NIM : K011191120 Kelas : Surveilans Kesehatan Masyarakat (A)
SURVEILANS DAN MONITORING AGEN PENYAKIT RABIES PADA ANJING DI
PROVINSI BALI, NUSA TENGGARAN BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013
Penyakit rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh Lyssavirus, pada
Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan daerah bebas rabies, tetapi pada tahun 1997 muncul penyakit rabies pertama kali di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lalu rabies ini menyebar pada akhir tahun 2008 sampai dengan 2013 terus muncul di Provinsi Bali. Hewan yang utama penyebab penularan rabies di Provinsi Bali adalah anjing. Diwilayah Provinsi NTB juga dilakukan pendeteksian dini, dalam ranga tetap menjaga Provinsi NTB bebas dari rabies. Agar penularan penyakit rabies dapat ditindaklanjuti, maka dari itu sangat bergantung dengan seberapa efektif dari kegiatan surveilans yang telah dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan ini dapat memberantas rabies di wilayah yang telah terkena, yaitu Bali, NTB, NTT. Tujuan dari kegiatan ini agar dapat mendeteksi keberadaan virus rabies pada anjing yang dapat berisiko terjangkit rabies. Pada materi dan metode yang digunakan surveilans dan monitoring penyakit rabies ini, dilaksanakan dengan materi pengambil sampel otak anjing yang masuk dengan kriteia seperti anjing yang menggigit orang ataupun hewan lain, anjing yang telah mengalami perubahan perilaku, serta mengambil sampel otak dengan mengambil dari rumah makan yang menghidangkan daging anjing, anjing yang mati ketabrak di jalanan juga diambil sampel otaknya. Menurut saya dengan pengambilan sampel otak anjing ini akan membantu kegiatan surveilans dan monitoring penyakit rabies pada anjing, sehingga dapat memberantas virus rabies ini. Metode yang digunakan yaitu sampel otak anjing tersebut telah masuk ke unit epidemiologi, BBVet Denpasar. Dengan melakukan beberapa metode. Dari hasil yang telah di dapatkan dengan sampel otak anjing positif rabies berasal dari anjing yang belum divaksin dan sisanya berasal dari gigitan anjing yang telah divaksin rabies, menurut saya karena banyaknya anjing liar tanpa pemilik dan tidak diurus oleh para pemilik. Dengan begitu, imunisasi pada anjing liar menjadi sangat sulit untuk dilakukan, sehingga menyebabkan adanya anjing yang rabies. Anjing rabies ini juga kebanyak disebabkan oleh anjing jantan, jumlah kasus anjing yang positif rabies juga paling tinggi pada umur >12 bulan. Jadi, penyakit rabies di Provinsi Bali dan beberapa kabupaten di NTT masih bersifat endemis, sedangkan NTB masih bebas dari penyakit rabies, walaupun pada Provinsi Bali juga terjadi penurunan yang singnifikan pada tahun 2013 mengenai kasus rabies ini, dengan begitu saya menyarankan bahwa vaksin massal di Provinsi Bali harus dilaksanakan secara berkalanjutan lagi agar rabies anjing ini dapat terberantas. Pada NTB sebaiknya dilakukan pengawasan ketat terhadap keluar masuknya hewan agar penularan rabies tidak terjadi, sedangkan NTT menurut saya harus kerja keras seperti melakukan vaksin massal serta menggunakan vaksinasi oral. Selain itu, masyarakat juga harus diberikan edukasi mengenai bahayanya virus rabies ini, agar masyarakat dapat lebih berhati-hati serta jika memiliki anjing harus diperhatikan dan di berikan vaksin. Sumber : Supartika, I. K. E., Wirata, I. K., Uliantara, I. G. A. J., & Diarmita, I. K. SURVEILANS DAN MONITORING AGEN PENYAKIT RABIES PADA ANJING DI PROVINSI BALI, NUSA TENGGARAN BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013.