Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Yang Terhormat,
Dosen Pembimbing dan Penguji Skripsi Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Di –
Tempat
Berikut Kami kirimkan pedoman penulisan dan contoh Literatur Review Program Studi
Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo.
(Pedoman Penulisan dan Contoh Literature Review Terlampir)
Demikian disampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.
2020
User
PEDOMAN PENULISAN LITERATURE REVIEW
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
I. Pendahuluan
1. Penjelasan Singkat
Literature review merupakan sebuah analisi kritis terhadap sumber bacaan atau literature
yang terpublikasi pada suatu topic tertentu yang menjadi minat dan fokus seorang peneliti.
Literature review merupakan pengkajian yang sistematis dan dapat menyiapkan sebuah
kesimpulan, klasifikasi, perbandingan dan evaluasi setiap gap yang ada.
Literature review dilakukan dengan cara membaca, memahami, mengkritik, dan mereview
literatur dari berbagai macam sumber. Tinjauan literatur sangat penting peranannya dalam
membuat suatu tulisan ataupun karangan ilmiah. Tinjauan literatur memberikan ide dan
tujuan tentang topik penelitian yang akan kita lakukan. Literature review berisi ulasan,
rangkuman, dan pemikiran penulis dari beberapa sumber pustaka tentang topik yang
dibahas.
3. BAB III
Metodologi yang digunakan dalam bentuk narasi/ deskriptif.
4. BAB IV
Pembahasan kajian pustaka di BAB IV harus mengacu pada teori dan hasil penelitian yang
telah ditampilkan pada Bab 2 dan komponen pembahasan meliputi :
a) Meringkas dan mensintesis teori dan hasil penelitian yang
telah diangkat.
b) Membandingkan teori atau hasil penelitian satu dengan
lainnya, baik pada teori yang sama maupun pada teori yang
tidak sama.
c) Memberikan pandangan atau pendapat terhadap teori dan
hasil penelitian serta menghubungkan dengan topik yang diangkat.
d) Menjelaskan detail subjek yang dibahas atau penjabaran dari ulasan,tidak mengulangi
ulasan, bagaimana tinjauan pustaka yang dilaporkan dapat memecahkan masalah, serta
perbedaan dan kesamaan-kesamaan dengan studi sebelumnya. Bagian ini harus
mencakup kelebihan, kekurangan dan kesimpulan dari hasil penelitian. Pembahasan
kajian pustaka harus mengacu pada teori dan hasil
5. BAB V Kesimpulan (dapat dikembangkan sesuai arahan pembimbing)
6. Referensi
Panduan referensi meliputi sebagai berikut:
a. Referensi mengacu pada Panduan Skripsi Poltekkes Kemenkes Gorontalo
b. Referensi harus diatur sesuai dengan sistem Nature jika penulis untuk menggunakan
aplikasi khusus penulisan referensi (misalnya. Mendeley, Endnote, Zotero, dll).
c. Referensi harus diberi nomor berurutan sesuai urutan di mana sitasi pertama kali
disebutkan dalam teks, dituliskan dengan superscript dan diletakkan pada akhir teks
dalam numerik bukan dalam urutan abjad.
d. Referensi harus valid, Minimal 7 jurnal yang telah dipublikasi dalam 5 tahun terakhir dan
buku 10 tahun.
e. Sumber yang tidak dipublikasikan, seperti naskah yang masih dalam tahap persiapan
atau komunikasi pribadi tidak dapat diterima sebagai referensi.
f. Teori dan hasil Penelitian yang dikutip dalam bab I sd IV yang dimasukkan dalam
daftar referensi.
g. Nama penulis harus ditulis secara konsisten. Nomor dan volume jurnal harus disertakan.
Edisi, penerbit, kota, dan nomor halaman dari buku teks harus disertakan.
h. Referensi yang diunduh dari internet, menyertakan waktu akses dan alamat web,
Singkatan dari nama jurnal harus ditulis dengan lengkap.
i. Daftar pustaka pada artikel kajian pustaka minimal terdiri atas (12) referensi.
