Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

FILUM PORIFERA
( Calcarea, Demospongiae, Hexatinellida dan Sclerospongiae )

Disusun oleh :
FAJAR MANIK
F1D219005

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman yang semakin berkembang tidak terlepas disertai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan berkat peran teknologi sekarang ini yang
amat kompleks. Alat-alat yang semakin canggih menjadikan sebuah hal yang
mustahil dapat diketahui walaupun masih ada batasan-batasan. Pada abad 19
perkembangan Geologi modern semakin menarik perhatian para ilmuwan untuk
menjawab kejadian-kejadian yang ada sekarang ini bahkan masa lampau.
Untuk mengetahui kondisi kejadian masa lalu diperlukan rekam jejak atau
sebagian bahan bukti mengenai hal tersebut. Namun, secara ilmiah masa
lampau yang berjuta-juta tahun tidak mudah menemukan jejak atau bukti
sebagia alat bantu untuk menjelaskan kejadian yang sudah lama demi
keperluan di masa sekarang.
Paleontologi hadir sebagai ilmu cabang dari salah ilmu kebumian yang
terkhusus mempelejari kehidupan yang pernah terjadi dimuka bumi ini.
Paleontologi yang berisikan kajian serta perjelasan mengenai perjalanan
kehidupan mahluk hidup yang pernah ada di muka bumi ini hingga perubahan
sampai saat ini. Paleontologi mengakses masa lampau menggunakan sisa
peninggalan mahluk pada hidup pada masa berupa fosil dengan informasi
tersebut banyak manfaat yang akan didapat.
Semua makhluk fosil, dan dunia lenyap yang mereka tinggali membantu kita
memahami tempat kita dalam ruang dan waktu. Mereka juga dapat bertindak
sebagai tolok ukur penting untuk apresiasi kita terhadap Bumi seperti saat ini
dan mungkin memberikan petunjuk untuk masa depannya. Museum Nasional
Sejarah Alam penuh dengan petunjuk fosil tentang masa lalu Bumi, dan
dibantu oleh koleksi-koleksi - dan beberapa penelitian mutakhir di Departemen
Paleobiologi - kursus ini akan mengeksplorasi sejarah kehidupan dari hari-hari
awal Bumi ke yang lebih baru kali dalam sejarah planet kita. Pada praktikum
kali ini membahas mengenai filum porifera. Kata porifera berasal dari bahasa
Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi Porifera berarti hewan
yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons.
Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan
ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk
tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga
sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Dimana dalam filum Porifera akan
terdapat empat kelas.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 1


1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Filum Porifera
2. Memahami pembagian kelas dari Filum Porifera
3. Melakukan dekskripsi pada setiap kelas dari maket yang telah dibuat
1.3 Alat dan Bahan
1. Modul
2. Laptop
3. Alat tulis
4. Maket Filum Porifera ( Calcarea, Demospongiae, Hexatinellida dan
Sclerospongiae )

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 2


BAB II
DASAR TEORI

Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre
(membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal
juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang
hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan,
warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Porifera memiliki
beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris.
Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik),
membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin
yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran,
dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan
dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum,
disebut koanosit. Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau
secara intrasel. Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak
secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel
spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara
tidak kawin dengan bertunas (Soetoto,2015)
Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan
multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ
sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat
menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit
gerakan. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil,
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk
menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan
berpori (Suhardi, 2002).
Struktur tubuh Porifera kecuali berpori-pori dengan macam-macam bentuk,
dibagi atas tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe
Ascon yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana
yang dilihat suatu rongga sentral yang disebut Spongocoel atau paragaster.
Ujung atas dari jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum.
Pada dinding tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut
porosofil atau pori dan sering juga disebut ostium. Dalam tubuh Porifera
ditemukan sistem saluran air yang dimulai dari pori-pori atau porosofil dan
diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut oscolum. Sebelum air

