Anda di halaman 1dari 15

Keris Keningratan

  

         Filosofi, Spiritual dan Kebatinan Keris Jawa.


 

Halaman ini berisi rangkuman dan ringkasan dari halaman-halaman lain tentang keris keningratan,
dimaksudkan sebagai bahan pemahaman dasar bagi kita sebelum kita memiliki jenis-jenis keris
keningratan, atau keris-keris kita ternyata ada yang dari jenis keris keningratan, karena jenis keris itu
memiliki persyaratan khusus dalam memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat /
tuah dari keris-keris itu, termasuk kepada kita pemiliknya.

------------

Di dalam dunia perkerisan dikenal adanya keris-keris khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-
orang tertentu saja yang sesuai dengan peruntukkan kerisnya, yang tidak semua orang cocok
memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris itu.

Di pulau Jawa khususnya, pada jamannya, keris merupakan lambang derajat pemiliknya, lebih
daripada sekedar sebuah senjata perang / tarung. Ada aturan-aturan yang harus dipatuhi di
masyarakat tentang cara mengenakan keris dan jenis-jenis keris yang boleh dimiliki oleh seseorang.
Seorang rakyat biasa tidak boleh mengenakan keris yang diperuntukkan untuk seorang
lurah. Seorang lurah tidak boleh mengenakan keris yang diperuntukkanuntuk seorang
bupati. Seorang senopati tidak boleh mengenakan keris yang diperuntukkan untuk seorang
raja.Seorang raja juga tidak boleh mengenakan keris yang diperuntukkan untuk seorang senopati. 

Bila ada seseorang memiliki keris yang derajat kerisnya lebih tinggi dari kedudukan dirinya di
masyarakat, maka orang itu tidak akan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Biasanya akan
diserahkan / dipersembahkan kepada orang lain yang pantas untuk memilikinya. Begitu juga
seseorang yang berderajat tinggi, ia tidak akan mengenakan keris untuk orang berderajat di
bawahnya. Biasanya akan disimpannya saja di ruang pusakanya atau diberikannya kepada orang
lain yang pantas memakainya. Demikianlah, keris pun memiliki kelas-kelasnya sendiri sesuai
kepantasan dari status pemiliknya di masyarakat, dan masyarakat pun menghormati keris sesuai
derajatnya masing-masing.

Keris dan kegaibannya diciptakan dengan mengikuti tata aturan hirarki status dan kelas gaib keris,
yang aturannya sama dengan status dan kelas wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia,
karena filosofi dasar diturunkannya wahyu gaib keris adalah untuk dipasangkan dengan wahyu dewa
yang diturunkan kepada manusia. Dengan demikian dalam rangka pembuatannya masing-masing
keris sudah disesuaikan dengan status si manusia calon pemiliknya di masyarakat, sehingga hirarki
status dan kelas gaib keris dan wahyu dewa itu sejalan (baca juga: Dewa dan Wahyu Dewa). 

  Keris Keningratan Dan Tingkatannya

Sesuai status pemiliknya di masyarakat, keris mempunyai status dan kelas sendiri-sendiri.

Di dalam halaman berjudul  Status Keris dan Kelas Keris  sudah dituliskan bahwa sesuai status
pemiliknya di masyarakat, keris mempunyai status dan kelas sendiri-sendiri, sebagiannya merupakan
keris-keris khusus yang secara umum disebut Keris Keningratan sebagai berikut :

     1.  Keris Pusaka Kerajaan.


Tingkatannya :
1. Keris Keraton, adalah keris-keris dan pusaka-pusaka bentuk lain yang terkandung di dalamnya
apa 
    yang disebut sebagai Wahyu Keraton yang maksud dan tujuan dalam
pembuatannya dikhususkan 
    untuk nantinya menjadi lambang kekuasaan dan kebesaran sebuah keraton untuk dipasangkan 
    dengan orang yang menerima wahyu keraton. 
2. Keris Pusaka Kerajaan, bukan keris keraton, tetapi adalah keris dan pusaka-pusaka lain yang
oleh 
    pemerintahan kerajaan dijadikan lambang kekuasaan dan kebesaran kerajaan atau diandalkan
untuk 
    mengamankan kerajaan dari gangguan kerusuhan, pemberontakan atau serangan / gangguan
gaib.

Keris-keris jenis tersebut di atas biasanya disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan dan tempatnya
disendirikan, terpisah dari pusaka-pusaka yang lain dan baru akan dikeluarkan bila ada upacara-
upacara kerajaan atau bila terjadi situasi yang mendesak dan berbahaya. 

Pusaka kerajaan berbentuk tombak dan payung raja, yang juga merupakan lambang kebesaran
sebuah keraton biasanya diletakkan berdiri di belakang singgasana raja.

Dalam kategori pusaka kerajaan ini termasuk juga, sesuai tingkatannya masing-masing, pusaka-
pusakayang dijadikan lambang kekuasaan dan kebesaran sebuah keraton kadipaten / kabupaten.

Keris Keraton  dan  Keris Pusaka Kerajaan  sulit membedakannya. 

Di dalam sebuah Keris Keraton terkandung di dalamnya apa yang disebut Wahyu Keraton. Orang


harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-
masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton dan mana yang bukan Keris
Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.

Dalam pengertian Keris Keraton, pusaka yang tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang
kebesaran sebuah keraton, terkandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton.
Jenis-jenis pusaka itu tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak
seorang raja. Hanya orang-orang yang sudah menerima wahyu keraton saja yang boleh
memakainya, sehingga wahyu pada orang itu dan wahyu dari kerisnya akan mewujudkan sebuah
sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis pusaka apapun. 
(Baca : Wahyu Keraton Di Dalam Keris Jawa).

