Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya
placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka
pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau
boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan
episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar
kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang
harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa
khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang
ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan
jiwa yang berat.
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak
berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa itu postpartum blues.
2. Bagaimana etilogi dari postpartum bules.
3. Bagaimana gejala dari postpartum blues.
4. Bagaimana masalah dari postpartum blues.
5. Bagaimana cara penanganan postpartum blues.
6. Bagaimana pencegahan dari postpartum blues.
7. Bagaimana penatalaksanaan dari postpartum blues.
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari postpartum blues.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah
Keperawatan Jiwa II tentang asuhan keperawan jiwa pada kasus
postpartum blues.
2.Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui postpartum blues
b) Untuk mengetahui etilogi dari postpartum bules.
c) Untuk mengetahui gejala dari postpartum blues.
d) Untuk mengetahui masalah dari postpartum blues.
e) Untuk mengetahui cara penanganan postpartum blues.
f) Untuk mengetahui pencegahan dari postpartum blues.
g) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari postpartum blues.
h) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari postpartum blues.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak
berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu


kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram
atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu
dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih
tergolong normal dan sifatnya sementara.

Macam-macam post partum syndrome


a. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya
beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali
uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby
blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-
pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan barunya.
b. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat
keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk
tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan

3
c. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami
halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu
yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan

B. Etiologi
1. Perubahan Hormon
Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman
memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan
rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-
kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul
permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika
mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja
mengalami peristiwa kehidupan yang menakan. Ibu mengalami
ketakutan pada bayinya tentang adanya ketidaksempurnaan pada
bayinya.

4
C. Gejala/Tanda-tanda
1. Perasaan sedih yang menyeluruh
2. Ketidakmampuan berhenti menangis
3. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya)
4. Rasa tidak aman
5. Kelelahan yang berlebihan
6. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
7. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
8. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri

D. Masalah pada postpartum blues


Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami
Postpartum Blues diantaranya :
1.Menangis dan ditambah  ketakutan tidak bisa memberi asi
2.Frustasi karena anak tidak mau tidur
3.Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
4.Merasa sebal terhadap suam
5.Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
6.Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
7.Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
8.Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis
sehingga membuat ibu frustasi
9.Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
10. Adanya persoalan dengan suami
11. Stress bila bayinya kuning
12. Adanya masalah dengan ibu
13. Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
14. Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah
masalah bagi ibu.
15. Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
16. Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu
bayi
17. Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan
berada didekat ibunya.
5
E. Penanganan postpartum blues
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sbb:
1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
2. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-
10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya
diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan
bayinya sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak


berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen
lainnya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka
membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa
gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman
dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali
kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa
kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan
6
perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan
dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk
mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan
mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila
terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling
bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas
obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya
dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses
kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin
timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan
para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial
dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya,
yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan
hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara:
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan
emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
d. Dengan cara peningkatan support mental

7
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat
dilakukan keluarga diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus
bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan
lebih perhatian terhadap istrinya
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan
lahir
e. Memperbanyak dukungan dari suami
f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru
saja melahirkan
h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun


dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c. Berolahraga ringan
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i. Bergabung dengan kelompok ibu

pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari


psikiateer atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan
8
yang awal, pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum,
tetapi lebih kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat
orang-orang terdekat pasien. Jangan takut memberi informasi kepada
pihak-pihak yang dapat membantu.
2) Perawatan depresi
Ada dua macam perawatan depresi :
a. Terapi bicara :
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja
sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh
penderita akibat menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar
obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh
ibu hamil atau ibu menyusui.

F. Pencegahan postpartum blues


Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor
ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir
semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak
menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang
memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.
Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab
untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah
berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti
faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative
untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat
mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan.

9
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
Postpartum Blues yaitu :
a. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues,
sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda
akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
b. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha
yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting
selama periode postpartum dan kehamilan.
c. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum.
Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,
sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam diri Anda.
d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah
melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti
membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan.
Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga
dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang
diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan
yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri.
Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu,
segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama
melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau 
orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang
baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi
Anda setiap mengalami kesulitan.
g. Persiapkan diri dengan baik
10
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
h. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam
mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya
Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda
tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan
dapat dihindari.
i. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda
melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum.
Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan
memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari
keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda
telah melakukan segalanya.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan
membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.
Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan
kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
k. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut
mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah
informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa
Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.

