KMB 2 Klp. 11
KMB 2 Klp. 11
H KMB II
KATARAK
Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 11
KATA PENGANTAR
Kelompok 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Rumusan masalah
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifstasi klinis
E. Fatofisiologi
F. Pemeriksaan diagnostic
G. Penatalaksanaan
H. Pencegahan
I. Komplikasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KATARAK
A. Pengkajian
B. Data dasar pengkajian
C. Diagnose keperawatan
D. Intervensi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya
(Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya
cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat
menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama
katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes),
merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007).
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia
65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70%
pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena
katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang
paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di
dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri
berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak
juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah
pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan
memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini
antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas,
merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin,
dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Perawat dan pembaca dapat mengetahui definisi
penyakit Katarak.
b. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
jenis-jenis penyakit Katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
gejala dan tanda-tanda penyakait Katarak.
b. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
penyebab penyakit Katarak.
c. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana
pengobatan penyakit Katarak.
C. Manfaat
1. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui
karakteristik dari penyakit Katarak.
2. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengantisipasi
terjadinya penyakit Katarak.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyakit Katarak bisa menyerang manusia ?
2. Bagaimana awal terjadinya penyakit Katarak ?
3. Bagaimana cara pengobatan penyakit Katarak ?
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada
saat kelahiran (katarak kongenital). (brunner & suddarth .2001,
keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta).
Katarak adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa
menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. (Elizabeth J. corwin.2000, buku saku
patofisiologi, EGC. Jakarta).
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada
lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan kabur
dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Barbara C. long.
1996, perawatan medikal bedah vol.2, Yayasan Alumni
Keperawatan. Bandung).
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. (sidarta ilyas,
1998)
Katarak adalah suatu bagian yang kabur dan keruh pada lensa
mata, yang disebabkan oleh menebalnya zat-zat protein di
dalam lensa itu sendiri. (Clifford R. 1982. Petunjuk Modern
Kepada Kesehatan. IPH. Bandung)
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksi pada retina dan
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata/Indrian
N. Istiqomah. Jakarta. EGC. 2004.
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa
beberapa abad yang lalu apabila pengurangan visus
diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang diturunkan di dalam
mata, agak seperti melihat air terjun. (Perawatan Mata. Vera H.
Darling, Margaret R. Thorpe).
Katarak (pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif
pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses
penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.
(Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges.
Jakarta.EGC.1999).
B. Etiologi
Penyebab katarak meliputi
1. Degeneratif (ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak
senilis dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran
serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan
besar menjadi menurun penglihatanya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti
trauma tembus pada mata yang disebabkan oleh benda
tajam/tumpul, radiasi (terpapar oleh sinar –X atau benda-
benda radioaktif).
3. Penyakit mata lain, seperti uveitis.
4. Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi
pada katarak diabetika dikarenakan gangguan
metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh
darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan
kerusakan pada retina.
5. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai
akibat infeksi virus prenatal) dan katarak developmental
terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat
dari defek kongenital. Kedua bentuk ini mungkin
disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau
proses peradangan.
C. Klasifikasi
Macam-macam katarak :
1. Katarak senile
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak
senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur
hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil
merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya
degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium:
a. Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat
proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien
akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam
penglihatan pasien belum terganggu.
b. Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang
degeneratif mulai terserap cairan mata ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak
intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya
mulai berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini
diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan
lensa yang menebal.
c. Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut
lensa. Terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan
di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan
dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi
normal kembali. Tajam penglihatan sangat menurun
dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.
d. Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi
proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam
korteks lensa ( katarak morgagni). Pada stadium ini
terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan
masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium
hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada
normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan
bilik mata depan terbuka.
bilik mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudo
positif
Penyulit - Glaucoma - Uveitis,
glaukoma
2. Katarak congenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang
didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital yang
terjagi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera
setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi
karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat gangguan metabolisme
jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak
putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil
berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya
difikirkan diagnosis bandingan seperti retinoblastoma,
endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik viterus
primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.
Beberapa macam jenis katarak kongenital :
a. Katarak lamelar atau zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal
dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat
lensa. Biasanya perkembangan serat lensa selanjutnya
normal kembali sehingga nyata terlihat adanya
gangguan perkembangan serta lensa pada satu lamel
daripada perkembangan lensa tersebut. Katarak
lamelar bersifat herediter yang diturunkan secara
dominan dan biasanya bilateral. Tindakan pengobatan
atau pembedahan dilakukan bila fundus okuli tidak
tampak pada pemeriksaan funduskopi.
b. Katarak polaris posterior
Katarak polaris posterior ini terjadi akibat arteri hialoid
yang menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhakan
lagi oleh lensa untuk metabolismenya. Ibu dan bayi
akan melihat adanya leukokoria pada mata tersebut.
Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di dataran
belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi
akan terlihat serat sisa arteri hialoid yang
menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil
saraf optik. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt
dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi. Bila fundus
okuli masih terlihat, maka perlu tindakan bedah pada
katarak polar posterior ini karena tidak akan terjadi
ambilopia eksanopsia. Bila fudus okuli tidak tampak,
maka dialakukan tindakan bedah iridektomi optik atau
bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear
ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena
akan terjadi tarikan arteri hialoid dengan papil yang
dapat mengakibatkan ablasi retina.
c. Katarak polaris anterior
Katarak polaris arterior atau piramidalis arterior akibat
gangguan perkembangan lensa pada saat mulai
terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ibu dengan
kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus,
maka amnionya akan mengandung virus. Plakoda lensa
akan mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke
dalam vesikel akan menjadi lensa. Gambaran klinis
akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena anaknya
mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan subjektif
akan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnaya
fibrosis di dalam bilik mata depan yang
menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang
keruh. Kekeruhan yang terlihat pada lensa terletak di
polus anterior lensa dalam bentuk piramid dengan
puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa
pada katarak polar anterior ini tidak progresif.
Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan
tidak terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah
yang dilakukan adalah disisio lentis atau suatu
ekstraksi linear.
d. Katarak sentral
Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat
pada bagian nukleus embrional. Katarak ini terdapat
80% orang normal dan tidak menggangu tajam
penglihatan. Pengobatan tidak dilakukan pada katarak
sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan dan
fundus okuli dapat dilihat dengan mudah.
3. Katarak traumatic
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat
trauma lensa mata, serta robekan pada kapsul sebagai
akibat dari benda tajam. Apabila terjadi lubang yang besar
pada kapsul lensa, maka humor akuosus akan masuk ke
dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta
menyebabkan uveitis.
4. Katarak juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1
tahun dapat terjadi karena:
a. Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.
b. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat
terjadi akibat :
1) Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis
anterior, glaukoma, ablasi retiana, miopia tinggi,
ftsis bulbi, yang mengenai satu mata.
2) Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid,
dan miotonia distrofi,yang mengenai kedua mata
akibat trauma tumpul ataupun tajam.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang
didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
5. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan
susunan sel lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi
gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat
terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi retina dan
glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau
kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
6. Katarak diabetika
Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh
penyakit diabetes.
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
di malam hari
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih(bening), transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di ferifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukeus mengalami perubahan warna menjadi cokelat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke daerah
di luar lensa,misalnya,dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan menggangu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada pasien yang
menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
menpunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang
ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat
bersifat kongenital dan harus diidentifikasikan awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
menyebabkan terjadinya katarak meliputi sinar UV B,obat-
obatan,alkohol,merokok,diabetes,dan asupan vitamin antioksi
dan yang kurang dalam waktu yang lama.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh
CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO)
(NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut
terbuka atau sudut tertutup glaukoma.
4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan
adanya/tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
5. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal
okuler, mencatat atropi lepeng optik, papiledema,
pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan
pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan
anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan
untuk memastikan arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol
diabetes.
G. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan
dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa
pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak
memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan
penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan
pada uvea.
Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna
hitam
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih
tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan
lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada
objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang
dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang
mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.
Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas
pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi
jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi
yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas
indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed.
3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan
penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan
hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
H. Pencegahan
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan,
dan sebagai pendidik dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang
baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal asuhan mata,
keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat
dapat mencegah membantu orang belajar bagaimana
mencegah kontaminasi silang atau penyebaran penyakit
infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik.
Perawat dapat mendorong pasien melakukan pemeriksaan
berkala dan dapat merekomendasikan cara mencegah cedera
mata.
Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa
tergantung pada usia pasien, faktor resiko terhadap penyakit
dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler harus
segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak
mengalami gejala tetapi yang berisiko mengalami penyakit
mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala.
Pasien yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi
mata, seperti kortekosteroid, hidrokksikloroquin sulfat,
tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur.
Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada
usia 35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.
I. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak
akan mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan
strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi
berupa glukoma dan uveitis.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan
katarak adalah :
a. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering
terpapar sinar matahari secara langsung, tempat
tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.
2. Pemeriksaan
Fisik Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati
adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan
(penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop
sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran
miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris
pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan
jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang
bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada
katarak matur.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasive
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan TIO
4. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan
dengan kekeruhan pada lensa mata.
5. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan/pengobatan
7. Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan
kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
8. Resiko terhadap cedera dan yang berhubugan dengan
kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.
D. Intervensi
No Tujuan Intervensi
dx
1. menunjukkan perubahan Diskusi tentang pembatasan
prilaku pola hidup untuk aktivitas
menurunkan faktor resiko Ambulasi dengan bantuan
dan untuk melindungi diri berikan kamar mandi khusus
dari cedera. Dorong nafas dalam bentuk untuk
bersihan paru
Anjurkan menggunakan teknik
manajemen stres, contoh
bimbingan imajinasi, visualisasi,
nafas dalam dan latihan relaksasi
Pertahankan perlindungan mata
sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi
antiemetic
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topical, parenteral,
atau subkonjungtival)
Steroid
Menurunkan jumlah bakteri
pada tangan, mencegah area
kontaminasi area operasi
Teknik aseptic menurunkan
resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang
Mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi
3. menyatakan pemahaman Mandiri
faktor yang Diskusikan apa yang terjadi
terlibat pada pasca operasi tentang
kemungkinan cedera nyeri pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata
Beri pasien posisi bersandar,
atau miring ke sisi yang tidak
sakit sesuai keinginan
Batasi aktivitas seperti
menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membungkuk
Ambulasi dengan bantuan :
berikan kamar mandi khusus
bila sembuh dari anestes
Dorong nafas dalam, batuk
untuk bersih paru
Pertahankan perlindungan mata
sesuai indikasi
Minta pasien
untuk membedakan
antara ketidaknyamanan dan
nyeri mata tajam tiba-tiba.
Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hipema (perdarahan
pada mata) pada mata dengan
senter sesuai indikasi.
Observasi pembengkakan luka,
bilik anterior kempes, pupil
berbentuk buah pir.
Kolaborasi
Berikan antiemetik sesuai
indikasi
Berikan analgesic
http://esafebriantonugroho.blogspot.com/2013/10/makalah-
katarak.html?m=1
www.ilmulengkap.xyz
http://sehatbersamaperawatindonesia.blogspot.com
/2017/05/makalah-asuhan-keperawatan-katarak .html?m= 1