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 3


dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh itu lebih
dahulu ditampung di alam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari
berbagai jenis Porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang
sama yaitu mengalirkan air dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan
dikeluarkan kembali ke daerah eksternal (Maskoeri, 1992).
Ciri-ciri khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang
merupakan awal dari system kanal (saluran air) yang menghubungkan
lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak
dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat
digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan,
adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera
dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari
spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organic. Lapisan terluar
terdiri dari sel -sel pipih, disebut ectoderm (epidermis), berfungsi melindungi
bagian yang ada dibawahnya atau didalamnya. Diseluruh permukaan ecetoderm
terdapat pori - poriyang disebut ostia, merupakan lobang bagi keluar masuknya
air yang kemudian melalui saluran atau kanal. Lapisan terdalam (endoderm)
melapisi dan membatasi ruang tengah (spongocoel) dengan kamar - kamar serta
bagian saluran. Pada kanal terdapat flagel - flagel yang berungsi untuk
membawa masuk makanan melalui ostia, kanal dan sampai akhirnya pada
spongocoel. Setelah makanan diserap kemudian sisanya dibuang melalui lobang
pada ujungnya yang disebut osculuna. Bagian yang menyerap makanan adalah
sel - sel endoderm pada spongocoel (Mukayat, 1989).
Adapun ciri-ciri filum porifera yaitu porifera sudah merupakan Metazoa
(hewan bersel banyak), sebab walaupun tubuhnya sudah berdiri dari banyak sel
tetapi jaringan tubuhnya masih sederhana karena belum mempunyai organ
tubuh yang khusus, belum mempunyai sistem saraf yang menanggapi rangsang
adalah sel-sel individual, dan belum mempunyai saluran pencernaan makanan
yang khusus, pencernaan makanan secara intra seluler (pencernaan makanan
dalam sel) karena masih intraseluler maka disebut Parazoa. Dinding tubuhnya
berpori-pori dan sudah mempunyai sistem canol. Dinding tubuhnya terdiri dari
dua lapis yaitu lapisan luar atau epidermis yang tersusun dan dermal-dermal
epitelium, dan lapisan dalam yang tersusun dari Choanocyte (deretan sel leher)
yang mana masing-masing Choanocyte dilengkapi dengan Flogellum diantara
dua lapisan (lapisan dalam dan luar) terhadap zat antara berupa gelotin yang
disebut Mesoglea atau Mesenchym. Tubuh dilengkapi kerangka yang berupa
Spicula-spicula yang berasal dari Kapur, Silicat, Campuran kapur dan silikat,
kerangka tersebut terdapat didalam lapisan Mesogles (Suwignyo, 2005).

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 4


3.2 Pembahasan
Porifera (Latin: porus = pori,fer = membawa) atau spons adalah hewan
multiseluler yang paling sederhana. Binatang bersel banyak (multiselluler) yang
sederhana. Hidup dengan menambatkan diri (sessile) pada benda - benda
dilingkungan aquatik. Terutama hidup di laut, dengan cara berkoloni yang
besar. Hanya sedikit yang hidup di air tawar. Makanannya adalah bakteri dan
plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga
porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera umumnya di
laut.
Kelas Calcarea anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat
kapur (kalsium karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau
tetrakson. Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe
saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni.
Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat
dalam bentuk kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung
spikula, sedangkan pada beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau empat
spikula. Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan
memiliki keanekaragaman paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis
molekuler terbaru menunjukkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya
dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas calcacea yang pertama kali
menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam
filum siliceria. Diversitas (Keanekaragaman) Calcarea ada sekitar 400 spesies
sponge pada kelas Calcarea. Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh
daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang memiliki suhu yang hangat.
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge
Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan memiliki
kedalaman kurang dari 1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi
dengan terumbu karang. Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual
dengan regenerasi jaringan. Sponge juga dapat bereproduksi secara seksual
dengan menjadi hermaprodit, sperma dan telur dapat direproduksi secara
berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di
dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang
menjadi larva yang berenang bebas.
Perkembangan Calcarea sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di
dalam mesohil (lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat
bergerak mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke
seluruh bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel
sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 5


dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel
ini dapat berkembang menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu
mengakumulasi kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula,
tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk spikula pada ruang
antar sel. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi struktur termineralisasi
pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada sponge, sklerosit
mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan
mesohil. Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini adalah Leucosolenia sp.,
Scypha sp., Cerantia sp., dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar di bawah
ini

