 2006 yaitu
kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya : Sapi
lokal sebagai tulang punggung, Impor sapi bakalan sebagai pendukung, dan impor
secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor
impor sapi potong yaitu dengan cara memperbaiki mutu genetik sapi potong
banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah
waktu yang lama dan perputaran uang yang lama. Bakalan yang digunakan
sebagai bibit sapi potong diimpor sebagian besar berasal dari negara Australia.
Harga bakalan dipengaruhi oleh kurs yang berlaku. Seberapa besar keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan usaha pembibitan sapi potong dan apakah kegiatan
5
ekonomis untuk dilaksanakan oleh karena itu analisis kelayakan usaha pembibitan
Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong
sapi cenderung semakin meningkat. Jika impor daging dan sapi potong terus
terhadap produk dari luar negeri. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging
terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan
terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan
Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri
yaitu dengan upaya perbaikan mutu genetik sapi potong melalui pengembangan
banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah
populasi ternak yang ada di Indonesia. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah
satu teknik dalam pengembangbiakkan sapi potong yang dapat memperbaiki mutu
genetik ternak serta merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam
yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain
potong.
potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul. Saat ini
ini pihak swasta lebih tertarik menanamkan modalnya pada usaha penggemukkan
dari pada usaha pembibitan. Hal ini disebabkan antara lain usaha penggemukkan
memiliki resiko yang lebih kecil, perputaran modal lebih cepat, dan waktu
dimana breeding sapi potong baru dapat dijual setelah anak sapi yang baru lahir
Hal ini berbeda dengan usaha penggemukkan dimana sapi potong dapat
dengan modal yang besar, padahal usaha pembibitan dapat dilakukan dengan
biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak adanya kepastian dalam
7
nasional di Indonesia yang yang berskala usaha besar, dan bergerak di dua bidang
usaha yaitu pembibitan sapi potong (breeding) dan penggemukkan (fattening) sapi
secara intensif. Sejak awal tahun 1990 PT LJP bergerak di bidang penggemukan
sapi potong dengan menggunakan input utama yaitu bakalan sapi potong yang
yang diimpor tersebut sebesar 15 persen dari seluruh populasi sapi potong yang
Sapi betina yang diimpor, setelah melalui karantina yang ketat, diseleksi
Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi
digunakan dalam program breeding sebagai calon bibit (cabit) karena memiliki
8
jumlah sapi bakalan di dalam negeri serta bibit ternak lokal yang kurang
berkualitas.
sapi potong yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang
cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin
daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan tingkat
potensi untuk pengembangan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar,
bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang
semakin meningkat setiap tahunnya dimana tahun 2006 penjualan PT LJP yaitu
sebesar 1860 ekor sapi dan pada tahun 2007 penjualan sapi breeding meningkat
menjadi 2331 ekor sapi. Meningkatnya permintaan akan bibit sapi potong
Tahun
Keterangan
2006 (ekor) 2007 (ekor)
1. Penjualan anak
Sale calf male 12 48
Sale calf female 1 31
Sale weaner male 392 198
Sale weaner female 76 301
Total penjualan anak 481 578
2. Penjualan bunting
Bunting muda 3- 6 bulan 1080 1432
Bunting ≥ 7 bulan 299 321
Total penjualan bunting 1379 1753
Total Penjualan 1860 2331
Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008
PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi potong pada bulan Oktober
tahun 2005. Populasi breeding sapi potong pada awalnya berjumlah 200 ekor sapi,
dengan kapasitas kandang lebih kurang 3000 ekor sapi. Melihat adanya potensi
permintaan konsumen terhadap daging sapi potong yang semakin meningkat, serta
menambah fasilitas dan kandang yang dapat menampung 7500 ekor ternak pada
tahun 2008. Jumlah sapi breeding yang ada di PT LJP saat ini yaitu untuk anak
sapi 657 ekor dan jumlah sapi bunting yaitu 2287 ekor. PT LJP memiliki luas
unit feedmill, kebun hijauan, 11 kandang sapi breeding dan hospital pen, kolam
penampungan limbah (holding pond), mess karyawan dan staff, serta guest
house, cattle yard, laboratorium, dan holding fasilitas untuk IB serta kantor.
Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu
dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena breeding sapi
potong baru bisa dijual setelah anak sapi berumur tiga bulan, sehingga untuk
10
dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan
dikaji dalam pengembangan usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis,
finansial.
Kebuntingan (PKB). Jika ada suatu perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan
benefit maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan
kenaikkan biaya variabel terutama harga bakalan yang akan digunakan sebagai
calon bibit, karena harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah
besar sedangkan jumlah lahan dan fasilitas yang digunakan sama, maka
keuntungan yang diperoleh akan besar dan sebaliknya, mengingat usaha breeding
di PT LJP adalah usaha peternakan insentif. Apabila populasi sedikit, dan jumlah
fasilitas dan lahan yang digunakan sama, maka profit yang diperoleh kecil.
Meningkatnya skala usaha akan menghemat biaya. Usaha pembibitan sapi potong
pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan
a. Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek
breeding sapi potong di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang
agar ikut berperan serta dalam mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi
bakalan atau pun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di
potong. Diharapkan skripsi ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar
Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari
menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk
1. Bos Sondaicus, atau Bos Banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui
India, Asia.
di Eropa.
atau persilangan yang menunjukkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe potong-
Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi
potong lokal ataupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil
di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Onggole, Peranakan Ongole, dan sapi
Madura. Sedangkan bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousin, sapi
berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis-jenis
sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula
yang hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain :
1. Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos Banteng. Sapi Bali mempunyai
bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi
yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit
melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak
3. Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole
merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dengan sapi Madura
15
4. Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang
signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan
1. Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil
sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina
bisa mencapai rata-rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata-rata 850
Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup
tinggi sehingga banyak diimpor dalam bentuk bakalan. Sapi Limousin sudah
2. Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus dan banyak
putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan
jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750
Kg.
3. Sapi Brahman, merupakan sapi yag termasuk dalam golongan sapi Zebu.
sapi Brahman mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi,
16
yaitu 0,8 Kg – 1,2 Kg per hari. Jenis sapi Brahman umumnya diimpor dari
kembali.
Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang
lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.
kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta
pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good
breeding). Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang
Bibit ternak dari usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting
adalah hasil penggemukkan. Bibit ternak adalah semua ternak hasil proses
penelitian dan pengkajian atau ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
dasar.
induk.
Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat,
usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang
(1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi
(umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kapasitas
reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak yang lahir dan hidup normal, umur
anak (Ditjen Peternakan, 2007). Bibit sapi yang digunakan pada PT LJP antara
lain jenis Brahman Cross, Limousine, Simental, dan jenis sapi lokal.
ekonomi sapi potong, menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul dan
memiliki sifat heriditer (sifat yang diwariskan) yang baik seperti temperamen
yang jinak, sifat keibuan yang baik serta produktivitas yang tinggi.
18
alamiah yaitu sapi jantan dikawinkan dengan sapi betina yang sedang birahi, dan
(2) metode inseminasi buatan (IB), metode ini lebih populer dikenal dengan istilah
dalam saluran kelamin betina, tetapi mencangkup juga seleksi dan pemeliharaan
harus disertai dengan evaluasi kemajuan genetik yang dicapai setelah penyebaran
dan pada saat yang tepat. Waktu IB yang paling baik adalah menjelang akhir
masa birahi. Kadang-kadang tanda-tanda awal dan akhir birahi sulit untuk
dideteksi sehingga efektifitas IB menjadi rendah. Birahi pada sapi ditandai oleh
alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan keluarnya lendir jernih
serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam jika dinaiki sapi lain.
Penularan penyakit dapat terjadi antar peternakan, antar ternak, dari ternak ke
manusia, dalam servik dan uterus, dan dari berbagai sumber lainnya.
19
dapat menghasilkan ternak murni yang sejenis. Selain itu, IB dapat juga
pejantan.
maju mundurnya program inseminasi buatan pada satu individu betina, pada
20
sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan atau pada sekelompok ternak
Apabila angka kebuntingan yang tinggi dapat dicapai maka kematian dapat
kelengkapan sarana dan prasarana IB harus selalu diperhatikan. Ada tiga metode
gelas plastik sekali pakai atau pipet jarum diarahkan ke mulut serviks dengan
bantuan tangan lewat dinding rektum untuk mengangkat bagian serviks dan
21
atau pistol inseminasi yang dipasang pada pipet (Bearden dan Fuquay, 1997).
menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback
budidaya pembenihan ikan patin, skenario II kegiatan pembesaran ikan patin, dan
skenario III kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil
1,724, IRR sebesar 22,75 persen, dan payback period selama 3,91 tahun.
penurunan harga jual output produksi, penurunan volume output produksi, dan
kenaikan harga input dominan yaitu harga pakan ikan patin. Adapun hasil
variabel bila dibandingkan dengan skenario dua dan tiga. Hasil sensitivitas untuk
sampai penurunan harga 8,8 persen, penurunan volume produksi sampai 8,8
persen dan kenaikan harga artemia 22 persen dan cacing sutra 25,3 persen.
CV Integreted Farming, baik ditinjau dari segi teknis maupun finansial. Analisis
finansial menunjukkan pada saat proyek tanpa sumber pembiayaan dari bank pada
nilai BCR 1,32, IRR sebesar 19,04 persen dan Payback Period selama 13,89
tahun. Jika mengunakan sumber pembiayaan dari bank dengan suku bunga 16
sebesar 1,23 dan IRR sebesar 22,89 persen serta nilai Payback Period selama
19,58 tahun.
jika harga pakan naik sebesar lima persen menunjukkan bahwa proyek layak
sebesar 1,10, nilai IRR sebesar 14,36 persen dan Payback Period selama 15,74
Tingkat IRR perusahaan mencapai 15,68 persen, yang artinya berada di bawah
dari tingkat suku bunga yang digunakan. Nilai Payback Period 22,50, ini berarti
Peternakan Sapi Perah Pondok Rangon Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian
sapi perah Pondok Rangon serta melakukan analisis sensitivitas usaha peternakan
sapi perah Pondok Rangon. Metode analisis yang digunakan secara kuantitatif
usaha ternak sapi perah yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Hasil perhitungan NPV,
Net B/C, dan IRR pada tingkat suku bungga 14,85 persen pada masing-masing
Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI
farmer share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen (91,47 persen sampai
dengan 94,79 persen) untuk wilayah Lampung; 88,47 persen (87,88 persen
sampai dengan 89,06 persen) untuk wilayah Bogor, dan 85,78 persen (84,75 pesen
sampai dengan 86,59 persen) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut
farmer share sudah cukup besar. Harga yang diterapkan adalah harga franco dan
loco.
yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung
terdapat pada saluran I. Namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka
marjin pemasaran yang paling besar diterima PT GGLC terdapat pada saluran III.
