FILOSOFI PENDIDIKAN Pandangan para Tokoh PDF
FILOSOFI PENDIDIKAN Pandangan para Tokoh PDF
Disusun oleh:
Ahmad Chafid Alwi, S.Pd
Arwini Hasyim, S.Pd
A. PENDAHULUAN
B. DEFINISI FILOSOFI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, filosofi/filsafat adalah 1.
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan; 3 ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistimologi.
3
Setelah kita mengkaji istilah istilah yang terdapat pada table di atas kita dapat
mendalami makna pendidikan berdasarkan kajiannya. Berikut pemaparannya:
a. Menurut pandangan idealism metafisik, realitas adalah
ketidakperubahan spiritual atau mental. Sedangkan menurut realism
metafisik, realitas adalah obyektif dan yang disusun dari bahan dan
bentukan yang bercampur berdasarkan hokum alam. Menurut
pragmatis metafisik, realitas adalah interaksi individu dengan
lingkungan atau pengalaman yang juga selalu berubah. Sedangkan
menurut eksistensilis metafisik, realitas adalah subyektif, dengan
pokok-pokok terdahulu yang sudah ada.
b. Menurut idealis aksiologi, mengetahui adalah berfikir kembali tentang
ide-ide yang terpendam. Berdasarkan realis epistimologi, mengetahui
teridiri atas sensasi dan abstraksi. Hasil “mengetahui” juga berasal dari
pencarian pengalaman yang didapat dari penggunaan metode ilmiah.
Sedangkan menurut eksesial epistimologi, mengetahui berarti
membuat pilihan personal.
c. Dipandang dari aksiologi idealism, nilai adalah sesuatu yang absolut
dan kekal, dan realis menambahkan bahwa keabsolutan itu berdasarkan
pada hokum alam. Sedangkan menurut pragmatis aksiologi, nilai
bersifat situasional atau relative, dan berdasarkan eksistensialism, nilai
haruslah menjadi pilihan yang bebas.
d. Idealism penerapan pendidikan, subyek bahan kurikulum menekankan
ide yang besar dari budaya. Pandangan realism, subyek bahan
kurikulum sangat menekankan humanistic dan disiplin ilmiah.
Menurut pragmatis, pengajaran yang mengatur pemecahan masalah
sesuai metode ilmiah. Pandangan eksensialisme mengangggap dialog
kelas merangsang kesadaran tiap individu untuk menciptakan konsep
pilihannya masing-masing.
7
Pertama dari segala yang ada, Ia adalah Sebab Pertama dari segala sebab,
tetapi Ia tidak disebabkan oleh sebab-sebab yang lainnya; dan Ia juga
adalah tujuan akhir segala yang ada. Di alam semesta bukan hanya realitas
fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, realitas yang bersifat fisik
dan/atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam semesta
sebagai keseluruhan yang integral. Terdapat alam fana dengan segala isi,
nilai, norma atau hukum di dalamnya. Alam tersebut adalah
tempat/prasarana dan sarana bagi manusia dalam rangka hidup dan
kehidupannya, dalam rangka melaksanakan tugas hidup untuk mencapai
tujuan hidupnya. Di balik itu, terdapat alam akhir yang abadi dimana
setelah mati manusia akan dimintai pertanggung jawaban dan menerima
imbalan atas pelaksanaan tugas hidup dari Tuhan YME. Dalam uraian di
atas tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang bersifat absolut dan
relatif, terdapat realitas yang bersifat abadi dan realitas yang bersifat fana.
Epistemologi: Hakikat Pengetahuan. Segala pengetahuan
hakikatnya bersumber dari Sumber Pertama yaitu Tuhan YME. Tuhan
telah menurunkan pengetahuan baik melalui Utusan-Nya (berupa wahyu)
maupun melalui berbagai hal yang digelarkanNya di alam semesta
termasuk hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Manusia dapat
memperoleh pengetahuan melalui keimanan/kepercayaan, berpikir,
pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.
