Anda di halaman 1dari 7

BAB II

RAGAM BAHASA DAN GAYA BAHASA DALAM KOMUNIKASI

Sebelum mengenal konsep laras atau ragam bahasa, terlebih dahulu kita harus mengetahui
definisi dan ruang lingkup dari bahasa itu sendiri. Banyak ilmuwan berpendapat dan mendefinisikan
bahasa. Hal ini bisa dimengerti karena sejak zaman Yunani Kuno, para ahli bahasa mempelajari dan
memerhatikan sebuah formula yang dipakai seseorang untuk berbicara. Aristoteles mendefinisikan
bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, perasaan, dan pikiran. Sumarsono (2009: 18)
menjelaskan pandangan linguistik struktural dengan tokoh Bloomfield bahwa bahasa adalah sistem
lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Oleh sebab itu, sebuah bahasa “terpecah-pecah”
dalam variasi kelompok-kelompok kecil yang kemudian disebut sebagai sebuah “dialek”.
Menurut Chaer dan Agustina (2004: 61) terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan
hanya disebabkan oleh pada penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan sangat beragam. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu,
dikarenakan latar belakang dan lingkunfan yang tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan
bervariasi atau beragam, antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai
perbedaan yang besar.
Semua kelompok sosial atau masyarakat mempunyai potensi untuk “memiliki bahasa” dengan
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari kelompok sosial atau masyarakat yang lain. Setiap kelompok
sosial mempunyai “variasi” bahasa yang bersifat khusus untuk kelompok sosial tersebut. Sebagai contoh,
di masyarakat Jawa terdapat variasi mulai dari bahasa Jawa khas Solo, Yogyakarta, Banyumasan
(ngapak), hingga Semarangan. Oleh karena itu, sebuah ragam bahasa memiliki kesamaan pengertian
dengan variasi bahasa, yang mengacu pada perbedaan cara komunikasi dengan jenis bahasa tertentu dan
dipahami oleh sekelompok sosial tertentu pula.
Pada topik ragam dan variasi bahasa terdapat dua sudut pandang. Pertama variasi atau ragam
bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
bahasa tersebut. Jadi, variasi bahasa terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman
fungsi bahasa. Semisal penutur itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun
lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak akan ada, artinya bahasa menjadi
seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima
ataupun ditolak. Jelas, variasi bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan
fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial. Menurut Hartman dan Stork (via Chaer dan Agustina, 2004:
62) membedakan variasi bahasa berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b)
medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan.