Bogor dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total
Wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan
keragaman permintaan daging sapi segar dapat dijelaskan oleh model sebesar 64,6
25
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan selera
dan variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil F-Hitung sebesar 6,68
dan P-Value sebesar 0,00 menunjukkan bahwa variabel dalam model secara
signifikan adalah, harga daging sapi segar, harga daging ayam ras, harga ikan
segar, harga daging ayam buras, harga daging kambing, harga daging babi, serta
pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Variabel yang memiliki hubungan
negatif dengan permintaan daging sapi segar adalah harga daging sapi segar,
harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging babi. Variabel yang
daging ayam ras dan harga ikan segar. Sedangkan variabel harga telur ayam ras,
harga daging kambing, serta harga daging ayam buras bersifat inelastis.
plus- pricing.
Perkasa). Analisis strategi dipilih berdasarkan skala prioritas dan dicari yang
terbaik. Perumusan strategi terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap
input dengan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi
Faktor Eksternl (EFE). Tahap kedua yaitu tahap pemaduan dengan menggunakan
matriks Internal-Eksternal (I-E) dan matriks SWOT. Tahap ketiga adalah tahap
(QSPM). Hasil yang diperoleh matriks IFE dan EFE dapat disusun matriks
Internal-Eksternal.
Nilai IFE sebesar 3,145 dan EFE sebesar 3,341 menempatkan PT Lembu
Jantan Perkasa pada sel I yang menggambarkan bahwa perusahaan dalam kondisi
internal dan eksternal yang tinggi atau kuat, dalam arti peluang dan ancaman yang
(TAS = 5,233).
rata-rata yang diperoleh peternak IB dan non IB dari usaha ternak sapi potong.
masing Rp 143.721,32 per ST per tahun dan Rp 143.932,61 per ST per tahun.
adalah pengalaman beternak dan tingkat pendidikan peternak yang tidak tamat
SD. Pengalaman beternak nyata pada taraf 10 persen dengan nilai odd ratio 0,86.
kali lebih kecil dibandingkan peternak lain yang tidak sekolah. Secara umum
peternak di Desa Singasari lebih banyak tidak menempuh pendidikan formal yaitu
dengan persentase 64,30 persen peternak dari total peternak IB dan sebesar 43,75
Pertama Setelah Melahirkan, Days Open dan Calving Interval, serta Pengaruh
Musim Terhadap Lama Kebuntingan pada Sapi Bali. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat antara jarak Inseminasi Buatan (IB) pertama setelah melahirkan,
days open dan calving interval, serta pengaruh musim terhadap lama kebuntingan
pada sapi Bali yang diternakkan secara tradisional. Penelitian tersebut dilakukan
inseminator dan Dinas Peternakan Propinsi Bali. Data sekunder yang diperoleh
diolah dan dianalisis dengan korelasi Pearson dan One-Way ANOVA. Jarak IB
pertama setalah melahirkan, days open dan calving interval rata-rata pada sapi
Bali berturut-turut adalah 127±80 hari, 138,5±85 hari dan 428,7±86 hari dan
0,888 (P<0.01). Lama kebuntingan rata-rata adalah 289±5 hari dan tidak terdapat
S/C, Conception Rate atau CR, Calving Interval atau CI dan Pregnancy Rate atau
28
angka yang dicapai Kabupaten Karanganyar adalah S/C 2,68, CR 50,16 persen,
yang dicapai adalah S/C 4,50, CR 29,53 persen, PR 55,03 persen, dan CI sebesar
Magelang.
(IB) serta pemasaran sapi potong atau pun daging sapi potong. Posisi penelitian
Beda Penelitian
Nama Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Terdahulu
NPV,IRR,NBCR,P
Objek penelitian
Analisis Kelayakan Ikan Patin ayback Period dan
Bukit 2007 ikan patin dan
(Kasus di Kabupaten Bogor) Analisis
lokasi penelitian
Sensitivitas
Analisis Kelayakan Finansial
NPV,IRR,NBCR,
Pengembangan Usaha Objek penelitian
Payback Period,
Agustina 2007 Peternakan Sapi Perah (Studi sapi perah dan
Analisis
Kasus di CV Cisarua Integrated lokasi penelitian
Sensitivitas
Farming)
Analisis Kelayakan Finansial Objek Penelitian
Rofik 2005 Usaha Peternakan Sapi Perah sapi perah dan NPV, IRR, NBCR
Pondok Rangon Jakarta Timur lokasi penelitian
Objek penelitian
Anlisis Sistem Pemasaran sapi potong, lokasi
Ternak Sapi Potong PT Great penelitian metode Margin tataniaga,
Ratniati 2007
Giant Livestock Company, analisis yang farmer share
Lampung Tengah digunakan dan
tujuan penelitian
Objek penelitian
sapi potong, lokasi
Analisis Permintaan Daging
penelitian, metode
Sahat 2007 Sapi Segar di Wilayah DKI Ekonometrika
analisis yang
Jakarta
digunakan dsn
tujusn penelitian
Objek penelitian
Analisis Strategi
sapi potong,
Pengembangan Usaha
metode analisis EFI,EFE. SWOT
Purba 2006 Peternakan Sapi Potong (Studi
yang digunakan dan QSPM
Kasus di PT Lembu Jantan
dan tujuan
Perkasa)
penelitian
Analisis Keputusan Peternak Objek penelitian
Rakyat Sapi Potong dalam sapi potong, lokasi,
Rachma Penerapan Teknologi metode analisis Keuntungan rata-
2005
wati Inseminasi Buatan (Studi Kasus yang digunakan rata, nilai odd ratio
di Desa Singasari, Kecamatan dan tujuan
Jonggol, Kabupaten Bogor penelitian
Korelasi Antara Jarak
Objek penelitian
Inseminasi Buatan Pertama
sapi potong, lokasi,
Setelah Melahirkan, Days Open
metode analisis
Madhan 2005 dan Calving Interval, serta Way ANOVA
yang digunakan
Pengaruh Musim terhadap
dan tujuan
Lama Kebuntingan Sapi pada
penelitian
Sapi Bali
Korelasi Pearson
Objek penelitian dan One- Sevice
Kajian Komparatif
sapi potong, lokasi, Reconception
Keberhasilaan Pelaksanaan
Prihando metode analisis (S/C), Conception
2003 Program IB pada Sapi Potong
ko yang digunakan Rate (CR),Calving
di Kabupaten Karanganyar dan
dan tujuan Interval (CI ) dan
Kabupaten Magelang
penelitian Pregnancy Rate
(PR )
III. KERANGKA PEMIKIRAN
dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
permasalahan.
biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan
sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan
proyek.
Studi kelayakan proyek adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk
menilai layak atau tidaknya proyek investasi yang akan dilakukan dengan berhasil
aspek yang akan dikaji dalam kelayakan proyek meliputi aspek hukum, sosial
ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis
dan teknologi, dan aspek keuangan. Investasi atau penanaman modal di dalam
masa yang akan datang. Apapun bentuk investasi yang dilakukan diperlukan studi
kelayakan meskipun intesitasnya berbeda. Hal ini mengingat masa yang akan
memakan dana yang relatif besar yang ternyata justru tidak memberikan
dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang
Analisis proyek dapat dilakukan dengan dua pendekatan umum yaitu analisis
berpusat dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan
Pada analisis finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar (harga yang
atau keuntungan yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek untuk
pelaksanaan proyek, maka perlu dilakukan evaluasi mengenai biaya yang telah
dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Bila
manfaat (benefit) dari proyek dirasakan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan,
dirasakan lebih rendah dari pada biaya yang telah dikeluarkan, maka proyek
masyarakat berupa adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar
3. Manfaat yang tidak dapat dinilai dan sulit dinilai dengan uang (intangible
perubahan nilai uang dari waktu ke waktu dikarenakan adanya suku bunga yang
1. Nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), merupakan selisih
nilai kini arus manfaat dan biaya yang dihitung berdasarkan discount rate
yang berlaku. Jika nilai NPV>0, maka proyek dikatakan layak atau
faktor produksi modal, pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak
rugi. NPV<0, berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang
dilakukan.
dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga.
34
manfaat bersih yang negatif. Nilai Net B/C ratio menunjukkan besarnya
rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai B/C lebih dari satu,
sedangkan jika nilai B/C kurang dari satu maka proyek tidak layak
dilaksanakan.
dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum
tidak dilaksanakan.
kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah atau adanya suatu kesalahan dalam dasar-dasar biaya dan
manfaat. Hal tersebut merupakan cara menarik perhatian kepada masalah utama
dari analisis proyek, yaitu proyek selalu menghadapi resiko ketidakpastian yang
setiap kali harus diadakan analisis kembali. Ini perlu sekali, karena analisis
35
ketidakpastian dan perubahan yang terjadi di masa yang akan datang. Analisis
biaya yang terjadi terhadap kelayakan usahatani tersebut, yaitu dari layak menjadi
ini mencari seberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek
misalnya perubahan tingkat produksi, harga jual output maupun harga input.
Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini
belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini
tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin
meningkat. Jumlah populasi sapi potong yang cenderung statis, tidak dapat
modalnya dalam usaha pembibitan sapi potong. Hal ini disebabkan biaya investasi
yang digunakan dalam pembibitan lebih besar dari pada usaha penggemukkan. Di
samping usaha pembibitan memiliki resiko yang lebih besar, serta perputaran
uang dan pengembalian modal yang lama. Kondisi tersebut berbeda dengan
usaha penggemukkan dimana resiko yang dihadapi lebih kecil, perputaran uang
yang cepat karena sapi dapat dijual setelah digemukkan selam tiga bulan.
36
usaha pembibitan sapi potong. Selain itu, harga bakalan yang digunakan sebagai
calon bibit sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang
usaha breeding sapi potong tersebut layak untuk dijalankan atau tidak.
merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang berskala besar bergerak di
sapi potong dan peningkatan kebutuhan akan konsumsi daging sapi secara
Indonesia, maka mulai tahun 2004 PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi
Terbatasnya bibit ternak lokal serta sedikitnya jumlah bibit unggul yang
tersedia merupakan salah satu alasan bagi PT LJP menggunakan bibit sapi potong
impor. Input utama yang digunakan dalam pembibitan sapi potong yaitu bibit
sapi potong berkualitas yang diimpor dari negara Australia dimana pembayaran
yang digunakan memakai mata uang Dollar. Jenis sapi potong bibit yang
akan bibit sapi pilihan yang berkualitas untuk menunjang usaha peningkatan gizi
sapi potong membutuhkan modal investasi yang besar karena usaha pembibitan
usaha breeding sapi potong tersebut meliputi investasi kandang calon bibit,
kandang sapi bunting, kandang weaner, cattle yard, holding pond (kolam
unit feedmill, lahan hijauan ternak, mess karayawan, kantor, dan geust house.
PT LJP menjual produknya yaitu sapi dalam keadaan bunting dan berupa
anak sapi (weaner). Harga yang ditetapkan berbeda berdasarkan berat tubuh. Sapi
buting dijual jika umur kebuntingan sapi telah mencapai tiga bulan sampai dengan
12.100.000,00. Sedangkan untuk anak sapi baru bisa dijual jika umur weaner
6.850.000,00.
