Nama Rana
Nim 20190104014
2020/2021
Jawab :
Intelektual merupakan kemampuan untuk melakukan abstraksi serta berpikir logis dan
cepat sehingga dapat bergerak dan menyesusaikan diri terhadap situasi baru. Piaget
membagi empat tahapan perkembangan intelektual/kognitif, yaitu tahap sensori motoris,
tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap
tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai aplikasi kemampuan intelektual individu
sesuai dengan tahap perkembangannya.
1. Karakteristik tahap sensori-motoris
Perkembangan intelektual pada tahap ini, dibagi oleh piaget menjadi enam fase, yang
terjadi ketika kita baru lahir sampai berusia 2 tahun. Pada tahap ini, perkembangan
intelektual individu ditandai dengan:
Jawab :
Emosi merupakan perasaan-perasaan yang dipengaruhi oleh warna afektif. Karakteristik
perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu
sebagai berikut.
a) Perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja disertai sikap kepekaan terhadap
rangsangan-rangsangan dari luar menyebabkan respon yang berlebihan sehingga mereka
mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak
b) Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan
mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang
perhatian, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c) Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehinga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang
menunjukkan adanya kontradiksi dengan membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang
mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri.
Terlebih jika ada orang dewasa/orang tua disekitarnya yang ingin memaksakan nilai-
nilainya.
d) Periode remaja akhir mulai memadang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,
orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka. Interaksi dengan orang lain pun semakin baik dan lancer dan emosinya mulai
stabil. Perasaan yang sring muncul pada tahap ini seperti cinta/kasih sayang, gembira,
rasa marah, juga ketakutan dan kecemasan.
Aplikasi dalam pendidikan:
Tahap emosi remja yang cenderung labil pada perkembangannya di sekolah, dapat
dibantu dengan cara menanamkan nilai-nilai dan moral yang baik kepada peserta didik. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan adanya beberapa mata pelajaran di sekolah, seperti
pendidikan agama, budi pekerti, bimbingan konseling, serta beberapa mata pelajaran sejenis
yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan nilai dan moral agar perkembangan emosi
peserta didik ebih stabil.
Diskusi terhadap masalah nilai dan moral antara guru dan peserta didik dianggap penting
agar tercipta sikap keterbukaan pada peserta didik. Sebagai akibatnya, pada diri peserta
didik itu sendiri tidak tercipta emosi-emosi yang negatif karena masalah yang dipendamn
terlalu lama. Selain diskusi, pertimbangan dalam menyelesaikan konflik juga penting untuk
diajarkan, disanalah pendidik membentuk karakter peserta didik agar lebih konsisten, logis,
dan bijak dalam menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan.
Jawab :
Bahasa adalah suatu kode atau sistem simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara
konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep atau ide-ide dan berkomunikasi
melalui penggunaan simbol-simbol yang di sepakati dan kombinasi simbol-simbol yang di
atur oleh ketentuan yang ada. Keterampilan bahasa bukan hanya sekedar bahasa lisan,
melainkan juga bahasa tulisan dan bahasa isyarat. Karakteristik perkembangan bahasa
remaja dijelaskan oleh tiga teori utama, yaitu:
a. Model behaviors
Inti pandangan model ini adalah language is a function of reinforcement. Orang tua dan
guru mengajar anak berbicara dengan memberikan penguatan sebagai prinsip pendekatan
behaviorist terhadap tingkah laku verbal. Dengan pemberian penguatan ini anak belajar
memberi nama pada benda-benda secara tepat sehingga anak mengetahui arti kata-kata itu.
Hal ini dapat terjadi karena setiap kali anak berbuat suatu kesalahan akan segera dikoreksi
oleh guru juga orang tuanya atau masyarakat verbal lainnya melalui penguatan yang
selektif.
Penguasaan gramatika juga terjadi dengan cara yang sama. Menurut teori ini, anak-anak
mulanya merupakan tabula rasa. Kata-kata yang di dengarnya disimpan dalam ingatan
melalui asosiasi. Kemudian dalam observasinya sehari-hari terhadap lingkungan, ia
melihat adanya suatu hubungan antara entry (kombinasi antara objek dengan person)
dengan suatu aksi tertentu. Lama-lama terjadi asosiasi yang kuat antara keduanya dan
asosiasi tersebut disimpannya dalam ingatan. Makin banyak asosiasi yang terjadi dan
disimpan dalam ingatannya.
b. Model linguistic
Menurut Chomsky, anak-anak dilahirkan dengan dilengkapi kemampuan untuk
berbahasa. Melalui kontak dengan lingkungan social, kemampuan berbahasa tersebut akan
tampak dalam berperilaku berbahasa. Dari sudut pandang ini, bahasa adalah suatu
kemampuan yang khas yang dimiliki manusia. Selain itu perolehan bahasa tidak dengan
cara induksi melainkan karena manusia secara biologis memang sudah di programkan
untuk memperoleh bahasa. Hampir semua anak memformulasikan data-data bahasa yang
diperoleh melalui hipotesis testing dan lambat laun akan menguasai teori tentang gramatik.
