Anda di halaman 1dari 13

BAHASA DAN LOGIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Logika
Dosen Pengampu : Dr. Nur Aris, S.Ag, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok II
1. Ida Shuryati (1820610045)
2. Ary Fitriya Salma (1820610046)
3. Risha Nur Fitriani (1820610047)
4. Sulistiyowati (1820610048)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian logika dan bahasa.


1. Logika

Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “logos” yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain yang digunakan adalah sebagai gantinya adalah mantiq, kata arab yang
diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.

Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa: alasan yang tidak
logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis masuk
akal, dan tidak logis sebaliknya. 1

Pengertian logika menurut ahli. Hasbullah Bakry: logika adalah ilmu pengetahuan
yang mengatur penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya
dapat mencapai kebenaran. Logika mempelajari aturan dan cara berpikir. N. Driyakara:
logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk
pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
Nuril Huda: logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah
dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapai
kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana. Ir. Poedjawijatna:
logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tehnik berpikir untuk mengetahui
bagaimana manusia berpikir dengan semestinya. Jadi logika merupakan ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah.
2. Bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai
oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan
merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada
1
Mundiri,Logika, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2017, hal 1-2

2
yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk
mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi
mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat
komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Harimurti Kridalaksana (1985:12)
Menyatakan bahwa bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk
komunikasi oleh kelompok manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88),
Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Finoechiaro (1964:8).
Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang
dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem

3
kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.
Menurut Carol (1961:10), Bahasa merupakan sistem bunyi atau urutan bunyi
vokal yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi
internasional oleh kelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia. Kamus
Linguistik (2001:21), Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh para anggota suatu masyarakat untuk kerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada
yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu
sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang. 2

B. Hubungan bahasa dan logika


Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan
suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan.
Penggunaan bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa
sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari
pernyataan “Lukisan itu tidak jelek”, maka yang saya maksud lukisan itu belum dapat
dikatakan indah, atau saya bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun
saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat
memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa
suatu nilai perasaan.3
Bahasa merupakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan
tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan
tepat. Logis, atau masuk akal, merupakan ukuran yang hampir selalu dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam kegiatan berilmu. Dalam pembicaraan yang
tidak penting pun lawan bicara kita selalu menuntut penjelasan yang logis. Dalam
2
https://www.academia.edu/4676962/BAHASA_DAN_LOGIKA Diakses pada tanggal 21 Mei 2019 pukul 10.00

3
http://www.academia.edu/8496383/BAHASA_DAN_LOGIKA Diakses pada tanggal 21 Mei 2019 Pukul 10.20

4
berilmu, yaitu mengembangkan, memahami dan mengkomunikasikan ilmu; logis atau
tidak merupakan ukuran mutlak. Inilah alat ukurnya, sebagaimana termometer digunakan
untuk mengukur suhu tubuh.

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu, yaitu
proses pemikiran yang bernalar. Proses berpikir tersebut mesti dilakukan dengan cara
tertentu, karena itulah selalu disebut dengan “displin ilmu”. Proses menuju kesimpulan
hanya dianggap sahih jika dilakukan menurut cara tertentu yang disebut logika. Jadi,
secara sederhana, logika dapat didefinisikan sebagai pembicaraan tentang bagaimana
berfikir secara sahih (valid). Atau, dalam ungkapan lain, dapat juga disebut dengan aturan
bagaimana berfikir secara benar (correct).

Inilah inti dalam kajian logika. Ukuran-ukuran logika menjadi penentu untuk
menguji apakah seseorang telah berfikir secara benar atau salah. Cara mengujinya adalah
melalui serangkaian hukum atau pola. Pola dasarnya adalah bagaimana pengetahuan baru
disusun dari pengetahuan lama. Disinilah peran premis dan kesimpulan. Logika bertolak
dari sejumlah premis yang sudah diketahui untuk menghasilkan satu pengetahuan yang
baru. Dalam kegiatan ini, logika mengendalikan gerak fikiran supaya tetap mengikuti
pola yang sudah distandarisasi.4

Standariasasi berlaku secara keilmuan atau menurut ilmu bersangkutan.


Standarisasi tiap ilmu tidak persis sama, meskipun dalam ketentuan dasarnya sama.
Logika sebagai cara menarik kesimpulan, bekerja dalam bentuk kata, istilah, dan kalimat.
Kata-kata dipilih dan disusun secara tepat. Pemilihan dan penempatannya akan
menentukan makna yang dikandungnya. Semua ini termasuk dalam lingkup berbahasa.
Satu hal mendasar dalam konteks ini adalah tentang premis dan kesimpulan. Premis
adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan untuk menarik kesimpulan. Ia menjadi
dasar pemikiran dan alasan atau dapat juga disebut dengan asumsi. Dalam pengertian
formal, premis adalah kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar dalam menarik
kesimpulan secara logis. Kesimpulan yang benar diperoleh bila premisnya benar pula,
dan sebaliknya; meskipun proses logika tetap terpenuhi.

4
Ibid .,hal 8-10.

5
Bahasa memiliki peran yang sangat esensial dalam konteks logika dan berilmu. Ia
sangat membantu, namun secara bersamaan juga dapat sangat mencelakakan, yaitu jika
penggunaannya tidak tepat. Kegiatan berilmu akan mati bila terjadi kekeliruan penerapan
bahasa di antara para penggiatnya. Ini karena bahasa bagi manusia merupakan pernyataan
pikiran atau perasaan yang paling komunikatif. Gerak tubuh dan mimik muka dapat
menginformasikan sesuatu, namun sangat terbatas penerapannya.

Bahasa juga penting dalam pembentukan penalaran ilmiah, karena penalaran


ilmiah mempelajari bagaimana caranya menyusun uraian yang tepat dan sesuai dengan
pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Untuk kelompok tertentu, agar
komunikasi di antara mereka lebih efisien dan efektif, mereka menciptakan bahasa
tersendiri. Mereka menciptakan dan menyepakati kata-kata, baik kata yang diambil dari
kata-kata yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, atau secara sengaja membuat
kata-kata yang baru sama sekali.

Logika sangat terkait dengan konsep bahasa. Di sisi sebaliknya, setiap bahasa
memiliki logikanya sendiri. Bahasa yang disusun oleh sekelompok masyarakat
mengandung kekhasan dimana berbagai kultur – dalam arti luas – menjadi basis
pembentukan bahasa tersebut. Inilah salah satu point yang harus dipertimbangkan
misalnya dalam proses penerjemahan satu pemikiran dari satu bahasa ke bahasa lain.

Menurut Irving Copi, bukan berarti seseorang dengan sendirinya mampu menalar
atau berpikir secara tepat hanya dengan mempelajari logika, meskipun ia sudah memiliki
pengetahuan mengenai metode dan prinsip berpikir. Dalam logika dibutuhkan
pengetahuan serta keterampilan. Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-
prinsip berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih kemampuannya dalam
berpikir. Sebaliknya pula, seseorang hanya bisa mengembangkan keterampilan
berpikirnya bila sudah menguasai metode-metode dan prinsip-prinsip berfikir.

Tanpa bahasa manusia tidak mampu berfikir. Bahkan ketika masih ”dalam
kepalanya”, sebelum diucapkan sekalipun, manusia sudah menggunakan bahasa. Ada tiga
fungsi bahasa yang utama yaitu untuk mengkomunikasikan, mengekspresikan
perasanaan, dan membangkitkan atau mencegah perilaku tertentu. Adakalanya ketiga

6
fungsi ini dapat dijalankan sekaligus, namun dapat juga terpisah, atau dua di antaranya.
Dalam dunia ilmiah, harus dihindari berbagai kesalahan (atau kesesatan), dimana
berbahasa secara tepat dan tidak emotif menjadi salah satu pedoman yang harus dipatuhi.
Hanya dengan bahasa yang netral, maka informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan tepat.

Ketrampilan berargumen, terutama argumen deduktif, merupakan syarat pokok


dalam berilmu. Melalui nalar deduktif diperoleh kesimpulan (conclusion) sehingga dapat
menyimpulkan apakah sesuatu yang disampaikan dapat dinilai kebenarannya (benar atau
salah) dan kevalidannya (valid atau tidak valid).

Sudah dijelaskan di atas bahwa logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Jelaslah bahwa logika memiliki
pertalian yang erat dengan bahasa. Jadi apabila kita ingin mempelajari logika, mulailah
dengan melihat hubungan antara bahasa dan logika atau sebaliknya.

