Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anestesi Lokal
1. Pengertian Anetesi Lokal
Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak
ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan
anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya
kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilangnya
kesadaran. Tindakan anestesi digunakan untuk mempermudah tindakan operasi
maupun memberikan rasa nyaman pada pasien selama operasi.10
Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya
sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya
depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer.
Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran, keadaan
ini menyebabkan anestesi lokal sangat berbeda dari anestesi umum.11

2. Sifat Umum Bahan Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal adalah bahan yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Bahan ini bekerja
pada tiap bagian susunan saraf. Selain itu, bahan ini bekerja secara reversible untuk
menghalangi impuls saraf, sehingga impuls yang dialirkan dari daerah tersebut
terhenti.12 Bahan anestesi lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak
jaringan saraf secara permanen. Batas keamanan harus lebar, karena bahan anestesi
lokal akan diserap dari tempat suntikan. Onset of action harus sesingkat mungkin,
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan
tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

3
pemulihan. Bahan ini juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.10

3. Kimia dan Hubungan Struktur


Struktur dan sifat fisikokimia sangat berpengaruh terhadap aktivitas dari bahan
anestesi lokal. Sifat hidrofobik dari bahan ini akan meningkatkan potensi dan lama
kerjanya karena suasana hidrofobik akan meningkatkan jumlah partikel di tempat
kerjanya dan menurunkan kecepatan metabolisme yang diperantai oleh esterase
plasma dan enzim hati.10
Secara umum bahan anestesi lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik
lipofil melalui suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin sekunder atau
amin tersier. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan dengan ikatan amid atau
ikatan ester. Maka secara kimia, bahan anestesi lokal digolongkan atas senyawa ester
dan senyawa amid. Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal karena
pada degradasi dan inaktivasi di dalam badan, gugus tersebut akan dihidrolisis.13
Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah dimetabolisme
dibandingkan dengan golongan amid. Bahan anestesi lokal yang tergolong dalam
senyawa ester adalah tetrakain, benzokain, kokain, dan prokain dengan prokain
sebagai prototip. Sedangkan yang tergolong dalam senyawa amid adalah dibukain,
lidokain, bupivakain, mepivakain, dan prilokain.10,14

4. Farmakokinetik Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal disuntikan ke daerah sekitar saraf yang meliputi kulit,
jaringan subkutan, intratekal, dan ruang epidural. Bahan ini akan diserap kedalam
sirkulasi sistemik. Beberapa bahan anestesi lokal memiliki efek vasodilatasi pada
konsentrasi rendah sehingga meningkatkan penyerapan sistemiknya.15 Absorbsi
sistemik dari bahan anestesi lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

4
adalah adanya vasokonstriktor. Penambahan vasokonstriktor menyebabkan
vasokonstriksi pada tempat pemberian anestesi. Adanya vasokonstriktor
menyebabkan penurunan absorpsi sehingga meningkatkan kualitas anestesi lokal,
memperpanjang durasi, dan meminimalkan efek toksik. Efek vasokonstriksi yang
digunakan biasanya dari bahan yang memiliki masa kerja pendek.4
Penyimpanan bahan anestesi lokal mungkin terjadi dalam jaringan lemak.
Koefisien partisi jaringan/darah, ikatan protein plasma yang kuat cenderung
mempertahankan bahan anestesi di dalam darah.4 Semakin banyak protein yang
berikatan, maka semakin lama masa kerjanya.15
Metabolisme dan ekskresi bahan anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma
menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam
urin.4 Farmakokinetik bahan anestesi lokal ditentukan oleh 3 hal yaitu lipid/water
solubility ratio yang menentukan onset of action. Semakin tinggi kelarutan dalam
lemak akan semakin tinggi potensi anestesi lokal. Selain itu protein binding juga
menentukan duration of action. Semakin tinggi ikatan dengan protein akan semakin
lama durasi nya. pKa menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa.
Makin rendah pKa makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Bahan anestesi lokal
dengan pKa tinggi cenderung mempunyai onset of action yang lambat. Jaringan
dalam suasana asam (jaringan inflamasi) akan menghambat kerja bahan anestesi lokal
sehingga onset of action dari bahan menjadi lebih lama. Hal tersebut karena suasana
asam akan menghambat terbentuknya asam bebas yang diperlukan untuk
menimbulkan efek anestesi.15,16,17