A. PENYEBAB TERJADINYA RAGAM BAHASA


Ragam bahasa secara umum disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut terbentuk
secara alamiah tanpa rekayasa manusia sehingga dapat dikatakan ragam bahasa di dunia ini terbentuk
dengan sendirinya. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ragam bahasa tersebut merupakan
kondisi alamiah yang terjadi di dunia sehingga tanpa disadari ragam bahasa terbentuk dengan sendirinya.
Secara umum faktor penyebab terjadinya ragam bahasa sebagai berikut.
1. Letak Geografis/Daerah
Letak geografis/daerah akan berpengaruh pada munculnya ragam bahasa. Faktor ini
menjadi penyebab terjadinya ragam bahasa karena letak geografis berdampak pada jarak
tempuh antardaerah pada suatu wilayah tertentu. Wilayah pegunungan, pesisir pantai, dan
perkotaan akan memunculkan ragam bahasa yang berbeda. Kondisi seperti ini membentuk
pemunculan ragam bahasa yang berbeda-beda pada setiap wilayah. Dianalogikan pada sejarah
turunnya Nabi Adam dan Siti Hawa ke bumi yang membawa bahasa dari surga yang mestinya
hanya membawa satu jenis bahasa. Namun, setelah keturunannya menyebar ke seluruh wilayah
penjuru bumi akhirnya muncullah ragam bahasa yang bermacam-macam. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan letak geografis antara keturunan adam yang satu dengan yang lain.
2. Media/Sarana Penyampaian
Media atau sarana penyampaian dalam komunikasi berpengaruh terhadap munculnya
ragam bahasa. Beda media yang digunakan, beda pula ragam bahasa yang dihasilkan. Sebagai
contoh, ketika orang menggunakan media tulis maka ragam bahasa yang dihasilkan adalah
ragam bahasa tulis. Sebaliknya, jika menggunakan media lisan, ragam bahasa yang dihasilkan
adalah ragam bahasa lisan.
3. Situasi/Kondisi
Situasi/kondisi dalam berkomunikasi akan memberi pengaruh pada ragam bahasa yang
digunakan. Beda kondisi atau konteks komunikasi akan menuntut penggunaan ragam bahasa
yang berbeda pula. Misalnya, kondisi santai akan menuntut ragam bahasa yang santai, kondisi
resmi akan menuntut penggunaan ragam bahasa yang resmi, begitu pula kondisi-kondisi yang
lain akan menuntut ragam bahasa yang lain pula.
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penutur bahasa akan berpengaruh terhadap ragam bahasa yang
digunakan. Beda tingkat pendidikan dari seorang penutur bahasa akan menghasilkan ragam
bahasa yang berbeda. Hal ini akan tecermin pada kemampuan seseorang dalam memproduksi
bahasa. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik bahasa yang
dihasilkan baik secara lisan maupun tulisan.
5. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan penutur bahasa akan memberi pengaruh terhadap ragam bahasa yang
digunakan. Beda pekerjaan/profesi dari seorang penutur bahasa akan menghasilkan ragam
bahasa yang berbeda. Hal ini akan tecermin pada istilah-istilah yang digunakan dalam bidang
pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain berbeda. Istilah-istilah tertentu hanya akan
muncul pada bidang pekerjaan tertentu pula. Profesi seseorang juga akan membentuk kebiasaan
berkomunikasi sehingga akan membentuk ragam bahasa yang berbeda antara profesi yang satu
dengan profesi yang lain. Misalnya, antara polisi dan guru akan memiliki kebiasaan bertutur yang
berbeda sehingga akan berpengaruh pada ragam bahasa yang berbeda pula.

B. JENIS RAGAM BAHASA


Pembahasan mengenai ragam bahasa, jelas akan berhubungan dengan satu bahasa yang
memiliki variasi berkenaan dengan penutur dan penggunaannya secara konkret. Berkenaan dengan
ragam bahasa, seharusnya menyinggung tentang yang disebut lingua franca. Menurut Chaer dan
Agustina (2004: 82) lingua franca adalah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi
sementara oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda. Sebagai contoh, dahulu
bahasa Latin di Eropa adalah sebuah lingua franca bagi suku-suku bangsa Eropa. Bahasa Melayu
pernah menjadi lingua franca bagi suku-suku bangsa yang ada di wilayah Nusantara. Pemilihan satu
sistem linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah berdasarkan adanya kesalingpahaman di
antara sesama mereka. Kembali ke ragam bahasa, secara umum ragam bahasa dalam bahasa
Indonesia dibedakan berdasarkan berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan penutur, pemakaian,
tingkat keformalan, dan media. Jenis ragam bahasa tersebut dirinci dalam uraian berikut.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
Ragam bahasa berdasarkan penutur terdiri atas isiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek.
a. Ragam bahasa idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Variasi
idiolek ini berhubungan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan
kalimat. Sebagai gambaran, jika terdapat 1000 orang penutur, misalnya akan ada 1000
idiolek dengan cirinya masing-masing yang meskipun sangat kecil atau sedikit cirinya
tersebut.
b. Ragam bahasa dialek adalah ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya, bahasa Jawa
dialek Bayumasan, Pekalongan, Surabaya dan lain sebagainya. Dikarenakan dialek ini
didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut
dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. Menurut Chaer dan Agustina (2004: 63)
para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka memiliki idiolek masing-masing,
memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang
berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada pada dialeknya sendiri, dengan ciri lain
yang menandai dialeknya juga.
c. Ragam bahasa kronolek atau dialek temporal adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, ragam bahasa Indonesia pada masa tahun
tiga puluhan, ragam bahasa pada tahun lima puluhan, dan ragam bahasa pada masa kini.
Kronolek juga disebut dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok
sosial pada masa tertentu.
d. Ragam bahasa sosiolek adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya. Ragam bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Berkaitan dengan ragam bahasa berdasarkan
tingkat golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya ragam bahasa
akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.
1) Akrolek adalah ragam bahasa yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari ragam
bahasa lainnya.
2) Basilek adalah ragam bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang
lebih rendah dari ragam bahasa lainnya.
3) Vulgar adalah ragam bahasa yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang
terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.
4) Slang adalah ragam bahasa yang bersifat khusus dan rahasia. Menurut Chaer dan
Agustina (2004: 67) slang merupakan variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia
dan hanya digunakan kalangan tertentu yang sangat terbatas, serta tidak boleh diketahui
oleh kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang digunakan dalam
slang selalu berubah-ubah. Slang memang lebih merupakan bidang kosakata daripada
bidang fonologi maupun gramatika. Slang bersifat temporal, dan lebih umum digunakan
oleh penutur usia muda. Dikarenakan slang ini bersifat kelompok dan rahasia, maka
timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa rahasia para pencoleng dan penjahat,
padahal sebenarnya tidak.faktor kerahasiaan ini menyebabkan pula kosakata yang
digunakan dalam slang seringkali berubah.
5) Kolokial adalah ragam bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya, dok untuk
dokter, prof untuk profesor, let untuk letnan, nda untuk tidak dan lain-lain.
6) Jargon adalah ragam bahasa yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak dan lain-lain.
7) Argot adalah ragam bahasa yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan
bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet yang menyebut polisi
dengan kaca mata.
8) Ken adalah ragam bahasa yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh
dengan kepura-puraan. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan oleh para pengemis.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek. Fungsiolek
adalah ragam bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.
Misalnya bidang bidang ilmiah, sastra, jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan
dan lain-lain.
Ragam bahasa dari segi pemakaian ini paling tampak cirinya dalam hal kosakata. Setiap
bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekankan penggunaan kata yang estetis.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah, komunikatif karena
jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat, dan ringkas karena keterbatasasan ruang
(dalam media cetak) dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik).

