Anda di halaman 1dari 25

MAKALA

H KMB II
KATARAK

Dosen pengampu:

Dimas Ning Pangesti S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Sinta Wulan Suci G


2. Sittatun Hasanah
3. Sri Wahyuningsih
4. Suci Amalia Putri

YAYASAN PONDOK PESANTREN

KALIMOSODO AKADEMI KEPERAWATAN

BAITUL HIKMAH BANDAR LAMPUNG


2020-2021

KATA PENGANTAR

Assamua’alaikum Warahmattulahi Wabarokatuh


Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia –Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Katarak”
Penulsan makalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
Dimas Ning Pangesti S.Kep.,Ns.,M.Kep kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangandan masih jauh dari kata sempurna Kritik,saran,
masukan sangat kami butuhkan untuk di jadikan pedoman dalam penulisan ke arah
yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami ucapkan
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Bandar Lampung, 9 juli 2020

Kelompok 11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Rumusan masalah
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifstasi klinis
E. Fatofisiologi
F. Pemeriksaan diagnostic
G. Penatalaksanaan
H. Pencegahan
I. Komplikasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KATARAK
A. Pengkajian
B. Data dasar pengkajian
C. Diagnose keperawatan
D. Intervensi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya
(Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya
cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat
menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama
katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes),
merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007).
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia
65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70%
pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena
katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang
paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di
dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri
berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak
juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah
pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan
memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini
antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas,
merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin,
dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Perawat dan pembaca dapat mengetahui definisi
penyakit Katarak.
b. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
jenis-jenis penyakit Katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
gejala dan tanda-tanda penyakait Katarak.
b. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
penyebab penyakit Katarak.
c. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
pengobatan penyakit Katarak.

C. Manfaat
1. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui
karakteristik dari penyakit Katarak.
2. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengantisipasi
terjadinya penyakit Katarak.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyakit Katarak bisa menyerang manusia ?
2. Bagaimana awal terjadinya penyakit Katarak ?
3. Bagaimana cara pengobatan penyakit Katarak ?
BAB II
TINJAUAN
TEORI

A. Pengertian Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada
saat kelahiran (katarak kongenital). (brunner & suddarth .2001,
keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta).
Katarak adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa
menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. (Elizabeth J. corwin.2000, buku saku
patofisiologi, EGC. Jakarta).
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada
lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan kabur
dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Barbara C. long.
1996, perawatan medikal bedah vol.2, Yayasan Alumni
Keperawatan. Bandung).
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. (sidarta ilyas,
1998)
Katarak adalah suatu bagian yang kabur dan keruh pada lensa
mata, yang disebabkan oleh menebalnya zat-zat protein di
dalam lensa itu sendiri. (Clifford R. 1982. Petunjuk Modern
Kepada Kesehatan. IPH. Bandung)
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksi pada retina dan
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata/Indrian
N. Istiqomah. Jakarta. EGC. 2004.
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa
beberapa abad yang lalu apabila pengurangan visus
diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang diturunkan di dalam
mata, agak seperti melihat air terjun. (Perawatan Mata. Vera H.
Darling, Margaret R. Thorpe).
Katarak (pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif
pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses
penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.
(Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges.
Jakarta.EGC.1999).

B. Etiologi
Penyebab katarak meliputi
1. Degeneratif (ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak
senilis dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran
serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan
besar menjadi menurun penglihatanya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti
trauma tembus pada mata yang disebabkan oleh benda
tajam/tumpul, radiasi (terpapar oleh sinar –X atau benda-
benda radioaktif).
3. Penyakit mata lain, seperti uveitis.
4. Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi
pada katarak diabetika dikarenakan gangguan
metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh
darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan
kerusakan pada retina.
5. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai
akibat infeksi virus prenatal) dan katarak developmental
terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat
dari defek kongenital. Kedua bentuk ini mungkin
disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau
proses peradangan.