5. Mekanisme Kerja Bahan Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal mencegah transmisi impuls saraf yang bekerja pada membran
sel. Bahan ini mencegah konduksi dengan menurunkan atau mencegah peningkatan
permeabilitas membran sel terhadap ion natrium.14 Potensial aksi saraf terjadi karena
adanya peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi
ringan pada membran. Proses ini yang dihambat oleh bahan anestesi lokal. Hal ini
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

5
terjadi akibat adanya interaksi langsung antara bahan anestesi lokal dengan kanal Na+
yang peka terhadap adanya perubahan voltase. Dengan semakin bertambahnya efek
anestesi lokal pada saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara
bertahap, konduksi impuls melambat, dan faktor pengaman konduksi saraf juga
berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan kegagalan konduksi saraf. Bahan ini
juga mengurangi permeabilitas membran bagi K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat,
sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat.
Pengurangan permeabilitas membran oleh bahan anestesi lokal juga timbul pada otot
rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.10
Potensi berbagai bahan anestesi lokal sejajar dengan kemampuannya untuk
meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekular yang merupakan
membran sel saraf, sehingga menutup pori-pori membran dan dengan demikian
menghambat gerak ion termasuk Na+. Hal ini akan menyebabkan penurunan
permeabilitas membran dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi
peningkatan permeabilitas Na+.10 Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama bahan
anestesi lokal adalah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal
Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut dan hal ini akan
mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.14

6. Bahan Anestesi Lokal di Kedokteran Gigi


a. Lidokain
Lidokain pertama kali diperkenalkan pada tahun 1948 dan merupakan salah satu
bahan anestesi lokal yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Lidokain
memberikan efek anestesi lokal menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih
ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi sebanding.18
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesi infiltrasi, anestesi blok
saraf, anestesi spinal, anestesi epidural ataupun anestesi kaudal. Pada suntikan
anestesi infiltrasi biasanya digunakan larutan 0.25-0.5% dengan atau tanpa adrenalin.
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

6
Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh melebihi 200 mg dalam waktu 24 jam, dan
dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam
bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan 1-2% dengan adrenalin, pada anestesi
infiltrasi dengan onset of action 5 menit dan masa kerja 1 jam dibutuhkan dosis 0.5-
1.0 mL. Pada suntikan anestesi blok saraf digunakan 1-2 mL.10 Penambahan bahan
vasokonstriktor pada lidokain HCl 2% dapat menambah durasi kerja anestesi.19
Vasokonstriktor yang sering ditambahkan pada lidokain adalah adrenalin 1:80.000
atau 1:100.000. Dengan penambahan vasokonstriktor, durasi kerja menjadi lebih lama
dari setengah sampai dua jam menjadi tiga sampai empat jam. Onset of action dari
lidokain bervariasi antara dua sampai lima menit.20
b. Mepivakain
Berbagai bahan anestesi lokal selain lidokain juga banyak digunakan dalam
perawatan di bidang kedokteran gigi. Mepivakain merupakan salah satu bahan
anestesi yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai bahan anestesi
lokal.21 Mepivakain merupakan bahan anestesi lokal golongan amida yang sifatnya
mirip lidokain. Mepivakain juga memiliki onset of action yang hampir sama dengan
lidokain, tetapi lama kerja lebih panjang sekitar 20%.10
c. Prilokain
Bahan Anestesi lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,
tetapi onset of action dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil
daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan penambahan bahan adrenalin. Sifat
toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia. Efek
anestesi dari bahan prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Biasanya prilokain
sering digunakan secara anestesi infiltrasi dan blok saraf.10
d. Artikain
Struktur amida dari artikain mirip dengan bahan anestesi lokal lainnya, tetapi
struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin
benzena.14 Bahan anestesi lokal ini terbukti cocok dan aman untuk prosedur bedah