EFEKTIFITAS PENERAPAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN
JALAN NAFAS PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA
LITERATURE REVIEW
Oleh :
NURLELA LANTU
NIM. 751430112112
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dan derajat kemungkinan penyebab pneumonia. Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum
Amerika Serikat terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia
1
Pada anak , gejala infeksi pernapasan bawah biasanya lebih parah
sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain. Bila terjadi infeksi
mukus yang terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan
pernapasan menjadi lebih sulit. Pada dasarnya, pada anak dan bayi
Terapi ini terdiri dari drainage postural, perkusi dada, dan vibrasi.
pada klien yang mengalami penurunan untuk batuk. (Potter dan Perry,
2006).
2
Orang(8,25%) Pada Bulan Januari-Juni tahun 2010 sebanyak 79
terkait efektifitas fisioterapi dada masih kurang. Hal inilah yang melatar
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidik/Akademik
3
b. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada klien dengan
Pneumonia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Bakteri
1) Stapilokokus aureus
2) Legionella
3) Hemophillus influenza.
b. Virus
droplet.
d. Jamur tertentu
1) Aspergillus
2) Histoplasma
3) koksigeomikosis
5
lebih jarang bakteri dapat mencapai parenkim paru melalui aliran
Pada bayi dan anak umur kurang dari 5 tahun 45% dari
influenzae dan respiratory sincitial virus, dan penyebab yang lain ialah
para influenzae virus, adeno virus, rhyno virus dan metapneumo virus.
6
Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 pada
maka risiko kematian lebih besar bisa mencapai 60% terutama pada
7
anak bersifat ringan, akan tetapi sepertiga kasus mengharuskan anak
tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan ini akan
berat,
8
karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang
mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang
terdiri atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan
pernapasan/napas dalam, dan batuk yang efektif. (Brunner & Suddarth,
2002: 647). Tujuan: untuk membuang sekresi bronkial, memperbaiki
ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.
9
1. Clapping/ Perkusi Dada
a. Pengertian
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan
ringan pada dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang
dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan
sistematis dari arah atas menuju kebawah.Selalu perhatikan
ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap
lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.
10
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat
postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara
umum adalah indikasi perkusi.
2. Vibrasi
a. Pengertian
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh
tangan yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama
fase ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi
untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat
melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan
bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.
11
b. Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi
udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering
dilakukan bergantian dengan perkusi.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis yang tidak
diobati.
3. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai
segmen paru dengan bantuan gravitasi. Postural drainase
menggunakan posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi
membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari
bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu membuangnya
dengan membatukkan dan pengisapan.
12
1. Perkusi
a. Persiapan Alat :
1) Handuk (jika perlu)
2) Peniti (jika perlu)
3) Tempat sputum
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan
seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan
prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau
pakaian tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat
kontak langsung.
3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi
4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan secara cepat untuk menepuk dada.
6) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang
mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan
ginjal.
8) Cuci tangan
2. Vibrasi
a. Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan
seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan
prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
13
2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
dada yang akan didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain
dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain
tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan
lengan serta siku lalu getarkan, gerakkan ke arah
bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot
bahu.Hentikan gerakan jika klien inspirasi.
5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang
terserang.
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan
sekresi ke tempat sputum.
7) Cuci tangan
3. Postural Drainase
a. Persiapan Alat:
1) Bantal ( 2 atau 3 buah)
2) Tisue
3) Segelas Air hangat
4) Sputum Pot
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan
seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien,jelaskan
prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada
pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto
dada. Agar efektif, tindakan harus dibuat individual untuk
mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat.
14
3) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat. Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan.
Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang
tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan.
Posisi khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang
tersumbat.
4) Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu.
Anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit.
5) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan
vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang
didrainase.Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan
memobilisasi sekresi pada jalan napas.
6) Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan
batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika
klien tidak bisa batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi
yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui
batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi
drainase selanjutnya.Batuk akan sangat efektif bila klien duduk
dan membungkuk ke depan.
7) Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat
mencegah kelelahan dan membantu klien menoleransi terapi
dengan lebih baik.
8) Minta klien minum sedikit air.
Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi
sekresi.
9) Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang
dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60
menit. Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan
15
area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian
individual.
10) Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.
Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya
atau mengganti program drainase.
11) Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
bantu napas
16
D. Kerangka Konsep
Ketidakefektifan Bersihan
Jalan : Penatalaksanaan /Intervensi
Evaluasi Efektivitas
- Akumulasi Sputum 1. Batuk efektif Intervensi
- Peningkatan 2. Nebulizer
Frekuensi Nafas
3. Fisioterapi dada
- Usaha Nafas
Tambahan
- Gelisah
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber
B. Subjek Penelitian
C. Fokus Penelitian
1. Tipe Studi
2. Tipe intervensi
3. Hasil Ukur
18
Outcome yang di ukur dalam penulusuran ilmiah ini adalah
E. Pengumpulan Data
Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
dalam format pdf dan scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang
literature review dengan tema fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas.
F. Analisis data
yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan
19
dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal
Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan
20
BAB IV
a. Hasil
(2014). Terdapat empat artikel yang dianalisa lebih lanjut yaitu Maidartati
(2017), Ariasti, Aminingsih & Endrawati (2017) Dan Hidayatin (2019). Hasil
21
Tabel III. 1 Hasil Review
1
hidung (PCH)
+, serta
retraksi
intercostal
(RIC) +
Pengaruh Wonogiri Jenis penelitian yang Metode Intervensi Dari hasil uji
Pemberian digunakan adalah pengambilan dilakukan Paired t-test
Fisioterapi Dada quasi eksperimen sampel selama 2 hari program SPSS
Terhadap dengan rancangan menggunakan setia pagi hari versi 18
Kebersihan Jalan pre post metode dengan menunjukkan
Napas Pada eksperimental untuk accidental pengukuran 2 hasil t hitung
Pasien mengetahui sampling kali sebelum dan sebesar -5.839
Pneumonia Di pengaruh pemberian dengan setelah dengan P value
Puskesmas rawat fisioterapi dada jumlah intervensi 0.000<0.05.
inap Wonogiri, terhadap kebersihan sampel 36 Artinya
Dinar Ariasti,Sri jalan napas pada orang kebersihan jalan
Aminingsih pasien pneumonia responden. napas sebelum
,Endrawati, 2015 Sampel pada fisioterapi dada
penelitian ini berbeda dengan
adalah semua sesudah
anak-anak fisioterapi dada.
yang Dalam penelitian
ditemukan yang dilakukan
menderita didapatkan hasil
pneumonia kebersihan jalan
dengan usia napas sebelum
di bawah 10 diberikan
tahun yang fisioterapi dada,
menunjukkan responden yang
2
tanda jalan napasnya
gangguan tidak bersih
bersihan jalan sebanyak 23
nafas responden
(88,47%),
sedangkan untuk
kategori bersih
sebanyak 3
responden
(11,53%).
Kemudian
sesudah
diberikan
fisioterapi dada,
responden untuk
kategori jalan
napas bersih
sebanyak 18
responden
(69,23%),
sedangkan
jumlah
responden untuk
kategori jalan
napas tidak
bersih adalah 8
responden
(30,70%).
Pengaruh Indramayu Jeni penelitian Tehnik Intervensi - Ada
3
Pemberian adalah Quasy pengambilan dilakukan selama perbedaan
Fisioterapi Dada Experimental. sampel 2 hari dengan antara
Dan Pursed Lips Rancangan menggunakan frekuensi 2 kali bersihan jalan
Breathing (Tiupan penelitian yang concecutive tiap hari, yakni napas
Lidah) Terhadap digunakan adalah sampling. pagi dan sore sebelum dan
Bersihan Jalan non equivalent Sampel yang hari. Pengukuran sesudah
Nafas Pada Anak without control group digunakan dilakukan setiap dilakukan
Balita Dengan (non randomized sebanyak 30 hari dua kali intervensi
Pneumonia,Titin without control group responden yakni pagi hari fisioterapi
Hidayatin, 2019 pretest-posttest) anak usia 5 sebelum dada pada
dengan melakukan tahun yang intervensi dan anak balita
pengukuran bersihan dibagi dalam sesudah dengan
jalan napas 3 kelompok intervensi pada pneumonia
(frekuensi nafas, intervensi , 1 sore hari dengan p
bunyi nafas, irama Kelompok Value 0,000
nafas, dan dengan - Tidak ada
penggunaan otot Fisioterapi perbedaan
bantu pernafasan) dada, 1 antara
sebelum dan Kelompok bersihan jalan
sesudah dilakukan dengan napas
tindakan. Pursed Lip sebelum dan
Breathing dan sesudah
1 Kelompok dilakukan
dengan intervensi
intervensi pursed leps