Contoh Keris Keraton adalah Keris Nagasasra dan Keris Sabuk Inten, sepasang keris yang dulu


menjadi lambang kebesaran keraton Majapahit. 
Setelah masa kerajaan Majapahit berakhir dan kekuasaan pemerintahan berpindah ke kerajaan
Demak, sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten juga diambil dan dipindahkan ke Demak,
dijadikan lambang kebesaran kerajaan Demak, tetapi sayangnya, di Demak itu wahyu kerisnya tidak
bekerja.

Contoh pusaka yang dijadikan Pusaka Kerajaan adalah pusaka Bende Mataram yang dulu digunakan


oleh kerajaan Mataram (Panembahan Senopati) untuk menaikkan semangat tempur prajurit
Mataram,sekaligus ditujukan untuk merusak psikologis musuh, pada saat tentaranya berperang
melawan tentara kerajaan Pajang (Sultan Adiwijaya).

Contoh Pusaka Kerajaan lainnya adalah pusaka tombak Kyai Plered yang dijadikan pusaka lambang


kerajaan Mataram, sebuah pusaka yang dulu diberikan oleh Adipati Adiwijaya (Sultan Adiwijaya)
kepada Sutawijaya sebagai bekal untuk mengalahkan Raden Arya Penangsang, yang kemudian
mengantarkanSutawijaya menjadi penguasa Mataram (Panembahan Senopati).

     2.  Keris Raja.  


Keris raja ada 3 macam, yaitu : 
  -  keris yang menjadi pegangan / piyandel  sang raja sehari-hari (bersifat pribadi dan dipakai oleh 
     sang raja sehari-hari). 
  -  keris yang merupakan keharusan untuk dimiliki oleh seorang raja (biasanya dikenakan dalam       
upacara-upacara kerajaan). 
  -  keris yang diberikan / dipersembahkan oleh orang lain kepada raja.
Selain yang sehari-harinya dikenakan oleh sang raja, keris-keris lainnya disimpan dalam ruangan
pusaka kerajaan.

     3.  Keris Keningratan.


Keris-keris ini adalah yang secara khusus dibuat hanya untuk kalangan ningrat saja, bukan untuk
orang umum, yang hanya boleh dimiliki oleh raja, keluarga raja dan kerabat kerajaan,
bangsawan adipati /bupati dan anggota keluarganya saja (kalangan ningrat) dan keturunan mereka. 
Keris keningratan adalah turunan dari keris keraton (derajat yang lebih rendah daripada keris
keraton), tetapi keris keningratan lebih bersifat umum, boleh dimiliki oleh siapa saja sepanjang dirinya
adalah kalangan ningrat.
Selain mereka itu bahkan menteri kerajaan, panglima, senopati dan prajurit, tumenggung, demang
dan lurah, dan orang-orang kaya, yang tidak memiliki garis kebangsawanan / keningratan dan bukan
kerabat kerajaan, tidak boleh memilikinya, apalagi rakyat biasa.
Ada jenis keris keningratan yang memiliki bentuk / tanda tersendiri untuk mencirikan statusnya,
sepertikeris-keris berdapur nagasasra dan keris-keris Singa Barong, keris-keris dan tombak ber-luk
lima, keris pandawa, keris pulanggeni luk 5.
Keris-keris berdapur nagasasra hanya patut dimiliki oleh seorang raja dan anggota keluarga raja
saja.  
Keris-keris berdapur singa barong untuk kelas di bawahnya, yaitu untuk adipati / bupati dan
keluarganya.

Orang-orang yang tersebut dalam nomor 1, 2, dan 3 di atas secara umum disebut sebagai kalangan


bangsawan / ningrat.

Secara umum semua keris mengandung sifat-sifat wahyu wibawa dan derajat dan spiritual /
kesepuhan yang masing-masing sifat wahyunya akan menyesuaikan dirinya dengan orang si pemilik
keris, yang akan membantu mengangkat derajat orangnya sesuai jalan kehidupannya masing-
masing.

Tetapi keris-keris dalam nomor 1, 2, dan 3 di atas adalah keris-keris yang bersifat khusus, yang sifat-


sifat khusus wahyu di dalamnya, wahyu keraton, kepangkatan dan derajat dan wahyu keningratan
tidak bisa begitu saja diterima oleh semua orang yang menjadi pemilik kerisnya. Keris-keris itu hanya
akan bekerja kegaibannya, baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada orang-orang
tertentu saja yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Selain keris-keris yang dulu dibuat khusus hanya untuk kalangan ningrat saja (keris


keningratan), pada masa sekarang keris-keris dalam nomor 1, 2, 3 di atas adalah yang secara
umum disebut sebagai Keris Keningratan , yaitu keris-keris yang hanya boleh dimiliki oleh
raja, keluarga raja dan kerabat kerajaan, bangsawan adipati /bupati dan anggota keluarganya
(kalangan ningrat) dan keturunan mereka saja. Selain mereka itu bahkan menteri kerajaan, panglima,
senopati dan prajurit, tumenggung, demang dan lurah, dan orang-orang kaya, yang tidak memiliki
garis kebangsawanan / keningratan dan bukan kerabat kerajaan, tidak boleh memilikinya, apalagi
rakyat biasa.