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

7
yang memerlukan jangka waktu pendek. Bahan ini dapat digunakan baik secara
anestesi infiltrasi maupun secara blok saraf.22
e. Bupivakain
Bupivakain mempunyai masa kerja yang panjang dengan efek blokade terhadap
saraf sensorik lebih besar daripada saraf motorik. Karena efek ini, bupivakain lebih
populer digunakan untuk memperpanjang anestesi selama persalinan. Pada dosis
efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain.10,13
Bupivakain dapat digunakan baik untuk suntikan anestesi infiltrasi, blok saraf,
kaudal, maupun epidural.23
f. Etidokain
Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 adrenalin telah digunakan
dalam prosedur bedah mulut. Bahan anestesi ini, memiliki masa kerja yang lebih
lama dari lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi
blok saraf tetapi tidak seefektif lidokain dengan adrenalin saat digunakan pada
anestesi infiltrasi.24
g. Ropivakain
Ropivakain merupakan bahan anestesi lokal yang mempunyai masa kerja panjang
dengan toksisitas terhadap jantung lebih rendah daripada bupivakain pada dosis
efektif yang sebanding, namun sedikit kurang kuat dalam menimbulkan anestesi
dibandingkan bupivakain.10
h. Kokain
Kokain merupakan bahan anestesi lokal yang pertama digunakan dalam dunia
kedokteran. Efek kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu
menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok dari bahan ini yaitu
rangsangan susunan saraf pusat. Berdasarkan efek ini, kokain pernah digunakan
secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini dapat
menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat
dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya pada anestesi saluran nafas atas.10
i. Prokain
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

8
Selama lebih dari 50 tahun, prokain merupakan bahan terpilih untuk anestesi lokal,
namun kegunaannya tergantikan oleh lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih
aman dibanding dengan prokain. Bahan anestesi ini pernah digunakan pada anestesi
infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal.
Namun, karena potensinya rendah, onset of action menjadi lambat serta masa
kerjanya yang pendek, maka penggunaan prokain hanya terbatas pada anestesi
infiltrasi dan anestesi blok saraf.10
j. Levobupivakain
Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan
sedikit efek kardiotoksik. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi
umum dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan
mulut.25

7. Teknik Anestesi Lokal di Kedokteran Gigi


Bahan anestesi lokal diindikasikan untuk setiap tindakan perawatan gigi yang
menimbulkan rasa sakit, karena merupakan metode pilihan dan juga mempunyai
banyak keuntungan, antara lain pasien tetap terjaga dan kooperatif saat dokter gigi
melakukan perawatan. Pemilihan teknik anestesi harus mempertimbangkan daerah
yang akan dibius, durasi anestesi lokal, adanya infeksi, usia dan kondisi pasien.
Dalam kedokteran gigi, beberapa teknik anestesi lokal yang digunakan yaitu:
a. Anestesi topikal/permukaan
Anestesi topikal dilakukan dengan mengaplikasikan bahan anestesi pada daerah
membran mukosa.10 Teknik ini berguna untuk berbagai prosedur dan kondisi di mana
hanya diperlukan anestesi superfisial, termasuk nyeri dari prosedur gigi (misalnya
pada penyuntikan jarum, penempatan band ortodontik, dan kuretase gingiva).
Bahannya hanya cukup menyebar ke dalam mukosa. Anestesi topikal dapat
dipasarkan dalam bentuk semprotan, gel atau salep.26 Tujuan utama dalam
menggunakan anestesi topikal adalah untuk meminimalkan sensasi nyeri penetrasi
jarum ke dalam jaringan lunak.27
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