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Tingkat Keformalan


Ragam bahasa ditinjau dari tingkat keformalan terdiri atas ragam beku (frozen), baku
(resmi/formal), usaha (konsultatif), santai (kasual), dan akrab (intim).
a. Ragam Beku (Frozen)
Ragam bahasa pada jenis ini digunakan pada kondisi yang sangat khidmat seperti bahasa
pada khotbah, upacara kenegaraan, dan upacara kebudayaan di daerah. Menurut Chaer dan
Agustina (2004: 70) ragam beku merupakan bahasa yang paling formal yang digunakan
dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara
kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akta
notaris, dan surat-surat keputusan. Disebut sebagai ragam beku karena pola dan kaidahnya
sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah-ubah.
b. Ragam Baku (Resmi/Formal)
Ragam bahasa ini digunakan pada kondisi resmi seperti kebutuhan akademik/pendidikan
dan rapat yang membutuhkan bahasa resmi/baku sebagai bahasa pengantarnya.
c. Ragam Usaha (Konsultatif)
Ragam bahasa ini digunakan pada kondisi bisnis atau negosiasi dalam bidang apapun yang
membutuhkan ragam bahasa tertentu yang sesuai kebutuhan dan bidang konsultasi. Ragam
bahasa ini adalah ragam yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-
rapat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Jadi dapat dikatakan
bahwa ragam usaha ini adalah ragam usaha yang paling operasional. Wujud ragam bahasa ini
berada di antara ragam bahasa formal dan ragam informal atau santai.
d. Ragam Kasual (Santai)
Ragam bahasa ini digunakan pada kondisi santai seperti pada percakapan di kantor, kantin,
pasar, atau tempat-tempat wisata yang membutuhkan suasana santai dalam berkomunikasi.
Menurut Chaer dan Agustina (2004: 71) ragam bahasa santai atau kasual adalah variasi
bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga
atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, dan berekrasi. Ragam bahasa ini
banyak menggunakan bentuk alegro yaitu bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.
Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. Hal yang sama
juga terjadi pada struktur morfologi dan sintaksisnya, yakni tidak menggunakan unsur
normatif untuk keduanya.
e. Ragam Akrab (Intim)
Ragam bahasa ini digunakan pada kondisi tertentu yang hanya dapat dipahami oleh
seseorang yang memiliki hubungan sangat dekat/akrab sehingga membutuhkan bahasa-
bahasa tertentu yang langsung dapat dipahami dengan cepat (baik bahasa verbal/kata atau
bahasa isyarat/gesture). Variasi bahasa ini biasa digunakan oleh para penutur yang
hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antarteman yang sudah
karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek,
dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas (Chaer dan Agustina, 2004: 71) . Hal ini
terjadi karena di antara partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan
yang sama. Perhatikan ketiga kalimat contoh berikut.
(a) Saudara boleh mengambil buku-buku ini yang Saudara sukai.
(b) Ambillah yang kamu sukai!
(c) Kalau suka ambil aja!
Tingkat keformalan kalimat (a) lebih tinggi daripada kalimat (b), dan kalimat (b) lebih
tinggi daripada kalimat (c). kalimat (a) termasuk ragam usaha, sebab kurang lebih bentuk
kalimat seperti itulah yang biasa kita gunakan. Kalimat (b) termasuk ragam santai, sedangkan
kalimat (c) termasuk dalam ragam akrab, sebab hanya kepada teman kariblah bentuk ujaran
seperti itu yang digunakan.