Secara umum pada masa sekarang keris-keris dalam nomor 1, 2, dan 3 di atas mau mengikut /
dimiliki oleh seorang keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, jika
orangnya tidak memiliki wahyu keraton, wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di
dalam dirinya, walaupun iaadalah seorang keturunan ningrat. Secara umum keris-keris itu adalah
yang pada masa sekarang disebut Keris Keningratan , yaitu keris-keris yang bersifat khusus yang
hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu
diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan. 
Walaupun sifat keningratan masing-masing keris ada tingkatan dan kelasnya sendiri-sendiri, secara
umum keris-keris yang tergolong sebagai keris-keris keningratan di atas hanya patut dimiliki oleh
orang-orang ningrat atau keturunan ningrat saja, karena keris-keris itu tidak akan menyatukan dirinya
dan memberikan tuahnya kepada orang-orang yang tidak sesuai dengan tujuan keris-keris itu
diciptakan, yaitu orang-orang yang bukanningrat dan bukan keturunan ningrat.

Keris-keris yang paling tinggi bersifat khusus adalah yang disebut sebagai Keris Keraton.

Keris keraton adalah keris keningratan yang paling tinggi tingkatannya dan bersifat khusus, hanya
untuk orang yang memiliki wahyu keraton saja di dalam dirinya.

Pengertian keraton bukanlah semata-mata sebuah bangunan keraton yang menjadi istana raja /
adipati / bupati. Sebuah keraton melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya
sendiri hanyalah simbol saja dari adanya sebuah pemerintahan. 

Pengertian keraton terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu keraton kerajaan, kadipaten dan kabupaten,
sehinggapengertian keraton ini meliputi, sesuai tingkatannya masing-masing, kekuasaan dan
kebesaran sebuahpemerintahan kerajaan, kadipaten dan kabupaten.

Dan yang dimaksud sebagai Keris Keraton bukanlah semua keris yang dimiliki oleh sebuah keraton,
bukan semua pusaka kerajaan dan bukan semua keris yang menjadi perbendaharaan sebuah
keraton dan disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan.

Keris Keraton adalah keris / tombak / payung raja atau pusaka bentuk lain yang terkandung di
dalamnya apa yang disebut  Wahyu Keraton  yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk
nantinya menjadi pusaka lambang kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten),
untuk dipasangkan dengan wahyu kepemimpinan pemerintahan kenegaraan (wahyu keraton) yang
sudah ada pada orang yang menjadi pemimpin di keraton tersebut.

Sebuah keris keraton baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada seorang manusia
pemiliknya yang memiliki wahyu keraton di dalam dirinya, atau kepada seorang pemiliknya yang
cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Keris Keraton  dan  Keris Pusaka Kerajaan  sulit membedakannya. 

Di dalam sebuah Keris Keraton terkandung di dalamnya apa yang disebut Wahyu Keraton. Orang


harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-
masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton dan mana yang bukan Keris
Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.

Sebuah Keris Keraton tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak
seorang raja. Hanya orang-orang yang sudah menerima wahyu keraton saja yang boleh
memakainya, sehingga wahyu yang sudah ada di dalam orang itu dan wahyu dari kerisnya akan
mewujudkan sebuah sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis-jenis
pusaka lain.

Keris Keraton yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang
kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), yang maksud pembuatannya ditujukan
untuk dipasangkan dengan wahyu keraton atau wahyu kepemimpinan kenegaraan yang sudah ada
pada diri seseorang, memiliki tuah yang luar biasa, yang tidak bisa disejajarkan dengan keris-keris
yang umum ataupun jimat-jimat dan mustika. Selain biasanya kerisnya berkesaktian tinggi, tuah dan
wibawanya pun tidak sebatas hanya melingkupi diri manusia pemakainya, tetapi melingkupi suatu
area yang luas yang menjadi wilayah kekuasaan yang harus dinaunginya. Biasanya isi gaibnya juga
adalah raja dan penguasa di alamnya. Karakter isi gaibnya menyerupai perwatakan wahyu keprabon
yang menjadikan para mahluk halus dan manusia di dalam lingkup kekuasaannya menghormati si
keris dan si manusia sebagai pemimpin dan penguasa di wilayah itu.

Keris Keraton mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton. 

Sesuai sebutannya sebagai Keris Keraton, keris-keris itu mengandung di dalamnya apa yang
disebut sebagaiWahyu Keraton, yaitu wahyu kepemimpinan pemerintahan kenegaraan, yang akan
dapat mengantarkan si manusia pemilik keris kepada posisi yang tinggi menjadi seorang kepala
pemerintahan, menjadi raja / kepala negara, atau kepala daerah, sesuai kelas dan peruntukkan
kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya). 

Keris-keris keraton ini sulit dibedakan jika kita hanya melihat bentuk fisiknya saja, karena hanya bisa
diketahui dengan memeriksa kandungan wahyu keris di dalamnya.

Sampai sekarang keris-keris keraton tetap menjadi keris keraton, yaitu keris-keris yang mengandung
di dalamnya wahyu keraton, wahyu kepemimpinan pemerintahan / kenegaraan, yang akan dapat
mengantarkan si manusia pemilik keris kepada posisi dan derajat yang tinggi menjadi seorang kepala
pemerintahan, menjadi raja / kepala negara (presiden) atau kepala daerah (adipati / bupati), sesuai
masing-masing kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya). 

Tetapi sebuah keris keraton hanya akan bekerja kegaibannya, baru akan menyatu dan memberikan
tuahnya, kepada seorang manusia pemiliknya yang sudah memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. 

Tetapi pada masa sekarang ini jenis keris keraton mau juga mengikut / dimiliki oleh seorang
keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, bukan lagi keris keraton,
jika orangnya tidak memenuhi syarat sebagai seorang pemilik keris keraton. 

