KELOMPOK 1-14
DISUSUN OLEH
NAMA : SASQIA HERDI NALORA
KELAS : 3A
NIM : P05140118114
PRODI : D3 KEBIDANAN
DOSEN PENGAJAR : RACHMAWATI,M.Kes
d. Partus lama
Pengertian Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam.
Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi
serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB, 2002).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada
primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva (Mochtar, 1998).
• Etiologi
• Menurut Saifudin AB, (2007) Pada prinsipnya persalinan lama dapat
disebabkan oleh :
• His tidak efisien (inadekuat)
• Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar) Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong,
dahi, wajah, atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala
janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi.
Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet
(Saifudin AB, 2007)
• Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
e. Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan
berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin/proteinuria.
(Fadlun, 2013).
Preeklamsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa
penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel.
(Leveno, 2009).Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasopastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditanda i oleh hemokonsentrasi, hipertensi
yang terjadi setelah minggu ke 20 dan proteinuria. (Bobak, 2005).
• Etiologi
1. Primigravida, 85 % preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama
2. Grande multigravida
3. Janin besar
4. Distensi rahim berlebidan (hidramnion, hamil kembar, mola
hidatidosa)
3. Pencegahan
Untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikkan 10 IU
oksitosin IM segera setelah bayi lahir.
4. Plasenta Manual
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara
manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (APN, 2008). Plasenta manual
adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
5. Penatalaksanaan bagi bidan (APN,2008)
Pada kondisi Retensio plasenta dengan perdarahan > 500 cc, maka
perlu langsung melakukan plasenta manual.
a. Persiapan
Memasang infus
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat dengan kecepatan
tetesan 60 tetes/menit dan 10 unit oksitosin IM.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9 %atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuantindakan
Melakukan anastesi verbal/analgesik perrektal
Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahaninfeksi
d. Mengeluarkan plasenta
Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa
plasenta yangtertinggal
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis
(tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan
asisten/penolong untuk menarik talipusat sambil
tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari
terjadinya percikan darah)
Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan
supra simpisis) uterus ke arah dorso kranial setelah
plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam
wadah yang telah disediakan
f. Pemantauan pascatindakan
Periksa kembali tanda vitalibu
Catat kondisi ibu dan buat laporantindakan
Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih
diperlukan dan asuhan lanjutan
Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telahselesai
Lanjutkan pemantauan pada ibu hingga 2 jam pascatindakan
A. PERSIAPAN
1. Pasang set dan cairan infus.
2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3. Lakukan anastesi verbal atau per rektal.
4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
C. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosedur semua tindakan.
2. Bertindak hati-hati dan lembut pada saat mengerjakan tindakan.
3. Observasi kondisi pasien secara kontinu.
4. Perhatikan teknik septik dan antiseptik
5. Perhatikan kondisi alat,bahan dan obat obatan pada saat sebelum
bekerja untuk menilai kelayakan penggunaannya dan setelah bekerja
dengan upaya pencegahan infeksi.
6. Gunakan sarung tangan, perlengkapan pelindung pribadi, ( masker,
dan celemek untuk melindungi diri dari percikan yang dapat
mengkontaminasi
Bahan : Bahan :
1. Phantom
3. Larutan antiseptik
4. Oksitosin
2. Masker 1 Buah
4. topi1 Buah
Referensi : 1.Saifuddin, A.B., Affandi, B., & Lu, R.E, 2010, Buku
PROSE
DUR
TINDA
KAN
NO LANGKAH-LANGKAH GAMBA
1. Beritahu Pasien
Key point
Lakukan informend consent
Key point
Memakai APD ( Topi, Masker, Kaca
Mata Pelindung, Celemek)
3. Cuci Tangan
Key point
Lakukan cuci tangan dengan
Prosedur 7 langkah
4. Pakai sarung tangan steril
Key point
Gunakan ukuran yang sesuai dengan
Ukuran tangan
5. Siapkan Pasien
Key point
Pasang cairan infus
Key point
7. Pasang alas bokong yang bersih
dan kering
Key point
8. Lakukan anastesi verbal atau per
Key point
kemih
Key point
10. Jepit tali pusat dengan klem/kocher
Key point
Key point
Key point
Temukan tepi plasenta paling
bawah
16. Melepaskan plasenta dengan
Key point
Key poinT
Pastikan tidak ada bagian plasenta
yang tertinggal di dinding uterus
Key point
Tahan sekmen bawah uterus saat
mengeluarkan uterus
19. Instruksikan asisten atau keluarga
Key point
Key point
Periksa kelengkapan plasenta
dengan menggunakan kain kassa
21. Lakukan sedikit pendorongan
Key point
Key point
tindakan.