Bahasa (yang diucapkan) adalah bentuk lahir dari proses berfikir yang bersifat
batiniah. Dalam konteks ini berpikir dapat dirumuskan sebagai ‘berbicara dengan diri
sendiri di dalam batin’ (Poespoprodjo, 1999 : 49). Proses berbicara sendiri di dalam batin
tidak dapat dilihat. Apa yang dipikirkan oleh seseorang tidak dapat diketahui. Hanya
apabila seseorang telah mengatakan atau mengucapkan apa yang dipikirkannyalah dapat
diketahui isi pikiran orang itu. Jadi, bahasa adalah ungkapan pikiran. Bahasa yang
diungkapkan dengan baik merupakan hasil dari proses berpikir yang baik dan tertib.
Demikian pula bahasa yang diungkapkan dengan berbelit-belit, tidak tertata merupakan
penanda proses berfikir yang rancu. Karena berfikir dapat dipahami melalui bahasa yang
diungkapkan maka sangat penting sekali dipahami aneka ungkapan berupa:

1. Pengertian (Arti-Isi-Luas)
Pengertian adalah suatu gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang
sesuatu (Alex lanur, 1983: 14). Gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang
sesuatu sebagaimana dimaksudkan di atas disebut juga konsep. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia konsep didefinisikan sebagai: 1). Rancangan atau buram surat dsb., 2).
Ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkret, 3). Gambaran mental dari

7
obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain. Dengan demikian pengertian identik dengan konsep sebagai hasil
pekerjaan akal budi yang selalu menangkap dan membentuk sesuatu gambaran.
Pengertian berada dalam wilayah akal budi atau pikiran sementara konsep berada dalam
wilayah kebahasaan. Perhatikan gambar di bawah ini.

Pengertian Konsep

Wilayah akal Wilayah kebahasaan


budi atau
pikiran

Kata Kursi ialah konsep. Sebelum menjadi konsep kata kursi merupakan
pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau pikiran. Selanjutnya dengan kata kursi itu
kita dapat berpikir atau berbicara hal ihwal mengenai kursi tanpa harus menghadirkan
benda kongkret yang bernama kursi karena kursi itu telah ada di dalam akal budi atau
pikiran. Kehadiran kursi di dalam akal budi atau pikiran ialah karena panca indera
menangkap benda kongkret yang kemudian diberi nama kursi. Lalu akal budi atau pikiran
memberinya pengertian dan mengungkapkannya melalui bahasa dengan konsep kursi
atau gagasan lainnya.

2. Kata, pembagian kata, nilai rasa kata dan kata-kata emosional.


Kata menurut artinya dapat dibagi ke dalam bentuk-bentuk kata sebagai berikut:
a. Univok(al) (sama suara, sama artinya) Artinya, kata yang menunjukkan pengertian
yang sama antara suara dan arti. Contoh, kata ‘Mahasiswa’ hanya menunjukkan
‘pengertian’ yang dinyatakan oleh kata itu saja. Kata univokal merupakan kata yang
dipergunakan dalam pemikiran dan ilmu pengetahuan seperti diskusi ilmiah dan karya
tulis ilmiah.

b. Ekuivok(al) (sama suara, tetapi tidak sama artinya), Sebuah kata yang
menunjukkan pengertian yang berbeda atau berlainan. Kata ‘bisa’ misalnya dapat

8
berarti ‘mampu’ atau ‘racun yang dikeluarkan oleh ular. Kata-kata ekuivokal baik
untuk lelucon tetapi tidak baik untuk diskusi dan karya ilmiah. Dunia politik dan
propaganda lazim menggunakan kata-kata yang ekuivok.

c. Analogis (sama suara, memiliki kesamaan dan juga perbedaan arti). Misalnya:
‘sehat’ sebenarnya dikatakan tentang orang, khususnya badannya, tetapi juga dapat
dikatakan tentang jiwanya, tentang obat (karena dapat menyembuhkan ganguan-
ganguan kesehatan), tentang makanan (karena berguna untuk memelihara kesehatan),
tentang hawa (karena baik untuk kesehatan), dan sebagainya.

3. Term

Kata adalah tanda lahir atau pernyataan dari pengertian. Term adalah bagian dari
suatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat ( S atau P). Dengan demikian
term ialah gabungan dari sejumlah kata (kalimat) yang terdiri subjek, predikat, dan kata
penghubung. Kata penghubung seperti, antara lain, jika, dan, oleh, dalam, akan, adalah,
merupakan, tidak terkategori ke dalam term.