Saat ini tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) PT LJP yaitu sebesar
80 persen dengan jumlah inseminasi per kebuntingan atau nilai S/C (Service Per
diimpor sebesar 15 persen telah bunting secara alami, setelah melakukan seleksi
38
melalui pemeriksaan alat reproduksi maka sebesar 30 persen sapi bakalan tersebut
Proporsi input bakalan impor dari 100 persen total populasi sebesar 45 persen
tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial
melihat nilai NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback Period. Menurut Umar
(2005), NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang
Jika nilai NPV>0, maka proyek dikatakan layak atau bermanfaat karena
dapat menghasilkan lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi
modal. Nilai NPV=0, berarti proyek menghasilkan sebesar opportunity cost faktor
produksi modal. Pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika nilai
NPV<0, berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan
Nilai net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada
setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dikatakan layak untuk
dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu, sedangkan nilai B/C ratio
kurang dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk mengetahui
dan benefit untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek.
harga bakalan yang akan digunakkan sebagai calon bibit, karena harga bakalan
sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat
salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan
intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik,
Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB,
pemasaran, keuangan.
42
variabel dan biaya biaya tetap, harga jual produk, volume produksi, dan
realisasi penjualan.
3. Data historis produksi meliputi data persediaan bahan baku bakalan calon
bibit dan semen beku IB, penggunaan sumberdaya, harga beli bibit ternak
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha breeding sapi potong
aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek sosial serta aspek
pasar.
breeding sapi potong pada PT LJP berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu
NPV, IRR, dan Net B/C Ratio dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif
mengenai lokasi usaha pembibitan sapi potong, besarnya skala usaha atau luas
43
produksi, proses kegiatan produksi yang dilakukan serta peralatan yang digunakan
Serta untuk melihat sumber daya lain seperti srtuktur organisasi yang berguna
Aspek sosial perlu dikaji secara deskriptif untuk melihat dampak yang
ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha pembibitan sapi potong terhadap kondisi
Aspek lingkungan perlu dikaji karena usaha pembibitan sapi potong berdampak
pada pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau yang muncul dari usaha
pembibitan sapi potong tersebut. Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk
Aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif untuk melihat sistem pemasaran
serta potensi pasar dari usaha pembibitan sapi potong, bagaimana distribusi,
digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi
yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Analisis kelayakan investasi
cash flow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya
besarnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima dalam suatu
beberapa indikator kelayakkan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Ineternal
Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), dan Payback Period (PP).
selama umur investasi. Menurut Gitingger (1986), NPV adalah nilai kini arus
n
Bt − Ct
NPV = ∑ (1 + i )
t =1
t
45
Dimana :
1) NPV ≥0, berarti secara finansial usaha breeding sapi potong layak
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya
2) NPV≤0, berarti secara finansial usaha breeding sapi potong tidak layak
untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari pada
diperoleh dari biaya penjualan sapi bunting, penjualan sapi weane atau anak sapi,
serta limbah kotoran sapi potong yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha breeding sapi potong terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan
ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
variabel dan biaya tetap dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan
produksi. Umur proyek dari analisis kelayakan usaha breeding sapi potong adalah
46
10 tahun, hal ini berdasarkan umur ekonomis bangunan yaitu kandang sapi dan
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama
dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern
tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen (Gitigger, 1986). Jika diperolah
nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka
proyek dinyatakan layak dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk
berikut :
NPV1
IRR = i 1
+ (i2 − i1 )
NPV1 − NPV2
Dimana :
Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat
dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat
besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang.
47
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C rationya sebesar
satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunities
capital (Gitingger, 1986), tetapi jika nilai Net B/C<1 maka proyek tersebut tidak
n Bt − Ct
∑ : untuk Bt – Ct ≥ 0
t= 0 (1 + i ) t
BCR = n
Bt − Ct
∑ (1 + i ) i
; untuk Bt –Ct ≤ 0
t= 0
Dimana :
penjualan sapi bunting, serta penjualan limbah kotoran sapi potong. Biaya yang
dikeluarkan dalam breeding sapi potong pada PT LJP terdiri dari biaya investasi
dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan biaya
ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
variabel dan biaya tetap dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan
produk.
suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut
karena mengabaikan nilai uang terhadap waktu (present value) dan tidak
V
PBP =
I
Dimana :
I = Hasil bersih per tahun/periode atau hasil rata-rata per tahun (terdiskonto).
dapat berubah karena dapat dipengaruhi oleh beragam pilihan kegiatan yang
dilaksanakan. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam
digunakan adalah switching value. Metode ini digunakan untuk mengetahui batas
maksimum perubahan yang dapat ditolerir oleh kegiatan usaha agar layak untuk
tingkat perubahan nilai NPV negatif, Net B/C<1, dan IRR < i. Variabel
parameter sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kenaikkan harga
biaya investasi kandang yang sudah ada sebelumnya pada perusahaan tidak
diperhitungkan.
2. Modal yang digunakan adalah modal sendiri. Modal awal investasi yang
3. Suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga deposito berjangka
satu tahun di Bank Rakyat Indonesia yaitu 5,75 persen tahun 2008.
6. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
dan biaya variabel dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan
produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha breeding sapi potong terdiri
penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan Mei 2008, baik harga
skenario.
dan skenario ketiga sama yaitu memiliki tingkat kelahiran anak jantan
sebesar.
10. Input utama yang dijadikan bibit dalam usaha pembibitan sapi potong pada
persen.
11. Penjualan limbah kotoran sapi potong setiap tahunnya diasumsikan sama.
breeding PT LJP tinggi, artinya sapi berhasil di IB sebanyak dua kali IB.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong dalam lingkup regional dan
penggemukkan dan penjualan sapi potong dengan nama PT Lembu Satwa Prima
(PT LSP).
Tahun 2005 pada bulan Oktober perusahaan ini mulai mencoba merintis
usaha breeding dan menjadikan PT LSP sebagai breeding center. Tahun 2006 PT
Rangkas Bitung dan nama PT LSP Serang diganti dengan nama PT LJP.
daging sapi potong. Jumlah populasi awal sapi breeding pada PT LJP pada tahun
2005 bulan Oktober yaitu 200 ekor sapi. Tahun 2007 jumlah produksi dan
populasi sapi potong meningkat yakni untuk sapi bunting 2287 ekor dan untuk
anak sapi(sapi weaner) berjumlah 657 ekor. PT LJP adalah salah satu perusahaan
peternakan swasta sapi potong yang merintis usaha peternakan di dua bidang
53
sangat berpengalaman sejak tahun 1973. Strategi pemasaran PT LJP salah satunya
memilih lokasi yang dekat dengan pasar. Saat ini perusahaan memiliki kandang
Serang (Banten), Bekasi, Cariu, Cikalong dan Jatinangor (Jawa Barat), Belawan
dan Langkat (Sumatera Utara), serta Sawah Lunto (Sumatera Barat). Perusahaan
yang dihasilkan oleh PT LJP dijamin memiliki kualitas baik. Kebutuhan pakan
ternak yang dipelihara, dipenuhi sendiri oleh perusahaan. PT LJP memiliki unit
penggemukkan sapi potong lainnya, dengan kualitas yang terjamin. Bahan baku
pakan berasal dari sisa produksi pengolahan hasil pertanian dan perkebunan
namun masih mengandung nilai nutrisi yang baik. Bahan baku diformulasi secara
khusus dan diolah dengan pengawasan ketat oleh tenaga nutrisionist yang
jerami, cattle yard, mes karyawan, guest house, kantor, hospital pen, labarotium
IB, holding fasilitas, penampungan air, chooper, mushola, kebun rumput dan
hijauan, serta tempat penampungan limbah kotoran sapi (holding pond). Saat ini
PT LJP memiliki kapasitas kandang yang mampu menampung lebih kurang 3000-
berada lima kilometer dari ibu kota kabupaten dan 12 kilometer dari ibu kota
propinsi. PT LJP terletak 250 m dari jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh
dengan ketinggian 1.778 m di atas permukaan laut (dpl), temperatur 23-27,9 0C.
daging sapi yang tidak diseimbangi oleh kemampuan produksi daging sapi dari
dalam negeri dan untuk mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi potong
55
maupun daging sapi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun merupakan hal
salah satu cara yang dapat mempertahankan jumlah populasi sapi di Indonesia.
Pembibitan sapi potong mampu meningkatkan mutu genetik dan nilai ekonomis
sapi potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul dan
masyarakat.
Kegiatan bisnis pada PT LJP Serang terdiri dari empat unit usaha. Unit
usaha yang ada yaitu pembibitan sapi potong (unit breeding), penjualan konsentrat
Penelitian ini hanya mengkaji unit bisnis usaha pembibitan sapi potong, serta
penggemukkan sapi potong sedangkan unit usaha lain hanya dijelaskan secara
umum.
56
dilakukan oleh PT LJP, untuk menghasilkan bibit sapi potong yang baik
diperlukan bakalan yang berkualitas. Bakalan yang digunakan sebagai calon bibit
pada PT LJP yaitu bangsa Brahman Cross atau dikenal dengan bahasa
negara Australia, dimana harga bakalan sapi potong sangat dipengaruhi oleh
musim yang berlaku dari daerah asal sapi potong dan juga dipengaruhi oleh nilai
kurs Dollar.
bibit ternak karena untuk mendapatkan dan menembah garis keturunan baru
dengan sifat genetik yang baik maka PT LJP menggunakan bakalan bangsa
Brahman Cross sehingga akan menambah populasi baru sapi potong di Indonesia.
Semakin banyak jenis populasi sapi potong bangsa Brahman Cross di Indonesia,
negara Australia sebagai pengimpor utama sapi potong. Impor bakalan sapi
bakalan dari Australia daripada membeli sapi bakalan hasil pembibitan di dalam
negeri. Menurut perusahaan, alasan PT LJP membeli bakalan impor antara lain
adalah : 1) sapi bakalan impor lebih murah dari pada sapi bakalan dalam negeri, 2)
untuk memperoleh sapi bakalan dalam jumlah besar, cara impor lebih cepat
dibanding pengadaan dari dalam negeri, dan 3) waktu dan biaya transportasi dari
57
Australia (Darwin) lebih murah daripada dari Nusa Tenggara Timur, Nusa
peluang adanya hasil kawin alam dari populasi sapi potong yang diimpor sebesar
15 persen telah bunting dan siap untuk dimasukkan ke dalam program pembibitan.
