Makalah Bu Maya Resusitasi
Makalah Bu Maya Resusitasi
DISUSUN OLEH
BATURAJA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RESUSITASI
PADA BAYI BARU LAHIR”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk
melengkapi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan II.
Dengan harapan makalah “RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR” ini bisa
menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.
Penyusun
Kata
Pengatar .......................................................................................................................................
... i
Daftar
Isi .................................................................................................................................................
...... ii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................................................
1
1.1. Latar
Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan
Masalah ................................................................................................................ 1
1.3. Tujuan
Penulisan .................................................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................................
2
2.1. Definisi Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir............................................................ 2
2.2. Kategori Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir...........................................................2
2.3. Patofisiologi Resusitasi Pada Bayi Baru lahir..................................................3
2.4. Manajemen Tindakan Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir ..........................4
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................................
.32
3.1.
Kesimpulan...................................................................................................................................
.32
3.2. Saran .....................................................................................................................................
............32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut
jantung menjadi teratur.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6
menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi
berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan
kelainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan normal/dasar
dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian
BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan
keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi, tindakan
resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan
infeksi. Langkah-langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini ditujukan kepada
bidan yang pada umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
2. Untuk mengetahui apa saja Kategori Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
3. Untuk mengetahui apa saja Patofisiologi Resusitasi Pada Bayi Baru lahir
PEMBAHASAN
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.
(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri Manfaat Pemeriksaan Fisik
Aspek yang perlu diperhatikan pada bayi yang baru lahir, antara lain apakah bayi lahir cukup
bulan, bagaimana kekuatan otot bayi, dan apakah bayi menangis dan mampu bernapas saat
dilahirkan. Jika bayi tidak memenuhi aspek tersebut, maka bayi mungkin perlu mendapatkan
resusitasi.
Di samping itu, ada beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan bayi baru lahir
mungkin memerlukan resusitasi, yaitu:
2. Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
4. Bayi kembar
Ventilasi tekanan positif (VTP) pada bayi merupakan tindakan pemberian bantuan
nafas pada bayi baru lahir dengan gangguan pernafasan. Pernafasan spontan dimulai pada
hampir 85% bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan cukup bulan, dan 10% bayi baru
berespon dengan dikeringkan dan stimulasi. Dalam kondisi tertentu, bayi baru lahir kesulitan
untuk membersihkan cairan dari jalan nafasnya dan mengisi paru-paru dengan udara.
Bila tidak memberikan respon terhadap stimulasi, dapat diasumsikan bahwa bayi
mengalami apnea sekunder dan ventilasi tekanan positif harus segera dimulai. Sekitar 3%
bayi membutuhkan ventilasi tekanan positif (VTP) untuk memulai bernafas, dan 2%
diantaranya membutuhkan intubasi untuk membantu proses pernafasannya. Bayi baru lahir
yang membutuhkan resusitasi saat lahir (bayi dengan depresi pernafasan yang membutuhkan
pemberian oksigen) direkomendasikan untuk ditempatkan dalam ruang observasi.
Ventilasi tekanan positif (VTP) harus segera dimulai jika bayi tidak bernapas, bernapas
tidak adekuat, atau denyut jantung kurang dari 100 kali per menit setelah langkah awal
resusitasi selesai. Idealnya alat VTP harus dilengkapi dengan positive end-expiratory pressure
(PEEP) via face mask dengan ukuran yang sesuai. Anggota tim yang terampil dalam intubasi
harus hadir di ruang bersalin. Dalam keadaan ini, pernafasan bayi, denyut jantung, dan warna
kulit bayi harus dinilai.
VTP diindikasikan kepada bayi yang memiliki gangguan pernapasan, misalnya bayi
prematur atau bayi yang tidak memberikan respon adekuat setelah stimulasi awal, misalnya
denyut nadi kurang dari 100x/menit. Penilaian primer dari VTP yang efektif yaitu
peningkatan denyut nadi yang stabil, pergerakan dinding dada dan tanda-tanda lain dari
inflasi paru yang cukup. Apabila tidak terlihat gerakan dinding dada atau pergerakan dinding
dada tidak efektif, maka teknik ventilasi harus diperbaiki. Hal ini termasuk memastikan
sungkup terpasang baik pada wajah dengan sedikit kebocoran, posisi kepala dan dagu dalam
posisi yang tepat. Apabila neonatus tidak merespon terhadap VTP, dapat dilakukan
pemasangan intubasi.
penelitian pada hewan menunjukan bahwa inflasi paru yang dipertahankan lebih lama dapat
membentuk functional residual capacity (FRC) selama transisi dari paru-paru yang terisi
cairan menjadi udara setelah lahir. Selain itu bantuan pemberian tekanan positif membantu
pembentukan functional residual capacity (FRC) dan lebih banyak dibutuhkan pada bayi
prematur.
Resusitasi dilakukan sesuai dengan kondisi bayi. Terdapat empat tindakan yang bisa
dilakukan secara berurutan selama resusitasi bayi. Bayi mungkin hanya perlu menerima satu
atau lebih dari empat tindakan ini. Pengambilan keputusan untuk maju melakukan setiap
tindakan di bawah ini ditentukan oleh penilaian dari tiga tanda vital, yaitu pernapasan, detak
jantung, dan warna kulit bayi.
Langkah awal
Hal ini dilakukan dengan cara mengeringkan bayi dan memberikan kehangatan pada bayi.
Setelah itu, posisikan bayi dengan baik menghadap ke atas. Posisikan kepala bayi sedikit ke
atas untuk membantu membuka jalan napas.
Letakkan lipatan kain (jangan terlalu tebal atau tipis) di bawah bahu bayi untuk
mempertahankan posisi ini. Setelah itu, bersihkan saluran napas bayi jika diperlukan,
termasuk melakukan pengisapan di mulut dan kemudian di hidung untuk menghilangkan
mekonium. Pengisapan ini dilakukan dengan tabung isap yang dilewatkan di mulut dan
kemudian hidung.
Selanjutnya, rangsang bayi untuk bernapas. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyentil
atau menepuk telapak kaki bayi, serta menggosok dengan lembut punggung, kaki, dan tangan
bayi. Nilai pernapasan, detak jantung, dan gerakan otot bayi setiap selesai melakukan
tindakan tersebut. Jika bayi belum bernapas, lakukan tindakan selanjutnya.
Ventilasi
Merupakan tindakan untuk memasukkan sejumlah udara ke paru-paru bayi dengan tekanan
positif agar bayi bisa bernapas. Tindakan ini dilakukan dengan cara memasang sungkup
dengan ukuran yang sesuai di wajah bayi sampai menutupi dagu, mulut, dan hidung bayi.
Jaga posisi kepala bayi dan remas kantung yang ada pada sungkup, sehingga udara masuk ke
paru-paru bayi menyebabkan dada bayi agak naik. Jika dada bayi naik setelah dilakukan 2-3
kali ventilasi, artinya tekanan ventilasi mungkin cukup diberikan pada bayi. Lanjutkan
pemberian ventilasi 40 kali per menit sampai bayi menangis atau bernapas.
Namun, jika dada bayi tidak naik, mungkin ada masalah, seperti saluran napas bayi
tersumbat, pemasangan sungkup tidak benar, tekanan kurang kuat, posisi bayi tidak benar,
dan lainnya.
Hal ini dilakukan untuk sementara meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke
organ-organ penting bayi. Tekanan dada atau pijat jantung diberikan disertai dengan
ventilasi, untuk memastikan agar sirkulasi darah yang beredar dalam tubuh bayi cukup
mendapatkan oksigen.
Setelah penekanan dada dilakukan 30-45 detik, nilai detak jantung bayi. Jika detak jantung
bayi kurang dari 60 kali per menit penekanan dada harus dilanjutkan (setelah pemberian
suntikan epinefrin).
Pemberian epinefrin
Pemberian obat-obatan ini dilakukan selama resusitasi ketika ventilasi dan penekanan dada
tidak bekerja lebih dari 45 detik sampai 1 menit, detak jantung bayi tetap kurang dari 60 kali
per menit dan tidak ada peningkatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat
menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung
menjdi teratur
2. Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
4. Bayi kembar
3. Isap lendir
2. Pemasangan sungkup
TAHAP III: Memberi tekanan pada dada bayi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/parenting/tips-parenting/cara-resusitasi-bayi-
bantuan-napas/%3famp
Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.