Anda di halaman 1dari 20

Karakterisasi Sifat Mekanik

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK


MATERIAL

Disusun oleh :

Ambarwati Terraningtyas (14030224010)

Tiara Sarah Dewi (14030224022)

Siti Holisa SP (14030224045)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016

1
Karakterisasi Sifat Mekanik

METODE KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK

Proses pengujian bahan adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat
dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan
komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian bahan dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok metoda pengujian, yaitu :

1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian bahan yang bisa menimbulkan


kerusakan bahan yang di uji.

2. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian bahan yang tidak bisa
menimbulkan kerusakan benda yang di uji.

1. Destructive Test (DT)


Merupakan proses pengujian sifat mekanik dari suatu bahan, dimana sifat
mekanik merupakan sifat yang menyatakan kamampuan suatu bahan dalam menerima
suatu beban atau gaya tanpa mengalami kerusakan pada bahan tersebut.

1.1 Kekerasan
ketahanan suatu bahan terhadap penetrasi material lain pada permukaannya
disebut kekerasan. Untuk mengukur nilai kekerasan suatu material diperlukan alat
seperti berikut :

Gambar Skematis Alat Uji Kekerasan

Dial gage : untuk membaca nilai kekerasan

Indentor : alat tekan

2
Karakterisasi Sifat Mekanik

Anvil : untuk tempat landasan benda yang di uji

Crack Handle : tempat untuk bertumpunya tangan saat memasang identor

Beban : untuk gaya penekan

Prinsip Kerja Alat

Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menentukan nilai kekerasan material:

Memotong Spe
Ukuran : 5 s/d
Gambar Skematis Alur Uji Kekerasan
Harus rata
1.1.1 Metode Brinell
Pengujian brinell adalah salah satu cara pengujian kekerasan yang
paling banyak digunakan. Pada pengujian brinel digunakan bola baja yang
dikeraskan sebagai indentor. Indentor untuk brinell berbentuk bola dengan
diameter 10mm, diameter 5mm, diameter 2,5mm, dan diameter 1mm, itu
semua adalah diameter bola standar internasional. Bola brinell yang standar
internasional tersebut ada 2 bahan pembuatannya. Ada yang terbuat dari
baja yang di keraskan/dilapis chrom, dan ada juga yang terbuat dari tungsten
carbide. Tungsten carbide lebih keras dari baja, jadi tungsten carbide
biasanya dipakai untuk pengujian benda yang keras yang dikhawatirkan
akan merusak bola baja.

3
Karakterisasi Sifat Mekanik

Gambar Indentor Uji Brinell

Kekerasan Brinel dihitung sebagai berikut :

2P
BHN=
πD ¿ ¿

Keterangan:
BHN : luas tampak tekan

P : gaya tekan (kg)

D : diameter bola indentor (mm)

d : diameter tampak tekan (mm)

Cara Kerja

Cara brinell ini dilakukan dengan penekanan sebuah bola (Bola


Brinell) yang terbuat dari baja chrom yang telah disepuh, kepermukaan
benda uji tanpa sentakan. Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis.
Permukaan yang diuji harus bersih dan rata. Setelah gaya tekan ditiadakan
dan bola Brinell dikeluarkan dari bekas (lekukan) yang terjadi, maka
diameter paling atas dari lekukan tadi diukur secara teliti untuk kemudian
dipakai sebagai dasar perhitungan kekerasan benda uji.

Pengujian kekerasan Brinell dapat dilihat dari gambar tersebut :

Analisis Data

4
Karakterisasi Sifat Mekanik

Rumus umum:

2P
BHN=
πD ¿ ¿

Contoh perhitungan pada tabel menggunakan data dari sample Fe nomor 4


adalah sebagai berikut :

 Beban (P) = 187.5 Kg


 Diameter indentor (D) = 1,6 mm

Pengukuran jejak saat pengujian dilakukan dua kali, yakni :