4. Ragam Bahasa Berdasarkan Sarana/Media


Berdasarkan media penyampaiannya, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam bahasa
tulis dan lisan.
a. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis didasarkan pada kaidah tata tulis yang harus ditaati agar pesan dan
makna yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima. Ragam bahasa ini identik dengan
kaidah penulisan seperti huruf kapital, tanda baca, dan penggunaan imbuhan. Ragam tulis
sangat kuat pada penerapan kaidah ejaan sehingga kekhasan ragam tulis terletak pada
penggunaan kaidah EYD. Dengan penerapan kaidah dengan benar, penulis akan mampu
menyampaikan informasi dengan tepat sehingga tercipta bahasa yang komunikatif.
b. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan didasarkan pada bentuk pelafalan atau fonem (bunyi) bahasa yang
dihasilkan sehingga informasi yang dimaksud oleh pembicara dapat diterima dan dipahami
oleh pendengar. Ragam bahasa lisan sangat didominasi oleh bentuk fonem (bunyi) pelafalan
yang dihasilkan oleh pembicara. Perbedaan bunyi fonem akan menimbulkan perbedaan
makna seperti pada gejala bahasa homofon, contohnya kata apel. Ragam bahasa ini juga
dibedakan pada penekanan bunyi yang akan membedakan makna. Karakter ini tidak dimiliki
oleh ragam bahasa tulis.
Ragam lisan dan tulisan masih mengenal kendala/hambatan. Ada bidang/pokok
persoalan yang lebih mudah dituangkan ke dalam ragam bahasa tulis dan ada pula yang lisan.
Ragam yang lebih mudah disusun dan dibaca dalam bentuk tulisan misalnya laporan keuangan
dengan tabel bilangan atau grafik. Ragam yang lebih mudah disusun dalam bentuk lisan misalnya
laporan pandangan mata mengenai pertandingan bola.

