Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

Pembiayaan kegiatan bkb dan pondok stunting sebagai


bagian dari usaha pencegahan dan penanggulangan stunting
di wilayah desa analahumbuti kec. Anggotoa kab. konawe

BALAI PENYULUHAN KKBPK KEC.


ANGGOTOA
TAHUN 2020
Jl. Ahmad Yani Desa Wowa Nario Kec. Anggotoa

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, limpahan taufik, hidayah serta petunjuk-Nya Sehingga proposal ini dapat
diselesaikan.

Kekurangan gizi kronis dalam 1000 hari awal kehidupan anak akan menyebabkan
stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak balita sehingga anak menjadi terlalu
pendek untuk usianya. Dampaknya dapat terjadi penurunan kecerdasan anak, kerentanan
terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.

Stunting telah menjadi prioritas utama program-program instansi pemerintah mulai


dari Kemko PMK, Bapennas, Kemkes, Kemendesa, Kemsos, Kemkeu, Kemendagri,
Kemendikbud, BKKBN, BPS bahkan instansi non pemerintah dalam hal ini mitra
pembangunan, dunia usaha, para pakar dan organisasi masyarakat madani. Pemerintah
sendiri telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Penanganan Stunting pada bulan
Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi di tingkat Nasional, Daerah
dan Desa untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sampai usia 6 tahun.

Peningkatan layanan kesehatan dan pembangunan keluarga bukan lagi menjadi


domain Kementrian Kesehatan dan BKKBN tetapi telah menjadi tanggung jawab kita
bersama, demi mencegah terjadinya kekurangan gizi kronik (Stunting) di Indonesia. Untuk
itu diperlukan bantuan sarana dan prasarana pendukung kegiatan Bina Keluarga Balita
(BKB) dan Pondok Stunting agar wadah ini dapat memberikan kualitas pelayanan yang
optimal bagi masyarakat Desa Analahumbuti Kecamatan Anggotoa.

Karena besarnya manfaat yang dapat dirasakan masyarakat Desa Analahumbuti


Kecamatan Anggotoa terhadap kegiatan BKB dan Pondok Stunting, Balai Penyuluhan
KKBPK Kec. Anggotoa sangat mengharapkan dukungan dari Kepala Desa Analahumbuti
baik moril maupun materiil agar kegiatan tersebut dapat turut dianggarkan pada Alokasi
Dana Desa Analahumbuti Kec. Anggotoa tahun 2020.

Demikian proposal ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Nario Indah, 15 Februari 2020


Kord. PKB/Balai Penyuluhan KKBPK
Kec. Anggotoa

FATMA ADRIANI, S.Si, M.Si


NIP. 19870320 202001 2 016

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE


DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
BALAI PENYULUHAN KKBPK KEC. ANGGOTOA
Jl. Ahmad Yani Desa Wowa Nario Kec. Anggotoa