C. Klasifikasi
Macam-macam katarak :
1. Katarak senile
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak
senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur
hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil
merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya
degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium:
a. Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat
proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien
akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam
penglihatan pasien belum terganggu.
b. Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang
degeneratif mulai terserap cairan mata ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak
intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya
mulai berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini
diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan
lensa yang menebal.
c. Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut
lensa. Terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan
di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan
dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi
normal kembali. Tajam penglihatan sangat menurun
dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.
d. Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi
proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam
korteks lensa ( katarak morgagni). Pada stadium ini
terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan
masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium
hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada
normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan
bilik mata depan terbuka.

Perbedaan stadium katarak senile

Insipien Imatur Matur hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Teremulans
()
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut Normal Sempit Normal Terbuka

bilik mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudo
positif
Penyulit - Glaucoma - Uveitis,
glaukoma

2. Katarak congenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang
didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital yang
terjagi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera
setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi
karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat gangguan metabolisme
jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak
putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil
berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya
difikirkan diagnosis bandingan seperti retinoblastoma,
endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik viterus
primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.
Beberapa macam jenis katarak kongenital :
a. Katarak lamelar atau zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal
dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat
lensa. Biasanya perkembangan serat lensa selanjutnya
normal kembali sehingga nyata terlihat adanya
gangguan perkembangan serta lensa pada satu lamel
daripada perkembangan lensa tersebut. Katarak
lamelar bersifat herediter yang diturunkan secara
dominan dan biasanya bilateral. Tindakan pengobatan
atau pembedahan dilakukan bila fundus okuli tidak
tampak pada pemeriksaan funduskopi.
b. Katarak polaris posterior
Katarak polaris posterior ini terjadi akibat arteri hialoid
yang menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhakan
lagi oleh lensa untuk metabolismenya. Ibu dan bayi
akan melihat adanya leukokoria pada mata tersebut.
Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di dataran
belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi
akan terlihat serat sisa arteri hialoid yang
menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil
saraf optik. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt
dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi. Bila fundus
okuli masih terlihat, maka perlu tindakan bedah pada
katarak polar posterior ini karena tidak akan terjadi
ambilopia eksanopsia. Bila fudus okuli tidak tampak,
maka dialakukan tindakan bedah iridektomi optik atau
bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear
ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena
akan terjadi tarikan arteri hialoid dengan papil yang
dapat mengakibatkan ablasi retina.
c. Katarak polaris anterior
Katarak polaris arterior atau piramidalis arterior akibat
gangguan perkembangan lensa pada saat mulai
terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ibu dengan
kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus,
maka amnionya akan mengandung virus. Plakoda lensa
akan mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke
dalam vesikel akan menjadi lensa. Gambaran klinis
akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena anaknya
mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan subjektif
akan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnaya
fibrosis di dalam bilik mata depan yang
menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang
keruh. Kekeruhan yang terlihat pada lensa terletak di
polus anterior lensa dalam bentuk piramid dengan
puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa
pada katarak polar anterior ini tidak progresif.
Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan
tidak terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah
yang dilakukan adalah disisio lentis atau suatu
ekstraksi linear.
d. Katarak sentral
Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat
pada bagian nukleus embrional. Katarak ini terdapat
80% orang normal dan tidak menggangu tajam
penglihatan. Pengobatan tidak dilakukan pada katarak
sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan dan
fundus okuli dapat dilihat dengan mudah.

3. Katarak traumatic
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat
trauma lensa mata, serta robekan pada kapsul sebagai
akibat dari benda tajam. Apabila terjadi lubang yang besar
pada kapsul lensa, maka humor akuosus akan masuk ke
dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta
menyebabkan uveitis.

4. Katarak juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1
tahun dapat terjadi karena:
a. Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.
b. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat
terjadi akibat :
1) Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis
anterior, glaukoma, ablasi retiana, miopia tinggi,
ftsis bulbi, yang mengenai satu mata.
2) Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid,
dan miotonia distrofi,yang mengenai kedua mata
akibat trauma tumpul ataupun tajam.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang
didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

5. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan
susunan sel lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi
gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat
terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi retina dan
glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau
kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.