9
b. Anestesi infiltrasi
Anestesi infiltrasi merupakan teknik dimana bahan anestesi lokal disuntikkan ke
dalam submukosa atau supraperiosteal di sekitar permukaan tulang.26 Bahan anestesi
lokal disuntikan di dekat serabut terminal saraf sehingga akan terinfiltrasi di
sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan hilangnya rasa
nyeri di area yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Onset of action adalah setelah
sekitar 3 menit. Teknik ini bertujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui
kontak langsung dengan bahan anestesi.10 Teknik anestesi infiltrasi digunakan untuk
anestesi jaringan lunak pada area gigi rahang atas, gigi seri, dan gigi premolar rahang
bawah, di mana lamela tulang yang tipis memungkinkan difusi dari bahan anestesi
lokal. Keuntungan dari penggunaan teknik infiltrasi relatif tinggi dan mudah tetapi
tidak dapat digunakan pada daerah yang luas.26
c. Anestesi Blok Saraf
Blok saraf alveolaris merupakan teknik yang paling sering dari blok saraf yang
digunakan pada prosedur operasi gigi. Keuntungan dari teknik ini, dapat
menganestesi daerah yang luas hanya dengan sedikit titik suntikan serta dapat
menganestesi tempat-tempat yang merupakan kontraindikasi dari teknik anestesi
infiltrasi. Saraf mandibula menginervasi daerah rahang bawah, bukal gingiva gigi
geligi anterior sampai dengan molar pertama serta bibir bawah dan pulpa dari semua
gigi rahang bawah pada kuadran tersebut.28
d. Anestesi Ligamen Periodontal
Pada teknik ligamen periodontal, bahan anestesi lokal disuntikkan ke dalam
ligamen periodontal. Teknik ini berguna untuk menganestesi gigi molar mandibula
sebagai alternatif dari teknik blok saraf. Anestesi ini cocok untuk semua daerah yang
terbatas pada satu gigi dan ruang periodontalnya. Efek anestesi dimulai segera setelah
injeksi dan berkisar antara 15 dan 20 menit. Keuntungan dari teknik ini adalah sedikit
rasa sakit pada penyuntikan, dosis yang digunakan rendah. Kerugian yang mungkin
terjadi adalah kerusakan ligamen periodontal dan merupakan kontraindikasi untuk
pasien dengan peningkatan risiko endokarditis.26
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

10
B. Adrenalin
1. Pengertian Adrenalin
Adrenalin merupakan prototipe bahan kelompok adrenergik. Adrenalin bekerja
pada semua reseptor adrenergik (α1, α2, β1, dan β2) dan merupakan pengobatan
pilihan pada anafilaksis akut. Sebagai vasokonstritor, adrenalin memiliki onset yang
sangat cepat dan durasi kerja pendek, biasanya 5 sampai 10 menit ketika diberikan
secara intravena. Adrenalin adalah bahan yang sangat bermanfaat pada
29
keadaan darurat.

2. Farmakodinamik Adrenalin
a. Tekanan Darah
Pemberian adrenalin pada manusia secara subkutan atau secara intravena
menyebabkan kenaikan sistolik yang sedang dan penurunan tekanan diastolik.
Tekanan nadi bertambah besar, tetapi tekanan darah rata-rata jarang menunjukan
kenaikan yang besar. Resistensi perifer berkurang akibat kerja adrenalin pada reseptor
β2 di pembuluh darah otot rangka, di mana aliran darah bertambah. Karena kenaikan
tekanan darah tidak begitu besar, refleks kompensasi vagal yang melawan efek
langsung adrenalin terhadap jantung juga tidak begitu kuat. Dengan demikian, denyut
jantung, curah jantung, curah sekuncup, dan kerja ventrikel meningkat akibat
stimulasi langsung pada jantung dan peningkatan alir balik vena. Biasanya efek
vasodilatasi adrenalin mendominasi sirkulasi, kenaikan tekanan sistolik terutama
disebabkan oleh peningkatan curah jantung.30
b. Jantung
Adrenalin memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi. Dalam mempercepat
denyut jantung dalam kisaran fisiologis, adrenalin memperpendek waktu sistolik
tanpa mengurangi waktu diastolik. Akibatnya, curah jantung bertambah, tetapi kerja
jantung dan pemakaian oksigen sangat bertambah, sehingga efisiensi jantung (kerja
dibandingan pemakaian oksigen) berkurang. Dosis adrenalin yang berlebih selain