Key point
Key point
Key point
Key point
N LANGKAH- GAMBAR
O LANGKAH
1. Persiapan pasien :
Jelaskan pada ibu dan
keluarga tindakan
yang akan
dilakukan :
Inform
consent
tertulis,dan
lisan beritahu
kemungkinan
terburuk
Rencanakan
rujukan
sebagai
persiapan.
2. Persiapan alat dan
bahan
1. Sarung tangan
panjang satu
pasang, sarung
tangan steril satu
pasang dan APD
2. Imfus set dan
cairan RL
3. Oxytosin 20 unit
dan metal
ergometrin 0,2
mg
4. Spuit 3cc
5. Lampu Sorot
6. Stetoskop
7. Termometer
8. Kapas aseptik dan
antiseptic
9. Antibiotik
kombinasi
(ampisilin 3 x 1
gr
danmetrodinazol
3 x 500 mg )
10. Baskom berisi
larutan clorin
0,5% dan larutan
DTT
11. Waslap 2 buah
12. Tempat sampah
13. Phantoom
4. Persiapan Pasien:
1. Beritahu pada
ibu dan
keluarga apa
yang akan
dikerjakan
dan berikan
kesempatan
untuk
mengajukan
pertanyaan.
2. Posisikan ibu
dengan posisi
litotomi saat
dilakukan
KAA
5. PERSIAPAN
PETUGAS
Petugas mencuci
tangan dengan
sabun di bawah
air mengalir
Mengeringkan
tangan dengan
handuk bersih
Memakai sarung
tangan
Petugas
menempatkan
diri di sebelah
kanan pasien
1. Melakukan penilaian
setelah plasenta lahir
“setelah di massage
15 detik, uterus tidak
berkontraksi,
melakukan palpasi di
fundus dengan cepat.
2. Beritahu ibu akan
dilakukan tinjauan
termasuk alasan
tindakan tersebut
4. Lakukan kompresi
uterus dengan cara
saling mendekatkan
tangan depan dan
belakang agar
pembuluh darah
dalam anyaman
miometrium dapat
dijepit secara manual
5. Lakukan penilaian
selama `5 menit
11. Bila tidak berhasil
lanjutkan dengan
KBI
1 Informn Consen
17 Dekontaminasi alat
19 Melepaskan handscoon
20 Cuci tangan dengan sabun dibawah
air yang mengalir dengan tekhnik
7 langkah
22 Melakukan pendokumentasian
1. Nyeri pelvik
2. Demam >38,5° diukur melalui oral kapan saja;
3. Vagina yang abnormal
4. Vagina berbau busuk;
5. Keterlambatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
PENATALAKSANAAN
MASTITIS
Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu untuk aliran ASI
yang baik dengan lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang
bermasalah.
Bila ibu merasa sangat nyeri, menyusui dimulai dari sisi payudara
yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara
bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri
sudah berkurang.
Posisikan bayi pada payudara, dagu atau ujung hidung berada pada
tempat yang mengalami sumbatan agar membantu mengalirkan ASI
dari daerah tersebut.
Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI
dari payudara dengan tangan atau pompa.
Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri
minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke
arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
Konseling suportif
Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang
menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayi, serta payudara akan
pulih bentuk maupun fungsinya
Pengeluaran ASI yang efektif
Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
Dorong untuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat
tanpa batasan
Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas
sampai menyusui dapat dimulai lagi
Terapi antibiotika, diindikasikan pada:
Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta
menunjukkan infeksi
Gejala berat sejak awal
Terlihat putting pecah-pecah
Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-
mase
Pengobatan simtomatik
Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen, Parasetamol)
Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
Penggunaan kompres hangat pada payudara
Yakinkan ibu untuk cukup cairan
Pendekatan terapeutik lain (misalnya penyinggiran pus, tindakan
diit, pengobatan herbal, menggunakan daun kol untuk kompres
dingin
ABSES PAYUDARA
Lakukan rujukan untuk terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi
dan penyaluran)
Dukungan untuk menyusu
RINGKASAN MATERI 8
INFEKS PAYUDARA
(MASTITIS)
A. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga
disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-
kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan
yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam
payudara, merupakan komplikasi berat dari mastids. Keadaan inilah
yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I, Severin
V.X, 2003 dalam Anonim, 2013)
B. Jenis-jenis Mastitis
1. Mastitis Puerparalis Epidemik biasanya timbul apabila
pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme
yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling
sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang
atau bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari
sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan
aliran terhenti. Namun proses ini membutuhkan waktu
beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu.
Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan
respons peradangan.
3. Mastitis Subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai
4. dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga
produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai
di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
5. Mastitis Infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh
dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon—
respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan
merupakan media yang baik untuk pemımbuhan bakteri.
C. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus
aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi yang masuk
ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada
puting susu.Mastitis biasanya te adi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.Soetjiningsih (1997)
menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastids) di
sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya
tejadi mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan
segmental engorgementsehingga jika tidak disusu secara adekuat
bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat,
anemia akan mempermudah terkena infeksi.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak,
keras dan kadang terasa nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting
teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit
mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan
berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan
gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan
sakit.
5. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sanna dengan payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain:
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras
3. Tampak kemerahan
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga
tampak seperd pecah— pecah, dan badan terasa demam
seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi,
biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada
payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta
merah.
5. Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya
bila didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada
payudara, dan permukaan kulit tidak pecah — pecah maka hal itu bukan
mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya
bagian payudara yang mengeras, maka ha1 tersebut buka mastitis
E. Komplikasi
• Abses payudara
• Mastitis berulang/kronis
• Infeksi jamur
.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 9
KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
A. ASFIKSIA
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerkikan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'
frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
a. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu
lahir lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
2. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan
menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada
:
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,
hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-
lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya
hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.
2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
Toksemia gravidarum
Perdarahan antepartum
Truma fisik dan psikologis
Nefritis akut
Diabetes mellitus
b. Usia Ibu
Usia <16 tahun
Usia >35 tahun
Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
Golongan social ekonomi rendah
Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
Ibu yang perokok
Ibu peminum alcohol
Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.
C. KEJANG
1. Definisi Kejang
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari fungsi
neurologik (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem
syaraf yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. (Kosim,
Soleh:2008)
Kejang dapat timbul sebagai gerakan involunter klonik atau tonik pada
satu atau lebih anggota gerak. (Lissauer,Tom:2006)
D. HIPOTERMIA
1. Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh
(areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata.
Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL di masa perinatal yaitu:
a. jaringan lemak subkutan tipis,
b. perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar,
c. bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada
reaksi kedinginan,
d. asfiksia yang hebat,
e. resusitasi yang ekstensif,
f. lambat sewaktu mengeringkan bayi,
g. distress pernapasan,
h. sepsis,
i. pada bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang
sedikit.
E. HYPERTERMIA
Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal
yaitu suhu tubuhmencapai sekitar 37,8°C per oral atau 38,8°C per rectal secara
terus menerus disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat
seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila
bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.
F. HYPOGLIKEMIA
1. Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari
kebutuhan tubuh. (Smeltzer, 2002).
2. Etiologi
Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain kelebihan dosis
insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin per-oral maupun perIV,
penggunaan sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan
fisik yang berlebih, dan situasi stress (Nitil, 2011).
G. IKTERUS
1. Definisi
Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar
bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning.Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-
50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan.
Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat
merupakan hal patologis. Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam
batas normal pada hari ke 2-3 dan menghilang pada hari ke-10.
H. INFEKSI
1. Definisi
Infeksi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata
yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-
tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
2. Etiogi
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur
dan protozoa ( jarang ). Penyebab yang paling sering dari infeksi awitan awal
adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin
ibu. Infeksi awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek
(HSV), enterovirus dan E.coli.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 10
KEJANG DEMAM
A. Pengertian
Kejang demam adalah kondisi kejang yang terjadi saat terjadi kenaikan
suhu tubuh yang ekstrem. Umumnya saat suhu tubuh berada di atas angka 38°C,
kejang dapat muncul. Kejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan
hingga 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam.
Secara umum, kejang demam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Kejang demam sederhana.
Ini adalah kejang demam sederhana yang terjadi hanya 1 kali dalam 24
jam, dengan durasi kejang kurang dari 15 menit. Kejang umumnya terjadi pada
seluruh tubuh (tidak hanya sebagian tubuh saja).
b. Kejang demam kompleks.
Kejang demam tipe ini terjadi lebih dari 15 menit atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam. Kejang hanya terjadi pada sebagian tubuh saja.
B. Pengobatan
Jika anak Anda mengalami kejang, segera bawa ke rumah sakit/
puskesmas/ klinik untuk mendapatkan pertolongan. Perlu diingat bahwa anak
yang mengalami kejang demam sebaiknya dirawat di rumah sakit agar dapat
dipantau dan dilakukan pemeriksaan yang intens.
C. Penyebab
Penyebab kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh. Demam pada
anak yang sering menimbulkan kejang adalah demam akibat infeksi saluran
pernafasan, saluran pencernaan, telinga-hidung-tenggorokan, saluran kencing,
kulit, dan pasca imunisasi.
RINGKASAN MATERI KELOMPOK 11
SISTEM RUJUKAN
A. Definisi System Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit
yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam
satu unit). (Muchtar, 1977).
1. Tujuan Rujukan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan system rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB.
1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal
dan rujukan eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari
puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal
(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.
Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan
yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam
kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi
pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
Persalinan sudah akan terjadi
Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
6. Indikasi Rujukan Ibu