keduanya. breathing
Masing- (tiupan lidah)
masing pada anak
kelompok balita dengan
4
terdiri ata 10 pneumonia
orang dengan p
responden. Value = 0,112
Kriteria - Ada
bersihan jalan perbedaan
nafas tidak antara
bersih yang bersihan jalan
dipakai napas
adalah batuk, sebelum dan
dispnea, sesudah
gelisah, suara dilakukan
nafas intervensi
abnormal fisioterapi
(ronchi), dada dan
perubahan pursed lips
frekuensi breathing
nafas, (tiupan lidah)
penggunaan pada anak
otot bantu balita dengan
nafas, pneumonia
pernafasan dengan p
cuping hidung Value 0,000
dan sputum
dalam jumlah
berlebihan
5
b. Pembahasan
Temuan pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Maidartati
intervensi hanya dilakukan satu kali sehingga tidak memberikan efek yang
harus selesai 20-30 menit setiap sesi. Sedangkan pada penelitian ini,
fisioterapi dada dilakukan hanya satu kali pemberian untuk setiap tempat
2 menit dengan durasi satu kali sesi pemberian selama 15 – 20 menit. Hal
1
ini lang menyebabkan hasil yang kurang signifikan dibandingkan dengan 2
menit.
bersihan jalan nafas yang signifikan sebelum dan setelah fisioterapi dada
yang dibuktikan dengan p value 0,000 < 0,05. Dalam penelitian yang
tidak bersih dan banyak memproduksi sekret. Banyak klien yang tidak
napas tetap tidak bersih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ada
anak yang kurang kooperatif dan fisiknya kurang sehat sehingga pada saat
2
dikarenakan pemberian fisioterapi dada hanya diberikan sebanyak satu
kali dalam satu hari, sehingga hasilnya kurang maksimal. Selain itu
partisipasi anak dalam teknik batuk efektif tidak terkontrol karena klien
yang hanya dilakukan pursed lip breathing, hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Cochran didapatkan bahwa nilai P value > yang artinya
tidak ada ɑ perbedaan yang bermakna antara bersihan jalan nafas antara
anak balita dengan pneumonia. Hal ini berbeda dengan kelompok yang
fisiterapi dada yang dikombinasikan dengan pursed lip breathing. Hasil uji
< yang artinya ada perbedaan ɑ yang bermakna antara bersihan jalan
3
dan PLB pada anak balita dengan pneumonia di RSUD Kabupaten
napas dan perubahan yang sangat signifikan terjadi pada intervensi kedua
(sore hari) hari kedua yaitu semua responden (10 balita) mengalami
napas balita. Hal ini karena pada kelompok ini diberikan 2 intervensi yaitu
diberikan yaitu fisioterapi dada dan PLB terhadap bersihan jalan napas
pada anak balita dengan pneumonia dan hasilnya sangat terbuki efektif
jika dilakukan secara bersama- sama untuk bersihan jalan napas pada
anak balita dengan pneumonia. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan
dilakukan selama 2 kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari, berbeda
4
nafas pasien. Fisioterapi dada adalah salah satu dari fisioterapi yang
dada sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat
akut maupun kronis, dari perpaduan atau kombinasi dari ketiga teknik
nafas terutama pada anak yang belum dapat melakukan batuk efektif
proses batuk pada saat dilakukan fisioterapi dada. Menurut Lubis (2005),
5
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
6
penelitian terkait manajemen jalan nafas pada anak yang
7
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N.G.Y., & Effendy, C., 2004. Keperawatan Medikal Bedah : Klien
dengan Gangguan Pernafasan, Cetakan Pertama. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. (Edisi 8).
vol.1. diterjemahkan oleh Ester. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku ajar keperawatan medical bedah. (Edisi 8).
vol.1. diterjemahkan oleh Ester. Jakarta : EGC.
8
Potter, P.A., & Perry, A. G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan :
konsep, proses & praktik. (Edisi 4). Alih bahasa Renata, K., et al.
Jakarta : EGC
Potter, P.A., & Perry, A. G. 2009. Fundamental of nursing. (Edisi 7). vol. 3 .
Jakarta : Elsevier.
Smeltzer, S.C., & Bare, B. G.,. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner &