Anda di halaman 1dari 12

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

MUHAMMADIYAH SEBGAI GERKAN TAJDID

ABDI SATRIA SURYA PERKASA (201210360311082)

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLTITK

UNVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG


BAB 1

PENDAHULUAN

Sejarah & Latar belakang gerakan tajdid

Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya
Muhammadiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal
adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin di Indonesia sendiri
yang karena berbagai sebab telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Faktor eksternal
adalah faktor yang berkaitan dengan: (a) politik Islam Belanda terhadap kaum muslimin di
Indonesia; dan (b) pengaruh ide dan gerakan pembaharuan Islam dari Timur Tengah

sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan


selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai standard Islam yang
benar. Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid)
pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah 
ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid”
(bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari
pada/menurut sasarannya :

Pertama    :   berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada


keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip
perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.

Kedua       :    berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya
mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain
yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang
dan waktu.

Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran Islam itu
sendiri dalam perjuangannya.

Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan,


akan tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran. rakan Muhammadiyah
adalah gerakan purifikasi (pemurnian) dan modernisasi ( pembaharuan) atau dalam bahasa
arab “tajdid” keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya,
Muhammadiyah dikenal dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan
ajaran Islam yang murni dan membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid’ah dan
Khurafat. Cita-cita dan gerakan pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri
sebenarnya menghadapi konteks kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan
tradisional. Sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri
khusus dengan yang lain, tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka,
melainkan berpijak pada proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat.
Meskipun Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam
waktu yang bersamaan sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial-budaya di
tempat Muhammadiyah berada.

Muhammadiyah tercermin dari 2 hal yaitu : 1) bentuk keteladanan seorang pemimpin


yang simpatik, 2) pemikiran pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh Muhammadiyah
dalam bentuk amal nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam
Muhammadiyah, purifikasi adalah gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama
darisyirk yang pada dasarnya merupakan rasionalisasi yang berhubungan dengan ide
mengenai transformasi sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industrial, atau
masyarakat tradisional ke masyarakat modern.

Muhammadiyah tampak sekali dengan sadar melakukan berbagai upaya pembaharuan


demi mencapai cita-cita transformasi sosialnya. Perlu digaris bawahi terlebih dahulu di sini
bahwa program purifikasi  adalah ciri yang cukup menonjol dari Persyarikatan
Muhammadiyah generasi awal, dan hingga sampai saat sekarang ini. Namun harus disadari
pula bahwa program purifikasi memang lebih terfokus pada aspek aqidah. Pemberantasan
TBC (Takhayul, Bid’ah dan Churafat) merupakan respon konkrit Muhammadiyah terhadap
Budaya setempat yang dianggap menyimpang dari aturan aqidah islamiyah. Bahwa sesuatu
yang berbau mistik harus dijauhkan dari sikap umat Islam keseharian dengan cara mengubah
sesuatu yang berasal dari sufisme menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah
sampai saat ini masih melakukan penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan
manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

PENEGERTIAN TAJDID

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam


ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya. Islam
sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan dunia, tetapi
mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam berbagai aspek
kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan. Pembaharuan Islam sebagai
satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam
perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari
pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai karya
amal shaleh.

Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang
garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan.

 Pengembangan tajddid ,

1.       Bidang keagamaan

Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip
dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi, mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh kebiasaan dan
pemikiran tambahan lain.

Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang


keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual
(ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam
Al-Quran dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat tanpa mengabaikan prinsip-
prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam ibadah Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan
dan perubahan dari manusia.

Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-Qur’an dan
Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang datang
kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali, bahwa keadaan
keagamaan yang nampak adalah serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.

Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam antara
lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam upacara dan
selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada waktu puput pusar,
khitanan, pernikahan, dan kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada hari ke-3, ke-5,
ke-40, ke-100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat sosial yang
berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan Sya’ban dan Ruwah.
Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta dido’akan. Begitu pula orang sering kali
meminta nasehat dan bantuannya kepada petugas agama di desa (seperti modin, rois, kaum)
dalam hal-hal yang berhubungan dengan  takhayul, misal untuk menolak pengaruh penyakit,
yang untuk itu biasanya mereka diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab, yang di
antara do’a tersebut tidak jarang bagian-bagian yang berbau Agama Hindu atau animisme
dari zaman kuno, dan sebagainya. 

Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang menganggap
bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau setidak-tidaknya hal tersebut
tidak bertentangan. Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam kepercayaan di atas
banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan mereka menganggap
bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.

Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan memberantas segala


bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas. Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan
keyakinan umat Islam Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan
kembali dan pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat disebut :
1.       Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai kebalikan dari
kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.

2.       Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan


puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama.

3.       Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam,


Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah jama’ah yang
lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid. Hal ini dilakukan dengan tujuan laian agar para
wanita yang sedang agar dapat bisa bergabung bersama (walaupun tidak ikut sholat) karena
hal ini tidak mungkin dapat dilakukan apabila di dalam Masjid.

4.       Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas,
oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau
petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).

5.       Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.

6.       Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan


dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.

7.       Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan. Dari Jabir -


Radhiyallaahu ‘anhu-, dimana dia berkata: “Rasulullah -Shallallaahu ‘alaihi wasallam- telah
melarang menembok kuburan, duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnya!”.(Hadits
Riwayat Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Abu Dawud). 1

8.       Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).

1
TIDAK BOLEH MENEMBOK KUBURAN 19 Juni 2013. Oleh AJARAN ISLAM YANG
HAQ! MEMPELAJARI AJARAN ISLAM LEBIH DALAM DAN SESUAI DOGMA!, akses
tggl 21 okt 2014
9.       Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para
kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.

10.   Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan dalam
pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

Dalam rangka usaha tersebut, tidak sedikit rintangan yang dialami. Beberapa tafsir
Muhammadiyah tentang Al-Qur’an dan Al-Hadits menimbulkan debat theologis di antara
ulama.Tetapi kemudian, beberapa hal yang dipelopori oleh Muhammadiyah menjadi umum
di kalangan umat Islam di Indonesia.

Untuk membahas, apakah adat istiadat/tradisi serta kepercayaan berlaku di masyarakat itu
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits atau tidak, dalam Muhammadiyah dibicarakan oleh
suatu lembaga yang bernama “Lajnah Tarjih”. Tarjih ini adalah merupakan realisasi dari
prinsip, bahwa pintu ijtihad tetap terbuka.

Majlis Tarjih didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah   ke- XVI pada tahun
1927, atas usul dari K.H. Mas Mansyur. 

Fungsi dari majlis ini adalah mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang
masalah-masalah tertentu. Masalah itu tidak perlu semata-mata terletak pada bidang agama
dalam arti sempit, tetapi mungkin juga terletak pada masalah yang dalam arti biasa tidak
terletak dalam bidang agama, tetapi pendapat apapun juga haruslah dengan sendirinya
didasarkan atas syari’ah, yaitu Qur’an dan Hadits, yang dalam proses pengambilan hukumnya
didasarkan pada ilmu ushul fiqh. Majlis ini berusaha untuk mengembalikan suatu persoalan
kepada sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, baik masalah itu semula sudah ada
hukummnya dan berjalan di masyarakat tetapi masih dipertikaikan di kalangan umat Islam,
ataupun yang merupakan masalah-masalah baru, yang sejak semula memang belum ada
ketentuan hukumnya, seperti masalah keluarga berencana, bayi tabung, bank dan lain-lain.

2.       Bidang Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori


dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam,
pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin membentuk
manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun
teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pengajaran.

Gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah banyak orang


awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam usaha merealisasi gagasan
tersebut, Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah berusaha keras
untuk mengawinkan antara dua sistim pendidikan, pesantren (pendidikan agama pedesaan di
bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat, dengan menghilangkan kelemahan dari
keduanya. Menurut Muhammadiyah, pendidikan pesantren tradisional membutuhkan waktu
terlalu banyak bagi santri untuk menyelesaikannya, juga kurang adanya sistim kelas atau
penjenjangan. Pesantren biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran tertentu,
sehingga santri harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren agar sempurna ilmunya.

