PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
TINJAUAAN TEORI
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada
permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di antara
kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling
mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritonium.
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding
rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam
rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal
atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan
merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam
peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum mayor) banyak
terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum minor)
meliputi hati, kurvaturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan
membentuk mesenterium usus halus.
Fungsi peritoneum:
Menurut Jitowiyono dan Kritiyanasari (2011) ,tanda dan gejala dari peritonitis yaitu:
E. PATOFISIOLOGI
PATHWAY
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Kristiyanasari (2011) ada beberapa pemeriksaan diagnostic yang perlu
diketahui yaitu test laboratorium : leukositosis,hematokrit meningkat dan asidosis
metabolic meningkat. Untuk pemeriksaan X-Ray : foto polos abdomen 3 posisi
( anterior,posterior ,lateral),akan didapatkan ileus,usus halus dan usus besar dilatasi dan
udara dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Menurut Muttaqin dan Sri (2011) pemeriksaan dapat membantu dalam mengevaluasi
kuadran kanan misal prihepatik abses,kolesistitis biloma,pankreatitis,pancreas pseudocyst
dan kuadran kiri misal appendiksitis ,abses tuba ovarium,abses douglas,tetapi kadang
pemeriksaan terbatas karena adanya nyeri distensi abdomen, dan gangguan gas usus,USG
juga dapat untuk melihat jumlah cairan dalam peritoneal.
G. TERAPI FARMAKOLOGI
Peritonitis umumnya menggunakan antibiotic:
a) sefalosporin
penjelasan:
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan
enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding
sel.Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif,
tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Antibiotik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi :
Generasi 1.
Generasi 2.
antara lain: cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll. digunakan secara luas
untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas
melawan bakteri anaerob.
Generasi 3
Contoh
1. Sefadroksill
Dosis:
berat badan lebih dari 40 kg: 0,5-1 g dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak, kulit,
dan saluran kemih tanpa komplikasi: 1 g/hari. ANAK kurang dari 1 tahun: 25
mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. ANAK 1-6 tahun: 250 mg dua kali sehari.
ANAK lebih dari 6 tahun: 500 mg dua kali sehari.
2. Sefaleksin
Dosis :
250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g
tiap 6-8 jam untuk infeksi berat.ANAK: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.
Dapat dinaikkan dua kali lipat untuk infeksi berat (maksimum 100 mg/kg
bb/hari). Di bawah 1 tahun: 125 mg tiap 12 jam. 1 sampai 5 tahun, 125 mg tiap 8
jam; 6 sampai 12 tahun, 250 mg tiap 8 jam.Profilaksis infeksi saluran kemih
berulang, Dewasa, 125 mg pada malam hari.
3. Carbapenem
Penjelasan:
a. Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang
digunakan untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki
kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk melawan bakteri gram
negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan bacteroides.
Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim
tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam
tubuh.
Contoh:
1) Imipenem
Dosis:
- injeksi intramuskuler: Infeksi ringan dan sedang 500-750 mg
tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis
tunggal.
-Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali
pemberian). Untuk kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg
bb/hari (maksimum 4 g/hari). ANAK di atas 3 bulan, 60
mg/kgbb (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi
tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
1. Komplikasi dini.
Septikemia dan syok septic.
Syok hipovolemik.
Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multisystem.
Abses residual intraperitoneal.
Portal Pyemia (misal abses hepar).
2. Komplikasi lanjut.
Adhesi.
Obstruksi intestinal rekuren.
DAFTAR PUSTAKA
https://donnyprastyo.wordpress.com/2014/03/13askep-peritonitisdiposting 15th
Agustust2015