Seorang anak bukanlah suatu tabula rasa, melainkan telah mempunyai faculty of
language. Faculty ini adalah khas manusia. Faculty ini berdiri sendiri dan tidak
bergantung pada faculty lain seperti berfikir, pengamatan, dan sebagainya. Apabila
seorang anak memiliki faculty of language maka semua anak di dunia ini akan
mengembangkan tipe-tipe bahasa yang sama yang berarti ada suatu ciri universal dalam
segala macam bahasa.
c. Model kognitif
Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai perolehan bahasa pada anak.
Pandangannya disebut dengan model proses atau analisis strategi. Inti dari pendekatan
baru ini adalah suatu model kognitif untuk bahasa yang mencoba menjelasakan bagaimana
bahasa itu diproses secatra kognitif dan bagaimana manifestasinya dalam tingkah laku.
Model ini berusaha menghubungkan segi performance dan segi kompetensi. Hal yang
belum diungkapkan oleh kedua pendekatan tersebut.
Jawab :
Menurut menurut Depdiknas (2003) anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog
dan atau guru diidentifikasi oleh peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan,
dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreatifitas
yang memadai dan keterikatan terhadap tugas tergolong baik. Anak-anak berbakat
istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan
anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di
dalamnya, seperti : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi
dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
a. Karakteristik intelektual-kognitif
Anak berbakat pada tingkatan ini memiliki karakteristik seperti mempunyai ide-ide
yang orisinil, gagasan yang diluar kemampuan anak pada umumnya, memiliki ide kreatif,
mampu menghubungkan ide-ide yang tampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang
utuh, mempunyai nalar yang tinggi, mampu mengatasi masalah yang rumit dengan cepat
serta pemecahan yang sederhana dan mudah dipahami, mempunyai perbendaharaan
kosakata yang banyak dan dapat mengartkulasikannya dengan jelas, mampu
berkomunikasi dengan baik dan cepat memahami pembicaraan atau pembelajaran yang
diberikan, memiliki daya ingat yang lama, serta kemampuan luar biasa lainnya yang
berhubungan dengan kecerdasan kognitif.
b. Karakteristik persepsi/emosi
Kecerdasan dalam tingkatan ini memiliki karakteristik emosi yang khas seperti,
perasaan yang sangat peka, gaya humor yang tidak lazim, perspektif dengan emosi orang
lain, eka terhadap perubahan kecil di lingkungan sekitar, introvert, terbuka dengan
pengalaman dan hal baru, memiliki ketulusan hati yang lebih dalam disbanding anak lain
pada umumnya, dan kecerdasan emosi lainnya.
d. Karakteristik aktifitas
Anak berbakat pada tingkat ini umumnya mempunyai energy yang seolah tak pernah
habis, selalu aktif beraktifitas, sulit tidur dan cepat terbangun, sangat waspada, mampu
berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang lama, tekun, gigih, pantang
menyerah, cepat bosan dengan situasi ruti, pikiran tidak pernah diam, selalu memunculkan
hal baru untuk dilakukan, spontanitas yang tinggi, dan lain sebagainya.
Hal yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan bakat peserta didik:
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam mengembangkan bakat
peserta didik adalah pendidik terlebih dahulu harus memahami bakat apa yang dimiliki
peserta didik sehingga akan lebih mudah mengembangkannya. Setelah mengetahui apa
bakat yang dimiliki peserta didik, pendidik dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pengembangan bakat peserta didik tersebut. Namun, tidak sedikit dari
kita yang sulit menemukan apa sebenarnya bakat yang kita miliki, maka tugas pendidik
adalah memotivasi anak agar tidak putus asa dan pendidik dapat melakukan aksi-aksi yang
dapat membangkitkan minat anak. Proses pembelajaran yang digunakan diharap lebih
dinamis sehingga kreatifitas anak dan partisipasi anak dalam belajar akan lebih meningkat
dan perkembangan bakat anak dapat terasah.
6. Bagaimana karakteristik perkembangan sosial anak remaja, dan
bagaimana aplikasinya dalam pendidikan!
Jawab :
Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Hubungan sosial dimulai
dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan
sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Pada
masa remaja, berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Remaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat
pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap
”conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman
sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi
Jawab :
Persamaan antara kecerdasan emosional dan spiritual adalah kedua macam kecerdasan
tersebut dapat membuat orang yang memiliki kecerdasan itu bersikap fleksibel/mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki kesadaran yang tinggi, mampu
menghadapi penderitaan dan rasa sakit dengan lapang dada, mampu mengambil pelajaran
berharga dari suatu kegagalan, mandiiri, mampu mengontrol dan mengelola emosi, dapat
memotivasi diri, dan sama-sama berperan dalam mencapai kesuksesan hidup. Perbedaan
antara kedua kecerdasan tersebut adalah ketika kita memiliki kecerdasan spiritual, maka
kita akan lebih mengetahui makna hidup sebenarnya, untuk apa kita diciptakan, apa tujuan
sebenarnya hidup kita, dan membuat si pemilik kecerdasan ini memiliki perasaan aman
dan tentram dalam kehidupannya jika dibandingkan dengan kecerdasan emosional.