Term dipahami juga sebagai sebuah gagasan atau segugus gagasan yang dinyatakan
dalam wujud kata-kata (E. Sumaryono, 1999 : 32). Gagasan dalam hal ini berarti juga
pengertian yang membentuk kata. Selanjutnya kata membentuk term sebagai sarana
komunikasi atau bahasa. Bahasa diproduksi manusia. Manusia menyatakan pikirannya
melalui bahasa. Dengan begitu pemikiran yang diungkapkan tidak terdiri dari kata-kata
yang satu sama lain terlepas, tetapi kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
dapat dimengerti. Itulah sesunguhnya yang dimaksud dengan term. Contoh: Ade
Munajat seorang dosen (Ade Munajat = S; seorang dosen = P). Kalimat itu dapat
berfungsi hanya sebagai subjek ketika diperluas dengan tambahan ‘Dia adalah kakak
saya’ yang berfungsi sebagai predikat. Berbeda dengan linguistik, di dalam logika sebuah
kalimat (term) hanya terdiri dari subjek atau predikat.

4. Penggolongan

Penggolongan (ada pula yang menyebutnya dengan pembagian atau klasifikasi) ialah
pekerjaan akal budi kita untuk menganalisis, membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan

9
menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut kesamaan dan
perbedaannya (Pospoprodjo, 199 : 61). Penggolongan dijelaskan pula sebagai sebuah
proses dimana benda-benda individual di kelompok-kelompokkan menurut ciri khasnya
yang berlaku umum yang secara bersama-sama membentuk sebuah kelas atau golongan
(E. Sumaryono, 1999 : 49).

5. Defenisi

Kata defenisi berasal dari kata ‘definitio’ (bahasa Latin) yang berarti ‘pembatasan’
(Alwx Lanur, 1983 : 21). Pembatasan dalam kaitan ini ialah pembatasan terhadap suatu
pengertian dengan tepat. Dengan demikian defenisi merupakan perumusan yang singkat,
padat, jelas, dan tepat sehingga jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain
(Poespoprodjo, 1999 : 67). Dalam kaitan ini definisi yang baik harus 1) merumuskan dengan
jelas, lengkap, dan singkat semua unsur pokok (isi) pngertian tertentu itu, 2) Yaitu unsur-
unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan
tidak kurang), 3) sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua hal yang lain
(Poespoprodjo, 1999 : 67).5

C. Kaitan erat bahasa dan logika.


a. Ada dua aspek penting dalam pemikiran, yaitu aspek kegiatan mental (=bahwa
penalaran itu berlangsung dalam batin) dan aspek ekspressi verbal (=bahasa untuk
menyatakan isi pemikiran)
b. Melalui bahasa, kita dapat mengkomunikasikan penalaran kita, dan dengan demikian
dapat diuji tepat - tidaknya.
c. Penalaran yang baik menuntut kemampuan penggunaan bahasa yang baik pula.

D. Fungsi bahasa dan logika.


a) Bahasa sebagai sarana komunikasi.
b) Bahasa sebagai sarana itergrasi dan adaptasi.
c) Bahasa sebagai sarana control sosial.
d) Bahasa sebagai sarana memahami diri.
e) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri.
5
Ibid., hal 15-23.

10
f) Bahasa sebagai sarana memahami orang lain.
g) Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar.
h) Bahasa sebagai sarana berfikir logis.
i) Bahasa membangun kecerdasan.
j) Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda.
k) Bahasa membangun karakter.
l) Bahasa mengembangkan profesi.
m) Bahasa sebagai sarana menciptakan kreatifitas baru.6

6
Op.Cit .,hal 9-11

11
KESIMPULAN

Dalam logika, untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. Syarat yang utama ialah
mengumpulkan argumen-argumen. Kemudian argumen tersebut disusun secara logis sesuai
dengan kaidah umum (kebiasaan). Maka kerelevanan akan terbukti kebenarannya. Sedangkan
pada tata bahasa fungsi gramatikal berupa subjek, predikat, objek, dan keterangan. Sedangkan
kategorinya adalah nomina (kata benda), verba (kata kerja), dan adjektiva (kata sifat). Sedangkan
pada bagian peran mencakup peran gramatikal seperti peran agentif (sebagai pelaku), pasien
(sebagai penderita), objek (sebagai sasaran), benefaktif (sebagai kegitan/ melakukan pekerjaan
terhadap orang lain), lokatif (sebagai tempat/ lokasi), instrumental (sebagai alat) dan sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mundiri,Logika, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2017.

https://www.academia.edu/4676962/BAHASA_DAN_LOGIKA Diakses pada tanggal 21 Mei


2019 pukul 10.00

http://www.academia.edu/8496383/BAHASA_DAN_LOGIKA Diakses pada tanggal 21 Mei


2019 Pukul 10.20

13

Anda mungkin juga menyukai