Sycon Ciliatum (Sumber: museum.wa.gov.au) dan Sketsa Maket Calcarea


Kelas Hexatinellida pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang
tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge
gelas atau porifera kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung
atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki
permukaan epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema
sp., dan Euplectella suberea. Perhatikan Gambar ini.

Euplectella Aspergillum ( wikimedia Commons ) dan Sketsa Maket Hexatinellida


Deskripsi Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh
dunia, terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini
jumlahnya sangat melimpah di Antartika. Semua sponge kaca berdiri tegak, dan

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 6


memiliki struktur khusus di pangkalnya untuk melekat kuat pada dasar laut.
Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada juga
yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata
hexactinellida adalah antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh
menjadi cukup besar. Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas (atrium)
dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang berbentuk seperti anyaman
topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida
kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan
sponge syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal
dibandingkan dengan syconoid. Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan
dengan sponge lainnya dengan pemeriksaan secara internal. Kerangka
hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika. Spikula yang mengandung silika
ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular (oleh karena itu mereka
memiliki enam titik, sehingga mereka disebut sebagai hexactine), yang pada
umumnya menyatu, sehingga membuat hexactinellids memiliki kekakuan
struktural yang berbeda dari sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara
spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel tubuh yang lembut. Air
memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di dalam syncytia
terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge
lainnya, tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering
disebut sebagai collar bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella,
pergerakan dari flagela merekalah yang menyebabkan aliran air melewati
sponge ini. Di dalam syncytia ada sel fungsional sebanding dengan archaeocytes
yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya memiliiki mobilitas
yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak mampu
berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka
mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan lunak
syncytial.
Reproduksi hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellid
dan perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan
kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah
pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga mereka
bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva
parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang memiliki
flagela atau alat gerak lainnya. Setelah larva menempel di dasar laut, larva
bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai tumbuh. Hexactinellids merupakan
sponge yang mudah berkembangbiak. Perkembangan dan Pola Makan sponge
kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik,

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 7


mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil.
Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies,
partikel tersebut diserap pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar
bodies dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan, dan kemudian
melewati vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes
di antara helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan
makanan. Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa
hal untuk menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif
terhadap makanan yang mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil untuk
menembus syncytium dicerna oleh mereka). Karena mereka meiliki sedikit
membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida tidak dapat mengkontrol
seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka. Diyakini bahwa stabilitas
lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk bertahan
meskipun kekurangan dalam hal ini. Hexactinellida hidup secara sessile /
menetap. Bahkan larvanya pun tampaknya tidak menunjukkan gerakan, tidak
seperti spons lainnya, hexactinellida tidak berkontraksi ketika dirangsang.
Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan,
meskipun potensi mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Berikut ini
adalah ordo dari Kelas Hexatinellida, yaitu Amphidiscosa, Ordo Aulocalycoida,
Ordo Hexactinosida, Ordo Lychniscosida, Ordo Lyssacinosida
Kelas Demospongia kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau
benangbenang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula
dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon. Demospongia
merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar.
Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena
mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas
ini antara lain Suberit sp., Cliona sp., Microciona sp., Spongilla
lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar dibawah ini.

