Anda di halaman 1dari 61

RINGKASAN MATERI KEGAWATDARURATAN

KELOMPOK 1-14

DISUSUN OLEH
NAMA : SASQIA HERDI NALORA
KELAS : 3A
NIM : P05140118114
PRODI : D3 KEBIDANAN
DOSEN PENGAJAR : RACHMAWATI,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KKEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TA 2020/2021
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 1
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan Kala II

Secara umum terdapat berbagai kasus yang masuk dalam kategori


kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala I dan II, dan manifestasi klinik
kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
a. Emboli air ketuban
b. Distosia bahu
c. Persalinan dengan kelainan letak (sungsang)
d. Partus lama
e. Preeklamsia.
1.Identifikasi kasus kegawatdaruratan maternal masa persalinan Kala I dan Kala II
a. Emboli Air Ketuban
Emboli air Ketuban merupakan sindrom dimana cairan ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Sebanyak 25% wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu
1 jam. Kondisi ini amat jarang dengan perbandingan 1 : 8000 sampai 1 : 30.000.
Sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%.
Faktor Risiko
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun
sebagian besar terjadi pada saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) dan
setelah Sectio Caesar (19%). Yang menjadi faktor risiko adalah beberapa
hal berikut :
1. Multipara
2. Solusio plasenta
3. IUFD
4. Partus presipitatus
5. Suction curettahge
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis
b. Distosia Bahu
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah
kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu
antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu
antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik,
pada distosia bahu 79 detik.
• Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau
dicegah
• Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat
badan janin yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari
4500 gram
c. Persalinan letak sungsang
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi
bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu,
kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian
terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Manuaba, 1988).
• Penyebab letak sungsang dapat berasal dari (Manuaba, 2010):
• 1) Faktor ibu
• a) Keadaan rahim
• Rahim arkuatus
• Septum pada rahim
• Uterus dupleks
• Mioma bersama kehamilan
• b) Keadaan plasenta
• Plasenta letak rendah
• Plasena previa
• c) Keadaan jalan lahir
• Kesempitan panggul
• Deformitas tulang panggul
• Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke
posisi kepala
• 2) Faktor Janin Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan
letak sungsang:
• Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
• Hirdosefalus atau anensefalus
• Kehamilan kembar
• Hirdramnion atau oligohidramnion
• Prematuritas

d. Partus lama
Pengertian Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam.
Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi
serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB, 2002).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada
primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva (Mochtar, 1998).
• Etiologi
• Menurut Saifudin AB, (2007) Pada prinsipnya persalinan lama dapat
disebabkan oleh :
• His tidak efisien (inadekuat)
• Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar) Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong,
dahi, wajah, atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala
janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi.
Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet
(Saifudin AB, 2007)
• Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
e. Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan
berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin/proteinuria.
(Fadlun, 2013).
Preeklamsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa
penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel.
(Leveno, 2009).Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasopastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditanda i oleh hemokonsentrasi, hipertensi
yang terjadi setelah minggu ke 20 dan proteinuria. (Bobak, 2005).
• Etiologi
1. Primigravida, 85 % preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama
2. Grande multigravida
3. Janin besar
4. Distensi rahim berlebidan (hidramnion, hamil kembar, mola
hidatidosa)

RINGKASAN MATERI KELOMPOK 2


DISTOSIA BAHU
A. Pengertian distosia bahu
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala
lahir.Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya
waktu persalinan, terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya.
B. Penyebab utama persalinan macet meliputi:
1.bayi besar atau posisi bayi yang abnormal.
2. panggul sempit.
3. masalah dengan jalan lahir.
4. Diabetes maternal
5. Ibu obesitas
C. komplikasiPada bayi :
1. Paralisis plexsus brachialis
2. Fraktur clavicula
3. Meninggal, baik intrapartum atau neonatal
Pada ibu :
1. Robekan perenium dan vagina yang luas
2. Pendarahan
3. Dehidrasi
4. kematian
D. Pencegahan distosia bahu
1. Identifikasi dan obati bila ada gejala diabetes pada ibu
2. Tawarkan untuk melakukan bedah sesar pada persalinan vaginal
beresiko tinggi : janin luar biasa besar >5kg, janin sangat besar >4,5kg,
dengan ibu diabetes. Janin besar >4kg dengan riwayat distosia bahu
sebelumnya. Kala II memanjang dengan janin besar.
3. selalu bersiap bila sewaktu waktu terjadi.
4.kita sebagai bidan cakap dalam mengenali distosia bahu seawal
mungkin.
5. perhatikan waktu, jika kala II sudah memanjang segera minta
pertolongan begitu distosia bahu diketahui, bantuan diperlukan untuk
membuat posisi Mvrobert, pertolongan persalinan,resusitasi bayi, dan
tindakan anestesi jika perlu.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 3
KEGAWADARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA PERSALINAN
KALA III DAN IV
A. Retensio Plasenta
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2007).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
2. Etiologi
a. Sebabfungsional
 Faktormaternal
 Usia Lanjut
 Multiparitas
 Faktor uterus
 Bekas SC (sering plasenta tertanam pada jaringan
cicatrixuterus)
 Bekas pembedahan uterus
 Anomaliuterus
 His yang kurang adekuat (penyebabutama)
 Pembentukan contraction ring (lingkaran
kontraksi pada bagian bawah perut)
 Bekas kuretase (yang terutama dilakukan
setelahabortus)
 Bekas pengeluaran plasenta secaramanual
 Bekasendometritis
 Tempat melekatnya yang kurang baik/implantasi
cornual (contoh: di sudut tuba)
 Kelainan bentuk plasenta (ukuran plasenta terlalukecil)
b. Sebab patologi anatomi (perlekatan plasenta yangabnormal)
 Plasenta belum lepas dari dindinguterus
 Plasentaakreta
 Plasentainkreta
 Plasentaperkreta
 Plasenta sudah lepas tetapi belumdilahirkan
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan
tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta).