 Diameter jejak 1 (d1) = 1.16 mm


 Diameter jejak 2 (d2) = 1.116 mm
1.16+1.116
 Diameter jejak rata-rata (d) = = 1.138 mm
2
Hitung nilai BHN (Brinell Hardness Number) dengan menggunakan
persamaan :

2P
BHN=
πD ¿ ¿

2 x 187.5 kg
BHN=
( πx 3.2 mm ) ¿ ¿

BHN=131.188 kg/mm2

5
Karakterisasi Sifat Mekanik

1.1.2 Metode Vickers

Gambar Indentor Vickers

Uji vickers dikembangkan di inggris tahun 1925an. Dikenal juga


sebagai Diamond Pyramid Hardness test (DPH). Uji kekerasan vickers
menggunakan indentor piramida intan, besar sudut antar permukaan
piramida intan yang saling berhadapan adalah 136°. Metode Brinell dan
Vickers, memiliki prinsip dasar yang sama dalam menentukan angka
kekerasannya, yaitu menitikberatkan pada perhitungan kekuatan bahan
terhadap setiap daya luas penampang bidang yang menerima pembebanan
tersebut. Kekerasan Vickers dapat dihitung sebagai berikut :

1,854 x P
VHN =
d2

Keterangan : VHN : Vickers Hardness Number

P : Beban yang diberikan (kgf)

d : Panjang diagonal rata-rata hasil indentasi (mm)

Cara Kerja
Pengujian Vickers dilakukan dengan penekanan pada bahan uji dengan
beban tertentu dan ditahan beberapa detik untuk mendapatkan lubang yang
tepat dan juga akan menghasilkan perhitungan yang mudah dan cepat. Di
sisi lain pengujian ini dengan intan maka hasil data yang ditampilkan akan
menunjukkan angka yang relative benar dan tepat.

Gambar Indentor Vickers

6
Karakterisasi Sifat Mekanik

Gambar diatas adalah bentuk indentor pada metode Vickers dimana


sudut ujung indentor adalah 136° dengan diagonal 1 dan diagonal 2 yang
digunakan untuk mencari diagonal rata- rata. Hasil penekanan akan
menunjukkan bentuk seperti ujung mata penekan mata intan yaitu berbentuk
bujur sangkar. Secara garis besar kedalaman yang didapat akan sama juga
dengan ketinggian dasar hingga puncak mata penekan.

Ketika diagonal utama dari penekan telah terhitung maka uji Vickers
dapat dihitung dengan rumus yang ada tetapi dapat lebih jelas jika
menggunakan table konversi yang ada. Karena jejak yang dibuat dengan
penekanan piramida serupa secara geometris dan tidak terdapat persoalan
mengenai ukurannya, maka VHN tidak tergantung kepada beban. Pada
umumnya hal ini dipenuhi kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban
yang biasanya digunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg.
Tergantung pada kekerasan logam yang akan diuji. Karena jika terlalu berat
akan merusak bahan itu sendiri yang kemudian tidak bisa diukur nilai
kekerasannya.

Analisis Data

Contoh

Pengujian menggunakan 3 jenis material yaitu baja, tembaga, dan


alumunium.Dari data hasil pengujian, diagonal rata-rata yang terbentuk
paling besar hasil dari jejak indentasi ada pada material alumunium, kedua
tembaga, dam yang terkeciladalah baja. Hasil pengujian langsung yang
didapat dari ketiga jenis materialyang digunakan menunjukkan bahwa
angka kekerasan paling tinggi ditunjukkan oleh material baja, dan kemudian
tembaga, sedangkan alumunium tidak memiliki nilai kekerasan hasil pengujian. Ini

7
Karakterisasi Sifat Mekanik

disebabkan oleh tabel uji keras Vickers yang tidak menunjukkan niai angka
kekerasan dengan diagonal rata-rata jejak diatas 2mm. Namun bisa diasumsikan
bahwa material merupakan material yang memiliki angka kekerasan paling rendah
dibanding baja dan tembaga karena diagonal rata-rata jejak yang terbentuk hasil
indentasi pada alumunium paling besar diantara yang lain. Dengan begitu
makin besar jejak indentasi makin kecil angka kekerasan dari sebuah material.