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

11
menyebabkan tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbulkan kontraksi
ventrikel prematur diikuti takikardia ventrikel dan akhirnya fibrasi ventrikel.10
c. Efek Metabolik
Adrenalin menyebabkan beberapa efek metabolik bahkan pada konsentrasi
hormon dalam darah yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk
menimbulkan efek kardiovaskuler.10 Secara umum, adrenalin merangsang mobilisasi
simpanan karbohidrat dan lemak sehingga tersedia energi yang dapat segera
digunakan oleh otot. Secara spesifik, adrenalin meningkatkan kadar glukosa darah
melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Pertama, hormon ini merangsang
glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati, yang terakhir mengacu pada penguraian
simpanan glukogen menjadi glukosa yang kemudian dibebaskan ke dalam darah.
Adrenalin juga merangsang glikogenolisis di otot rangka. Namun, karena adanya
perbedaan dalam kandungan enzim antara hati dan otot, glikogen otot tidak dapat
diubah langsung menjadi glukosa. Bahkan pemecahan glikogen di otot akan
menghasilkan asam laktat. Asam laktat ini dikeluarkan dari darah oleh hati dan
diubah menjadi glukosa, sehingga efek adrenalin pada otot rangka secara tidak
langsung turut berperan meningkatkan kadar glukosa darah. Adrenalin dan sistem
simpatis juga memiliki efek hiperglikemik dengan menghambat sekresi insulin,
hormon pankreas terutama berperan menurunkan kadar glukosa dari darah, dan
dengan merangsang glukagon, hormon pankreas lainnya yang meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis hati. Selain meningkatkan kadar glukosa darah,
adrenalin juga meningkatkan kadar asam lemak darah dengan mendorong lipofisis.30
Efek metabolik adrenalin sesuai untuk situasi fight or flight. Kadar glukosa dan
asam lemak yang meningkat merupakan tambahan bahan bakar untuk menjalankan
berbagai aktivitas otot yang dibutuhkan pada keadaan tersebut dan juga memastikan
bahwa otak mendapat cukup makanan selama krisis saat individu yang bersangkutan
tdak mengkonsumsi nutrien baru. Otot dapat menggunakan asam lemak sebagai
sumber energi, tetapi otak tidak.30

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

12
Karena efeknya yang luas, adrenalin juga meningkatkan laju metabolisme
keseluruhan. Di bawah pengaruh adrenalin, banyak jaringan melakukan metabolisme
dengan tingkat yang lebih tinggi. Sebagai contoh, kerja jantung dan otot pernafasan
meningkat, dan kecepatan metabolisme hati juga meningkat. Dengan demikian,
adrenalin serta hormon tiroid dapat meningkatkan laju metabolisme.30
d. Efek pada Sistem Organ
Sistem simpatis dan adrenalin menimbulkan efek luas pada berbagai sistem organ
yang berperan pada respon fight or flight. Di bawah pengaruh adrenalin dan sistem
simpatis, kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, sehingga
meningkatkan curah jantung, dan efek vasokonstriksi umum yang ditimbulkan akan
meningkatkan resistensi perifer total. Bersama-sama efek-efek tersebut menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri yang menjamin adanya gaya untuk mendorong
darah ke organ-organ yang paling vital untuk menghadapi keadaan darurat.
Sementara itu, terjadi vasodilatasi pembuluh darah koroner dan otot rangka yang
diinduksi oleh adrenalin dan faktor-faktor metabolik lokal. Keadaan ini menyebabkan
darah dialihkan dari daerah-daerah tubuh yang mengalami vasokonstriksi ke jantung
dan otot rangka. Karena pengaruh yang menonjol pada jantung dan pembuluh darah,
katekolamin adrenomedula dan sistem simpatis juga berperan penting dalam
pemeliharaan tekanan darah secara terus-menerus.30
Adrenalin menyebabkan dilatasi saluran pernafasan untuk mengurangi resistensi
yang dihadapi udara pada saat bergerak masuk-keluar paru. Adrenalin juga
mengurangi aktivitas pencernaan dan menghambat pengosongan kandung kemih,
kedua aktivitas ini dapat ditunda selama situasi fight or flight.30

3. Farmakokinetik Adrenalin
Pada pemberian oral, adrenalin tidak mencapai dosis terapi, karena sebagian besar
dirusak oleh enzim yang terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan
subkutan, absorpsi lambat karena vasokonstriksi lokal, dapat dipercepat dengan
memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