3. Pencegahan
Untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikkan 10 IU
oksitosin IM segera setelah bayi lahir.

4. Plasenta Manual
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara
manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (APN, 2008). Plasenta manual
adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
5. Penatalaksanaan bagi bidan (APN,2008)
Pada kondisi Retensio plasenta dengan perdarahan > 500 cc, maka
perlu langsung melakukan plasenta manual.

a. Persiapan
 Memasang infus
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat dengan kecepatan
tetesan 60 tetes/menit dan 10 unit oksitosin IM.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9 %atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
 Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuantindakan
 Melakukan anastesi verbal/analgesik perrektal
 Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahaninfeksi

b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri


 Memastikan kandung kemih dalam keadaankosong
 Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm
dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajarlantai
 Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung
tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan
menelusuri sisi bawah talipusat
 Setelah mencapai pembukaan servik, minta seseorang
asisten/penolong lain untuk menegangkan klem tali
pusat kemudian pindahkan tangan keluar untuk
menahan fundusuteri
 Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam
hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasiplasenta
 Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti
memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan
jari-jari lain salingmerapat)

c. Melepas plasenta dari dinding uterus


 Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta
palingbawah
 Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang,
tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung
jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke
bawah (posterior ibu)
 Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke
sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke atas
(anterior ibu)
 Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan
dinding uterus, maka perluas pelepasan plasenta
dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dindinguterus.

d. Mengeluarkan plasenta
 Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa
plasenta yangtertinggal
 Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis
(tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan
asisten/penolong untuk menarik talipusat sambil
tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari
terjadinya percikan darah)
 Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan
supra simpisis) uterus ke arah dorso kranial setelah
plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam
wadah yang telah disediakan

e. Pencegahan infeksi pasca tindakan


 Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan)
dan peralatan lain yang digunakan
 Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan
lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit
 Cucitangan
 Keringkan tangan dengan handukbersih

f. Pemantauan pascatindakan
 Periksa kembali tanda vitalibu
 Catat kondisi ibu dan buat laporantindakan
 Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih
diperlukan dan asuhan lanjutan
 Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telahselesai
 Lanjutkan pemantauan pada ibu hingga 2 jam pascatindakan

g. Bila retensio plasenta tanpa perdarahan segera berikan rujukan

6. Pasca Plasenta Manual


 Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl
atau Ringer Laktat) 60 tetes/menit + masase fundus uteri
untuk perangsangankontraksi
 Bila masih perdarahanbanyak:
 Berikan ergometrin 0,2 mg IM
 Rujuk ibu ke rumah sakit
 Selama transportasi, rasakan apakah uterus
berkontraksi baik. Bila tidak, tetap lakukan masase dan
beri ulang oksitosin 10 unitIM/IV
Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat
berlangsung sebelum dan selamatransportasi.
B. Antonia Uteri
1. Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak
dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin
meningkat (Manuaba & APN).Atonia uteri merupakan penyebab
terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan
paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
2. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari atonia uteri adalah sebagai berikut :
a. Pemisahan plasenta inkomplet.
b. Retensi kotiledon
c. Percepatan persalinan
d. Persalinan lama
e. Polihydramnion atau kehamilan kembar
f. Plasenta previa.
g. Abrupsio plasenta
h. Anastesi umum
i. Kesalahan penatalaksanaan kala III persalinan.
j. Kandung kemih penuh
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 4
JOBSHEET MANUAL PLASENTA

A. PERSIAPAN
1. Pasang set dan cairan infus.
2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3. Lakukan anastesi verbal atau per rektal.
4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.

B. PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Baca dan pelajari lembar kerja atau job sheet dan daftar tilik.
2. Siapkan alat, bahan dan obat yang di butuhkan dalam manual plasenta
3. Ikuti petunjuk instruktur/pembimbing.
4. Bekerja secara hati-hati dan teliti
5. Tanyakan kepada instruktur/pembimbing tentang hal-hal yang kurang di
mengerti dalam pelaksanaan praktik.
6. Laporkan hasil setelah selesai melakukan tindakan

C. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosedur semua tindakan.
2. Bertindak hati-hati dan lembut pada saat mengerjakan tindakan.
3. Observasi kondisi pasien secara kontinu.
4. Perhatikan teknik septik dan antiseptik
5. Perhatikan kondisi alat,bahan dan obat obatan pada saat sebelum
bekerja untuk menilai kelayakan penggunaannya dan setelah bekerja
dengan upaya pencegahan infeksi.
6. Gunakan sarung tangan, perlengkapan pelindung pribadi, ( masker,
dan celemek untuk melindungi diri dari percikan yang dapat
mengkontaminasi
Bahan : Bahan :
1. Phantom

2. Infus dan cairan

3. Larutan antiseptik

4. Oksitosin

5. Verbal anastesia atau analgesia per rektal

Peralatan & Perlengkapan : Peralatan :


1. Stetskop
2. Tensimeter
3. Kateter nelaton steril dan penampung urin
4. Klem penjepit atau kocher
5. Kain alas bokong

Persiapan 1. Pasang set dan cairan infus.


2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3. Lakukan anastesi verbal atau per rektal.
4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
6. Bak berisi larutan klorin
Perlengkapan :
1. Celemek plastik 1 Buah

2. Masker 1 Buah

3. Sarung tangan panjang1 Pasang

4. topi1 Buah

5. kaca mata pelindung 1 Buah

Referensi : 1.Saifuddin, A.B., Affandi, B., & Lu, R.E, 2010, Buku

Panduan Praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. E


Jakarta : Penerbit YBP SP, JHPIEGO. Hal. P 43 – 44.
2.POGI,2008,Buku Acuan Asuhan Persalinan

Normal.jakarta: penerbit JNPK-KR


PROSEDUR PELAKSANAAN

PROSE
DUR
TINDA
KAN

NO LANGKAH-LANGKAH GAMBA
1. Beritahu Pasien

Key point
Lakukan informend consent

2. Menggunakan pelindung diri

Key point
Memakai APD ( Topi, Masker, Kaca
Mata Pelindung, Celemek)
3. Cuci Tangan

Key point
Lakukan cuci tangan dengan
Prosedur 7 langkah
4. Pakai sarung tangan steril

Key point
Gunakan ukuran yang sesuai dengan
Ukuran tangan

5. Siapkan Pasien

Key point
Pasang cairan infus

6. Bersihkan vulva dan perineum

dengan air DTT atau sabun


antiseptik

Key point
7. Pasang alas bokong yang bersih
dan kering

Key point
8. Lakukan anastesi verbal atau per

rektal sehingga perhatian ibu


teralihkan dari rasa sakit

Key point

9. Lakukan kateterisasi kandung

kemih

Key point
10. Jepit tali pusat dengan klem/kocher

dan menegangkan tali pusat sejajar


lantai

Key point

11. Memasukkan tangan secara

obstetrik ke dalam vagina dengan


menelusuri sisi bawah tali pusat

Key point

12. Setelah tangan mencapai bukaan


serviks minta asisten untuk
memegang klem, kemudian tangan
lain penolong menahan fundus
uteri
Key point
Minta bantuan seorang asisten
untuk memegang klem
13. Sambil menahan fundus uteri,

masukkan tangan dalam ke kavum


uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta
Key point
Menahan fundus uteri saat
memasukkan tangan ke kavum
uteri

14. Buka tangan obstetric menjadi


seperti memberi salam
Key point
Ibu jari merapat ke jari telunjuk dan
jari-jari lain saling merapat

15. Tentukan implantasi plasenta

Key point
Temukan tepi plasenta paling
bawah
16. Melepaskan plasenta dengan

menggerakkan tangan dalam ke kiri


dan ke kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan
maternal plasenta dapat dilepaskan

Key point

17 Sementara satu tangan masih


didalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi

Key poinT
Pastikan tidak ada bagian plasenta
yang tertinggal di dinding uterus

18. Pindahkan tangan luar ke supra

simfisis untuk menahan uterus saat


plasenta dikeluarkan

Key point
Tahan sekmen bawah uterus saat
mengeluarkan uterus
19. Instruksikan asisten atau keluarga

yang memegang setengah kocher


untuk menarik tali pusat sambil
tangan dalam menarik plasenta
keluar

Key point

Hindari percikan darah

20. Letakkan plasenta kedalam tempat


yang telah disediakan

Key point
Periksa kelengkapan plasenta
dengan menggunakan kain kassa
21. Lakukan sedikit pendorongan

uterus ( dengan tangan luar ) ke


dorso kranial setelah plasenta lahir

Key point

22. Rendam semua alat yang sudah

dipakai dalam larutan klorin 0,5 % .

Key point

Lakukan perendaman alat selama

10 menit untuk menghindari korosif


alat

23. Bersihkan tubuh ibu dan ranjang

tindakan.
Key point

Bersihkan ibu dengan air dtt dan


tempat tindakan dengan klorin
24. Buang alat suntik, kasa dan sarung

tangan kedalam tempatnya.