Contoh perhitungan :

Diketahui :

Baja

d = 1,395 mm

P = 100 kg

1,854 x P 1,854 x 100


VHN = = =95,174 VHN
d2 1,3952

1.1.3 Metode Rockwell


Pengujian rockwell menggunakan indentor bola baja diameter
standar (diameter 10, 5, 2.5, dan 1 mm) dan indentor kerucut intan.
Pengujian ini tidak membutuhkan kemampuan khusus karena hasil
pengukuran dapat terbaca langsung. Tidak seperti metode pengujian Brinell
dan Vickers yang harus dihitung menggunakan rumus terlebih dahulu.
Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load
(F0) = 10 kgf dan beban mayor/mayor load (F1) = 60kgf sampai dengan
150kgf tergantung material yang akan di uji dan tergantung menu rockwell
yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, HRD). Metode Rockwell
menitikberatkan pada pengukuran kedalaman hasil penekanan atau penekan
(indentor) yang membentuk berkasnya (indentasi) pada benda uji.

Gambar Indentor Rockwell

8
Karakterisasi Sifat Mekanik

Skala yang digunakan dalam metode rockwell

Cara Kerja

Mesin uji kekerasan rockwell (rockwell hardness test) harus


dipelajari dulu secara seksama. Mesin yang ada merupakan mesin yang
digunakan untuk uji rockwell HRA, HRB, HRC, HRD, HRF, HRG selanjutnya
sebelum dimulai pengujian indetor harus dipasang terlebih dahulu sesuai
dengan jenis pengujian yang diperlukan baik itu indetor bola baja maupun
kerucut diamond. Setelah indetor terpasang, letakan specimen yang akan
diuji kekerasannya ditempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan
digunakan untuk proses penekanan. Nilai kekerasan dapat dilihat pada layar
yang tersedia.

Pada langkah pertama benda uji ditekan oleh indentor dengan beban
minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (Major
Load F1) pada langkah kedua dan langkah ketiga beban mayor diambil
sehingga yang tersisa adalah minor load, seperti pada ilustrasi gambar
berikut:

9
Karakterisasi Sifat Mekanik

Analisis Data
Contoh

Salah satu karakter mekanik dari material keramik atau logam


adalah dengan uji kekerasan. Pada pengujian logam, kekerasan didefinisikan
sebagai ketahanan suatu logam terhadap indentasi (penekanan). Uji ini dapat
digolongkan sebagai uji destruktif karena merusak bahan dan uji skala
makroskopis karena efek perubahan uji dapat dilihat dengan langsung.
Pengujian dilakukan pada tiga titik yang berbeda dalam satu
specimen dan dalam percobaan ini, digunakan tiga jenis specimen yaitu
kuningan, alumunium dan besi.
Nilai yang ditunjukkan oleh penyimpangan jarum menunjukkan
adanya pembebanan yang diberikan melalui indenter setelah gaya yang
diberikan dilepaskan.
Semakin besar penyimpangan jarum menunjukkan material tersebut
dapat dikatakan memiliki kekerasan yang cukup tinggi karena hal tersebut
membuktikan bahwa material tersebut tahan terhadap penekanan yang
diberikan dan dari pengujian tiga titik, selalu didapatkan nilai TH yang
berbeda-beda meskipun dalam satu bahan yang sama, hal tersebut
dikarenakan homogenitas bahan, contohnya kuningan. Kuningan merupakan
paduan logam besi dengan tembaga sehingga homogenitas atau distribusi
paduan belum tentu sama pada setiap titik.
Begitu pula dengan besi dan alumunium, jika yang digunakan adalah
besi murni atau alumunium murni maka homogenitasnya bisa dipastikan
sama rata untuk setiap titik. Alumunium dan besi juga tidak bisa menjadi
materi yang murni di alam bebas karena sifat kereaktifannya dalam
mengikat elektron untuk memperoleh elektron valensi sempurna, sehingga
apabila di alam bebas maka akan berusaha mengikat oksigen dan tereduksi.