Di bawah tingkatan keris keraton adalah keris-keris lain yang mengandung di dalamnya apa yang
disebutwahyu kepangkatan dan derajat, yaitu wahyu yang akan dapat mengantarkan manusia
pemilik keris kepada posisi / derajat yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di
dalam pemerintahan pusat atau daerah sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan
wahyu kerisnya), akan menaikkan pangkat dan jabatan orangnya supaya dalam setiap aktivitas /
pekerjaannya mendukung orang lain si penerima wahyu keraton.

Sifat-sifat wahyu kepangkatan dan derajat itu selain wahyu itu akan menaikkan derajat dirinya sendiri,
juga akan membantu memperlancar urusan-urusan kepemimpinan dan akan juga menaikkan
derajat / martabat orang si penerima wahyu keraton di mata umum.

Keris-keris yang mengandung wahyu kepangkatan dan derajat ini juga sulit dibedakan jika kita hanya
melihat bentuk fisiknya saja, karena hanya bisa diketahui dengan memeriksa kandungan wahyu keris
di dalamnya.

Keris-keris yang tujuan pembuatannya dulu adalah yang untuk menjadi keris raja atau yang untuk
menjadi Pusaka Kerajaan pada masa sekarang ini secara umum adalah keris-keris yang
mengandung di dalamnya wahyu kepangkatan dan derajat yang akan dapat mengantarkan manusia
pemiliknya kepada posisi / jabatan yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di
dalam pemerintahan pusat atau daerah sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan
wahyu kerisnya). 

Tetapi keris-keris itu hanya akan bekerja kegaibannya jika sudah berada di tangan orang-orang
tertentu saja yang sudah memiliki wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di dalam
dirinya.

Jika sudah berada di tangan orang-orang yang tepat sesuai peruntukkan kerisnya keris-keris itu akan
dapat mengantarkan orang-orang itu kepada pangkat dan derajat yang tinggi menjadi tangan kanan
atau bawahan langsung dari orang si penerima wahyu keraton. 

Pada masa sekarang ini jenis keris itu mau juga mengikut / dimiliki oleh seorang keturunan ningrat,
tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, jika orangnya tidak memiliki wahyu
kepangkatan dan derajat atauwahyu keningratan di dalam dirinya, walaupun ia seorang keturunan
ningrat.

Tingkatan di bawahnya lagi adalah Keris Keningratan, yaitu keris-keris lain yang tujuan
pembuatannya duluadalah hanya untuk dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan / bangsawan, bupati /
adipati (untuk kalangan ningrat) dan keturunannya saja. Sampai sekarang pun keris-keris keningratan
hanya akan bekerja kegaibannya sesudah dimiliki oleh orang-orang keturunan ningrat saja.

Keris keraton adalah keris keningratan yang paling tinggi tingkatannya dan bersifat khusus, hanya
untuk orang yang memiliki wahyu keraton saja di dalam dirinya. 

Keris keningratan adalah turunan dari keris keraton (derajat yang lebih rendah daripada keris
keraton). Keris keningratan lebih bersifat umum, boleh dimiliki oleh siapa saja sepanjang dirinya
adalah kalangan ningrat atau keturunan ningrat.

  Wahyu Keris Jawa

Sisi kegaiban keris jawa bersifat wahyu.


Tujuan spiritual tertinggi pembuatan keris jawa adalah untuk dipasangkan kepada orang-orang yang
memiliki wahyu dewa di dalam dirinya.

Keris keraton yang di dalamnya terkandung wahyu keraton pembuatannya ditujukan untuk
dipasangkan dengan orang-orang yang sudah memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. 

Orang-orang yang memiliki wahyu keraton di dalam dirinya, sekalipun ia tidak memiliki sebuah keris
keraton, apapun jenis keris jawa yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu akan mewujud menjadi
sebuah keris keraton, keris-kerisnya itu akan menunjang wahyu keraton di dalam dirinya,
mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu keraton.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keraton, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya
yang bukan keris keraton setelah berpindahtangan kepada orang lain yang tidak memiliki wahyu
keraton di dalam dirinya.

Keris-keris yang mengandung di dalamnya wahyu kepangkatan dan derajat pembuatannya ditujukan
untuk dipasangkan dengan orang-orang yang memiliki wahyu kepangkatan dan derajat di dalam
dirinya. 

Orang-orang yang sudah memiliki wahyu kepangkatan dan derajat di dalam dirinya, sekalipun dirinya
tidak memiliki sebuah keris jenis itu, apapun jenis keris yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu
akan mewujud menjadi keris wahyu kepangkatan dan derajat, keris-kerisnya akan menunjang wahyu
kepangkatan dan derajat di dalam dirinya, mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu
kepangkatan dan derajat.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris wahyu kepangkatan dan derajat, akan kembali lagi
kepada kondisi aslinya setelah berpindahtangan kepada orang lain yang tidak memiliki wahyu
kepangkatan dan derajat di dalam dirinya.

Keris keningratan yang di dalamnya terkandung wahyu keningratan pembuatannya ditujukan untuk
dipasangkan dengan orang-orang yang memiliki wahyu keningratan di dalam dirinya atau untuk
orang-orang yang ningrat dan keturunan ningrat. 

Orang-orang yang sudah memiliki wahyu keningratan di dalam dirinya, sekalipun dirinya tidak
memiliki sebuah keris keningratan, apapun jenis keris yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu akan
mewujud menjadi keris keningratan, keris-kerisnya akan menunjang wahyu keningratan dalam
dirinya, mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu keningratan.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya
yang bukan keris keningratan setelah berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat.