Key point
Alat suntik ke dalam safty box dan
kassa ke tempat sampah
terkontaminasis

25. Lepaskan sarung tangan

Key point

Dekontaminasi selama 10 menit

26. Cuci tangan

Key point

Lakukan dengan teknik 7 langkah


cuci tangan

27. Periksa kembali tanda vital pasien


Key point

Memastikan kondisi pasien pasca


tindakan
28 Catat kondisi pasien dan buat

laporan ti dakan serta instruksi


pengobatan lanjutan dan hal- hal
penting untuk di pantau

Key point

29 Beritahukan pada pasien dan

keluarganya bahwa tindakan telah


selesai.
Key point

Pastikan keluarga bahwa pasien


masih memerlukan perawatan dan
dalam masa observasi

30. Ajarkan ibu dan keluarga tentang

asuhan mandiri dan tanda – tanda


bahaya yang mungkin terjadi
Key point

Segera melapor jika menemukan


tanda tanda bahaya tsb
31. Bereskan
AlaT
Key point

Membereskan alat yang telah dipakai


dan mengembalikan ke tempat
semula

RINGKASAN MATERI KELOMPOK 5


KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL MASA
PERSALINAN KALA III DAN IV”

A. Robekan Jalan Lahir

 Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4


tingkatan yaitu:
1) Robekan perineum tingkat satu
Robekan yang paling ringan (tidak terlalu dalam) terjadi pada kulit
perineum dan jaringan di sekitar mulut vagina atau lapisan terluar vagina
tanpa melibatkan otot apapun.

2. Robekan perineum tingkat dua

Robekan tingkat kedua (second-degree lacerations) adalah robekan yang


lebih dalam hingga menembus otot di bawah lapisan kulit. Robekan ini
perlu dijahit setiap lapis demi lapisnya hingga tertutup sempurna.

3).Robekan perineum tingkat tiga


Adapun robekan yang cukup serius, robekan jalan lahir ini
nyaris sampai ke anus. Robekan semacam ini dapat menyebabkan rasa
sakit selama berbulan-bulan serta meningkatkan resiko terjadinya
inkontinensia anal. Nah, kondisi itulah yang disebut dengan laserasi
tingkat ketiga. Laserasi tingkat ketiga yaitu adanya robekan pada
jaringan vagina, kulit perineum, serta otot perineum yang
membentang hingga sfingter anal (otot yang mengelilingi anus).

4). Robekan tingkat 4


Sementara itu, laserasi tingkat keempat lebih parah lagi karena
robekan kini telah melewati sfingter anal hingga jaringan di
bawahnya.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 6
JOBSHEET KBE , KBI DAN KAA
JOBSHEET KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA

N LANGKAH- GAMBAR
O LANGKAH
1. Persiapan pasien :
Jelaskan pada ibu dan
keluarga tindakan
yang akan
dilakukan :
 Inform
consent
tertulis,dan
lisan beritahu
kemungkinan
terburuk
 Rencanakan
rujukan
sebagai
persiapan.
2. Persiapan alat dan
bahan
1. Sarung tangan
panjang satu
pasang, sarung
tangan steril satu
pasang dan APD
2. Imfus set dan
cairan RL
3. Oxytosin 20 unit
dan metal
ergometrin 0,2
mg
4. Spuit 3cc
5. Lampu Sorot
6. Stetoskop
7. Termometer
8. Kapas aseptik dan
antiseptic
9. Antibiotik
kombinasi
(ampisilin 3 x 1
gr
danmetrodinazol
3 x 500 mg )
10. Baskom berisi
larutan clorin
0,5% dan larutan
DTT
11. Waslap 2 buah
12. Tempat sampah
13. Phantoom

4. Persiapan Pasien:
1. Beritahu pada
ibu dan
keluarga apa
yang akan
dikerjakan
dan berikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pertanyaan.
2. Posisikan ibu
dengan posisi
litotomi saat
dilakukan
KAA
5. PERSIAPAN
PETUGAS
 Petugas mencuci
tangan dengan
sabun di bawah
air mengalir
 Mengeringkan
tangan dengan
handuk bersih
 Memakai sarung
tangan
 Petugas
menempatkan
diri di sebelah
kanan pasien

KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA ( KBE)

1. Melakukan penilaian
setelah plasenta lahir
“setelah di massage
15 detik, uterus tidak
berkontraksi,
melakukan palpasi di
fundus dengan cepat.
2. Beritahu ibu akan
dilakukan tinjauan
termasuk alasan
tindakan tersebut

3. Tangan kiri dikepal


berada difundus,
dorong fundus ke
arah kepaln tangan
kanan yang berada di
supra smpisis.
Lakukan selama 5
menit

4. Lakukan kompresi
uterus dengan cara
saling mendekatkan
tangan depan dan
belakang agar
pembuluh darah
dalam anyaman
miometrium dapat
dijepit secara manual

5. Lakukan penilaian
selama `5 menit
11. Bila tidak berhasil
lanjutkan dengan
KBI

KOMPRENSI BIMANUAL INTERNA (KBI)

3. Vulva hygiene menggunakan air +


kapas DTT
 Minimalisasi infeksi saat
tindakan invasi intrauteri

4. Cek, jika kandung kemih


penuh,kosongkan dengan kateter
nelaton :