6. Katarak diabetika
Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh
penyakit diabetes.

D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:


1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada
mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:


1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya
terasa menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada
siang hari )

Gejala lainya adalah :


1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan
peningkatan tekanan di dalam mata (glukoma) yang bisa
menimbulkan rasa nyeri.

E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih(bening), transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di ferifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukeus mengalami perubahan warna menjadi cokelat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke daerah
di luar lensa,misalnya,dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan menggangu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada pasien yang
menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
menpunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang
ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat
bersifat kongenital dan harus diidentifikasikan awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
menyebabkan terjadinya katarak meliputi sinar UV B,obat-
obatan,alkohol,merokok,diabetes,dan asupan vitamin antioksi
dan yang kurang dalam waktu yang lama.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh
CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO)
(NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut
terbuka atau sudut tertutup glaukoma.
4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan
adanya/tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
5. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal
okuler, mencatat atropi lepeng optik, papiledema,
pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan
pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan
anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan
untuk memastikan arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol
diabetes.

G. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan
dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa
pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak
memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan
penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan
pada uvea.
Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna
hitam
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih
tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan
lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada
objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang
dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang
mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.
Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas
pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi
jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi
yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas
indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed.
3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan
penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan
hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk
kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik
operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2
macam yakni :
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan
mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka
kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang
lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE
yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic
untuk menghancurkan nucleus sehingga material
nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3
mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup
dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti
nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan
tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal,
sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan
lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah
katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan
waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih
cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid
dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat
diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi
telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata
baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata
untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan
kacamata untuk jarak jauh. Saat ini
digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular
yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea,
retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat
keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu
mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat
maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada
mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat
menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka
kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.

H. Pencegahan
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan,
dan sebagai pendidik dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang
baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal asuhan mata,
keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat
dapat mencegah membantu orang belajar bagaimana
mencegah kontaminasi silang atau penyebaran penyakit
infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik.
Perawat dapat mendorong pasien melakukan pemeriksaan
berkala dan dapat merekomendasikan cara mencegah cedera
mata.
Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa
tergantung pada usia pasien, faktor resiko terhadap penyakit
dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler harus
segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak
mengalami gejala tetapi yang berisiko mengalami penyakit
mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala.
Pasien yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi
mata, seperti kortekosteroid, hidrokksikloroquin sulfat,
tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur.
Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada
usia 35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.

I. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak
akan mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan
strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi
berupa glukoma dan uveitis.

BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan
katarak adalah :
a. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering
terpapar sinar matahari secara langsung, tempat
tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.

b. Riwayat penyakit sekarang


Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
1) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
(gejala utama katarak) .
2) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
3) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
4) Perubahan daya lihat warna
5) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari,
lampu besar sangat menyilaukan mata
6) Lampu dan matahari sangat mengganggu
7) Sering meminta ganti resep kaca mata
8) Lihat ganda
9) Baik melihat dekat pada pasien rabun
dekat ( hipermetropia)
10)Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata
lain

c. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh
pasien seperti
1) DM
2) Hipertensi
3) pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4) Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan
diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid
/ toksisitas fenotiazin.
5) Kaji riwayat alergi

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress.

2. Pemeriksaan
Fisik Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati
adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan
(penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop
sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran
miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris
pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan
jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang
bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada
katarak matur.

B. Data Dasar Pengkajian


1. Aktifitas/istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual (glaukoma akut).
3. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma
akut). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan
kornea berawan (glaukoma darurat). Peningkatan air mata.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma
kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada
sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).
5. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan
sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasive
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan TIO
4. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan
dengan kekeruhan pada lensa mata.
5. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan/pengobatan
7. Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan
kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
8. Resiko terhadap cedera dan yang berhubugan dengan
kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.

