Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN 1

Mata Kuliah : Kep. Nama : Putri Eriandi Tingkat/Semester : Profesi Ners/1 Tempat Praktek : RSUD Karanganyar
Anak NIM : P27220020265
JUDUL Disetujui
LAPORAN KONSEP ASUHAN Clinical Clinical Teacher
PENDAHULUA KEPERAWATAN ANAK DENGAN Instructure
N IKTERIK NEONATUS PADA
BAYI HIPERBILIRUBINEMIA ………………………………..
…………………………
………………..
KONSEP PENYAKIT (Pengertian dan Manifestasi Klinis)

A. Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. Neonatus memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi yaitu pematangan pada setiap organ agar neonatus dapat
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin (Marmi,
2015).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang
lebih dari 10 mg/dl pada 24 jam pertama yang ditandai dengan tampaknya
ikterik pada kulit, sklera, dan organ lain (Marmi, 2015). Hyperbilirubinemia
adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi. Tingginya kadar
bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda.
Dapat juga diartikan sebagai ikterik dengan konsentrasi bilirubin, yang
serumnya menjurus kearah terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan (Marmi, 2015).
Ikterik neonatus adalah keadaan dimana mukosa neonatus menguning
setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak terkonjugasi masuk kedalam
sirkulasi (PPNI, 2017). Ikterik neonatus atau penyakit kuning adaalah kondisi
umum pada neonatus yang mengacu pada warna kuning pada kulit dan sklera
yang disebabkan terlalu banyaknya bilirubin dalam darah (Mendri, 2017). Ikterik
neonatus adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih cepat daripada
kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat memecahnya dan
mengeluarkannya dari tubuh, Ikterik adalah warna kuning yang dapat terlihat
pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.
Bilirubin merupakan hasil penguraian sel darah merah di dalam darah.
Penguraian sel darah merah merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh
manusia apabila sel darah merah telah berusia 120 hari. Hasil penguraian hati
(hepar) dan dikeluarkan dari badan melalui buang air besar (BAB) dan Buang
air kecil (BAK) (Marmi, 2015).
B. Manifestasi Klinis
Dikatakan Hiperbilirubinemia apabila ada tanda-tanda sebagai berikut
(Marmi, 2015) :
a. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau
organ lain akibat penumpukan bilirubin
b. Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
c. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 12 mg% pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi
kurang 36 mg, defikasi, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia
HALAMAN 2
CLINICAL PATHWAY

Hemoglobin

Globin Hem

Fe co
Biliverdin

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin /gangguan transport


bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik) Hb dan eritrositt abnormal

Pemecahan berlebihan / bilirubin yang tidak diberikan dengan albumin

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus entero hepatik

Peningkatan bilirubin unconjugasi dalam darah pengeluaran


meconium terlambat / obstruksi usus tinja berwarna pucat
Gangguan Ikterus pada sklera , leher dan badan . Ikterik Neonatus
intregitas kulit peningkatan bilirubin indirect > 12 mg dl

Indikasi Fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi

Sumber referensi : (Marmi, 2015).