 Kandung kemih pastikan


kosong
5. Ganti sarung tangan kanan dengan
sarung tangan panjang :
 Lakukan dengan cepat dan
hati-hati , jangan sampai
menyentuh bagian luar
sarung tangan.Sarung tangan
yang digunakan adalah
sarung tangan panjang
steril/DTT.
 Masukkan sarung tangan
bekas ke dalam larutan
klorin.
6. Posisi tangan menolong :
 Masukkan tangan secara
obstetric kedalam lumen
vagina
 Ubah menjadi kepalan
 Letakkan dataran punggung
jari telunjuk sampai dengan
kelingking pada fornix
anterior.
 Dorong segmen baawah
uterus ke kranio anterior.
 Telapak tangan yang diluar
berada di abdomen menekan
kuat dinding belakang uterus
kearah kepalan tangan
didalam.
Key point :
 Tujuan : menekan pembuluh
darah didalam dinding uterus
dan merangsang
myometrium berkontraksi
7. Evaluasi keberhasilan tindakan
,ubah posisi menjadi tangan obstetri
kembali,keluarkan pelan-pelan.
Key point:
 Terjadi kontraksi uterus dan
perdarahan berkurang dalam
5 menit

8. Celup dan cuci sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,5 % selama
10 menit.

KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

1 Informn Consen

2 Persiapan alat dan bahan


3 Persiapan Pasien:
1. Beritahu pada ibu dan
keluarga apa yang akan
dikerjakan dan berikan
kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan.
2. Pastikan posisi ibu litotomi.
4 Raba pulsasi arteri femoralis pada
lipatan paha

5 Kepalkan tangan kiri dan tekan


bagian punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada umbilikus
ke arah kolumna vetebralis dengan
arah tegak lurus

13 Dengan tangan lain, raba pulsasi


arteri femoralis untuk mengetahui
cukup tidaknya kompresi :
a. Jika pulsasi masih teraba,
artinya tekanan kompresi
masih belum cukup
b. Jika kepalan tangan
mencapai aorta abdominalis,
maka pulsasi arteri femoralis
akan berkurang / berhenti

14 Jika perdarahan pervaginam


berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan pemijatan uterus
(dengan bantuan asisten)
hingga uterus berkontraksi baik
15 Bersihkan bagian terkotor ibu, dari
yang terjauh sampai yang terdekat

16 Mengganti kain kotor ibu dengan


kan yang bersih dan rapihkan ibu

17 Dekontaminasi alat

18 Merapikan Alat yang telah


digunakan

19 Melepaskan handscoon
20 Cuci tangan dengan sabun dibawah
air yang mengalir dengan tekhnik
7 langkah

21 Perhatikan tanda vital, perdarahan


dan kontraksi uterus tiap 15 menit
dalam 2 jam pertama

22 Melakukan pendokumentasian

RINGKASAN MATERI KELOMPOK 7


DETEKSI KEGAWATDARURATAN MATERNAL MASA NIFAS

1. Kegawatdaruratan Ibu Nifas dengan Puerperium


Kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis puerperium yang meliputi :
(a) deteksi kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis peurperium;
(b) tanda dan gejala kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis
peurperium ;
(c) data subyek dan obyek kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis
peurperium dan
(d) penatalaksanaan kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis peurperium.
Sepsis puerperalis merupakan infeksi pada traktus genitalia yang dapat
terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan
dan 42 hari setelah persalinan atau abortus. Untuk menentukan apakah sepsis
putperalis terjadi, maka Anda dapat mendeteksinya melalui adanya dua atau lebih
dan hal – hal berikut ini :

1. Nyeri pelvik
2. Demam >38,5° diukur melalui oral kapan saja;
3. Vagina yang abnormal
4. Vagina berbau busuk;
5. Keterlambatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).

Selanjutnya menentukan adanya kegawatdarutan ibu nifas dengan sepsis


peurperalis bila terdapat tanda dan gejala sesuai dengan lokasi adanya infeksi atau
peradangan alat-alat genitalia. Pada kasus sepsis peurperalis dapat menimbulkan
kegawatdaruratan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

INFEKSI YANG TERBATAS PADA PERINEUM, VULVA,


VAGINA, CERVIKS DAN ENDOMETRIUM

VULVITIS Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau


luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak ; jahitan ini mudah terlepas dan luka
yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
VAGINITIS Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung
pada luka vagina atau melalui perineum.
Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas
SERVISITIS Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi
biasanya tidak menimbulkan banyak gejala.
Luka serviks yang dalam dan meluas dan
langsung kedasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium
ENDROMETRITIS Jenis infeksi yang paling sering ialah
endometritis. Kumankuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas
Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium
KOMPLIKASI
PERITONITAS Peritonitas menyeluruh adalah peradangan
pada semua bagian peritonium, ini berarti
baik peritoneum parietal,yaitu membran yang
melapisi dinding abdomen,maupaun
peritoneum viseral,yang terletak di atas
vasera atau organorgan internal meradang
SALPINGO-  Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada
OOFORITIS DAN ovariun dan tuba fallopi.
PARAMETRITIS  Parametritis adalah infeksi pada
parametrium.,jaringan yang memanjang
sampai kesisi servik dan kepertengahan
lapisan- lapisan ligamen besar
SEPTIKEMIA Septikemia adalah ada dan
berkembangbiaknya bakteri di dalam aliran
darah.
ABSES Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada
pemeriksaan vagina, nyeri yang hebat dan
nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun
diberikan antibiotic

2. Kegawatdaruratan Ibu Nifas dengan Mastitis


Kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis yang meliputi :
(a) deteksi kegawatdaruratan ibu nifas denganmastitis;
(b) tanda dan gejala kegawatdaruratan ibu nifas denganmastitis;
(c) data subyek dan obyek kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis;
(d) penatalaksanaan kegawatdaruratan ibu nifas denganmastitis.