D. Intervensi
No Tujuan Intervensi
dx
1. menunjukkan perubahan  Diskusi tentang pembatasan
prilaku pola hidup untuk aktivitas
menurunkan faktor resiko  Ambulasi dengan bantuan
dan untuk melindungi diri berikan kamar mandi khusus
dari cedera.  Dorong nafas dalam bentuk untuk
bersihan paru
 Anjurkan menggunakan teknik
manajemen stres, contoh
bimbingan imajinasi, visualisasi,
nafas dalam dan latihan relaksasi
 Pertahankan perlindungan mata
sesuai indikasi
 Berikan obat sesuai indikasi
antiemetic

2. menunjukkan perubahan Mandiri


prilaku pola hidup dan  Diskusikan pentingnya mencuci
meningkatkan tangan sebelum
penyembuhan luka menyentuh/mengobati mata
tepat waktu,  Gunakan/tunjukkan teknik yang
bebas drainase tepat untuk membersihkan
purulen, eritema, dan mata dari dalam ke luar dengan
demam serta tisu basah/bola kapas untuk
mencegah/menurunkan tiap usapan, ganti balutan, dan
resiko infeksi. masukkan lensa kontak bila
menggunakan.
 Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata
yang dioperasi.
 Observasi tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan,
kelopak bengkak, drainase
purulen. Identifikasi tindakan
kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi
 Berikan obat sesuai indikasi:
 Antibiotik (topical, parenteral,
atau subkonjungtival)
 Steroid
 Menurunkan jumlah bakteri
pada tangan, mencegah area
kontaminasi area operasi
 Teknik aseptic menurunkan
resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang
 Mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi
3. menyatakan pemahaman Mandiri
faktor yang  Diskusikan apa yang terjadi
terlibat pada pasca operasi tentang
kemungkinan cedera nyeri pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata
 Beri pasien posisi bersandar,
atau miring ke sisi yang tidak
sakit sesuai keinginan
 Batasi aktivitas seperti
menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membungkuk
 Ambulasi dengan bantuan :
berikan kamar mandi khusus
bila sembuh dari anestes
 Dorong nafas dalam, batuk
untuk bersih paru
 Pertahankan perlindungan mata
sesuai indikasi
 Minta pasien
untuk membedakan
antara ketidaknyamanan dan
nyeri mata tajam tiba-tiba.
Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hipema (perdarahan
pada mata) pada mata dengan
senter sesuai indikasi.
 Observasi pembengkakan luka,
bilik anterior kempes, pupil
berbentuk buah pir.

Kolaborasi
 Berikan antiemetik sesuai
indikasi
 Berikan analgesic

4. klien akan  Kaji dan dokumentasikan


mendemontrasikan ketajaman penglihatan (visus)
peningkatan dasar
kemampuan  Dapatkan deskripsi fungsi
untuk memproses tentang apa yang bisa dan tidak
rangsangan visual bisa dilihat oleh klien
dan  Adaptasikan lingkungan dengan
mengomunikasikan kebutuhan visual klien dengan
pembatasan pandangan. cara orientasikan klien pada
lingkungan
 Letakkan alat-alat yang sering
digunakan dalam pandangan
klien (seperti, tv control, teko,
tisu)
 Berikan pencahayaan yang
paling sesuai dengan klien
 Cegah glare (sinar yang
menyilaukan)
 Tentukan ketajaman
penglihatan, catat apakah satu
atau kedua mata terlibat
 Pendekatan dari sisi yang tak
dioperasi, birara dan menyentuh
sering
 Orientasikan pasien terhadap
lingkungan dan orang lain di
areanya
 Ingatkan pasien menggunakan
kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang
lebih 25%, penglihatan ferifer
hilang. Dan buta titik mungkin
ada
 Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata
 Letakkan barang yang
dibutuhkan dalam jangkauan
pada sisi yang tak dioperasi
5. tampak rileks dan  Kaji tingkat ansietas derajat
melaporkan ansietas pengalaman nyeri/timbulnya
menurun sampai tingkat secara tiba-tiba dan
dapat diatasi pengetahuan kondisi saat ini
 Dorong pasien untuk mengukur
masalah dan mengekspresikan
perasaan