Risiko ketidakseimbangan Hipertermia
elektrolit

HALAMAN 3
MODEL ASKEP : Metode Kasus
PENGKAJIAN DIAGNOSA PERENCANAAN EVALUASI
KEPERAWATAN (KRITERIA HASIL)
1. Anamnese orang tua/keluarga Meliputi : 1. Ikterik Neonatus 1. Dx : Ikterik Neonatus 1. Dx : Ikterik Neonatus
Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, berhubungan berhubungan dengan berhubungan dengan
jenis kelamin, anak ke berapa, BB/ PB dengan Kesulitan transisi ke Kesulitan transisi ke kehidupan
dan alamat, nama orang tua bayi. Kesulitan kehidupan ekstra uterin ekstra uterin (Hiperbilirubin)
2. Riwayat keperawatan transisi ke (Hiperbilirubin) a. Konjunctiva normal, sklera
a. Riwayat kehamilan Kurangnya kehidupan a. Observasi putih membran mukosa
antenal care yang baik. Penggunaan ekstra uterin tandatanda warna normal.
obat-obat yang meningkatkan (Hiperbilirubin) kuning. b. Berat badan naikkondisi
ikterus. Misalnya salisilat 2. Gangguan b. Tempatkan lampu tidak lemah (aktif).
sulkaturosic oxitosin yang dapat integritas kulit fototerapi diatas bayi c. Reflek menghisap (menetek)
mempercepat proses konjugasi berhubungan dengan tinggi yang ASI lancar.
sebelum ibu partus. dengan efek sesuai d. Kadar bilirubin Normal :
b. Riwayat persalinan Persalinan samping terapi c. Buka penutup mata <12 /dL
dilakukan oleh dukun, bidan atau radiasi setiap 4 jam atau ketika
dokter. Lahir prematur/ kurang bulan, (fototerapi). lampu dimatikan untuk
riwayat trauma persalinan, hipoxin 3. Hipertermia (bisa dilakukannya)
dan aspixin. berhubungan kontak (bayi dan)orang
c. Riwayat postnatal Adanya kelainan dengan tua dan
darah tapi kadar bilirubin meningkat, terpapar (memungkingkan
kulit bayi tampak kuning. lingkungan dilakukannya) aktivitas
d. Riwayat kesehatan keluarga Seperti panas menyusui.
ketidak cocokan darah ibu dan anak 4. Risiko d. Timbang berat
Polychitemia, gangguan saluran ketidakseimban badan.
cerna dan hati (hepatitis). gan elektrolit e. Dorong pemberian
e. Riwayat psikososial Kurangnya kasih berhubungan makan 8 kali per hari.
sayang karena perpisahan, dengan f. Edukasi keluarga
perubahan peran orang tua ketidakseimban mengenai prosedur dan
f. Pengetahuan keluarga gan cairan perawatan fototerapi.
Penyebab perawatan pengobatan g. Periksa kadar serum
dan pemahaman orang tua tentang bilirubin, sesuai
bayi yang ikterus. kebutuhan, sesuai
3. Kebutuhan sehari-hari protokol atau permintaan
a. Nutrisi Pada umumnya bayi malas dokter
minum (refleks mengisap dan h. Laporkan hasil
menelan lemah) sehingga berat laboratorium pada dokter
badan (BB) bayi mengalami
penurunan. Palpasi abdomen dapat 2. Dx : Gangguan 2. Dx : Gangguan integritas
menunjukan pembesaran limpa, integritas kulit kulit berhubungan dengan efek
hepar. berhubungan dengan samping terapi radiasi
b. Eliminasi Biasanya bayi mengalami efek samping terapi (fototerapi).
diare, urin mengalami perubahan radiasi (fototerapi). a. Integritas kulit yang baik
warna gelap pekat, hitam kecoklatan a. Anjurkan pasien bisa dipertahankan
(sindrom bayi bronze) dan feses untuk menggunakan b. Tidak ada luka / lesi pada
mungkin lunak/ cokelat kehijauan pakaian yang longgar kulit
selama pengeluaran bilirubin. Bising b. Hindari kerutan pada c. Perfusi jaringan baik
usus hipoaktif, pasase mekonium tempat tidur d. Menunjukkan pemahaman
mungkin lambat. c. Jaga kebersihan kulit dalam proses perbaikan
c. Istirahat Bayi tampak cengeng dan agar tetap bersih dan kulit dan mencegah
mudah terbangun. kering terjadinya cedera berulang
d. Aktifitas Bayi biasanya mengalami d. Mobilisasi pasien e. Mampu melindungi kulit dan
penurunan aktifitas, letargi, setiap 2 jam sekali mempertahankan
hipototonus dan mudah terusik. e. Monitor kulit akan kelembaban kulit dan
e. Personal hygiene Kebutuhan adanya kemerahan. perawatan alami
personal hygiene bayi oleh keluarga f. Oleskan lotion /
terutama ibu. minyak / baby oil
f. Neurosensori Sefalohematoma pada daerah yang
besar mungkin terlihat pada satu tertekan
atau kedua tulang parietal yang g. Mandikan pasien