Pesantren tradisional tidak cukup membekali santrinya dalam memecahkan masalah-


masalah keduniawian, karena lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran-
pelajaran sekuler. Di pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan ketrampilan
praktis, pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan akhlak, budi
pekerti, dengan bersandar kepada ajaran Islam. Muhammadiyah merasa perlu
menggabungkan keduanya : pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.
Atau dengan kata lain, bahwa dengan sistim pendidikannya itu, Muhammadiyah ingin
membentuk ulama intelek dan atau intelek yang ulama.
Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan Barat dan sistim
pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistim pendidikan sendiri,
seperti sekolah model Barat, tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya, sekolah dengan
menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan lain-lain.

Sedang dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan
di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang di lengkapi dengan meja, kursi dan
papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.

Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah pun telah


memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal, yaitu pengajian. Semula pengajian
di lakukan di mana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur’an
dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematiskan ke dalam
bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya lebih banyak juga isi pengajian
diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari umat Islam.

Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah berhasil


mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang
diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti Muhammadiyah telah memelopori
mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota besar. Dengan menyelenggarakan
pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.
 

3.  Bidang Kemasyarakatan    

Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah
adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui
lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya
di dalam memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam
Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya
dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani
sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.

Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya


Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di balik pembangunan
dalam bidang ini karena banyak di antara orang Islam yang mengalami kesengsaraan, dan hal
ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong-menolong.

Perhatian pada kesengsaraan umum dan kewajiban menolong sesama muslim, tidak
hanya sekedar karena rasa cinta kasih pada sesama, tetapi juga ada tuntunan agama yang jelas
untuk beramar ma’ruf. Sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama. Hal ini
merupakan gerakan sosial dengan ilham keagamaan. Contohnya ialah pengamalan firman
Tuhan dalam Surat Al-Ma’un (terjemahannya) :

“Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang miskin. Celakalah orang-orang yang shalat,
yaitu lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya’ dan tiada mau menolong dengan barang-
barang yang berguna.”

Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah yatim, klinik, rumah
sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama, dalam dimensi
sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan keagamaan.

BAB III

Kesimpulan

Muhammadiyah Lahir oleh Proses Panjang, paduan semangat dan perickan


permenungan yang tak Cuma dimiliki oleh seseorang . jika kemudian Muhammadiyah
menjadi moderenis itu bukan sebuah kebetulan dan isengnya para Pimpinan yang
mengkonsepkan hal tesebut. Modernitas Muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah
dan bukan sebuah spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan
semasa colonial, Muhammadiyah lahir dengan banyak respon pendidikan modern dan
mengmbangkan spirit penolong kesengsaraan Umum (PKO), ketika masyrakat terlena delam
tradisional dan mencampuradukan ajaran agama, Muhammadiyah memberikan wacana dan
spirit baru yaitu tajdid dan Purifikasi.

Kini sudah sekita 1 abad sejak Muhammadiyah lahir dari tangan Kh.Ahmad Dahlan,
sebagai gerkan tajdid dan purifikasi berbuah manis, sudah banyak perubahan dan
pembaharuan diberbagai aspek dan bidang-bidang yang menjadi focus perbuahan
Muhammadiyah, yakni aspek tajdid dalam bidang agama, pendidkan dan bidang sosial
kemasyarakatan, walaupun masih ada atau belum secara total berhasil namun pencapain ini
patut diapresiasi dan terus digencarkan dan dikembangkan.
Daftar Pustaka
Hasan, Nurdin , dkk. Al Islam – Kemuhammadiyahan III : kemuahammadiyahan. Umm
Press. 2012. Malang.

Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan. Dunia. Jakarta.1987

Sumber web : TIDAK BOLEH MENEMBOK KUBURAN 19 Juni 2013. Oleh AJARAN


ISLAM YANG HAQ! MEMPELAJARI AJARAN ISLAM LEBIH DALAM DAN SESUAI
DOGMA!,

Wikipedia,arti tajdid secara harafiah : id.Wikipedia.org/tajdid

Sumber web : Pengertian dan Urgensi Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid


dan  Purifikasi, ditulis pada 6 november 2014

Anda mungkin juga menyukai