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada


primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus,
infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga
melalui peredaran darah Bila tidak segera ditangani menyebabkan
Abses Payudara (pengumpulan nanah lokal di dalam payudara)
merupakan komplikasi berat dari mastitis
LAKUKAN DENGAN MEMPERHATIKAN PERUBAHAN PADA
PAYUDARA IBU P OST PATUM SERTA AREA PERUBAHANNYA

Dibedakan berdasar tempat serta penyebab dan kondisinya


1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat
itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Menurut penyebab dan kondisinya
Mastitis Periductal Mastitis Puerperalis/ Mastitis Supurativa
Lactational
 muncul pada wanita  banyak dialami oleh  paling banyak
di usia menjelang wanita hamil atau dijumpai.
menopause, menyusui.  Penyebabnya bisa dari
 penyebab utamanya  Penyebab utama kuman Staphylococcus,
tidak jelas diketahui. mastitis puerperalis jamur, kuman TBC dan
 Keadaan ini dikenal yaitu kuman yang juga sifilis. Infeksi
juga dengan sebutan menginfeksi payudara kuman TBC
mammary duct ectasia, ibu, yang ditransmisi memerlukan
yang berarti peleburan ke puting ibu melalui penanganan yang ekstra
saluran karena adanya kontak langsung intensif.
penyumbatan pada
saluran di payudara
Tabel Macam Mastitis
Penatalksanaannya agar proses laktasi tetap terjaga, yang Anda lakukan
dengan kondisi situasional mulai dari yang ringan sampai berat.

PENATALAKSANAAN
MASTITIS
 Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu untuk aliran ASI
yang baik dengan lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang
bermasalah.
 Bila ibu merasa sangat nyeri, menyusui dimulai dari sisi payudara
yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara
bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri
sudah berkurang.
 Posisikan bayi pada payudara, dagu atau ujung hidung berada pada
tempat yang mengalami sumbatan agar membantu mengalirkan ASI
dari daerah tersebut.
 Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI
dari payudara dengan tangan atau pompa.
 Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri
minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke
arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
 Konseling suportif
 Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang
menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayi, serta payudara akan
pulih bentuk maupun fungsinya
 Pengeluaran ASI yang efektif
 Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
 Dorong untuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat
tanpa batasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas
sampai menyusui dapat dimulai lagi
 Terapi antibiotika, diindikasikan pada:
 Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta
menunjukkan infeksi
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat putting pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
 Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-
mase
 Pengobatan simtomatik
 Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen, Parasetamol)
 Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
 Penggunaan kompres hangat pada payudara
 Yakinkan ibu untuk cukup cairan
 Pendekatan terapeutik lain (misalnya penyinggiran pus, tindakan
diit, pengobatan herbal, menggunakan daun kol untuk kompres
dingin

ABSES PAYUDARA
 Lakukan rujukan untuk terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi
dan penyaluran)
 Dukungan untuk menyusu
RINGKASAN MATERI 8
INFEKS PAYUDARA
(MASTITIS)

A. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga
disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-
kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan
yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam
payudara, merupakan komplikasi berat dari mastids. Keadaan inilah
yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I, Severin
V.X, 2003 dalam Anonim, 2013)

B. Jenis-jenis Mastitis
1. Mastitis Puerparalis Epidemik biasanya timbul apabila
pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme
yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling
sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang
atau bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari
sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan
aliran terhenti. Namun proses ini membutuhkan waktu
beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu.
Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan
respons peradangan.
3. Mastitis Subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai
4. dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga
produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai
di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
5. Mastitis Infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh
dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon—
respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan
merupakan media yang baik untuk pemımbuhan bakteri.

C. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus
aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi yang masuk
ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada
puting susu.Mastitis biasanya te adi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.Soetjiningsih (1997)
menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastids) di
sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya
tejadi mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan
segmental engorgementsehingga jika tidak disusu secara adekuat
bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat,
anemia akan mempermudah terkena infeksi.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak,
keras dan kadang terasa nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting
teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit
mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan
berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan
gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan
sakit.
5. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sanna dengan payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain:
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras
3. Tampak kemerahan
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga
tampak seperd pecah— pecah, dan badan terasa demam
seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi,
biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada
payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta
merah.
5. Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya
bila didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada
payudara, dan permukaan kulit tidak pecah — pecah maka hal itu bukan
mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya
bagian payudara yang mengeras, maka ha1 tersebut buka mastitis

E. Komplikasi
• Abses payudara
• Mastitis berulang/kronis
• Infeksi jamur
.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 9
KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

A. ASFIKSIA
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerkikan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'
frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
a. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu
lahir lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

2. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan
menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada
:
 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,
hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-
lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya
hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.