13
intramuskular. Adrenalin stabil dalam darah dan degradasi adrenalin terutama terjadi
dalam hati. Pada orang normal, jumlah adrealin yang utuh dalam urin hanya
sedikit.29,30

4. Intoksikasi Adrenalin
Pemberian adrenalin dapat menimbulkan gejala seperti gelisah, nyeri kepala
berdenyut, tremor, dan palpitasi. Gejala-gejala ini mereda dengan cepat setelah
istirahat. Pasien hipertiroid dan hipertensi lebih peka terhadap efek tersebut maupun
terhadap efek kardiovaskular. Dosis adrenalin yang besar atau penyuntikan intravena
cepat yang tidak disengaja dapat menimbulkan perdaharan otak karena kenaikan
tekanan darah yang hebat. Untuk mengatasinya dapat diberikan vasodilator yang
kerjanya cepat.16

5. Penggunaan Klinis Adrenalin


Manfaat adrenalin dalam klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh darah,
jantung, dan otot polos bronkus.29 Penggunaan utama adrenalin adalah untuk
mengatasi dengan cepat reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis, terhadap bahan
dan alergen lainnya. Adrenalin merupakan bahan terpilih untuk syok anafilaksis,
maka dari itu indikasi adrenalin tidak tergantikan dengan bahan adrenergik lain.
Alasannya karena adrenalin bekerja dengan sangat cepat sebagai vasokonstriktor dan
bronkodilator. Adrenalin juga digunakan untuk memperpanjang masa kerja anestesi
lokal dan juga dapat digunakan untuk merangsang jantung pada pasien henti jantung.
Secara lokal bahan ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler.30

C. Glukosa Darah
1. Pengertian Glukosa Darah

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

14
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka
dan memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi dan
sumber metabolisme tubuh.31 Glukosa dibawa keseluruh tubuh melalui pembuluh
darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam tubuh.32 Senyawa ini
merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau monosakarida. Glukosa
berfungsi sebagai sumber energi untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah merah.33
Glukosa dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam
makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal
(monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri
dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen).34
Proses penyerapan glukosa dari makanan melalui dua tahapan yaitu tahap pertama,
setelah makanan dikunyah dalam mulut, selanjutnya akan masuk ke saluran
pencernaan (lambung dan usus), pada saat itu gugusan gula majemuk diubah menjadi
gugusan gula tunggal dan siap diserap oleh tubuh. Tahap kedua yaitu gugusan gula
tunggal melalui ribuan pembuluh kecil menembus dinding usus dan masuk ke
pembuluh darah (vena porta).35

2. Peran Insulin dan Glukagon dalam Pengaturan Kadar Glukosa Darah


Kadar glukosa dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh hormon insulin.
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pada pulau Langerhans pankreas sebagai reaksi
langsung terhadap keadaan hiperglikemia. Mekanisme kerja homon insulin dalam
mengatur keseimbangan kadar glukosa dalam darah adalah dengan mengubah
gugusan gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang sebagian besar disimpan
dalam hati dan dan sebagian kecil disimpan dalam otak sebagai cadangan pertama.
Namun, jika kadar glukosa dalam darah masih berlebihan, maka hormon insulin akan
mengubah kelebihan tersebut menjadi lemak dan protein melalui suatu proses kimia
dan kemudian menyimpannya sebagai cadangan kedua. Glukosa setiap saat di

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

15
distribusikan ke seluruh tubuh sebagai bahan bakar yang digunakan dalam seluruh
aktivitas hidup. Jika dalam kondisi puasa sehingga tidak ada makanan yang masuk,
maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan dipecah dan dilepaskan ke
dalam aliran darah. Jika ternyata masih diperlukan tambahan gula, maka cadangan
kedua berupa lemak dan protein juga akan diuraikan menjadi glukosa.36
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel alfa pada pulau Langerhans
pankreas. Hormon ini dirangsang jika kadar glukosa dalam darah rendah. Pada saat
mencapai hati, hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengaktifkan
enzim fosforilase. Sebagian besar glukagon endogen dan insulin dibersihkan dari
sirkulasi darah oleh hati. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis dari asam
amino dan laktat.35,37