Tabel nilai kekerasan hasil eksperimen

Dari tabel data rata-rata TH terlihat bahwa kuningan mempunyai


nilai terkecil sehingga dapat disimpulkan bahwa kuningan mempunyai sifat

10
Karakterisasi Sifat Mekanik

elastis lebih besar daripada sampel lainnya dan kekerasan besi paling baik
diantara kedua sampel lainnya.

2. Non Destructive Test (NDT)


2.1 Uji SEM
Scaning elektron mocroscope (SEM) adalah salah satu jenis mikroskop
elektron yang menghasilkan berbagai gambar dari proses tumbukan elektron
dengan energi yang tinggi terhadap permukaan suatu sampel dan kemudian
mengidentifikasi sinyal-sinyal hamburan elektron dari permukaan. Dalam SEM,
sinyal yang dihasilkan tidak hanya berasal dari elektron yang ditembakkan, tetapi
dapat juga berasal dari interaksi lain yang terjadi didalam sampel yang dekat
dengan permukaan. SEM mampu menghasilkan gambar dengan resolusi yang
sangat tinggi. Adapun perbesaran gambar berkisar antara 15 kali hingga 200000
kali. SEM pertama kali ditemukn oleh Manfred von Ardenne pada tahun 1937.
Kemudian oleh Charles Oatley dan kemudian secara komersil disebarluaskan oleh
Cambridge Instruments.Skema penjelasan SEM dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar Skema SEM

11
Karakterisasi Sifat Mekanik

Bagian – bagian SEM :

o Stage berfungsi sebagai tempat bahan (specimen) yang akan diuji


o Secondary electron detector berfungsi sebagai detector untuk menangkap
informasi mengenai topografi (kekerasan, sifat memantulkan cahaya dan
lain sebagainya)
o Objective lens berfungsi membaca elektron yang masuk dari hasil proses
scaning sebelumnya.
o Scaning coils berfungsi untuk menscaning elektron yang masuk .
o Condensor lens berfungsi untuk memfokuskan elektron pada satu titik
sebuah sampel.
o Electron beam berfungsi untuk meneruskan elektron pada satu titik sebuah
sampel.
o Anode berfungsi membentuk gaya yang dapat menarik elektron masuk ke
dalam.
o Filament berfungsi untuk menangkap elektron yang telah dipancarkan.
o High voltage cable berfungsi menghasilkan elektron yang akan diteruskan
ke filamen.
o Bacskscatered electron detector berfungsi sebagai detektor untuk
menangkap informasi nomor atom dan topografi
o Infrared camera berfungsi menagkap gambar yang terbentuk.

Cara Kerja

Dua sinar electron digunakan secara simultan. Satu strike specimen


digunakan untuk menguji dan strike yang lain adalah CRT (Cathode Ray Tube)
memberikan tampilan yang dapat dilihat oleh operator. Akibat tumbukan pada
spesimen dapat dihasilkan satu jenis elekron dan emisi foton. Sinyal yang terpilih
dikoleksi, dideteksi dan dikuatkan untuk memodulasi tingkat keterangan dari sinar
elektron yang kedua, maka sejumlah besar sinar akan menghasilkan bintik gelap.
SEM menggunakan prinsip scanning, maksudnya berkas elektron diarahkan dari
titik ke titik pada objek. Gerakan berkas elektron dari satu titik ke titik yang lain
pada suatu daerah objek menyerupai gerakan membaca. Gerakan membaca ini
disebut dengan scanning.

Analisa Data

12
Karakterisasi Sifat Mekanik

Gambar Pengamatan porositas menggunakan SEM pada bagian melintang sampel W-40wt
% Cu,Tekanan Kompaksi 600 MPa dengan perbesaran 25.000x.