berhubungan dengan trauma dengan sabun dan air
kelahiran/kelahiran ekstraksi vakum. hangat
Edema umum, hepatosplenomegali,
atau hidros fetalis mungkin ada
dengan inkompatibilitis Rh berat.
g. Pernapasan Riwayat asfiksia
Krekels, mukus bercak merah muda
(edema pleural, hemoragi pulmonal)
4. Pemeriksaan Fisik 3. Dx : Hipertermia 3. Dx : Hipertermia
a. Keadaan umum : Cukup, pucat, berhubungan dengan berhubungan dengan
ikterus pada wajahm leher dan terpapar lingkungan terpapar lingkungan panas
sklera mata panas a. Suhu tubuh dalam
b. Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus a. Monitor suhu rentang normal
pada mata (sclera) dan selaput / sesering mungkin b. Nadi dan respirasi
mukosa pada mulut. Dapat juga b. Monitor warna dan dalam batas normal
diidentifikasi ikterus dengan suhu kulit c. Tidak ada perubahan
melakukan Tekanan langsung pada c. Monitor tekanan warna kulit.
daerah menonjol untuk bayi dengan darah, nadi, dan
kulit bersih ( kuning), dapat juga respirasi
dijumpai cianosis pada bayi yang d. Monitor intake dan
hypoksia output
c. Dada : Selain akan ditemukan tanda
ikterus juga dapat ditemukan tanda 4. Dx : Risiko 4. Dx : Risiko
peningkatan frekuensi nafas, status ketidakseimbangan ketidakseimbangan
kardiologi menunjukkan adanya elektrolit berhubungan elektrolit berhubungan
tachicardia, khususnya ikterus yang dengan dengan
disebabkan oleh adanya infeksi ketidakseimbangan ketidakseimbangan cairan
d. Perut : Peningkatan dan penurunan cairan a. Turgor kulit kembali
bising usus /peristaltic perlu a. Periksa turgor kulit normal
dicermati. Hal ini berhubungan dengan memegang b. Elastisitas kulit baik.
dengan indikasi penatalaksanaan jaringan sekitar tulang c. Membrane mukosa tidak
fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak seperti tangan atau kering
diindikasikan fototerapi, Perut tulang kering,
membuncit, muntah , mencret mencubit kulit dengan
merupakan akibat gangguan lembut, pegang
metabolisme bilirubin enterohepatik, dengan kedua tangan
splenomegali dan hepatomegali dan lepaskan (dimana
dapat dihubungkan dengan Sepsis kulit akan turun
bacterial, tixoplasmosis, rubella kembali dengan cepat
e. Urogenital : Urine kuning dan pekat, jika pasien terhidrasi
Adanya faeces yang pucat / acholis / dengan baik).
seperti dempul atau kapur b. Monitor membrane
merupakan akibat dari gangguan / mukosa, turgor kulit,
atresia saluran empedu dan respon haus.
f. Ekstremitas : Menunjukkan tonus c. Monitor warna,
otot yang lemah kuantitas, dan berat
g. Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan jenis urine.
dengan turgor jelek. Elastisitas d. Monitor asupan dan
menurun, Perdarahan bawah kulit pengeluaran.
ditunjukkan dengan ptechia, e. Tentukan faktor-faktor
echimosis, ikterus pada kulit dan risiko yang mungkin
sklera mata. menyebabkan
h. Pemriksaan Neurologis : Adanya ketidakseimbangan
kejang, epistotonus, lethargy dan cairan (misalnya,
lainlain menunjukkan adanya tanda- kehilangan albumin,
tanda kern – ikterus. luka bakar, malnutrisi,
5. Pemeriksaan Penunjang sepsis, disfungsi hati,
a. Darah : DL, Bilirubin > 12 mg % paparan panas,
b. Biakan darah, CRP menunjukkan infeksi, paska operasi,
adanya infeksi muntah, dan diare).
c. Screnning enzim G6PD (glucose 6 f. Tentukan jumlah dan
phosphate dheydrogenase) jenis intake/ asupan
menunjukkan adanya penurunan cairan serta kebiasaan
d. Screnning Ikterus melalui metode eliminasi.
Kramer
e. Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2
mg/dl
f. Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-
10,50 mg/dl
g. Pemeriksaan Bilirubin Total >12
mg/dl
(Marmi, 2015)

Sumber Pustaka :
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6.
Philadelpia: Elsevier.
Marmi, S.ST & Kukuh Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mendri, N., & Prayogi, A.S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit & Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi 5.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai