Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA


DOSEN : Hj. Leny Indrawati, S.Kep,Ns, M.Kep
Suciati, S.Kep, Ns, M.Kep

KELOMPOK 5
1. ELISA NURMAHIDA (A2R15063)
2. FAIZ AJI TANTOKO (A2R15064)
3. HABIBI NUR ROHMAN (A2R15065)
4. YUNIAR VICKY V. (A2R15096)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA


ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
GLAUKOMA

A. DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO
(Tekanan Intra Okuler), penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang
pandang yang khas. (Anas Tamsuri, 2010 : 72)
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidak-seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam jaringan saraf
halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Sidarta Ilyas, 2010)
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer (Primary Glaucoma)
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata.
Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka
karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan
saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior
normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma Sudut Tertutup (Sudut Sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga
iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan
meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan
terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder (Secondary Glaucoma)
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes,
trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang
mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan
pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

3. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaucoma)


Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata
tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka
terhadap cahaya.
4. Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.

B. ETIOLOGI

Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan


intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat
terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak serabut
saraf retina atau jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata dan saraf optik yang
menghubungkan mata ke otak juga. Hingga kini, belum jelas kenapa produksi cairan
mata bisa berlebihan atau kenapa saluran pembuangannya bisa tersumbat.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang
kepala.
2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah,
kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3. Tajam penglihatan sangat menurun.
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya
reaksi radang uvea.
8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10. Tekanan bola mata sangat tinggi.
11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
D. PATHWAY

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan lapang pandang : Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusak papil saraf optikus.
2. Pengukuran tonografi/tonometri : Mengkaji Tekanan Intra Okuler (TIO) (normal 12-
25 mmHg)
3. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
4. Tes Provokatif : Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
5. Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.

F. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa
Tekanan intraokuler harus diturunkan dengan secepatnya dengan memberikan
asetanolamid 500 mg dilanjutkan dengan 3 x 500 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-
150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25 – 0,5% 2 x 1 dan KCl x 0,5
g. Diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi
inflamasi. Untuk bentuk primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½ - 1 jam
pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata disebelahnya. Bila perlu
berikan analgetik dan antiemetik.
2. Operasi
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler
(TIO) dan keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun segera dilakukan operasi.
Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas
menurun operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap mematau TIO. Jenis
operasi iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan genioskopi
setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juga dilakukan iridektomi
pada sebelahnya.
Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai. Dilakukan
operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung penyebab. Misalnya pada hifema
dilakukan parasentesis pada kelainan lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau
operasi iridektomi.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar
untukmenekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan
bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan glaukoma adalah:
a. Identitas / Data Biografi : Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan
keterangan lain mengenai identitas pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang : Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya
yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh
pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pada pengkajian klien dengan gangguan mata
(galukoma) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan
sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta
riwayat terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa dan Intervensi
a. Nyeri b.d peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO)
 Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
 Kriteria hasil:
1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) Ekspresi wajah rileks
 Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Memudahkan tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut.
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil
yang diharapkan.
3) Atur intensitas cahaya dan ketenangan dalam ruangan
Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri.
4) Atur posisi fowler atau dalam posisi nyaman.
Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.
5) Berikan analgesik sesuai anjuran
Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO
b. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan
status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
 Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
 Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
 Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi
kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau
total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan
penglihatan, contoh : kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah penglihatan
malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau
kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk memudahkan aliran
keluar aquos humor.
c. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
 Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
 Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat
diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.
 Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan yang akan datang
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info tentang pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi ditandai dengan : pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
 Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
 Kriteria Hasil:
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
 Intervensi:
1) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan
pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
2) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh : tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh : midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan konsistensi
program obat adalah kontrol vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.
3) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan
nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai
ancaman kesehatan berat.
4) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan
serangan akut.
5) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
6) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi.
7) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan
intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC Jilid 2 Tahun 2015


http://www.alodokter.com/glaukoma
https://id.m.wikipedia.org/wiki/glaukoma
http://www.academia.edu/10981656/askep_glaukoma

Anda mungkin juga menyukai