B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


1. Definisi BBR
            Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir
kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970),
telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan
mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

2. Etiologi
            Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
            BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor Ibu
a.       Penyakit:
 Toksemia gravidarum
 Perdarahan antepartum
 Truma fisik dan psikologis
 Nefritis akut
 Diabetes mellitus
b.      Usia Ibu
 Usia <16 tahun
 Usia >35 tahun
 Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c.       Keadaan social
 Golongan social ekonomi rendah
 Perkawinan yang tidak sah
d.      Sebab lain
 Ibu yang perokok
 Ibu peminum alcohol
 Ibu pecandu narkotik
2.      Faktor janin
a.      Hidramnion
b.      Kehamilan ganda
c.      Kelainan kromosom
3.      Faktor lingkungan
a.      Tempat tinggal dataran tinggi
b.      Radiasi
c.      Zat-zat racun.

C. KEJANG
1. Definisi Kejang
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari fungsi
neurologik (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem
syaraf yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. (Kosim,
Soleh:2008)
Kejang dapat timbul sebagai gerakan involunter klonik atau tonik pada
satu atau lebih anggota gerak. (Lissauer,Tom:2006)

2. Etiologi kejang pada BBL


Beberapa penyebab kejang pada bayi baru lahir, diantaranya :
a. Komplikasi perinatal dapat berupa : hipoksi-iskemik ensefalopati;
biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran, perdarahan
intrakranial, dan trauma susunan saraf pusat yang dapat terjadi pada
persalinan presentasi bokong, ekstrasi cunam atau ekstrasi vakum berat 
b. Kejang bayi dengan asfiksia disertai kelainan metabolisme seperti:
hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiponatremia, dan
hipernatremia. Hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoksin, dan
kelainan metabolisme asam amino. Kejang dengan penyebab ini dapat
terjadi 24-48 jam pertama.
c. Kejang yang terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-10, dapat disebabkan
adanya infesi dari bakteri dan virus seperti TORCH
dan Tetanus Neonatorum

D. HIPOTERMIA
1. Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh
(areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata.
Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL di masa perinatal yaitu:
a. jaringan lemak subkutan tipis,
b. perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar,
c. bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada
reaksi kedinginan,
d. asfiksia yang hebat,
e. resusitasi yang ekstensif,
f. lambat sewaktu mengeringkan bayi,
g. distress pernapasan,
h. sepsis,
i. pada bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang
sedikit.

E. HYPERTERMIA
Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal
yaitu suhu tubuhmencapai sekitar 37,8°C per oral atau 38,8°C per rectal secara
terus menerus disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat
seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila
bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.

F. HYPOGLIKEMIA
1. Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari
kebutuhan tubuh. (Smeltzer, 2002).
2. Etiologi
Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain kelebihan dosis
insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin per-oral maupun perIV,
penggunaan sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan
fisik yang berlebih, dan situasi stress (Nitil, 2011).

G. IKTERUS
1. Definisi
Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar
bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning.Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-
50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan.
Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat
merupakan hal patologis. Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam
batas normal pada hari ke 2-3 dan menghilang pada hari ke-10.

H. INFEKSI
1. Definisi
Infeksi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata
yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-
tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
2. Etiogi
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur
dan protozoa ( jarang ). Penyebab yang paling sering dari infeksi awitan awal
adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin
ibu. Infeksi awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek
(HSV), enterovirus dan E.coli.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 10
KEJANG DEMAM
A. Pengertian
Kejang demam adalah kondisi kejang yang terjadi saat terjadi kenaikan
suhu tubuh yang ekstrem. Umumnya saat suhu tubuh berada di atas angka 38°C,
kejang dapat muncul. Kejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan
hingga 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam.
Secara umum, kejang demam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Kejang demam sederhana.
Ini adalah kejang demam sederhana yang terjadi hanya 1 kali dalam 24
jam, dengan durasi kejang kurang dari 15 menit. Kejang umumnya terjadi pada
seluruh tubuh (tidak hanya sebagian tubuh saja).
b. Kejang demam kompleks.
Kejang demam tipe ini terjadi lebih dari 15 menit atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam. Kejang hanya terjadi pada sebagian tubuh saja.
B. Pengobatan
Jika anak Anda mengalami kejang, segera bawa ke rumah sakit/
puskesmas/ klinik untuk mendapatkan pertolongan. Perlu diingat bahwa anak
yang mengalami kejang demam sebaiknya dirawat di rumah sakit agar dapat
dipantau dan dilakukan pemeriksaan yang intens.
C. Penyebab
Penyebab kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh. Demam pada
anak yang sering menimbulkan kejang adalah demam akibat infeksi saluran
pernafasan, saluran pencernaan, telinga-hidung-tenggorokan, saluran kencing,
kulit, dan pasca imunisasi.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 11
SISTEM RUJUKAN
A. Definisi System Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit
yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam
satu unit). (Muchtar, 1977).
1. Tujuan Rujukan
      Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan system rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB.
1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal
dan rujukan eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari
puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal
(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

2. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan


medik dan rujukan kesehatan.
a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis
(jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit
umum daerah. Jenis rujukan medik:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang
lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan pengobatan setempat.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 12
MEMBUAT RUJUKAN KASUS KEGAWATDARURATAN
A. Pelayanan kebidanan rujukan
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke
sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara
horisontal maupun vertikal.
B. Tujuan umum rujukan
Memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR
C. Tujuan Khusus rujukan
1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus risiko tinggi dan gawat darurat yang
terkait dengan kematian ibu dan bayi
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas
D. Persiapan Rujukan
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika
terjadi penyulit, seperti keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan
perawatan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk
dibawa ke fasilitas rujukan (Syafrudin, 2009).
E. Rujukan Maternal dan Neonatal
Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang
dikelola secara strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk
menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya
terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal
dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat
kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan
ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah
mereka berada (Depkes, 2006).
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 13
KEGAWATDARURAT MATERNAL NEONATAL DENGAN SYSTEM
RUJUKAN

A. Tatalaksanaan Sistem Rujukan


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun Kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila memenuhi salah satu
dari :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan
dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. prosedur standar merujuk pasien
2. prosedur standar menerima rujukan pasien
3. prosedur standar memberi rujukan balik pasien
4. prosedur standar menerima rujukan balik pasien

B. Kegiatan rujukan/Persiapan Rujukan


Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
1. Persiapan tenaga kesehatan,pastikan pasien dan keluarga didampingi
olehminimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.
2. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang
lain harus ikutmengantar pasien ke tempat rujukan.
3. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien,alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah
diberikan pada pasien.
4. Persiapan Alat,bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan
selama perjalananmerujuk.
6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkanpasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukansecepatnya.Kelengkapan ambulance, alat,
dan bahan yang diperlukan.
7. Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempatrujukan.
8. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga – jaga
dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah

RINGKASAN MATERI KELOMPOK 14


PRAKTIK MEMBUAT RUJUKAN KASUS KEGAWATDARURATAN

A. Praktik Membuat Rujukan Kasus Kegawatdaruratan


1. Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal
a. Menentukan kegawatdaruratan penderita
 Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
 Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
b. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan
adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang rencana
rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan
dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap
ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat
rencana rujukan pada saat awal persalinan.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
 Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
 Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
 Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
B (Bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus
set, tensimeter dan stetoskop
K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa
ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.
S (Surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk K
(Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
DA (Darah)
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila
terjadi perdarahan
f. Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan) Untuk mempercepat
pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
g. Tindak lanjut penderita :
 Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
 Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2. Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari :
a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/bidan desa
d. Peskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. RS kabupaten tipe C/D
3. Alur rujukan kasus kegawatdaruratan
i. Dari kader
Dapat langsung merujuk ke:
 Puskesmas pembantu
 Pondok bersalin/bidan desa
 Puskesmas rawat inap
 RS swasta/pemerintah
ii. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
 Puskesmas pembantu
 Pondok bersalin/bidan desa
4. Sistem dan Cara Rujukan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan
memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
5. Indikasi dan Kontra indikasi
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di
suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang
mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat
dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang
dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:

 Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.

 Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan
yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam
kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi
pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
 Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
 Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
 Persalinan sudah akan terjadi
 Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
 Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
6. Indikasi Rujukan Ibu

 Riwayat Seksio Sesaria


 Perdarahan pervaginam
 Persalinan kurang bulan (usia kehanilan kurang dari 37 minggu)
 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
 Ketuban pecah lama (krang lebih 24 jam)
 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
 Ikterus
 Anemia berat
 Tanda/gejala infeksi
 Preeklamsia /hipertensi dalam kehamilan
 Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
 Gawat janin
 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk
5/5
 Presentasi bukan belakang kepala
 Kehamilan kembar (gemeli)
 Presentasi majemuk
 Tali pusat menumbung
 Syok
7. Perencanaan Rujukan

 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena


rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya.
Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi
memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta
keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
a. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan untuk merujuk ibu
c. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
d. Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
e. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan
Untuk merujuk
f. Tujuan rujukan
g. Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
h. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
i. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan
kesehatan yang dituju
j. Perkiraan lamanya waktu perawatan
k. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
l. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan
menggunakan modalitas transportasi lain
m. Pilihan akomodasi untuk keluarga
 Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal
berikut ini:
a. Indikasi rujukan
b. Kondisi ibu dan janin
c. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi
lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)
d. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
e. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya
 Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima
pasien adalah:
a. Nama pasien
b. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
c. Indikasi rujukan
d. Kondisi ibu dan janin
e. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
f. Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
 Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat
dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien.
 Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun
melalui faksimili) sesegera mungkin:
a. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil
pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan
rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan)
b. Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
c. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
d. Hasil pemeriksaan penunjang
e. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan
kesehatan
 Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
 Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul
berukuran 16 atau 18.
 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera
setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua
resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan
pasien.
 Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan Untuk
merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi
selama transportasi.
 Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
 Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
c. Denyut jantung janin
d. Presentasi
e. Dilatasi serviks
f. Letak janin
g. Kondisi ketuban
h. Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
 Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga
kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan,
Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang.

Anda mungkin juga menyukai