Gambar Pengamatan porositas dengan menggunakan SEM pada bagian


melintang sampel 40wt% Cu dengan tekanan kompaksi (a) 200 MPa (b) 400 MPa
dan (c) 600 MPa pada perbesaran 1000x

Setelah proses sintering terjadi pengurangan porositas sehingga


menghasilkan material yang lebih tinggi kerapatannya dibandingkan sebelum
dilakukan sintering. Hal ini menunjukkan bahwa sinter density berhubungan
dengan banyaknya porositas yang terjadi setelah proses sintering. Nilai
porositas akan semakin kecil dengan semakin tinggi tekanan kompaksi.
Tekanan kompaksi yang lebih tinggi menyebabkan interaksi gesekan antar
partikel lebih tinggi sehingga mengurangi porositas. Porositas berpengaruh
terhadap sifat mekanik, adanya porositas dapat menurunkan sifat mekanik
karena porositas dapat mengakibatkan konsentrasi tegangan sehingga mudah
untuk berdeformasi plastis.

Morfologi hasil pembuatan komposit W-Cu berdasarkan pengamatan


SEM menunjukkan bahwa porositas pada tekanan 600 MPa lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tekanan 200 maupun 400 MPa. Dengan bertambahnya
tekanan kompaksi maka porositas berangsur-angsur semakin menurun. Saat
penekanan pada proses kompaksi,serbuk akan saling mengunci (interlocking).
Semakin tinggi gaya yang diberikan maka kontak antar permukaan semakin
luas. Persebaran penguat pada matrik juga dipengaruhi ukuran butir. Semakin
kecil ukuran butir maka gaya gesek antar partikel semakin besar dan luas
permukaan kontak antar partikel lebih banyak saat dilakukan kompaksi
sehingga akan menaikkan ikatan antar partikel saat difusi pada proses sintering.
Difusi atom merupakan proses perpindahan atom pada zat padat akibat adanya
13
Karakterisasi Sifat Mekanik

kenaikan temperatur. Difusi terjadi karena partikel berpindah secara acak dari
area yang memiliki konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Besarnya laju difusi berkaitan dengan besarnya energi bebas yang dimiliki oleh
suatu material.

Berdasarkan variasi tekanan kompaksi pada penelitian ini, akan


mempengaruhi laju difusi atomik saat proses sintering. Sampel yang diberikan
tekanan kompaksi lebih tinggi akan menyimpan energi bebas yang lebih tinggi
sehingga laju difusi atomik akan lebih cepat terjadi dengan adanya energi yang
masih tersimpan.

2.2 Uji XRD

Gambar 1.1 X-Ray Diffraction

Spektroskopi difraksi sinar-X (XRD) merupakan salah satu metode


karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan para meter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel.
a. Kegunaan dan Aplikasi
1) Membedakan antara material yang bersifat kistal dengan amorf
2) Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan Kristal
3) Karakterisasi material Kristal
4) Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat
5) Penentu dimensi-dimensi sel satuan
b. Dengan teknik-teknik yang khusus, XRD dapat digunakan untuk
1) Menentukan struktur Kristal dengan menggunakan Rietveld refinement
2) Analisis kuantitatif dari mineral
3) Karakteristik sampel film

14
Karakterisasi Sifat Mekanik

c. Keuntungan dan kerugian dari XRD untuk sampel


1) Kristal tunggal
Keuntungan : dapat mempelajari struktur Kristal tersebut
Kerugian : sangat sulit mendapatkan senyawa dalam bentuk
kristalnya
2) Bubuk
Keuntungan : lebih mudah memperoleh senyawa dalam bentuk
bubuk
Kerugian : sulit untuk menentukan strukturnya

1. Komponen-komponen XRD
Untuk dapat melakukan fungsinya, XRD dilengkapi oleh komponen-
komponen penting, seperti : tabung sinar-X, monochromator, detector dan lain-
lain.

Gambar Komponen-komponen XRD dan Alur jalannnya Sinar-X

- Sumber sinar-X sebagai penghasil sinar-X


- Celah Soller 1 dan celah penyebar sebagai
- Lingkar Spicemen sebagai tempat bahan yang akan di uji
- Celah anti penyebar sebagai
- Celah penerima dan celah soller 2 sebagai
- Monokromator grafit / Circle of Difractometer untuk membelokan arah
sinar menuju celah detektor
- Detektor untuk mendeteksi interferensi radiasi sinar-X hasil difraksi
material yang di uji

2. Prinsip Kerja XRD


Tahapan kerja XRD terdiri dari empat tahap yaitu : produksi, difraksi,
deteksi dan interpretasi.