6. menyatakan pemahaman  Kaji informasi tentang kondisi


kondisi/proses penyakit individu, prognosis, tipe
dan pengobatan prosedur lensa
 Informasikan pasien untuk
menghindari tetes mata yang
dijual bebas
 Anjurkan pasien menghindari
membaca, berkedip,
mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok
pada panggul, meniup hidung,
penggunaan sprey, bedak
bubuk, merokok
 Tekankan kebutuhan untuk
menggunakan kaca pelindung
selama hari pembedahan atau
penutup padaa malam
 Anjurkan pasien tidur telentang
mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kaca mata gelap
bila keluar atau dalam ruangan
terang, batuk dengan mulut atau
mata terbuka
7. menurunkan stress  Kaji derajat dan durasi
emosional, ketekutan dan gangguan visual. Dorong
depresi : penerimaan percakapan untuk mengetahui
pembedahan dan keprihatinan pasien, perasaan,
pemahaman instruksi. dan tingkat pemahaman. Jawab
pertanyaaan, memberi
dukungan, membantu pasien
melengkapi metode koping.
 Orientasikan pasien pada
lingkungan yang baru.
 Jelaskan rutinitas perioperatif.
 Preoperatif :
tingkat aktivitas,
pembatasan diet, obat-
obatan.
 Intraoperatif : pentingnya
berbaring diam selama
pembedahan atau memberi
peringatan kepada ahli
bedah ketika terasa akan
batuk atau akan berganti
posisi. Muka ditutup dengan
kain, dan diberikan O₂.
Suara bising dan peralatan
yang tak biasa.
Pemantauan, termasuk
pengukuran tekanan darah
yang sering.
 Pasca operasi : pemberian
posisi,pembalutan, tingkat
aktivitas , pentingnya
bantuan untuk ambulasi
sampai stabil dan adekuat
secara visual.
 Jelaskan intervensi sedetil-
detinya ; perkenalkan diri anda
pada setiap interaksi ;
terjemahkan setiap suara asing;
pergunakan sentuhan untuk
membantu komunikasi verbal.
 Dorong untuk menjalankan
kebiasaaan hidup sehari-hari
bila mampu. Pesan makanan
yang bisa diamakan dengan
tangan bagi mereka yang tak
dapat melihat dengan baik atau
tak dapat melihat dengan baik
atau tak mempunyai
keterampilan koping untuk
menggunakan peralatan makan.
 Dorong partisipasi keluarga atau
orang yang berarti dalam
perawatan pasien.
 Dorong partisipasi dalam
aktivitas sosial dan pengalihan
bila memungkinkan
(pengunjung, radio, rekaman
audio, TV, kerajinan tangan
permainan)

8. pencegahan cedera.  Bantu pasien ketika mampu


melakukan ambulasi pasca
operasi sampai stabil dan
mencapai penglihatan dan
keterampilan koping yang
memadai. Ingat bahwa balutan
bilateral menjadikan pasien tak
dapat melihat, mengunakan
tekhnik bimbingan penglihatan.
 Bantu pasien menata
lingkungan. Jangan mengubah
penataaan meja-kursi tanpa
pasien diorentasi terlebih
dahulu.
 Orientasikan pasien pada
ruangan.
 Bahas perlunya penggunaan
perisai metal atau kaca mata
bila diperintahkan.
 Jangan memberikan tekanan
pada mata yang terkena trauma.
 Gunakan prosedur yang
memadai ketika memberikan
obat mata.
BAB IV
PENUTU
P
Kesimpula
n
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang
diturunkan di dalam mata. Defek kongenital mrupakan salah satu
kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal,
seperti German Measles. Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Salah satu diagnosa kep.yang bisa muncul yaitu
Resiko tinggi terhadap cedera b/d kehilangan vitreus, perdarahan
intraokuler, peningkatan TIO.
DAFTAR PUSTAKA

http://esafebriantonugroho.blogspot.com/2013/10/makalah-
katarak.html?m=1
www.ilmulengkap.xyz
http://sehatbersamaperawatindonesia.blogspot.com
/2017/05/makalah-asuhan-keperawatan-katarak .html?m= 1

Anda mungkin juga menyukai