1. Latar Belakang

Berdasarkan banyak penelitian, para ahli menyimpulkan bahwa periode 1000 hari
pertama kelahiran adalah periode emas yang dimulai sejak saat konsepsi, pertumbuhan
janin dalam rahim (kehamilan 270 hari) hingga ulang tahun ke 2 kehidupannya (730 hari
setelah kelahiran), yang kemudian menjadi penentukan kualitas kesehatan pada kehidupan
selanjutnya. Bukan hanya kesehatan secara lahiriah, lebih dari itu, kesehatan jiwa dan
emosi, bahkan kecerdasan/intelektualnya. Hal ini berarti nutrisi selama periode emas ini
sangat menentukan, ibarat kita membangun sebuah rumah yang kokoh dan indah, maka
seharusnya bahan yang digunakan harus berkualitas, terencana dan terpantau dengan baik.
Para ahli menemukan setidaknya ada 50 jenis zat yang mempengaruhi fungsi otak
selama 1000 hari awal kehidupan ini. Kegagalan dalam asupan nutrisi pada periode ini
mempunyai efek jangka panjang dan sulit, bahkan tidak dapat diubah lagi, seperti
kerentanan terhadap penyakit infeksi, kemungkinan menderita penyakit degeneratif
(hipertensi, jantung, stroke, diabetes dll), bahkan kanker dan kelainan jiwa.
Kekurangan gizi kronis dalam 1000 hari awal kehidupan anak akan menyebabkan
stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak balita sehingga anak menjadi terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi telah terjadi 1000 hari awal kehidupan tetapi
stunting baru dapat diamati setelah anak berusi 2 tahun. Dampaknya dapat terjadi
penurunan kecerdasan anak, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan
kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
ketimpangan. Pengalaman dan bukti internasional menunjukkan bahwa stunting
menghambat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas pasar kerja dengan hilangnya 11%
GDP dan mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%, selain itu stunting
memperburuk kesenjangan dengan mengurangi 10% dari total pendapat seumur hidup dan
menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Stunting sendiri disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling
menentukan dalam 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan) yaitu faktor gizi buruk
yang dialami oleh ibu hamil dan balita, kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan; masih
terbatasnya layanan kesehatan dan pembelajaran dini yang berkualitas; masih kurangnya
akses kepada makanan bergizi serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
Penangan stunting dapat dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi
sensitif pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai usia 6 tahun.
Intervensi gizi spesifik ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 hari pertama
kehidupan sedangkan intervensi sensitif melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar
sektor kesehatan melalui stimulasi-pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam rangka mendukung agenda prioritas untuk penurunan Stunting, BKKBN
memiliki tugas : penguatan program Pembangunan Keluarga melalui Program Bina
Keluarga Balita (BKB) yaitu kegiatan penyuluhan bagi orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi
fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral dalam dalam rangka
mempersiapkan generasi emas. BKB akan menjadi bentuk penanganan stunting dimana
kader-kader BKB akan bertugas meningkatkan orang tua anak pengetahuan, keterampilan
dan kesadaran dalam membina tumbuh kembang anak; deteksi dini gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak; merujuk ke petugas kesehatan bila ditemukan gangguan tumbuh
kembang anak (dalam hal ini jika ditemukan kasus stunting); meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kesadaran orang tua dan keluarga dalam pemberian makanan bagi anak
dan keluarga serta mengenai pola asuh yang benar. Selain itu melalui kerja sama dengan
Puskesmas Anggotoa, direncanakan akan dibentuk Pondok Stunting sebagai wadah
penanganan stunting melalui intervensi spesifik dengan pelayanan kesehatan yang
bertujuan menurunkan resiko terjadinya stunting di wilayah kecamatan Anggotoa.
Agar kegiatan BKB dan Pondok Stunting dapat terlaksana dengan baik
diperlukan dukungan moril maupun metaril dari pemerintah setempat khususnya
pemerintah Desa Analahumbuti, melalui dana desa sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan daerah tertinggal dan Transmigrasi RI Nomor 11 tahun 2019
tentang Prioritas Penggunaan Dana desa tahun 2020 pada Bab II Prioritas penggunaan dana
desa Pasal 11 ayat 1 bagian a bahwa dana desa diprioritaskan untuk pelayanan publik
bidang kesehatan desa melalui perbaikan gizi untuk pencegahan kekurangan gizi kronis
(Stunting). Untuk itu kami meminta dukungan dari Kepala desa Analahumbuti agar
kegiatan BKB dan Pondok Stunting dapat turut dianggarkan pada Alokasi Dana Desa tahun
2020.
2. TUJUAN
1. Menurunkan resiko terjadinya stunting di desa Analahumbuti Kec. Anggotoa
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola
asuh yang baik dan benar
3. Mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam
penanggulangan stunting

3. SASARAN BANTUAN
1. Kegiatan pelatihan dan refreshing kader
2. Persiapan gedung/tempat pelaksanaan kegiatan BKB/Pondok Stunting
3. Operasional kegiatan BKB/Pondok Stunting (Rincian terlampir)

4. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dengan adanya bantuan ini diharapan :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan KKBPK dan kesehatan bagi masyarakat Desa
Analahumbuti
2. Memberi rasa nyaman bagi orang tua dan balita anggota BKB
3. Keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat dan lintas sektor dalam bidang
kesehatan dan pembangunan keluarga di wilayah kerja Balai Penyuluhan KKBPK
Kec. Anggotoa
PENUTUP

Demikian proposal permohonan bantuan ini kami ajukan dengan harapan kiranya
dapat dipertimbangkan, demi pencegahan dan penanggulangan masalah stunting di Desa
Analahumbuti Kec. Anggotoa. Besar harapan kami kiranya Pemerintah Desa
Analahumbuti dapat mengalokasikan kegiatan BKB/Pondok Stunting pada Dana Desa
Analahumbuti tahun 2020.

Nario Indah, Februari 2020


Kord. PKB/Balai Penyuluhan
KKBPK Kec. Anggotoa

FATMA ADRIANI, S.Si, M.Si


NIP. 19870320 202001 2 016

Anda mungkin juga menyukai