Harga bakalan Brahman Cross saat ini yaitu berkisar $ 2,00 per Kg.
bulan. Steer adalah sapi jantan yang dikebiri pada umur muda sebelum mencapai
dewasa kelamin, sedangkan Bull adalah sapi jantan yang tidak dikebiri. Bull dan
potong dimana output yang dihasilkan yaitu untuk pemenuhan kebutuhan sapi
Heifer adalah sapi betina dara yang tidak dikebiri dan belum mempunyai
anak dengan umur dibawah tiga tahun. Bakalan Heifer tersebut diseleksi sebagai
bakalan calon bibit yang akan digunakan dalam breeding sapi potong. Inseminasi
yang bernilai ekonomis dan untuk meningkatkan mutu genetik ternak yang baik,
secara cepat dengan menggunakan semen pejantan yang unggul, sehingga output
yang dihasilkan yakni sapi bunting dan sapi sapihan atau Weainer. Kegiatan
pembibitan melalui proses dan tahapan yang panjang serta membutuhkan modal
yang besar sehingga untuk pengembalian modal dibutuhkan waktu yang lama dan
perputaran uang yang lama karena usaha pembibitan sapi potong baru dapat dijual
Hal tersebut berbeda sekali dengan usaha fattening dimana sapi dapat
keberhasilan IB PT LJP 80 persen. Jumlah stock breeding PT LJP saat ini yaitu
untuk anak sapi 657 ekor dan jumlah sapi bunting yaitu 2287 ekor. Proses
a. Seleksi sapi bibit bakalan (heifers) yang memiliki alat reproduksi yang
baik
kebutuhan
kegiatan impor sapi potong yang didatangkan dari Australia. Sapi-sapi ini
disertsi pemberian pakan ternak yang bernutrisi tinggi, akan diperoleh kenaikkan
berat badan sapi sebesar 1,2 - 1,4 Kg/hari, selama masa pemeliharaan hingga bisa
dengan pihak lain di beberapa lokasi, seperti Serang (Banten), Bekasi, Cariu,
Cikalong dan Jatinangor (Jawa Barat), Belawan dan Langkat (Sumatera Utara),
dengan jenis sapi. Harga jual sapi bull yaitu Rp 21.400 per Kg, sapi steer dijual
dengan harga Rp 21.100 per Kg, dan harga sapi heifer Rp 21.000 per Kg.
penyediaan pakan. Selain untuk memenuhi pakan ternak milik sendiri, feedmill
ketersediaan makanan ternak karena ternak yang mendapat makanan yang baik
disertai manajemen yang baik serta keadaan lingkungan yang sesuai akan memp
tercapai. Pakan konsetrat diproduksi sendiri oleh perusahaan dimana bahan baku
pakan berasal dari sisa produksi pengolahan hasil pertanian atau perkebunan
yang mengandung zat gizi dalam kadar tinggi yang mudah dicerna. Bahan baku
pakan diformulasi secara khusus dan diolah dengan pengawasan ketat oleh
yang berbeda. Pembuatan pakan dilakukan di unit feedmill yang dibangun tahun
60
1995 dengan luas 32 m x 39,5 m dengan kapasitas 1.200-1.300 ton. Unit feedmil
konsentrat, penyediaan dan penyimpanan bahan baku ransum konsentrat. Hal ini
lingkungan masyrakat sekitar terutama bau yang ditimbulkan dari kotoran sapi.
PT LJP mengelola limbah kotoran sapi secara baik dimana limbah kotoran sapi
disebut dengan holding pond. Kemudian limbah ini dialirkan ke kolam filtrasi
pond berfungsi sebagai kolam penyaringan limbah untuk diendapkan lebih lama
sehingga dihasilkan limbah atau pupuk sedangkan limbah cair dialirkan ke kolam
facultatif pond kemudian limbah cair dialirkan ke kolam aerobic pond untuk
menetralisir dan mematikan zat-zat yang berbahaya supaya limbah aman untuk
dialirkan ke sungai.
Limbah atau kotoran sapi tersebut dapat dijadikan bahan baku pupuk
organik dan dijual dengan harga Rp 500 per karung dengan berat 50 Kg. PT LJP
memiliki pembeli tetap yang juga pihak luar yang dipercaya oleh perusahaan
untuk mengelola limbah tersebut, selain itu perusahaan juga mempunyai pembeli
mengangkut sapi dan pakan konsentrat. Mobil yang disewakan ada dua macam
yaitu fuso dan colt diesel. PT LJP menetapkan tarif bukan berdasarkan jumlah
sapi yang diangkut tetapi berdasarkan tujuan. Seluruh biaya perjalanan sepeti
bahan bakar, biaya tol, dan gaji supir ditanggung oleh perusahaan.
VI. ANALISISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS,
ASPEK MANAJEMEN, PASAR, LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
teknologi. Penilain aspek teknis meliputi penentuan lokasi proyek, besar skala
daerah yang mempunyai fasilitas transportasi cukup baik agar pengangkutan pedet
dari lokasi pembibitan ke lokasi penggemukan bisa lebih cepat dan murah. Pada
LJP terletak 250 m dari jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh sarana
fasilitas transportasi yang baik, ketersediaan pakan berupa hijauan dan limbah
pertanian juga relatif banyak karena pulau Jawa merupakan daerah sentra
produksi tanaman pangan dan sayuran. Demikian pula bahan-bahan untuk pakan
konsentrat cukup tersedia seperti dedak/bekatul, ampas tahu, ampas ubi kayu, dan
63
penyusutan bobot badan sapi potong selama transportasi menuju pusat konsumen
dengan sistem pemeliharaan intensif karena sapi dipelihara dalam kandang dan
bukan dilepaskan dalam suatu lahan seperti sistem ekstensif. Pembibitan sistem
akan mendukung program breeding sapi potong karena sanitasi yang bersih akan
memiliki luas lahan 31.474 m2 dimana lahan tersebut telah dipakai untuk
bangunan kantor, kandang dan lahan hijauan. Lampiran 2 menjelaskan luas lahan
Jumlah kandang yang ada pada PT LJP yaitu 11 kandang. Kandang yang
merupakan kandang untuk bakalan atau calon bibit. Kandang D, F dan E adalah
Sapi yang sedang bunting tua lebih dari tujuh bulan di tempatkan pada
pedet yang disapih (dipisahkan antara induk dan anak) dipisahkan dalam kandang
64
weaner. Selain kandang utama, PT LJP mempunyai kandang hospital pen (HP)
untuk sapi yang sakit, dan kandang foster mother untuk sapi weaner yang tidak
asbes, kerangka kandang dibuat dari kayu, besi dan beton, lantai dibuat dengan
paving blok dengan kemiringan 15o. Bagian kandang yang diberi atap adalah
gang way (gang yang menghubungkan bagian pedok yang berhadapan). Lantai
kandang sapi bunting dilapisi serbuk gergaji, hal ini bertujuan supaya lantai
kandang tidak licin sehingga sapi bunting lebih leluasa bergerak, selain itu serbuk
menjelaskan tentang lay out kandang sapi pada PT LJP. Terdapat beberapa
65
penanganan IB. Cattle yard berfungsi untuk menampung ternak yang akan
area). Holding fasilitas berfungsi untuk menahan ternak saat di IB secara efisien
sehingga stress yang berlebih pada saat ternak sedang handing (penyampaian atau
Desain bangunan yang praktis, sederhana, tidak mahal, dan kuat dibuat untuk
masuk area pengendalian tanpa banyak belokan. Lokasi restraining area dekat
alat-alat IB dan obat-obatan serta thawing semen (proses pemanasan semen pada
Teknologi yang digunakan oleh PT LJP relatif maju dimana teknologi yang
pertumbuhan sapi potong serta adanya penanganan pakan konsentrat oleh tenaga
ahli dan penyediaan pakan secara kontinyu yang diproduksi sendiri oleh
telephon untuk kelancaran proses produksi serta sistem pemeliharaan sapi potong
Untuk bakalan yang baru datang penanganan awal yang dilakukan oleh
penimbangan awal, pemasangan ear tag dan grading. Hal ini dilakukan untuk
Selama masa istirahat sapi diberi pakan jerami yang dicampur dengan
penimbangan awal, dan pemasangan ear tag yang bertujuan untuk memudahkan
bobot badan jenis kelamin, dan kondisi kesehatan sapi. Berdasarkan bobot badan
bakalan yang cocok di IB yaitu 270 Kg. Selama 15-30 hari bakalan tersebut
67
masih dalam masa karantina yang diawasi oleh Dinas Peternakan setempat.
Bakalan
Seleksi Performance
Pemeriksaan Alat Reproduksi (PAR)
Pemeriksaan Alat Kebuntingan (PKB)
Kebuntingan (PKB).
Setelah sapi datang minimal dalam tiga minggu maka dilakukan PAR, jika
berat sapi yang telah digrading mencapai bobot 270 Kg maka dalam satu minggu
sapi bakalan sudah dapat dilakukan PAR. Masa adaptasi dalam program breeding
membutuhkan waktu satu sampai dua bulan dimana selama satu bulan disebut
68
masa recondition dan satu bulan untuk masa pengamatan adaptasi reproduksi sapi.
Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi
program penggemukkan.
b. Diteksi Birahi
akhirnya akan menambah biaya pemeliharaan. Menurut PT LJP yang salah satu
tidak akurat dimana sapi yang akan di IB tidak dalam keadaan birahi.
mengetahui apakah kondisi ovarium dalam keadaan normal dan berfungsi dengan
baik. Hal ini berhubungan dengan kondisi birahi. PAR disertai dengan
Kondisi birahi dapat terjadi secara alamiah atau melalui penyerentakan birahi.
Waktu pengamatan biarahi pada PT LJP dilakukan pada pagi hari pukul 05.00
WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB, dan sore hari pada pukul 15.00 WIB
Keadaan alat kelamin luar, 3) Tingkah laku (sexual behavior). Rata-rata siklus
birahi 21 hari dengan kisaran normal 18-24 hari. Sapi menunjukan birahi rata-rata
berlangsung selama 12-18 jam. Standing heat umumnya berlangsung selama 12-
69
18 jam. Sapi diam dinaiki berlangsung 4-5 detik, dengan jumlah aktivitas
bervariasi 35-55 kali. Standing heat lebih banyak terjadi pada pagi dan sore.
Tanda utama sapi berahi adalah diam saat dinaiki oleh sapi lain. Sapi yang
menaiki, perlu diamati karena kemungkinan akan berahi juga. Beberapa tanda lain
Mempautkan dagu pada sapi yang lain, kedua sapi akan berahi
Menyendiri
semen Simmental, dan semen Limousin dari BIB terakreditasi seperti BIB
Singosari, BIB Lembang, dan BIB Tuah Sakato dengan harga Rp 7.000 per strow.
Stress ternak pada saat pelaksanaan IB harus dihindari seperti stress akibat
baik. Sapi yang kotor terutama bagian vulva agar dibersihkan terlebih dulu
70
pada PT LJP.
Oestrus/birahi
IB1
Yes Return
No
IB2
Yes Return
IB3 PKB
PKB
Fattening Return
Yes
kebuntingan yang tinggi, saat yang tepat untuk IB sangat tergantung dengan
sapi Brahman cross ) dilaksanakan 8-10 jam setelah standing heat (birahi pagi
maka IB dilakukan pada sore hari, jika berahi sore maka IB dilakukan tengah
pengawinan dimana sapi return akan di IB kembali, maksimal tiga kali dan sapi
cara pipa inseminasi dan gelas plastik sekali pakai atau pipet jarum diarahakan ke
mulut serviks dengan bantuan tangan lewat dinding rektum untuk mengangkat
bagian serviks dan selanjutnya pipet dimasukan kedalam saluran serviks, sehingga
perlahan spoit atau pistol inseminasi yang dipasang pada pipet. Sapi-sapi
pembibitan pada PT LJP di IB sebanyak tiga kali, jika sapi yang telah di IB tetapi
melalui dinding rectal untuk mendeteksi pembesaran uterin dan perubahan lain
yang terkait dengan kebuntingan. Sapi bunting dengan umur kebuntingan lebih
dari tujuh bulan ditempatkan di kandang bunting, kemudian jika kebuntingan sapi
selanjutnya pada saat menunggu kelahiran sapi yang bunting sembilan bulan
performan induk dan anak. Pakan ternak sapi bunting dan laktasi menjadi
72
perhatian khusus untuk menjamin pertumbuhan anak yang optimal dan sangat
Anak sapi yang baru lahir disatukan dengan induknya dalam kandang
laktasi. Penyapihan dilakukan pada umur anak sapi telah mencapai dua bulan
anak sapi harus mendapat colostrum dan cukup susu dari induk. Pemberian susu
e. Sistem Pencatatan IB
betina, pada sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan atau pada
day) dan periodik. Data yang akurat dan komplit, penting dalam menjalankan
reproduksi.