11
G. ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUES

I. PENGKAJIAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus
merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan
keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak
( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang
tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang
nafsu makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi, melukai diri
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta
kesehatan pasien
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan
pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk
memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali
perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad,
12
1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah
membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena
tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan
sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi
orang tua.
e. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra
tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang
diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku
dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-
perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual
setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada
orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan
untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau
takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan
jaringan perineum.
f. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh
meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon
orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua
jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus
pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu
perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan
ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu

13
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan
melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi
realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan
keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur,
dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan
bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif
terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak
fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat
diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti
pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua
tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang
disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk
berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak
mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya
sebagai anak yang sehat dan gembira.
h. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post
partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya
dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga
dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
14
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak
berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri,
anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak
mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan
dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk
mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan
dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang
benar–benar memusuhi bayinya.
j. Kebiasaan sehari-hari
1) Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan
kurang)
2) Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah
3) Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada
ekonomi rendah
4) Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada
orang lain, cemas, menari diri.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
2) Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
3) Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
4) Makanan/ cairan

15
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus ,
membrane mukosa kering

5) Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
6) Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
7) Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen
dan kepala
8) Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
9) Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
10) TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD
meningkat

II. DIAGNOSA
1) Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung,
yang tidak adekuat
Batasan Karakteristik:
a. Gangguan tidur
b. Penyalahgunaan bahan kimia
c. Penurunan penggunaan dukungan sosial
d. Konsentrasi yang buruk
e. Kelelahan
f. Problem solving tidak adekuat
g. Mengeluhkan ketidakmampuan koping atau ketidakmampuan
untuk meminta bantuan
h. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan dasar
i. Perilaku merusak terhadap diri atau orang lain
j. Ketidakmampuan memnuhi harapan peran
16
k. Tingkat kesakitan/penyakit yang tinggi
l. Perubahan dalam pola komunikasi
m. Menggunakan bentuk koping yang  meghalangi/mengganggu
perilaku adaptif
n. Kurangnya perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah,
termasuk ketidakmampuan untuk merawat, dan kesulitan
mengorganisasikan informasi
2) Kecemasan berhubungan dengan stress
psikologi
Batasan karakteristik :
a. Perilaku
1. Penurunan produktivitas
2. Gelisah
3. Insomnia
4. Resah
b. Afektif
1. Kesedihan yang mendalam
2. Takut
3. Gugup
4. Mudah tersinggung
5. Nyeri hebat
6. Ketakutan
7. Distres
8. Khawatir
9. Cemas
c. Fisiologi
1) Goyah
2) Peningkatan respirasi (simpatis)
3) Peningkatan keringat
4) Wajah tegang
5) Anoreksia (simpatis)
6) Kelelahan (parasimpatis)
7) Gugup (simpatis)
8) Mual (parasimapatis)
17
9) Pusing (parasimpatis)
d. Kognitif
1. Bingung
2. Kerusakan perhatian
3. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
4. Sulit berkonsentrasi
3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan
depresi berat
Batasan Karakteristik :
a. Mengungkapka /menunjukan ketidakmampuan untuk menerima
atau mengkomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki,
menyayangi, ketertarikan atau membagi pengalaman
b. Mengungkapkan / menunjukan ketidaknyamanan dalam situasi
sosial
c. Menunjukkan penggunaan perilaku interaksi social tidak
berhasil
d. Keluarga melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi
4) Kerusakan pola tidur berhubungan dengan
kelelahan, kekhawatiran financial.
Batasan  karakteristik :
a. Terbangun dalam waktu lama
b. Insomnia dalam waktu lama
c. Kerusakan pola normal karena diri sendiri
d. Insomnia pagi hari
e. Terbangun lebih awal atau terlambat bangun
f. Mengeluh untuk mulai tidur
g. Tidur tidak puas
h. Tiga kali atau lebih bangun di malam hari.
5) Risiko kekerasan terhadap diri sendiri
berhubungan dengan status emosional post partum
Batasan karakteristik :
a. Putus asa
b. Penolakan 
c. Cemas
18
d. Panic
e. Mudah marah
f. Permusuhan

III. INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan & intervensi Rasional


o kriteria
hasil

19
1 § Koping Anxiety -  Beri dorongan . untuk
individu Control kepada pasien mengeksternalisasikan
tidak (1402) untuk kecemasan.
efektif Indikasi : mengungkapkan · sebagai alat untuk
berhubun -  Pasien pikiran dan mengidentifikasi
gan dapat perasaan. mekanisme koping
dengan instensita -  Bantu pasien yang dibutuhkan untuk
stress s cemas untuk mengurangi kecemasan
kelahiran, -  Pasien menfokuskan · untuk mengurangi
konsep dapat pada situasi saat kecemasan dan
diri Menggun ini,. memperluas focus
negative, akan
system strategi · aktifitas dapat
pendukun koping mengalihkan stresor
g, yang efektif -  Sediakan pasien
tidak -  Pasien pengalihan
adekuat dapat melalui televise,
Menggun radio, permainan
akan serta terapi
teknik okupasi.
relaksasi -  Sediakan
untuk penguatan yang
menekan positif ketika
kecemasa apsien mampu
n meneruskan
aktivitas sehari-
hari dan lainnnya
meskipun
mengalami
Kecemasan.
2 § Kecemasan - Pasien
-  Beri dorongan
·  untuk mengungkapkan
berhubungan dapat kepada pasien pikiran dan perasaanuntuk
dengan stress Menggunaka mengeksternalisasikan
psikologi n strategi kecemasan.

20
koping ·  untuk mengidentifikasi
efektif mekanisme koping yang
- Pasien
-  Bantu pasien untukdibutuhkan untuk
dapat menfokuskan padamengurangi kecemasan.
Menggunaka situasi saat ini,
·  untuk mengurangi
n tekniksebagai alat kecemasan dan
relaksasi memperluas focus.
untuk 
menekan -  Sediakan pengalihan
kecemasan melalui televise,
radio, permainan
serta terapi okupasi
-  Sediakan penguatan
yang positif ketika
apsien mampu
meneruskan aktivitas
sehari-hari dan
lainnnya meskipun
mengalami
Kecemasan.

3 § Kerusakan -  Pasien- mendorong pasien· hubungan dengan orang


interaksi dapat dalam lain dapat mengurangi
sosial berkerjasam pengembangan tingkat stresor
berhubungan a hubungan · aktifitas dapat membantu
dengan -  Pasien- mendorong untukmengurangi beban fikiran
depresi berat dapat berhubungan dengan· untuk endapatkan solusi
mengontrol orang lain dari orang lain
Ketenangan - mendorong untuk
-  Pasienberaktivitas dalam
dapat masyarakat / social
Relaksasi - mendorong untuk
berbagi masalah
dengan orang lain

21
4 § Kerusakan -  Pola tidur- Pantau pola tidur dan· Pola tidur yang efektif
pola tidur teratur catat hubunganmembuat pasien lbih segar
berhubungan-  Kualitasfaktor-faktor fisik · Suara keras dapat
dengan tidur baik - Hindari suara kerasmengganggu tidur pasien
kelelahan, dan penggunaan· Teman sekaamar sebagai
kekhawatiran lampu saat tidurtempat berbagi masalah
financial. malam · Tidur siang dapat
- Cari teman sekamarmemenuhi kebutuhan tidur
yang cocok bagi
pasien, jika
memungkinkan.
- Berikan tidur siang
jika diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
tidur
5 § Risiko -  ·Bantuan kontrol
     Tanda-tanda kemarahan
kekerasan Mengenal pe marah dapat beresiko terjadi
terhadap diri nanganan -   Observasi tanda-kekerasan terhadap diri
sendiri klien dengantanda perilakusendiri maupun orfang lain
berhubungan perilaku kekerasan padaklien     Pasien mengetahui
dengan kekerasan  -   Bantu klienrespon marah
status -  Penangananmengidentifikasi      Meminimalisir resiko
emosional klien dengantanda-tanda kekerasan
post partum perilaku perilakukekerasan :
kekerasan (emosi, fisik,social,
-  Cara yangspiritual,)
dipilih untuk
-   Jelaskan pada klien
membantu tentang respon marah
merubah -   Dukung dan
perilaku fasilitasi klien untuk
klien mencari bantuansaat
-  Tingkatmuncul marah
kemarahan -   Diskusikan bersama

22
klien pangaruh
negatif  perilaku
kekerasan terhadap
dirinya, orang
laindan lingkungan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan
gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah
tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan

23
diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini
mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam
waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa
minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat.

B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang
yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu
mata kuliah “Keperawatan Jiwa II”. Selain itu diperlukan lebih banyak
referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawaatan Pasien. EGC:
Jakarta

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-gangguan-
psikososial.html

http://askep-askeb.cz.cc/2010/07/depresi-postpartum.html

24
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas
edisi-4. Jakarta: EGC.

Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep
Dasar dan Askep Postpartum Blues.
http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-
konsep-dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011.

Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa
Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTU
M_BLUES. diakses tanggal 09 januari 2011.

Marilyn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah


Kariasa I Made,  Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika


ADITAMA

25

Anda mungkin juga menyukai