Secara umum semua keris mengandung sifat-sifat wahyu wibawa dan derajat dan spiritual dan
kesepuhan yang masing-masing sifat wahyunya akan menyesuaikan dirinya dengan orang si pemilik
keris, yang akan membantu mengangkat derajat orangnya sesuai jalan kehidupannya masing-
masing, baik yang di dalam dirinya orangnya memiliki wahyu ataupun tidak.

Tetapi keris-keris dalam nomor 1, 2, dan 3 di atas adalah keris-keris yang bersifat khusus, yang sifat-


sifat khusus wahyu di dalamnya, wahyu keraton, kepangkatan dan derajat dan wahyu keningratan
tidak bisa begitu saja diterima oleh semua orang yang menjadi pemilik kerisnya. Keris-keris itu hanya
akan bekerja kegaibannya,hanya akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada orang-orang
tertentu saja yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Di dalam sebuah keris keningratan terkandung di dalamnya sifat-sifat berbagai macam jenis wahyu,
baik wahyu kepangkatan dan derajat, wibawa dan derajat, spiritual dan kesepuhan, dan wahyu
keningratan, tetapi masing-masing sifat wahyunya itu akan menyesuaikan dirinya dengan karakter,
kepribadian, status dan jalan kehidupan orang si pemilik keris, sehingga si pemilik keris tidak akan
menerima keseluruhan sifat-sifat wahyunya itu, yang akan diterimanya hanyalah yang sejalan saja
dengan kepribadian dan jalan hidupnya (dan interestnya).

Sebagai keris keningratan sisi kegaiban di dalamnya membawakan sifat-sifat wahyu keningratan
yang akan menjadikan manusia pemiliknya tampak elegan, berwibawa dan penuh karisma
keagungan. Jika sudah terjadi keselarasan dengan pemiliknya, keris-keris itu akan membantu
mengangkat derajat hidup pemiliknya kepada derajat yang tinggi dan kemuliaan.

Secara umum pada masa sekarang ini semua jenis keris nomor 1, 2, dan 3 di atas mau mengikut /
dimiliki oleh seorang keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, jika
orangnya tidak memiliki wahyu keraton, wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di
dalam dirinya, walaupun iaadalah seorang keturunan ningrat.

Secara umum semua jenis keris nomor 1, 2, dan 3 tersebut di atas adalah yang pada masa sekarang
disebutKeris Keningratan , yaitu keris-keris yang bersifat khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-
orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang
kebanyakan.
Pengertian keris keningratan bukan diartikan sebagai keris-keris yang dulunya pemiliknya adalah
seorang bangsawan / ningrat. Keris apapun bisa saja pemiliknya dulu adalah seorang ningrat /
bangsawan, tetapi kerisnya itu sendiri belum tentu adalah keris keningratan.

Secara sempit pengertian keris keningratan adalah keris-keris yang


pembuatannya dulu hanya ditujukan untuk kalangan ningrat saja, bukan untuk orang lain yang tidak
ada garis keturunan ningrat. Tetapi secara umum yang tergolong sebagai keris keningratan adalah
semua jenis keris no. 1, 2 dan 3 di atas.

Sebagai keris-keris wahyu, keris-keris tersebut akan efektif  bekerja  hanya  pada manusia pemiliknya
yang sudah memiliki wahyu kepemimpinan / kepangkatan / keningratan dalam dirinya, atau sesudah
dimiliki oleh seorang manusia keturunan ningrat yang cocok untuk menjadi wadah sifat-sifat
wahyunya. 

(Mengenai jenis-jenis wahyu silakan dibaca : Dewa dan Wahyu Dewa).

Sejalan dengan yang sudah dituliskan di atas, keris-keris yang dulu dibuat oleh para empu keris ada
tingkatan-tingkatannya, ada kelas-kelasnya, yang sisi kegaiban kerisnya masing-masing tidak sama,
karena masing-masing sudah disesuaikan dengan tujuan pembuatan kerisnya
dan sudah juga disesuaikan dengan status dan pribadi manusia calon pemiliknya dulu, baik orangnya
itu dalam dirinya memiliki wahyu dewa ataupun tidak.

Kemampuan para empu keris dalam membuat masing-masing jenis keris di atas dan kemampuannya


dalam mendatangkan wahyu keris yang sesuai dengan jenis dan kelas kerisnya pun terbagi-bagi,
menjadi ukuran kualitas dan derajat seorang empu keris yang diterima dan diakui di masyarakat
perkerisan, yaitu empu kerajaan, empu kelas menengah dan empu desa. Penentunya
adalah kualitas dan kelas wahyu dewa pada masing-masing empu keris, bukan semata-mata
kemampuan pribadi sang empu keris dalam membuat keris.

Kualitas dan kelas wahyu dewa pada masing-masing empu menentukan setinggi apa kelas keris
yang akan mampu dibuatnya dan setinggi apa kelas wahyu keris yang akan mampu diturunkannya.

Karena isi gaib keris jawa bersifat "wahyu", maka :


 - Empu desa tidak akan mampu membuat keris yang isi gaibnya mengandung wahyu
keningratan dan 
   wahyu kepangkatan dan derajat, apalagi wahyu keraton.
 - Empu desa dan empu kelas menengah tidak akan mampu membuat keris keraton yang di
dalamnya 
   terkandung wahyu keraton.

 Penjelasan Khusus :

Terkait dengan Dewa dan Wahyu Dewa dan Keris Keningratan, istilah keningratan di halaman ini
hanya berlaku untuk orang-orang Jawa dan Bali saja. Selain mereka itu istilah keningratan ini tidak
berlaku. 

Dengan demikian pengertian keningratan dan keris-keris keningratan hanya berlaku untuk orang-
orang ningrat Jawa dan Bali dan keturunannya saja, tidak berlaku untuk orang-orang yang bukan
keturunan mereka. 
Untuk orang-orang yang asli Sunda, Sumatera, Sulawesi, dsb, walaupun mereka adalah seorang raja
atau keturunan raja, pengertian keningratan dan keris-keris keningratan tidak berlaku dan tidak akan
berfungsi untuk mereka.
  Hakekat Keningratan

Sejak jaman dulu sampai sekarang orang memandang istilah keningratan hanya dari statusnya
saja yang adalah anggota kalangan ningrat / bangsawan dan keturunannya saja, sehingga pada
jaman sekarang ini yang orang lebih memandang segala sesuatunya dari sisi status, jabatan dan
kekayaan, akan banyak menyepelekan istilah dan status keningratan. 

Jika dihubungkan dengan keris dan wahyu keris, dewa dan wahyu dewa, pengertian keningratan
tidak sebatas sekedar status orangnya yang ningrat atau keturunan ningrat, tetapi lebih dari itu, ada
makna yang lebih dalam daripada hanya itu, karena yang diharapkan oleh para dewa juga lebih
daripada hanya itu.

Dalam sudut pandang para dewa, yang juga terkait dengan wahyu-wahyunya yang diturunkan
kepada manusia, keningratan adalah suatu kondisi status dan moral yang sepatutnya dari orang-
orang di kalangan itu yang status dan derajatnya menjadi teladan dan panutan bagi banyak orang di
lingkungannya. Pengertian keningratan ini adajuga hubungannya dengan makna istilah Ksatriya
dalam pengertian kasta di masyarakat (baca : Sistem Kasta Di Masyarakat).

Orang-orang yang menjadi raja / adipati / bupati, anggota keluarga dan kerabatnya dan
keturunannya, dan orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan kerajaan, kadipaten sampai
lurah, umumnya diakui dan dihormati status dan wibawanya di masyarakat, menjadi orang-orang
priyayi yang dihormati dan dijadikan teladan dan panutan oleh banyak orang karena perilakunya yang
juga terhormat, yang kepada mereka itu orang akan antusias untuk mengabdikan dirinya.

Kalangan ningrat menjaga status dan kehormatan mereka dengan perilaku mereka yang terhormat.
Tidak akan mereka menunjukkan perilaku rendah dan tidak terhormat. Perilaku suka mencuri, suka
berkata-kata kotor, dsb biasanya tidak ditonjolkan. Dan mereka tidak akan ikut-ikutan masuk ke
dalam lingkungan orang-orang yang sering menjelek-jelekkan orang lain, lingkungan yang penuh
dengan iri dan dengki, suka judi, mabuk-mabukan, pelacuran, dsb, lingkungan orang-orang yang
berkepribadian rendah. Mereka akan memelihara wibawanya dankelas pribadinya yang
tinggi, menjadi orang-orang yang berkepribadian tinggi, yang baik, yang mulia dan terhormat, dengan
perbuatan-perbuatan yang juga berwibawa, baik, mulia dan terhormat, cerminan dari orang-orang
yang berkepribadian tinggi. 

Memang ada di antara kalangan ningrat itu yang tidak menjaga kehormatan. Ada juga yang
perilakunya jelek seperti disebut di atas, perilaku-perilaku yang tidak terpuji, tidak mulia, hanya
menonjolkan statusnya saja sebagai orang ningrat dan kaya. Yang seperti itu diartikan bahwa orang
itu memang adalah keturunan ningrat, tetapi orangnya sendiri tidak ningrat, dan tidak menghargai
keningratan (tidak menghargai keningratan dirinya sendiri). Kepribadiannya rendah, tidak tinggi.
Derajatnya rendah sebagai seorang ningrat. 

Sejalan dengan itu yang dimaksud dengan istilah ningrat dan keningratan, dan yang terkait dengan
wahyu keris,keris keningratan, dewa dan wahyu dewa, adalah orang-orang ningrat dan keturunan
ningrat yang benar-benar menjaga wibawa dan derajat kepribadiannya yang tinggi sebagai seorang
ningrat, yang menghargai keningratan dirinya sendiri. Itulah yang dihargai dewa, dan keris-keris
keningratan diperuntukkan untuk mereka itu, bukan untuk orang-orang ningrat yang rendah
kepribadiannya, yang tidak menghargai keningratan dirinya sendiri, yang keris-keris tidak akan
antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki oleh mereka.

Sejalan dengan itu, orang-orang ningrat (dan yang menghargai keningratan) seperti disebut di atas
adalah yang dihargai dewa. Karena keris jawa bersifat wahyu, maka apapun jenis keris yang dimiliki
oleh orang-orang ningrat dan keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri itu,
walaupun aslinya bukan keris keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan,
wahyunya akan menjadi berkah baginya. 

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya
yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan
tidak menghargai keningratan.

Pengertian istilah ningrat dan keningratan yang tertulis di atas, dan yang terkait dengan keris
keningratan, dewa dan wahyu dewa, tetap berlaku pada jaman sekarang ini. Istilah itu
berlaku bukan pada orang-orang yang hanya sekedar berstatus keturunan ningrat saja, tetapi untuk
mereka keturunan ningrat yang menghargai keningratan dirinya sendiri, yang menjaga wibawa dan
derajat kepribadiannya yang tinggi dengan perilaku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan
terhormat. Keris-keris keningratan adalah untuk mereka itu, bukan untuk orang-
orangketurunan ningrat yang kepribadiannya rendah, yang tidak menghargai keningratan dirinya
sendiri, yang keris-keris tidak akan antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki
oleh mereka.