15
Karakterisasi Sifat Mekanik

a) Produksi

Gambar Tabung Sinar-X

Tabung sinar-X tersebut terdiri dari empat komponen utama, yaitu :


 Filament (katoda) yang berperan sebagai sumber elektron
 Ruang vakum sebagai pembebas hambatan
 Target sebagai anoda
 Sumber tegangan listrik untuk memanaskan filament
Pada tahap ini, electron yang di hasilkan ketika filament (katoda)
dipanaskan akan dipercepat akibat perbedaan tegangan antara dan target
(anoda) sehingga terjadi tumbukan. Tumbukan yang dipercepat tersebut
kemudian menghasilkan radiasi sinar-X yang akan keluar melalui tabung sinar-
X dan berinteraksi dengan struktur Kristal yang diuji.

b) Difraksi (Interaksi Sinar-X dan Material)


Material yang akan dianalisis struktur kristalnya harus berada dalam
fasa padat karena dalam kondisi tersebut kedudukan atom-atomnya berada
dalam susunan yang teratur sehingga membentuk bidang-bidang kristal.
Radiasi sinar-X yang telah dihasilkan oleh tabung sinar-X akan
berinteraksi dengan struktur Kristal material yang diuji. Gambar 1.4
menunjukan difraksi yang terjadi. Pola-pola difraksi tersebut sebenarnya
menyerupai pola gelap dan terang. Pola gelap terbentuk ketika terjadi
interferensi destruktif, sedangkan pola terang terbentuk ketika terjadi
interferensi konstruktif dari pantulan gelombang-gelombang sinar-X yang
saling bertemu. Interferensi konstruktif tersebut terjadi sesuai dengan hukum
Bragg.

16
Karakterisasi Sifat Mekanik

Gambar Difraksi radiasi sinar-X dalam struktur kristal

c) Deteksi
Interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil difraksi struktur Kristal
material yang diuji selanjutnya akan dideteksi oleh detector. Agar detektor
dapat mendeteksi interferensi konstruktif radiasi sinar-X dengan tepat, maka
posisinya harus berada tepat pada arah sudut pantul radiasi sinar-X tersebut.

Gambar Ilustrasi Deteksi dan Interpretasi sinar-X

d) Interpretasi
Interferensi konstruktif sinar-X yang telah dideteksi oleh detector
selanjutnya akan diperkuat gelombangnya dengan menggunakan amplifier,
sehingga akan terbaca secara spektroskopi sebagai puncak-puncak grafik yang
ditampilkan oleh layar kumputer. Dengan menganalisis puncak-puncak grafik
tersebut struktur Kristal suatu material dapat diketahui.

3. Analisis Data Hasil Karakteristik XRD


Hasil dari karakterisasi XRD untuk berbagai loading Cu dalam
pembuatan katalis Cu-N-TiO2

17
Karakterisasi Sifat Mekanik

Gambar Hasil XRD terhadap sampel TiO2 dan Cu-N-TiO2

Dari gambar 1.5 terlihat puncak-puncak di 2θ pada 25,3 o, 38,0o, 48.3o,


54,8o, 55,8o, 62,58o, 67,21o, 68,79o, 75,18o yang merupakan difraksi dari
bidang (101),(004), (200), (105), (211), (204), (116), (220) dan (215) dari
anatase (Khan M.A., 2007). Puncak untuk CuO biasanya terlihat pada 2θ=
35,6o dan 38,8o (Slamet, 2009). Dari hasil XRD di atas, tidak terlihat puncak
pada 2θ = 35,6onamun terlihat puncak kecil di 2θ = 38,8 opada loading Cu
1-5%, yang berarti menunjukkan keberadaan kristal dari CuO, walaupun
masih sangat sedikit.