5. Ragam Bahasa berdasarkan Tahap Pemerolehannya


Menurut Chaer dan Agustina (2004: 81) menurut tahap pemerolehannya dapat dibedakan
adanya bahasa ibu, bahasa pertama, dan bahasa kedua (ketiga dan seterusnya), dan bahasa asing.
Penamaan bahasa ibu dan bahasa pertama adalah mengacu pada satu sistem linguistik yang sama.
Penyebutan bahasa ibu adalah satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari
ibu atau keluarga yang memelihara seorang anak. Bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai
dan digunakan oleh seorang ibu, melainkan mengacu pada bahasa yang dipelajari seorang anak dalam
keluarga yang mengasuhnya.
Bahasa ibu juga lazim disebut sebagai bahasa bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa
itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Jika kemudian mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa
ibunya, maka bahasa lain dipelajarinya itu disebut bahasa kedua (B2). Apabila kemudian anak tersebut
mempelajari bahasa lainnya lagi, maka bahasa yang dipelajari terakhir disebut bahasa ketiga (B3) dan
selanjutnya. Pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-
masing. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa kedua karena baru dipelajari ketika masuk sekolah,
dan ketika dia menguasai bahasa ibunyam kecuali mereka sejak bayi sudah mempelajari bahasa
Indonesia dari ibunya.
Penyebutan bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua seorang anak. Penamaan bahasa
asing ini juga bersifat politis, yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain. Oleh karenanya bahasa
Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Cina adalah bahasa asing bagi bangsa Indonesia.
Sebuah bahasa asing, bahasa yang bukan milik suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) dapat menjadi
bahasa kedua, jika dipelajari setelah menguasai bahasa ibu seperti pada kebanyakan penutur di India, di
Malaysia, dan di Filipina. Sebuah bahasa asing dapat juga menjadi bahasa pertama bagi seorang anak
jika anak tersebut “tercerabut” dari bumi negaranya dan menggunakan bahasa itu sejak bayinya.

C. GAYA BAHASA DALAM KOMUNIKASI


Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa
Latin stiliis, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini
akan memengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tersebut. Gaya bahasa dalam komunikasi
dapat dibedakan menjadi tiga seperti pada penjelasan berikut.
1. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuk lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato,
artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subjek-subjek yang penting. Semuanya
dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
2. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang digunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal dan
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan lain-lain.
3. Gaya Bahasa Percakapan
Gaya bahasa percakapan terlihat pada pilihan kosakata yang berupa kosakata populer
dan kata-kata percakapan. Pada ragam bahasa ini terkadang digunakan kosakata-kosakata yang
tidak baku dan memunculkan bentuk pemendekan kata.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Agustin, Leoni. 2004. Sosiolinguistik Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar


LATIHAN SOAL MATERI RAGAM BAHASA
1. Setiap daerah memiliki kecenderungan bahasa yang berbeda. Bagaimana Anda bisa menjelaskan
faktor apa saja yang menyebabkan bahasa menjadi sangat bervariasi di setiap daerah?
Jawab: ....................................................................................................................................................................................................
..............
2. Penyebutan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia secara linguistik adalah dua buah dialek dari satu
bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu. Mengapa kini menjadi dua buah bahasa nasional dari dua
bangsa yang berbeda?
Jawab: ....................................................................................................................................................................................................
..............

3. Derajat keformalan bahasa yang digunakan sebuah surat kabar dalam menyajikan berita utama, tajuk
rencana, pojok, iklan, dan berita olah raga sangat beragam. Carilah masing-masing satu dari rubrik
tersebut, coba Anda bandingkan bahasanya dengan menggunakan tabel memanjang! Opsional, bisa di
kertas lain selain ruang jawaban di bawah ini.
Jawab: ....................................................................................................................................................................................................
..............

4. Bagaimana Anda bisa menjelaskan konsep bahasa ibu, bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa
asing! Berilah contoh!
Jawab: ....................................................................................................................................................................................................
..............................................................................
5. Bagaiman Anda menjelaskan perbedaan ragam bahasa beku (frozen) dan ragam bahasa resmi
(formal)? Bagaima perbedaan keduanya dalam hal pemakaian secara lisan dan tulisan?
Jawab: ..................................................................................................................................................................................................
..............

6. Bagaimana penjelasan istilah slang yang Anda ketahui? Buatlah contoh ragam bahasa slang yang
Anda ketahui?
Jawab: ...........................................................................................................................................................................................
.............

7. Coba Anda berikan contoh ragam bahasa kolokial di sekitar Anda?


Jawab: ...........................................................................................................................................................................................
.............

8. Apa perbedaan antara jargon dan argot? Berikan contoh dari keduanya minimal dua!
Jawab:
............................................................................................................................................................................
9. Bagaimana Anda menjelaskan perbedaan ragam santai dan ragam intim dalam hal penggunaan
sehari-hari? Berikan pula contohnya perbedaannya!
Jawab: ............................................................................................................................................................................
10. Apa perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan dalam hal penggunaan?
Jawab: ...........................................................................................................................................................................................
.............

Anda mungkin juga menyukai