Niphateserecta sp. (dpr.ncparks.gov) Dan Sketsa Maket Demospongia

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 8


Habitat dari Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada
di dalam 10 ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari
daerah intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.
Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh pada
berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka
dapat berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk
guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini
berwarna cerah, seperti warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau.
Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula;
megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota
Demospongiae mudah dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki
enam duri spikula. Mereka memiliki struktur leukonoid, dengan choanoderm
yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh bagian tubu, dan menebal
pada bagian mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam bentuk
Demospongiae.
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada
reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan
oosit timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan
membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran besar
yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang dihasilkan
berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus exhalant.
Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan dan pembentukan
gemmules. Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil
yang dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili
Spongellidae yang hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl berupa
gumpalan dari archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang dikeluarkan
oleh amoebocytes lainnya. Gemmules dilepaskan ketika tubuh induk rusak, dan
gemmules ini mampu bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi yang
menguntungkan, sebuah lubang yang disebut micropyle muncul dan
melepaskan amoebocytes, yang berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis
sel.
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik.
Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge
dari kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme kecil
lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel makanan masuk melalui pori-pori
luar. Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk, namun
pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan
juga dapat dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 9


jarang dimakan oleh hewan lain karena rasanya yang tidak enak. Namun,
beberapa organisme dapat hidup pada sponge, dan tinggal bersama mereka
sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan “pelabuhan” bagi
bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi sebagai
perlindungan bagi organisme lain.
Sclerospongiae adalah golongan calcareous berbentuk seperti gelas, sebagai
organisme seperti sponge yang muncul pertama kali dalam Kambrium Awal dan
musnah pada Kambrium Tengah, dan mempunyai penyebaran di dunia yang
luas.Sclerospongiae juga disebut Archaeos, Archaeocyatha, Archaeocyathacea,
Archaeocyathinue dan Cyathospongia. Nature of skeleton (Sifat kerangka),
Kerangka Sclerospongiae ini khususnya mempunyai satu atau dua dinding
berbentuk cylindrical atau conical. Ruang antara dinding luar dan dinding
dalam disebut intervallum, yang dibatasi oleh banyak sekat - sekat vertikal dan
radial yang disebut parieties.
Sekat horisontal disebut synapticula yang menghubungkan parieties satu
dengan yang lainnya, dan lapisan tipis yang tidak beraturan (dissipiments)
meluas dari parieties satu ke parieties lainnya. Horisontal tabular plate (tabula)
merupakan sekat tambahan. Kedua dinding berlubang, dinding luar umumnya
mempunyai lubang yang lebih kecil dibanding dinding dalam, dan bagian dalam
dari cup-nya membuka pada dasar. Sebagian besar dari intervallum strukturnya
juga berlubang - lubang.

( Sketsa Maket Sclerospongiae Ceratoporella nicholsoni )


Ceratoporella nicholsoni adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas
Sclerospongiae. Proses pemfosilan yaitu termineralisasi dengan umur yaitu
Kambrium (570-100 juta tahun yang lalu) – Recent (0,01 juta tahun). Hewan ini
berlingkungan hidup di laut dangkal atau peralihan darat dan berlingkungan
pengendapan di zona litoral serta cara hidupnya tertambat.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 10


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga
sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil)
pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan
sebagian kecil yang hidup di air tawar.
2. Pada filum Porifera terdapat empat kelas yaitu Calcarea, Demospongiae,
Hexatinellida dan Sclerospongiae. Kelas Calcarea anggota kelas ini
mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium karbonat)
dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar
dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-
macam. pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang
tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang Kelas Demospongia kelas ini
memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin
tanpa skeleton Sclerospongiae adalah golongan calcareous berbentuk
seperti gelas,
3. Pada pendeksripsian yaitu melakukan analisa pada maket hasil yang di
dapat yaitu pengkalsifikasian secara biologi serta cara atau pun
hubunganya dengan keterbentukannya menjadi fosil.
4.2 Saran
Semoga pada praktikum berikutnya peserta praktikum dalam
pendeksripsian praktikan lebih serius dan melakukan pendekripsian secara
individu atau mengikuti dalam proses pendeskripsian

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 11


DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.


Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Suhardi. 2002. Buku Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia : Jakarta. S,
Soetoto. (2015). geologi dasar. Yogyakarta: ombak.
Suwignyo,Sugiarti. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 12

Anda mungkin juga menyukai