Aksiologi: Hakikat Nilai. Sumber Pertama segala nilai hakikatnya
adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk Tuhan,
pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai
diturunkan dari Tuhan YME, masyarakat dan individu.
kurikulum 2013 tidak bagus, tetapi lebih kepada proses terbentuknya dan
terlaksananya kurikulum yang kurang bagus. Kesan setiap terjadi
pergantian menteri pendidikan pasti berubahlah kurikulumnya seakan
melekat pada masyarakat awam. Dua kurikulum digunakan di tahun yang
sama dan bahkan berbeda wilayah beda kurikulumnya. Hal ini menjadikan
pendidikan pada tahun 2015 ini menjadi tidak jelas tujuannya. KTSP dan
Kurikulum 2013 memiliki konsepsi pengajaran yang berbeda. Sehingga
yang terjadi, sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 memiliki
fasilitas lebih untuk mengajak peserta didiknya berpikir scientific.
Sedangkan pada sekolah yang masih menerapkan KTSP terlebih untuk
daerah 3T (terdepan, terbelakang, terpelosok) menjadi semaikin tertinggal
kemajuannya. Tentunya hal ini sangatlah tidak baik bagi pendidikan
Indonesia.
Ketiga, hal terpenting yang sudah mulai hilang dari filosofi
pendidikan Indonesia yakni kejujuran. Nilai siswa semestinya didapatkan
dari sutau proses pembelajaran dari siswa tersebut. Nilai didapat
dikarenakan kemampuan yang dimiliki siswa. namun pada kenyataanya
beberapa siswa melakukan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang
bagus. Cara-cara tersebut diantaranya dengan cara mencontek dari teman
lain, melihat catatan dibuku, membuat kertas-kertas kecil, dan lain
sebagainya. Padahal tanpa sadar mereka telah membohongi dirinya sendiri
dikarenakan mendapatkan nilai tidak dikarenakan kemampuannya. Hla
yang sama dilakukan oleh guru. Dimana yang seharusnya niali yang
diberikan menjadi tolak ukur kemampuan siswa tersebut. Malah terdapat
beberapa guru memanipulasi nilai siswa dikarenakan alasan agar nilai pada
mata pelajaran tersebut dianggap baik ataupun dengan alasan untuk
menolong siswa khususnya siswa yang kesulitan pada mata pelajaran
tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Supriyono. 2012. Teori-Teori dan Diskursus (White Paper):
Landasan-Landasan Pendidikan dan Pembelajaran. Malang:
PascaSarjana Universitas Negeri Malang
Cohen, L.N.M. 1999.Module One: History and Philosophy of Education. School
of Education. Oregon: Oregon State University
Hamzah Harun Al-Rasyid. 2015. Konsep Pemdidikan Menurut KH. Hasyim
Asyari. (online): http://hamzah-
harun.blogspot.co.id/2012/02/konsep-pendidikan-menurut-
khhasyim_08.html . diakses pada 30 September 2015 pukul 23.41
WIB
Rahman Zuhdi. 2013. Pendidikan akhlak KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim
Asyari. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Reojudin. 2012.Pemikiran Pendidikan Kh. Ahmmad
Dahlan.(Online),http://cahaya
ibnuadam.blogspot.ca/2012/02/pemikiran-pendidikan-khahmad-
dahlan.html?m=1. Dikases pada tanggal 2 Oktober 2015
Robert D. Heslep. Chapter 12: Philosophical roots of education. Western Oregon
University
Sambho, B & Yasunari, O. 2010. Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan
Tantangantantangan Implementasinya Di Indonesia Dewasa Ini.
Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Katolik
Parahyangan
Salahudin, A.2011.Filsafat Pendidikan.Bandung: CV Pustaka Setia
Shrivastava KK. 2003. Philosophical Foundation of Education. New Delhi:
KANISHKA PUBLISHERS
Tatang . 2010. Bahan Belajar Mandiri: Landasan Filosofis Pendidikan.
Wahjoedi. Filsafat ilmu: landasan membangun pengetahuan Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang
Wahyono,H. 2015. Filsafat Ilmu Ekonomi. Malang: PPs UM
17