Gambar a) Pola XRD (JCPDS No. 65-3107) dan b) Spectrum XRD untuk nanopartikel
Fe3 O 4 dan komposit Fe3 O4/RGO

Semua puncak difraksi pada kedua sampel Fe3 O4 dan Fe3 O4/RGO
dapat terindeksi dengan baik untuk Face Centered Cubic (FCC) magnetit
(JCPDS No. 65-3107). Puncak XRD yang meluas menunjukan bahwa ukuran
nanopartikel Fe3 O 4 sangat kecil.

18
Karakterisasi Sifat Mekanik

DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id/search?q=alat+uji+kekerasan&biw.com Diakses pada


tanggal: 18 Desember 2016

www.google.co.id/search?q=alat+uji+kekerasan&biw.com Diakses pada


tanggal: 17 Desember 2016

www.google.co.id/search?q=alat+uji+tarik.com Diakses pada tanggal: 17


Desember 2016

https://www.google.co.id/search?
q=alat+uji+kekerasan&biw=1280&bih=628&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X
&ved=0ahUKEwjysMeB_ufJAhVI5GMKHSAeCDIQsAQIHw&dpr=0.8#imgrc=cn0jTC
uhYqYZNM%3A Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/-
w9tCZ6qhYLE/UUNIcZRuzhI/AAAAAAAAAHo/cq2K93W7Y8g/s320/rockwell.png&img
refurl=http://kalogueloe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-
vickers.html&h=239&w=302&tbnid=oc7to5AGYHO9GM:&docid=9DfE1dOuZGOGL
M&ei=7FZ1VvrQJcqmjwPxuKHwBg&tbm=isch&ved=0ahUKEwj69u-s_-
fJAhVK02MKHXFcCG4QMwgbKAEwAQ Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

https://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://ujimaterial.weebly.com/uploads/2/5/4/1//6511711.jpg
%253F1387444918&imgrefurl=http://ujimaterial.weebly.com/&h=442&w=318&tbnid
=AKt6WgTJJhdZLM:&docid=RtnjT-J-
IANm6M&ei=7FZ1VvrQJcqmjwPxuKHwBg&tbm=isch&ved=0ahUKEwj69u-s_-
fJAhVK02MKHXFcCG4QMwggKAYwBg Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://2.bp.blogspot.com/-
rBofGqJqrzo/UUNIdZbMxcI/AAAAAAAAAHw/GrpVusOuXGw/s1600/rockwell2.png&i
mgrefurl=http://kalogueloe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-
vickers.html&h=225&w=709&tbnid=9RoLXkQ8NFSPLM:&docid=9DfE1dOuZGOGL
M&ei=7FZ1VvrQJcqmjwPxuKHwBg&tbm=isch&ved=0ahUKEwj69u-s_-
fJAhVK02MKHXFcCG4QMwgdKAMwAw Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

https://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://ujimaterial.weebly.com/uploads/2/5/4/1/25418571/7006351_orig.jpg&im
grefurl=http://ujimaterial.weebly.com/&h=278&w=228&tbnid=8xk5cq_X5GKA3M:&
docid=RtnjT-J-

19
Karakterisasi Sifat Mekanik

IANm6M&ei=7FZ1VvrQJcqmjwPxuKHwBg&tbm=isch&ved=0ahUKEwj69u-s_-
fJAhVK02MKHXFcCG4QMwhGKCIwIg Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://2.bp.blogspot.com/-
rBofGqJqrzo/UUNIdZbMxcI/AAAAAAAAAHw/GrpVusOuXGw/s1600/rockwell2.png&i
mgrefurl=http://kalogueloe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-
vickers.html&h=225&w=709&tbnid=9RoLXkQ8NFSPLM:&docid=9DfE1dOuZGOGL
M&ei=7FZ1VvrQJcqmjwPxuKHwBg&tbm=isch&ved=0ahUKEwj69u-s_-
fJAhVK02MKHXFcCG4QMwgdKAMwAw Diakses pada tanggal: 17 Desember 2016

20

Anda mungkin juga menyukai