73
yang diperlukan
Nutrisi yang cukup, penting untuk fungsi normal organ dan level hormon
yang dihasilkan. Siklus reproduksi dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi dari
seperti saat pertumbuhan, saat bunting, dan masa laktasi. sehingga perlu
Mineral tersebut dapat dipenuhi dari pakan yang diberikan berdasarkan konsumsi
dan kebutuhan sapi breeding dan weaner. Pakan yang diberikan kepada sapi
breeding berupa pakan konsetrat dan hijauan. Konsentrat adalah makanan ternak
yang mengandung zat gizi dalam kadar yang tinggi yang mudah dicerna. Kedua
ketat oleh tenaga nutrisionist yang berpengalaman. Bahan baku pakan berasal
dari sisa produksi pengolahan hasil pertanian dan perkebunan namun masih
memiliki komposisi protein yang tinggi. Jika berat sapi weaner mencapai berat
lebih dari 250 Kg maka pakan yang diberikan adalah pakan untuk sapi fattening.
Komposisi pakan weaner dan sapi breeding atau sapi bunting hampir sama, yang
yang berbeda, dimana pada pakan weaner kulit coklat dan gaplek merupakan
bahan baku kedelai dan kulit kopi. Formula campuran konsentrat untuk masing-
masing jenis sapi weaner, sapi breeding atau bunting dan sapi penggemukkan
berguna untuk menentukan garis kerja dan sisitem koordinasi yang baik antara
75
para karyawan sehingga tercipta pembagian kerja. Pembagian tugas yang jelas
pada PT LJP dapat dilihat dari struktur organisasi perusahaan tersebut. Gambar 4
Komisaris
Direktur Utama
Farm Maneger
Karyawan
PT LJP membagi tenaga kerja dalam tiga kelompok yaitu pekerja tetap,
pekerja harian dan pekerja borongan. Pekerja tetap adalah pekerja yang sifat
hubungan kerjanya berlaku untuk waktu yang tidak terbatas yaitu staff
perusahaan. Pekerja borongan yaitu pekerja yang sifat hubungan kerjanya berlaku
pada waktu tertentu dan upah sesuai dengan hasil kerja, tenaga kerja borongan
terdapat pada unit feedmill. Secara garis besar. Pembayaran gaji dilakukan setiap
76
bulan, dimana untuk karyawan harian sesuai dengan upah minimum daerah
Serang yaitu Rp 32.500,00 per hari dengan tujuh jam kerja per hari. Tenaga kerja
pada PT LJP terdiri dari 12 orang staf perusahaan, 18 orang unit feedmil, 35 orang
karyawan kandang, empat orang bagian umum, dua orang bagian limbah.
1. Kepala Unit.
oleh atasan
secara periodik.
2. Mampu bekerja sama dengan Bagian lain agar tujuan dan sasaran
kerja tercapai.
mungkin
sebuah keluarga
horizontal.
yang terjadi dan yang akan terjadi ,sehingga lebih cepat mencari
Tenaga kerja yang ada pada PT LJP 80 persen berasal dari masyarakat
sekitar dan 20 persen berasal dari luar daerah. Jadwal kegiatan rutin masing-
masing unit telah diatur sedemikian rupa dengan waktu kerja yaitu tujuh jam kerja
dalam sehari. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dilakukan absen terlebih
dahulu.
79
pengalaman kerja tidak ditentukan, yang dituntut dari karyawan adalah kemauan
bekerja keras. Rata-rata tingkat pendidikan untuk karyawan pada PT LJP SD,
pasar untuk menyarap produksi sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka
Weaner dan sapi bunting. Harga jual sapi berbeda-beda berdasarkan berat tubuh
dan jenis kelamin. Harga tersebut berfluktuasi, karena sangat dipengaruhi oleh
nilai tukar dollar terhadap rupiah yang berfluktuasi untuk pembelian input yaitu
bakalan. Tabel 10 menjelasakan harga jual sapi Weaner berdasarkan berat hidup
dan jenis kelamin yang berlaku pada PT LJP pada bulan Mei 2008.
Jenis Kelamin
Berat (Kg)
Betina Jantan
40-60 Kg Rp 3.600.000,00 Rp 3.850.000,00
61-80 Kg Rp 3.850.000,00 Rp 4.100.000,00
81-100 Kg Rp 4.100.000,00 Rp 4.350.000,00
101-125 Kg Rp 4.600.000,00 Rp 4.850.000,00
126-150 Kg Rp 4.850.000,00 Rp 5.100.000,00
151-175 Kg Rp 5.100.000,00 Rp 5.350.000,00
176-200 Kg Rp 5.350.000,00 Rp 5.600.000,00
201-225 Kg Rp 5.850.000,00 Rp 6.100.000,00
226-250 Kg Rp 6.100.000,00 Rp 6.350.000,00
251-275 Kg Rp 6.350.000,00 Rp 6.600.000,00
276-300 Kg Rp 6.600.000,00 Rp 6.850.000,00
Sumber : PT LJP, 2008
untuk jantan dan Rp 3.850.000,00 untuk betina. Sapi weaner dengan berat 276-
6.850.000,00 untuk sapi jantan. Harga jual sapi jantan lebih mahal dari sapi betina
karena sapi jantan memiliki kemampuan ADG (Avarage Daily Gain) yang lebih
baik. Penetapan harga jual sapi bunting berdasarkan usia kebuntingan dan berat
hidup sapi (Kg per ekor), sapi bunting baru bisa dijual jika usia kebuntingan telah
Sapi bunting dengan umur kebuntingan lebih dari tujuh bulan tidak dijual
oleh perusahaan. Sapi bunting tersebut dimasukkan ke kandang bunting tua dan
dirawat sampai melahirkan anaknya kemudian di IB lagi setelah selang dua bulan
sampai tiga bulan. Diperlukan perlakuan khusus sampai sapi bunting tua tersebut
melahirkan anaknya.
Harga sapi bunting dengan usia kebuntingan tiga bulan sampai lima bulan
kebutuhan masyarakat akan bibit sapi potong yang berkualitas. Output yang
dihasilkan dalam usaha pembibitan tersebut berupa sapi bunting dan sapi sapihan
(weaner) yang nantinya akan digunakan lagi sebagai bibit pengganti (replacemen
breeding) sapi potong dan sebagai bakalan yang digunakan untuk pembesaran
82
pasar lebih besar untuk penjualan sapi bunting yaitu sebesar 80 persen, sedangkan
Saluran distribusi breeding sapi potong PT LJP dapat dilihat pada Gambar 5.
Peternakan
swasta
Output :
-bunting Replacement Usaha
PT LJP Instansi
-weaner breeding fattening
pemerintah
Perseorangan
kredit harus mendapat persetujuan dari direksi dengan syarat dan jaminan yang
senilai dengan harga sapi yang dibeli. Promosi yang dilakukan perusahaan selama
ini yaitu dengan mengikuti berbagai pameran pertanian, promosi melalui media
elektronik serta adanya informasi dari mulut ke mulut sehingga informasi lebih
cepat tersebar. Bentuk promosi lainnya yang dilakukan oleh PT LJP yaitu dengan
melakukan kerjasama dengan instansi terkait serta berperan serta dalam pelatihan
seleksi yang ketat dan ditangani oleh tenaga ahli yang berpengalaman serta
lokasi yang dekat dengan pasar yaitu JABODETABEK, hal ini juga ditunjang
oleh adanya fasilitas transportasi yang baik, untuk memudahkan dalam pemasaran
Penentuan lokasi dan tata letak (lay out) peternakan didasarkan pada
ketentuan teknis untuk mendirikan usaha peternakan sapi potong. Oleh karena itu
pihak perusahaan dituntut untuk memenuhi tata cara maupun pemilihan lokasi
PT LJP sangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Salah satu upaya untuk
(filtrasi pond) untuk memisahkan limbah padat dan cair. Limbah kotoran yang
telah disaring diendapkan lebih lama pada kolam facultatif pond sedangkan
limbah cair dialirkan ke kolam penetralisir agar limbah cair aman dialirkan ke
sungai di sekitar perusahaan. Limbah kotoran sapi padat (feses) dijual pada
jumlah tenaga kerja yang paling banyak direkrut berasal dari masyarakat
84
terjalin rasa kekeluargaan yang tinggi dan menjadikan karyawan dan masyarakat
sekitar loyal terhadap perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam rangka
menyediakan fasilitas dan tunjangan sosial yaitu asuransi jiwa bagi karyawan
tetap, tunjangan kesehatan sebesar satu bulan gaji untuk satu tahun, serta
tunjangan hari raya sebesar satu bulan gaji untuk satu tahun.
VII. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL
usaha pembibitan yang akan dilakukan oleh PT Lembu Jantan Perkasa layak
dapat mencapai keuntungan yang optimal. Jika jumlah populasi sapi yang
fasilitas yang digunakan sama, maka keuntungan yang diperoleh akan besar
insentif. Apabila populasi sedikit, dan jumlah fasilitas dan lahan yang
lahan pada PT LJP saat ini belum optimal sehingga usaha pengembangan
investasi yang besar serta adanya investasi penambahan kandang baru yang
analisis biaya manfaat PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) selama sepuluh tahun.
tersebut dihitung dengan mengunakan metode garis lurus dengan asumsi nilai
sisa pada akhir usia ekonomis sama dengan nol. Nilai penyusutan dan nilai
sisa dari kegiatan usaha sapi potong dapat dilihat pada Lampiran.
yang terdiri dari penerimaan yang diperoleh dari penjuan sapi bunting,
penerimaan yang diperoleh dari penjualan anak sapi, serta penerimaan yang
diperoleh dari penjualan limbah sapi potong dan nilai sisa investasi pada akhir
berat hidup ternak. Harga jual anak sapi dengan berat 40-70 Kg Rp
muda dan sapi bunting tua. Harga sapi bunting muda Rp 10.600.00,00 dan
harga sapi bunting tua Rp 12.100.000,00. Nilai sisa adalah nilai barang modal
yang tidak habis dipakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan
rupiah. Nilai sisa dan penyusutan usaha pembibitan dapat dilihat pada
86
Penerimaan diperoleh dari penjulan sapi bunting dan anak sapi yang
diperoleh dari penjualan sapi bunting, penjualan anak sapi, dan penjualan
limbah sapi potong. Tabel 12 menjelaskan bahwa pada tahun pertama tidak
ada penerimaan dari penjualan anak sapi karena pembelian bakalan yang di IB
sebagai calon bibit akan melahirkan anak pada tahun kedua. Pada tahun
pertama penerimaan diperoleh dari penjualan sapi bunting sebanyak 1000 ekor
Penerimaan total pada tahun kedua lebih besar dari tahun pertama hal
anak sapi pada tahun ketiga dilihat pada cashflow kelayakan usaha pembibitan
jumlah ternak yang dapat dipelihara atas dasar kapasitas tampung maksimum
jumlah ternak baik itu dari kelahiran, kematian dan penjualan ternak. Jumlah
pembelian bakalan pada tahun pertama diasumsikan sama sebanyak 3500 ekor.