Sejalan dengan itu, apapun jenis keris yang dimiliki oleh orang-orang jaman sekarang yang
keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri, walaupun aslinya bukan keris
keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan, wahyunya akan menjadi berkah
baginya. 

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya
yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan
tidak menghargai keningratan.

  Keris Keningratan Pada Jaman Sekarang

Pada jaman sekarang ini kita banyak membedakan keris dan kegaibannya hanya dari melihat bentuk
fisiknya saja, dari bentuk dapur keris, pamor keris, luk keris, dsb. Kemungkinannya kita akan sulit
menentukan dengan benar apakah sebuah keris adalah benar keris keningratan, karena untuk
dengan benar menentukannya orang harus tahu kandungan wahyu di dalam kerisnya.

Tetapi ada juga jenis-jenis keris keningratan yang bisa mudah dikenali dari melihat bentuk fisiknya
saja, seperti keris-keris berdapur nagasasra dan singa barong, dan keris-keris atau tombak ber-luk
lima (keris jawa, bukan keris kamardikan).
Keris keraton hanya sedikit saja jumlahnya, mungkin tidak banyak orang yang pernah
menemukannya.

Tetapi jenis-jenis keris / pusaka yang membawa sifat-sifat wahyu kepangkatan dan derajat ada
banyak macam dan bentuknya yang seringkali tidak kita duga dan tidak kita sadari keberadaannya
jika kita melihatnya hanya dari bentuk fisiknya saja.

Secara umum keris-keris tersebut di atas adalah keris-keris yang bertuah wibawa kekuasaan dan
hanya cocok untuk orang-orang yang status dan posisinya juga berkaitan dengan wibawa dan
kekuasaan. 

Biasanya keris-keris di atas dibuat untuk tujuan memberikan tuah


yang menunjang wibawa kekuasaan dan supaya dicintai / dihormati banyak orang, menjaga wibawa
dan karisma keagungan / keningratan, dihormati dan dicintai rakyat dan bawahan, dan menyediakan
kesaktian (gaib) yang diperlukan untuk menjaga martabat dan kewibawaannya.

Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang
sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan. Keris-keris wahyu
tersebut baru akan bermanfaat bagi pemiliknya jika pemiliknya sesuai dengan peruntukkan kerisnya
dan bila jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya.

Jika keris-keris wahyu itu sudah dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan peruntukkan kerisnya,
keris-keris itu akan memancarkan aura wibawanya dan akan dapat mengantarkan orang tersebut
kepada posisi dan derajat yang tinggi sesuai peruntukkan kerisnya dan akan membantunya
mengamankan posisi dan jabatannya dari gangguan atau perbuatan orang lain yang merongrong
martabat dan kewibawaannya.

Sebuah keris keraton baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada seorang manusia pemilik
keris yang memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. Jenis keris ini mau juga mengikut / dimiliki oleh
seorang keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, bukan lagi keris
keraton, jika orangnya tidak memenuhi syarat sebagai seorang pemilik keris keraton.

Keris-keris yang tujuan pembuatannya dulu adalah yang untuk menjadi keris raja atau yang untuk
menjadi Pusaka Kerajaan yang secara umum mengandung di dalamnya wahyu kepangkatan dan
derajat pada masa sekarang ini jenis-jenis keris itu mau juga mengikut / dimiliki oleh seorang
keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, jika orangnya tidak
memiliki wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di dalam dirinya, walaupun
ia seorang keturunan ningrat.

Keris-keris keningratan, yang dulu dibuat hanya untuk dimiliki oleh kalangan ningrat saja sampai
sekarang tetap berstatus sebagai keris keningratan, yang mengsyaratkan pemilik kerisnya adalah
seorang ningrat atau keturunan ningrat, baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada
seorang manusia pemiliknya yang memiliki garis keturunan ningrat / bangsawan di dalam dirinya dan
orangnya menghargai keningratan.

Secara sempit pengertian keris keningratan adalah keris-keris yang


pembuatannya dulu hanya ditujukan untuk kalangan ningrat saja, bukan untuk orang lain yang tidak
ada garis keturunan ningrat. Tetapi secara umum yang tergolong sebagai keris keningratan adalah
semua jenis keris no. 1, 2 dan 3 di atas yang pada jaman sekarang ini secara umum keris-keris itu
mewujud menjadi keris keningratan.

Secara umum semua jenis keris tersebut di atas adalah yang pada masa sekarang disebut Keris


Keningratan , yaitu keris-keris yang bersifat khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-orang
tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan.

Secara umum pada jaman sekarang ini keris-keris keningratan di atas masih mengsyaratkan orang
pemiliknya adalah seorang keturunan raja / bangsawan / ningrat dan orangnya menghargai
keningratan. Secara umum pada jaman sekarang ini keris-keris tersebut akan memberikan tuah yang
bersifat menunjang wibawa kekuasaan dan kepangkatan dan derajat (dan kerejekian). Jika anda
memilikinya sebaiknya penyimpanannya diberdirikan di sebuah jagrak.

Pada masa sekarang jenis keris keningratan masih memberikan satu rangkaian tuah yang lengkap,
yaitu tuahkesaktian dan wibawa kekuasaan, jika, dan hanya jika, keris-keris itu dimiliki oleh orang-
orang yang sesuai dengan tuntutan kerisnya. 