3. Nilai Normal Glukosa Darah


Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan
kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari, karena
mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA1c
dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan
secara rutin pada pasien Diabetes Melitus Pemeriksaan pertama untuk mengetahui
keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan
pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian.38
Macam-macam pemeriksaan gula darah antara lain adalah glukosa darah puasa
yaitu hasil pemeriksaan glukosa darah setelah pasien tidak mendapat kalori tambahan
8-12 jam dan semua obat dihentikan terlebih dahulu, glukosa darah 2 jam post
prandial (GD 2PP) adalah hasil pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan 2 jam
setelah pasien menelan makanan dan obat-obat hipoglikemi yang dianjurkan dokter
harus tetap dikonsumsi, dan glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan yang
dilakukan setiap waktu pada pasien.39

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

16
Tabel 1. Kriteria Pengendalian Glukosa Darah (Men Kes RI, 2013)40
Parameter Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80-109 110-125 > 126
(plasma vena, mg/dl)
Glukosa darah 2 jam PP 80-144 145-179 >180
(plasma vena, mg/dl)
Glukosa darah sewaktu <110 110-199 >200
(plasma vena, mg/dl)
HbA1c (%) 2,5-6,0 6,1-8,0 >8,0

4. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah


Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang berolah raga,
olah raga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik (sekitar 30 menit/hari) dapat
mengurangi resiko diabetes. Olah raga juga dapat digunakan sebagai usaha untuk
membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi berat badan bagi orang
obesitas.41
Faktor lainnya adalah asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi
atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta
pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu
diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin. Selain itu,
interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering terganggu akibat
stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ-organ tersebut mempengaruhi
metabolism ACTH (hormon dari pituitary), kortisol, glucocorticoids (hormon adrenal
gland), glucagon merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan
kadar gula dalam darah. Kurang tidur bisa memicu produksi hormone kortisol,
menurunkan toleransi glukosa, dan mengurangi hormon tiroid. Semua itu
menyebabkan resistensi insulin dan memperburuk metabolisme.42 Semakin

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

17
bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh juga akan mempengaruhi
konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah
gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes
mellitus.43

5. Diabetes Melitus
Berdasarkan survey Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menduduki
peringkat ke-4 terbesar dalam jumlah penyandang Diabetes Mellitus di dunia. Dalam
Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) tercantum perkiraan
penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi
Diabetes Mellitus sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6 juta.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun
2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dengan
asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien
Diabetes Mellitus.44 Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan
suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula glukosa darah (gula darah)
melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah darah sewaktu sama atau lebih dari 200
mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya pembentukan atau keaktifani nsulin yang dihasilkan oleh
sel beta dari pulau-pulau Langerhans di Pankreas atau adanya kerusakan pada pulau
Langerhans itu sendiri.45
Pada penderita diabetes melitus mempunyai ciri khas pada rongga mulut. Keluhan
dan tanda kelainan rongga mulut tersebut antara lain cheilosis, xerostomia, perubahan
flora normal mulut oleh candida albicans, sindroma mulut terbakar, luka bekas
pencabutan yang sukar sembuh, karies gigi, dan meningkatnya insidensi dan
keparahan penyakit periodontal.46 Perawatan ekstraksi gigi tidak dapat dilakukan pada
penderita diabetes melitus tidak terkontrol, karena akan mengakibatkan terjadinya
sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah, serta dapat terjadi infeksi pasca
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

18
ekstraksi pada daerah bekas pencabutan dan pada akhirnya penyembuhan luka
terhambat. Penderita Diabetes Melitus lebih rentan mengalami infeksi daripada orang
yang sehat karena daya tahan tubuh penderita Diabetes Melitus lebih rendah
dibandingkan orang sehat. Selain itu, sel-sel pertahanan tubuh (monocyt, neutrophil,
dan makrofag) tidak dapat berfungsi dengan baik.9

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Sesudah Penyuntikan Anestesi Lokal Menggunakan Adrenalin
Devi Saputra

19

Anda mungkin juga menyukai