Hal ini didasarkan pada daya tampung kapasitas kandang yang dimiliki oleh
perusahaan. Setelah melalui tahap seleksi reproduksi ternak maka sapi yang
populasi yang memiliki alat reproduksi yang bagus dan layak untuk dijadikan
bunting setelah di IB sebanyak dua kali. Tahun ke dua sampai dengan tahun
Sisa induk maupun anak dimasukkan pada stok awal pada tahun berikutnya.
Pada tahun pertama tidak terjadi penjualan anak sapi karena induk sapi baru
persen, tingkat kelahran anak betina sebesar 48 persen dan mortalitas sebesar
populasi ternak breeding sapi potong pada PT LJP dapat dilihat pada Tabel 13.
88
analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong. Arus biaya- biaya tersebut
usaha pembibitan sapi potong. Biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada
awal usaha namun terjadi reinvestasi pada saat umur ekonomisnya sudah
habis. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha pembibitan sapi
pembibitan sapi potong terdiri dari biaya pembelian tanah, bangunan, dan
biaya pembelian peralatan utama seperti conatainer strow, container N2, Gun
kandang.
kegiatan dan harganya diasumsikan sama untuk harga beli dan harga jualnya.
Biaya investasi untuk pembelian peralatan dan mesin yang paling besar
sudah habis hal ini terjadi pada peralatan-peralatan yang digunakan di kandang
Rincian biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha pembibitan sapi potong
pada Tabel 15. Biaya investasi bangunan yang terbesar dikeluarkan untuk
kandang sapi sebesar Rp 600.000.000. Hal ini karena kandang yang digunakan
adalah kandang permanen dengan konstruksi yang cukup kuat yang berfungsi
yang dibudidayakan.
91
biaya investasi untuk bangunan. Reinvestasi mulai dilakukan pada tahun kedua
untuk peralatan kandang seperti sikat kandang, sepatu, lampu, sodokan pakan,
sapu lidi, dan peralatan lainnya yang telah habis umur ekonomisnya.
operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah
biaya yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi yang
dihasilkan. Biaya tetap ini tetap dikeluarkan walaupun faktor produksi tidak
digunakan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari jumlah
92
produksi sapi potong yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel dihitung sesuai
1. Biaya Tetap
Lembu Jantan Perkasa terdiri dari biaya gaji staff perusahaan, biaya
administrasi perusahaan, Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar satu bulan gaji,
tunjangan kesehatan sebesar satu bulan gaji untuk semua karyawan dan staff
perusahaan, serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Jumlah biaya tetap yang
dikeluarkan dalam satu tahun kegiatan usaha pembibitan sapi potong adalah
sebesar Rp 601.420.000. Rincian biaya tetap yang dikeluarkan per tahun oleh
yaitu sebesar Rp 14.400.000 dan biaya pajak bumi dan bangunan sebesar Rp
7.670.000. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan untuk gaji staff perusahaan
administrasi dan data, gaji bagian HMT, gaji bagian feedmill dan maintance.
2. Biaya Variabel
Komponen biaya lain yaitu biaya variabel yang terdiri dari biaya
vitamin, biaya untuk Pemeriksaan Alat Reproduksi ternak (PAR), biaya untuk
Total biaya variabel yang dikeluarkan pada awal usaha yaitu sebesar
dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun pertama dimana biaya variabel yang
pakan, biaya transportasi, biaya obat-obatan, biaya PAR, biaya PKB, biaya
No Keterangan Biaya
1 Biaya Bakalan (Rp 20.000/Kg) Rp 6.825.000.000
2 Biaya Pakan (Rp 6.200 /per ekor/hari) Rp 3.088.995.000
3 Biaya Transportasi Rp 393.500.000
4 Obat-obatan dan Vitamin Rp 643.935.000
5 PAR (Rp 6.000/ekor) Rp 21.000.000
6 PKB (Rp 6.000/ekor) Rp 21.000.000
7 Semen IB (Rp 7.000/strow) Rp 70.000.000
8 Biaya Telephon Rp 14.400.000
9 Biaya Listrik Rp 84.000.000
10 Biaya Peralatan Rp 125.630.000
11 Biaya TK Rp 486.362.500
Total Biaya Variabel Rp 11.773.822.500
potong. Bakalan yang digunakan diimpor dari negara Australia, selama ini
dimanfaatkan untuk menjadi calon bibit dalam usaha pembibitan sapi potong.
Bakalan yang baru datang tersebut terlebih dahulu diseleksi secara ketat
yang diimpor telah dalam keadaan bunting dan sebesar 30 persen populasi
bakalan sapi potong tersebut memiliki alat reproduksi yang baik, sedangkan
95
usaha penggemukkan sapi potong. Berat hidup bakalan sapi potong yang
diimpor tersebut 250 Kg dengan harga beli Rp 20.000 per Kg sehingga harga
beli bakalan per ekor adalah Rp 5.000.000. Jumlah biaya pembelian input
B. Biaya Pakan
kebutuhan pakan masing-masing klas ternak yang ada pada usaha pembibitan
sapi potong. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen livestock pada
PT LJP, biaya pakan yang dibutuhkan sapi bunting sebesar Rp 6.500 per ekor
per hari untuk sapi bunting, dan untuk anak sapi besarnya biaya pakan yang
dikeluarkan setiap tahunnya berbeda, hal ini disebebakan jumlah populasi sapi
C. Biaya Transportasi
biaya uji sampel darah. Biaya rekomendasi impor yang dikeluarkan setiap satu
Terdapat dua kali periode kedatangan impor sapi bakalan yang akan
diseleksi untuk dijadikaan bibit dalam usaha pembibitan sapi potong pada PT
dan dilakukan uji sampel darah, biaya karantina yang harus dibayar oleh
perusahaan Rp 500.000 per periode dan biaya uji sampel darah sebesar Rp
2.500 per ekor, total biaya retribusi kesehatan hewan selama satu tahun Rp
selama satu tahun untuk mobil fuso Rp 19.800.000 dengan pemakaian bahan
bakar sebanyak 10 liter per hari dan mobil panther lima liter per hari dengan
No Keterangan Biaya
1 Biaya karantina Rp 1.000.000
2 Biaya rekomendasi impor Rp 3.700.000
3 Biaya ekspedisi (Rp 250.000/ekor) Rp 341.250.000
4 Biaya operasional mobil panther Rp 9.900.000
5 Biaya operasional mobil fuso Rp 19.800.000
6 Biaya retribusi keswan (Rp 2.500/ekor) Rp 8.750.000
7 Biaya uji sampel darah (Rp 2.600/ekor) Rp 9.100.000
Total biaya transportasi Rp 393.500.000
Biaya ekspedisi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut sapi bakalan
yang baru datang dari Tanjung Periok sampai ke perusahaan dimana biaya
97
yang dikeluarkan sebesar Rp 250.000. per ekor sapi. Besarnya total biaya
Rp.393.500.000,00.
perusahaan dalam usaha pembibitan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 20,
biaya- biaya obat-obatan tersebut antara lain pembelian aqua bidest, crystalin
daya listrik perusahaan yaitu sebesar 74.915 Watt. Total biaya listrik yang
1.200.000,00 dan total biaya telephon yang dikeluarkan selama setahun yaitu
sebesar Rp 14.400.000,00.
F. Biaya Peralatan
dalam usaha pembibitan sapi potong antara lain sarung tangan, pinset, suntikan
10 ml, suntikan 20 ml, jarum suntik pendek, jarum suntik panjang, tabung N2
cair, plastik sheet dan nomor telinga (notel) yang akan memudahkan
sebanyak 10000 botol dalam satu tahun masa produksi dengan harga per
satuan sebesar Rp 6.000 per unit. Biaya variabel yang paling kecil dikeluarkan
perusahaan untuk peralatan yaitu untuk pembelian notel sebanyak 4000 unit
dengan harga per satuan Rp 65. Rincian biaya perlatan usaha pembibitan sapi
Jumlah tenaga kerja harian yang ada pada PT Lembu Jantan Perkasa
untuk karyawan kandang sebanyak 35 orang, bagian limbah dua orang dan
sekali dengan upah per hari yaitu sebesar Rp 32.500 dengan waktu tujuh hari
kerja. Jadi biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan perusahaan dalam satu
tahun dengan asumsi satu tahun 365 hari adalah Rp 32.500 x 41 orang x 365
Pukul Kegiatan
- Membersihkan kandang
- Mendorong kotoran ke parit
- Pembersihan bak pakan dan bak minum
07.00-11.00 WIB - Pemberian pakan
- Memeriksa bak minum
- Mengamati dan melaporkan sapi birahi
- Menangani sapi yang birahi dan beranak
11.00-01.00 WIB Istirahat
- Membersihkan kandang
- Menambah pakan
13.00-16.00 WIB
- Memeriksa bak minum
- Mengamati dan melaporkan sapi birahi dan menanganinya
Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008
adanya pergiliran piket setiap hari untuk penimbangan sapi yang akan dijual
dan pembongkaran sapi apabila ada kedatangan sapi bakalan baru. Sebelum
nilai Net Present Value (NPV), Net B/C ration, Internal Rate of Return (IRR)
dan Payback Period (PP). Suku bunga yang dipakai merupakan suku bunga
simpanan deposito tahunan bank BRI sebesar 5.75 persen tahun 2008. Hal ini
Nilai NPV yang dihasilkan dari usaha pembibitan sapi potong adalah
persen lebih besar dari nol atau sebesar Rp 1.929.172.324,00. hal ini berarti
bahwa usaha pembibitan sapi potong yang dilakukan menurut nilai sekarang
perusahaan. Adapun hasil perhitungan nilai NPV, Net B/C, IRR dan PP usaha
Tabel 23 di atas menunjukan bahwa nilai Net B/C ratio yang dihasilkan
adalah 1,48 atau lebih besar dari satu, artinya perbandingan penerimaan yang
1,48 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C
Nilai IRR yang diperoleh usaha pembibitan sapi potong sebesar 10,65
persen. Nilai ini berada di atas tingkat suku bunga deposito yang berlaku yaitu
5,75 persen. Artinya modal investasi yang ditanamkan pada usaha pembibitan
102
pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Period yaitu selama 3,56 tahun. Artinya usaha pembibitan sapi potong
tersebut akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan telah
perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari
pendapatan penjualan (total revenue), biaya tetap, biaya penyusutan, dan biaya
variabel dan pembayaran pajak. Laba diperoleh secara stabil pada tahun
mengalami kerugian.