Sebagai keris-keris wahyu, keris-keris tersebut akan efektif  bekerja  hanya  pada manusia pemiliknya
yang sudah memiliki wahyu kepemimpinan / kepangkatan / keningratan dalam dirinya, atau sesudah
dimiliki oleh seorang manusia keturunan ningrat yang cocok untuk menjadi wadah sifat-sifat
wahyunya. 

Sebuah keris keningratan baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada seorang manusia
pemiliknya yang memiliki garis keturunan ningrat / bangsawan di dalam dirinya dan orangnya
menghargai keningratan.

Sebuah keris keningratan sekalipun sudah dimiliki oleh seorang manusia pemiliknya yang keturunan
ningrat / bangsawan akan lemah pengaruhnya jika orangnya sendiri tidak menghargai keningratan.
Keris-keris keningratan mengsyaratkan seorang pemilik yang memiliki garis keturunan ningrat /
bangsawan, sesuai tujuan keris itu diciptakan. 
Secara umum sebuah keris keningratan isi gaib di dalamnya membawakan sifat-sifat wahyu
keningratan yang akan menjadikan manusia pemiliknya tampak elegan, berwibawa dan penuh
karisma keagungan. Jika sudah terjadi keselarasan dengan pemiliknya, keris-keris itu akan
membantu mengangkat derajat pemiliknya kepada derajat yang tinggi dan kemuliaan.

Tetapi jika persyaratan kondisi status pemiliknya tidak terpenuhi, maka keris-keris itu hanya akan
diam saja, pasif, tidak akan memberikan tuahnya dan tidak menunjukkan penyatuannya,
karena pribadi pemiliknya tidak sesuai dengan peruntukkan kerisnya.

Keris-keris berdapur nagasasra dan singa barong, keris-keris ber-luk 5, dan keris-keris keningratan
lainnya, biasanya hanya akan diam saja, pasif, tidak memberikan tuahnya dan tidak menunjukkan
penyatuannya dengan pemiliknya jika si manusia pemilik keris bukan keturunan ningrat, apalagi tidak
menghargai keningratan. Kondisi tersebut menjadikan keris-keris ber-luk 5 dan keris-keris
keningratan lainnya sebagai keris-keris khusus yang tidak semua orang cocok memilikinya dan tidak
semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris itu.

Karena itu sebelum kita memiliki keris-keris tersebut sebaiknya kita mencaritahu lebih dulu apakah
kita sendiri ada garis keturunan ningrat, karena jeris keris-keris keningratan itu akan menyatu dan
memberikan tuahnyahanya kepada orang-orang keturunan ningrat saja dan orangnya menghargai
keningratan, bukan kepada kita jika kita bukan keturunan ningrat, apalagi jika kita tidak menghargai
keningratan. 

Khusus jenis keris keraton, jika kita juga memilikinya, sebaiknya dicaritahu juga apakah keris itu akan
menyatu dan memberikan tuahnya kepada kita, karena jenis keris itu mempunyai persyaratan lain
yang lebih daripada sekedar pemiliknya seorang keturunan ningrat. 

Untuk mencaritahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dengan cara praktis bisa dicaritahu
jawabannya dengan cara menayuh keris seperti dicontohkan dalam halaman berjudul Ilmu Tayuh /
Menayuh Keris. 

Dengan cara menayuh keris kita bisa mencaritahu, sebelum membelinya, ataupun sesudah kita
memiliki keris, apakah keris yang akan kita beli itu, atau keris-keris yang sudah kita miliki, ada yang
bersifat keris keningratan, atau bahkan termasuk keris keraton, dan kita juga bisa mencaritahu
apakah diri kita sendiri adalah keturunan ningrat, dan apakah keris-keris itu akan cocok mengikut kita
dan akan aktif bertuah jika kita membelinya / memilikinya. 

Jika kita mengharapkan tuahnya, jika jawaban tayuhannya negatif, maka sebaiknya janganlah kita
membeli / memiliki keris tersebut, karena keris-keris itu akan pasif dan tidak akan memberikan
tuahnya kepada kita.

Jika jawaban tayuhannya positif, dan kita mengharapkan tuahnya, maka sama dengan kepemilikan
jenis keris yang umum bahwa kita masih harus menyatukan diri kita kepada keris-keris kita itu karena
keris-keris itu baru akan optimal bermanfaat (memberikan tuahnya) apabila jiwa keris-keris itu telah
luluh ke dalam diri manusia pemiliknya. Keris-keris bersifat mendampingi. Kita sendiri yang
menentukan akan sejauh apa diri kita dengan keris kita itu.

 Penjelasan Khusus :

Seperti sudah dituliskan di atas tentang yang terkait dengan Dewa dan Wahyu Dewa dan Keris
Keningratan, istilah keningratan di halaman ini hanya berlaku untuk orang-orang Jawa dan Bali saja.
Selain mereka itu istilah keningratan ini tidak berlaku. 
Dengan demikian pengertian keningratan dan keris-keris keningratan hanya berlaku untuk orang-
orang ningrat Jawa dan Bali dan keturunannya saja, tidak berlaku untuk orang-orang yang bukan
keturunan mereka. 
Untuk orang-orang yang asli Sunda, Sumatera, Sulawesi, dsb, walaupun mereka adalah seorang raja
atau keturunan raja, pengertian keningratan dan keris-keris keningratan tidak berlaku dan tidak akan
berfungsi untuk mereka.

-----------------

Anda mungkin juga menyukai