anak sapi, serta penjualan limbah kotoran sapi potong. Biaya penyusutan yang
output, jumlah output dan biaya input bakalan sehingga keuntungan mendekati
normal dimana NPV sama dengan nol. Perubahan ketiga variabel tersebut
volume produksi, dan kenaikan harga dollar terhadap pembelian input bakalan
sapi potong.
perubahan yang dapat ditolerir oleh kegiatan usaha agar layak untuk
coba tingkat perubahan Net B/C sama dengan satu atau mendekati satu. Hasil
Tabel 24 dapat dilihat bahwa kenaikan input yang paling dominan dan
perusahaan dimana harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar
yang berfluktuasi. Kenaikan Dollar terhadap nilai tukar rupiah tidak boleh
melebihi dari tujuh persen, bila terjadi kenaikan harga Dollar terhadap nilai
tukar Rupiah lebih dari tujuh persen maka usaha pembibitan sapi potong tidak
dari penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg sebesar 13
persen dan penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 175-250 Kg
11,25 persen merupakan batas maksimal dari usaha pembibitan sapi potong
tersebut. Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua
paling peka diantara dua variabel parameter tersebut. Artinya bila terjadi
penurunan volume produksi sapi bunting diatas lima persen maka usaha
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1) Beberapa elemen yang diangap penting dari aspek pasar yaitu adanya
peluang permintaan dan penawaran. Permintaan akan bibit sapi potong pada PT
Lembu Jantan Perkasa (LJP) setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah penjualan bibit sapi potong tahun 2006 sampai dengan
tahun 2007. Selain itu peluang pasar usaha pembibitan sapi potong masih terbuka
lebar, hal ini dapat dilihat dengan semakin tingginya tingkat ketergantungan impor
sapi potong di negara kita. Dalam strategi pemasaran, PT LJP memilih lokasi
yang dekat dengan pasar yaitu JABODETABEK, hal ini juga ditunjang oleh
breeding sapi potong. Promosi yang dilakukan perusahaan selama ini yaitu
adanya informasi dari mulut ke mulut sehingga informasi lebih cepat tersebar.
Bentuk promosi lainnya yang dilakukan oleh PT LJP yaitu dengan melakukan
kerjasama dengan instansi terkait serta berperan serta dalam pelatihan pembibitan
sapi potong
106
usaha pembibitan tersebut berada dekat dengan daerah konsumen yaitu Jakarta,
Bogor, Tangerang dan Bekasi serta dilakukan di daerah yang mempunyai fasilitas
transportasi yang cukup baik. Di samping itu lokasi perusahaan dekat dengan
pemasok bahan baku pakan ternak. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi yang
keamanan dan kenyamanan, dan sistem komonikasi yang baik. Usaha pembibitan
relatif mudah.
kerja bagi masyarakat sekitar, dimana jumlah tenaga kerja yang paling banyak
kesejahteraan karyawaan dan staff sehingga terjalin rasa kekeluargaan yang tinggi
107
B/C, dan Payback Period, maka diperoleh hasil NPV sebesar Rp 1.929.172.324,
Net B/C sebesar 1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56
switching value dengan dua variabel parameter yaitu kenaikan harga Dollar
terhadap Rupiah dan penurunan volume produksi sapi potongk. Hasil analisis
produksi sapi bunting muda dan sapi bunting tua sebesar lima persen lebih peka
8.2. Saran
potong yang semakin meningkat setiap tahunnya yaitu dengan menambah jumlah
populasi sapi potong melalui usaha pembibitan sapi potong, serta adanya
perbaikan reproduksi dan bibit sapi untuk meningkatkan mutu genetik ternak sapi
108
potong sehingga perlu adanya kerjasama dan peran serta pemerintah dengan
sapi potong swasta yang berskala besar. Perusahaan diharapkan menambah skala
perusahaan.
unggul sebagai bibit melalui pelestarian dan seleksi yang ketat. Perusahaan dapat
mengembangkan dan memanfaatkan limbah kotoran sapi potong dalam skala yang
lebih besar sehingga memperoleh nilai tambah secara ekonomis dan dapat
impor yang produktif untuk dikawinkan lagi dengan sapi lokal. Pemberian
insentif berupa kredit berbunga rendah sebaiknya dapat dilakukan oleh pemerintah
melalui kredit usaha mikro, kecil maupun usaha menengah yang untuk
Bukit, Agripa. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin. Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Bearden HJ,dan Fuquay JW. 1997. Applied Animal Reproduction. New Jersey.
5th Ed. Prentice Hall, Upper Saddle River.
Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. UPP
AMP YKPN. Yogyakarta.
110
Ratniati, N.K. 2007. Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great
Giant Livestock Company Lampung Tengah. Skripsi. Program Studi
Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Sahat, S.F. 2007. Analisis Permintaan Daging Sapi Segar Di Wilayah DKI
Jakarta. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Soeprapto, Herry. dan Zainal, Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukkan Sapi
Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran .. Proyeksi Persediaan Populasi Breeding Sapi Potong PT LJP
Tahun Pengembangan
Tingkat Pemeliharaan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
A. Input Bakalan (ekor) 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500
Stock Breeding
1. jumlah Induk 0 365 730 1095 1460 1525 1590
2. Bunting (15%) 525 525 525 525 525 525 525
3. Seleksi PAR (30%) 1050 1050 1050 1050 1050 1050 1050
4. Bunting IB (30%) 840 840 840 840 840 840 840
Total Induk Breeding (ekor) 1365 1730 2095 2460 2825 2890 2955
Anak Sapi Potong
1. Anak Sapi Betina 0 88 175 263 350 366 382
2. Anak Sapi Jantan 0 88 175 263 350 366 382
Total anak (ekor) 0 365 845 1440 1500 1625 1815
Sub Total Stock (ekor) 1365 2095 2940 3900 4325 4515 4770
B. Penjualan
a. Penjualan Anak sapi 0 250 500 1400 1400 1400 1400
b.Penjualan Sapi bunting 1000 1000 1000 1000 1300 1300 1300
Mutasi Feedlot 210 0 210 210 210 210 210
Sisa bunting/induk (ekor) 365 730 1095 1460 1525 1590 1655
sisa anak 0 115 345 40 100 225 415
Sisa Stock Ternak (ekor) 365 845 1440 1500 1625 1815 2070
Koofisien Teknis(%)
Tingkat kelahiran anak jantan 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48%
Tingkat kelahiran anak betina 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48%
Mortalitas 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%
2015 2016 2017
3500 3500 3500
Tingkat Pemeliharaan
44% 44% 44% 44% 44% 44% 44% 44% 44% 44%
52% 52% 52% 52% 52% 52% 52% 52% 52% 52%
4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%
Tahun Pengembangan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500
48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48%
48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48% 48%
4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%
Lampiran 2. Luas lahan Yang Digunakan PT LJP
Fasilitas yang digunakan Luas lahan
bunker jerami 1200 m2
pabrik feedmill 1264 m2
mess karyawan 1500 m2
kantor 120 m2
penampungan air 35 m2 x 5 = 180 m2
chooper 35 m2 x 5 = 180 m2
mushola 16 m2
pos satpam 12 m2
lapangan olah raga 200 m2
holding pond 887.5 m2
jalan 4720 m2
Laboraturium IB 80 m2
Holding fasilitas 700 m2
cattel yard 1500 m2
Guest house 400 m2
lahan hijauan 3500 m2
kandang 15159 m2
6.5 meter
1.5 meter
2 meter
3 meter 2 meter
Kandan
Jepit
Gudang
Kantor 2.5 meter
Konsentrat
4.5 meter
Jerami 10 meter
Dekomposisi Limb
9 mete
Keterangan :
4 meter
Kandang
Jepit Kandang
Melahirkan 5 meter
2 meter
meter
rkulasi udara
atap terendah 4 meter
Lampiran 7. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Dollar Terhadap Rupiah Sebesar 10,18%
TAHUN
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Anak Sapi
1. anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000
2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000
Penjualan Sapi Bunting
1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000
2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000
Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500
Nilai Sisa 786.850.500
Total Inflow 11.384.776.500 11.969.776.500 14.309.776.500 19.574.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 25.834.776.500 25.834.776.500 26.621.627.000
B. OUTFLOW
1.BIAYA INVESTASI
Tanah 786.850.000
Bangunan 500.000.000
Kandang 600.000.000
Cattle yard 300.000.000
Holding fasilitas 200.000.000
Holding pond 30.000.000
Container strow 150.000.000
Container N2 cair 125.000.000
Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Timbangan sapi 35.000.000
Kendaraan operasional 305.000.000
Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000
Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000
Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000
2.BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya Tetap
Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000
Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000
b. Biaya Variabel
Biaya Bakalan 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000 7.063.875.000
Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500
Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000
Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000
PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000
Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000
Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500
Total Biaya Variabel 12.012.697.500 13.690.711.000 16.248.103.000 18.485.207.500 19.000.424.500 19.907.104.000 21.205.246.000 22.894.850.500 22.874.717.500 22.532.245.000
Total Biaya Operasional 12.612.717.500 14.290.731.000 16.848.123.000 19.085.227.500 19.600.444.500 20.507.124.000 21.805.266.000 23.494.870.500 23.474.737.500 23.132.265.000
TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.615.525.500 14.296.581.000 16.850.931.000 19.093.827.500 19.603.252.500 20.512.974.000 21.808.074.000 23.546.720.500 23.477.545.500 23.138.115.000
Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -1.230.749.000 -2.326.804.500 -2.541.154.500 480.949.000 3.376.524.000 2.466.802.500 1.171.702.500 2.288.056.000 2.357.231.000 3.483.512.000
Pajak 0 0 -720.541.350 -762.346.350 144.284.700 1.012.957.200 740.040.750 351.510.750 686.416.800 707.169.300 1.045.053.600
Net Benefit -3.086.450.000 -1.230.749.000 -1.606.263.150 -1.778.808.150 336.664.300 2.363.566.800 1.726.761.750 820.191.750 1.601.639.200 1.650.061.700 2.438.458.400
Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572
Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -1.163.828.842 -1.436.335.664 -1.504.139.036 269.200.314 1.787.170.556 1.234.667.919 554.565.393 1.024.051.225 997.646.767 1.394.156.701
NPV 70.705.332
PV+ 4.320.984.173
PV- -4.250.278.842
Net B/C 1,02
IRR 10,65%
PP 4,88
Pendapatan bersih selama 10 tah Rp 6.321.523.600 Harga per Dollar Harga Bakalan per KKenaikan Harga Dol Harga Skrg
pendapatan bersih rata-rata per Rp 632.152.360 10000 20000 7% 20700
2500000
5000000
7500000
100000000
‐2.426.804.500
‐728.041.350,0
Keterngan Nilai
CM 0
RASIO CM #DIV/0!
BEP #DIV/0!
Lampiran 5. Cashflow Kelayakan Usaha Pembibitan Sapi Potong pada PT LJP
TAHUN
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Anak Sapi
1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000
2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000
Penjualan Sapi Bunting
1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000
2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000
Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500
Nilai Sisa 786.850.500
Total Inflow 11.384.776.500 11.969.776.500 14.309.776.500 19.574.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 22.979.776.500 25.834.776.500 25.834.776.500 26.621.627.000
B. OUTFLOW
1.BIAYA INVESTASI
Tanah 786.850.000
Bangunan 500.000.000
Kandang 600.000.000
Cattle yard 300.000.000
Holding fasilitas 200.000.000
Holding pond 30.000.000
Container strow 150.000.000
Container N2 cair 125.000.000
Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Timbangan sapi 35.000.000
Kendaraan operasional 305.000.000
Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000
Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000
Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000
2.BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya Tetap
Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000
Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000
b. Biaya Variabel
Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000
Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500
Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000
Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000
PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000
Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000
Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500
Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000
Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000
TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000
Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -991.874.000 -2.087.929.500 -2.302.279.500 719.824.000 3.615.399.000 2.705.677.500 1.410.577.500 2.526.931.000 2.596.106.000 3.722.387.000
Pajak 0 0 -648.878.850 -690.683.850 215.947.200 1.084.619.700 811.703.250 423.173.250 758.079.300 778.831.800 1.116.716.100
Net Benefit -3.086.450.000 -991.874.000 -1.439.050.650 -1.611.595.650 503.876.800 2.530.779.300 1.893.974.250 987.404.250 1.768.851.700 1.817.274.200 2.605.670.900
Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572
Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -937.942.317 -1.286.812.669 -1.362.746.133 402.905.187 1.913.605.424 1.354.228.077 667.624.645 1.130.963.047 1.098.745.417 1.489.758.261
NPV 1.383.878.939
PV+ 5.408.271.256
PV- -4.024.392.317
Net B/C 1,34
IRR 11,11%
PP 3,83
Pendapatan bersih selama 10 tah Rp 8.065.311.100
pendapatan bersih rata-rata per Rp 806.531.110
2500000
5000000
7500000
100000000
‐2.187.929.500
‐656.378.850,0
Keterngan Nilai
CM 0
RASIO CM #DIV/0!
BEP #DIV/0!
Lampiran 9. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Anak Sapi Dengan Berat 175-250 Kg Sebesar 7.60%
TAHUN
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Anak Sapi
1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000
2. Anak Sapi (175-250 Kg) 292.100.000 1.466.850.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.102.100.000 4.400.550.000 4.400.550.000 4.400.550.000
Penjualan Sapi Bunting
1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000
2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000
Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500
Nilai Sisa 786.850.500
Total Inflow 11.384.776.500 11.944.376.500 14.189.126.500 19.231.876.500 22.636.876.500 22.636.876.500 22.636.876.500 25.472.826.500 25.472.826.500 26.259.677.000
B. OUTFLOW
1.BIAYA INVESTASI
Tanah 786.850.000
Bangunan 500.000.000
Kandang 600.000.000
Cattle yard 300.000.000
Holding fasilitas 200.000.000
Holding pond 30.000.000
Container strow 150.000.000
Container N2 cair 125.000.000
Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Timbangan sapi 35.000.000
Kendaraan operasional 305.000.000
Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000
Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000
Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000
2.BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya Tetap
Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000
Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000
b. Biaya Variabel
Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000
Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500
Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000
Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000
PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000
Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000
Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500
Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000
Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000
TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000
Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -991.874.000 -2.113.329.500 -2.422.929.500 376.924.000 3.272.499.000 2.362.777.500 1.067.677.500 2.164.981.000 2.234.156.000 3.360.437.000
Pajak 0 0 -656.498.850 -726.878.850 113.077.200 981.749.700 708.833.250 320.303.250 649.494.300 670.246.800 1.008.131.100
Net Benefit -3.086.450.000 -991.874.000 -1.456.830.650 -1.696.050.650 263.846.800 2.290.749.300 1.653.944.250 747.374.250 1.515.486.700 1.563.909.200 2.352.305.900
Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572
Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -937.942.317 -1.302.711.712 -1.434.160.278 210.974.675 1.732.110.851 1.182.602.003 505.330.485 968.967.300 945.557.949 1.344.900.136
NPV 129.179.091
PV+ 4.153.571.408
PV- -4.024.392.317
Net B/C 1,03
IRR 11,11%
PP 4,94
Pendapatan bersih selama 10 tah Rp 6.242.861.100 Volume Produksi Sk Penurunan Vol ProdVol Prod Skrg
pendapatan bersih rata-rata per Rp 624.286.110 50 7,60% 46,2
50 7,60% 46,2
250 7,60% 231
250 7,60% 231
700 7,60% 646,8
700 7,60% 646,8
750 7,60% 693
750 7,60% 693
2500000
5000000
7500000
100000000
‐2.213.329.500
‐663.998.850,0
Keterngan Nilai
CM 0
RASIO CM #DIV/0!
BEP #DIV/0!
Lampiran 10. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting Muda Sebesar 4% 116
TAHUN
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Anak Sapi
1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000
2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000
Penjualan Sapi Bunting
1. Bunting Muda 5.088.000.000 5.088.000.000 5.088.000.000 5.088.000.000 6.614.400.000 6.614.400.000 6.614.400.000 7.632.000.000 7.632.000.000 7.632.000.000
2. Bunting Tua 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 6.050.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 7.865.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000 9.075.000.000
Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500
Nilai Sisa 786.850.500
Total Inflow 11.172.776.500 11.757.776.500 14.097.776.500 19.362.776.500 22.704.176.500 22.704.176.500 22.704.176.500 25.516.776.500 25.516.776.500 26.303.627.000
B. OUTFLOW
1.BIAYA INVESTASI
Tanah 786.850.000
Bangunan 500.000.000
Kandang 600.000.000
Cattle yard 300.000.000
Holding fasilitas 200.000.000
Holding pond 30.000.000
Container strow 150.000.000
Container N2 cair 125.000.000
Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Timbangan sapi 35.000.000
Kendaraan operasional 305.000.000
Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000
Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000
Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000
2.BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya Tetap
Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000
Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000
b. Biaya Variabel
Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000
Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500
Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000
Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000
PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000
Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000
Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500
Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000
Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000
TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000
Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -1.203.874.000 -2.299.929.500 -2.514.279.500 507.824.000 3.339.799.000 2.430.077.500 1.134.977.500 2.208.931.000 2.278.106.000 3.404.387.000
Pajak 0 0 -712.478.850 -754.283.850 152.347.200 1.001.939.700 729.023.250 340.493.250 662.679.300 683.431.800 1.021.316.100
Net Benefit -3.086.450.000 -1.203.874.000 -1.587.450.650 -1.759.995.650 355.476.800 2.337.859.300 1.701.054.250 794.484.250 1.546.251.700 1.594.674.200 2.383.070.900
Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572
Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -1.138.415.130 -1.419.513.349 -1.488.231.410 284.242.987 1.767.732.270 1.216.286.561 537.183.494 988.637.732 964.158.831 1.362.489.622
NPV -11.878.391
PV+ 4.212.986.739
PV- -4.224.865.130
Net B/C 1,00
IRR 11,11%
PP 5,01
Lampiran 5. Cashflow Usaha Pengembanga Pembibitan (Breeding ) Sapi Potong PT LJP 116
TAHUN
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Anak Sapi
1. Anak sapi (40-175 Kg) 267.500.000 1.337.500.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 3.745.000.000 4.012.500.000 4.012.500.000 4.012.500.000
2. Anak Sapi (175-250 Kg) 317.500.000 1.587.500.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.445.000.000 4.762.500.000 4.762.500.000 4.762.500.000
Penjualan Sapi Bunting
1. Bunting Muda 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 5.300.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 6.890.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000 7.950.000.000
2. Bunting Tua 5.808.000.000 5.808.000.000 5.808.000.000 5.808.000.000 7.550.400.000 7.550.400.000 7.550.400.000 8.712.000.000 8.712.000.000 8.712.000.000
Penjualan Limbah Sapi 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500 34.776.500
Nilai Sisa 786.850.500
Total Inflow 11.142.776.500 11.727.776.500 14.067.776.500 19.332.776.500 22.665.176.500 22.665.176.500 22.665.176.500 25.471.776.500 25.471.776.500 26.258.627.000
B. OUTFLOW
1.BIAYA INVESTASI
Tanah 786.850.000
Bangunan 500.000.000
Kandang 600.000.000
Cattle yard 300.000.000
Holding fasilitas 200.000.000
Holding pond 30.000.000
Container strow 150.000.000
Container N2 cair 125.000.000
Gun IB 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Timbangan sapi 35.000.000
Kendaraan operasional 305.000.000
Laptop dan komputer 46.000.000 46.000.000
Alat-alat kandang 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 6.350.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000 2.808.000 3.600.000
Sub Total Investasi 3.086.450.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 8.600.000 2.808.000 5.850.000 2.808.000 51.850.000 2.808.000 5.850.000
2.BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya Tetap
Gaji Staff 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000 426.000.000
Biaya Administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
tunjangan Kesehatan 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Tunjangan Hari Raya 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000 75.975.000
Pajak PBB 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000 7.670.000
Total Biaya Tetap 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000 600.020.000
b. Biaya Variabel
Biaya Bakalan 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000 6.825.000.000
Biaya Pakan 3.088.995.000 4.780.952.500 7.338.872.500 9.576.505.000 10.092.250.000 10.999.457.500 12.298.127.500 13.988.260.000 13.967.455.000 13.626.362.500
Biaya Transportasi 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000 393.500.000
Obat-obatan dan Vitamin 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000 643.935.000
PAR 21.000.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
PKB 21.000.000 18.456.000 17.928.000 17.400.000 16.872.000 16.344.000 15.816.000 15.288.000 15.960.000 14.580.000
Semen IB 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
Biaya Telephon 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Biaya Listrik 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Peralatan untuk IB 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000 125.630.000
Biaya TK 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500 486.362.500
Total Biaya Variabel 11.773.822.500 13.451.836.000 16.009.228.000 18.246.332.500 18.761.549.500 19.668.229.000 20.966.371.000 22.655.975.500 22.635.842.500 22.293.370.000
Total Biaya Operasional 12.373.842.500 14.051.856.000 16.609.248.000 18.846.352.500 19.361.569.500 20.268.249.000 21.566.391.000 23.255.995.500 23.235.862.500 22.893.390.000
TOTAL OUTFLOW 3.086.450.000 12.376.650.500 14.057.706.000 16.612.056.000 18.854.952.500 19.364.377.500 20.274.099.000 21.569.199.000 23.307.845.500 23.238.670.500 22.899.240.000
Pendapatan sebelum pajak -3.086.450.000 -1.233.874.000 -2.329.929.500 -2.544.279.500 477.824.000 3.300.799.000 2.391.077.500 1.095.977.500 2.163.931.000 2.233.106.000 3.359.387.000
Pajak 0 0 -721.478.850 -763.283.850 143.347.200 990.239.700 717.323.250 328.793.250 649.179.300 669.931.800 1.007.816.100
Net Benefit -3.086.450.000 -1.233.874.000 -1.608.450.650 -1.780.995.650 334.476.800 2.310.559.300 1.673.754.250 767.184.250 1.514.751.700 1.563.174.200 2.351.570.900
Df 5.75% 1,000 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572
Present Value (PV)/Tahun -3.086.450.000 -1.166.783.924 -1.438.291.747 -1.505.988.760 267.451.166 1.747.089.843 1.196.766.535 518.724.841 968.497.358 945.113.560 1.344.479.909
NPV -209.391.221
PV+ 4.043.842.703
PV- -4.253.233.924
Net B/C 0,95
IRR 11,11%
PP 5,24