Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMOTIVASIAN KERJA DAN PERILAKU

KEORGANISASIAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI


PADA KOPERASI PEGAWAI PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Oleh:
HATTA SAPUTRA1 dan SAMBAS ALI MUHIDIN2

ABSTRAK
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung adalah salah satu organisasi yang melayani
kebutuhan pegawai. Pada saat ini kondisi produktivitas Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung masih belum optimal. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja Koperasi
Pegawai Pemerintah Kota Bandung belum sepenuhnya tercapai. Fenomena-fenomena yang
terjadi mengindikasikan bahwa belum optimalnya produktivitas Koperasi Pegawai Pemerintah
Kota Bandung diduga dipengaruhi oleh pemotivasian dan perilaku keorganisasiann, sehingga
penelitian ini hendak mengkaji adakah pengaruh pemotivasian dan perilaku keorganisasian
terhadap produktivitas kerja pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah Explanatory Survey Method.. Teknik analisis data adalah
Model Analisis Jalur (Path Analysis Models) dengan uji statistika adalah uji-t dan uji-F. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: Pemotiavasian dan perilaku kepemimpinan berpengaruh secara
signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya respon pegawai terhadap perilaku kepemimpinan yang dikembangkan
oleh pimpinan UPI berdampak secara berarti terhadap kinerja mereka dalam pelayanan akademik
bagi kepentingan pembelajaran.

Key word: Motivasi, Perilaku dan Produktivitas

Latar Belakang Masalah Berdasarkan Laporan Pertanggung Jawaban


Dalam konstelasi dinamika per­eko­no­ Pengurus Koperasi Pegawai Pemerintah
mian global yang sangat kompleks dan hyper Kota Bandung (KPKB) Periode 2000 – 2004
competitive dewasa ini, salah satu isu yang diperoleh informasi sebagai berikut:
menarik untuk dikaji adalah rendahnya Perolehan usaha simpan pinjam selama
Efektivitas Organisasi Koperasi. Salah satunya periode 2000-2004 mengalami peningkatan
adalah Koperasi Pegawai Pemerintah Kota sebagai berikut:
Bandung. Gejala tentang rendahnya efektivitas 1. Tahun buku 2000: Rp 1.260.499.088,00
organisasi koperasi yang muncul dalam 2. Tahun buku 2001: Rp 1.586.965.880,00
bentuk inefisiensi dan rendahnya produktivitas 3. Tahun buku 2002: Rp 1.662.374.743,00
dewasa ini semakin dirasakan dan muncul 4. Tahun buku 2003: Rp 1.899.625.222,00
sebagai topik pembicaraan di kalangan 5. Tahun buku 2004: Rp 2.067.855.241,00
para teoritisi, praktisi, bahkan orang awam Berdasarkan data di atas, tampak
sekalipun. bahwa dari tahun ketahun dalam periode
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota kepengurusan 2000-2004, usaha simpan
Bandung memiliki dua bidang usaha, yaitu pinjam pada Koperasi Pegawai Pemerintah
usaha simpan pinjam dan usaha niaga. Kota Bandung terus mengalami peningkatan.

1
Guru pada SMA Negeri 27 Bandung
2
Dosen pada Prodi Pendidikan Manajemen Perkantoran UPI

102 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


Hal ini sangat dimungkinkan karena anggota K i r a nya i n i l a h ya n g m e n a r i k
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung penulis untuk mengadakan penelitian, dan
adalah Pegawai Negeri Sipil dimana gaji selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk
yang diterima oleh para PNS masih jauh dari tesis dengan judul: Pengaruh Pemotivasian
standar hidup layak. Oleh karena itu sangat lah Kerja dan Perilaku Keorganisasian terhadap
wajar apabila pada usaha simpan pinjam ini Produktivitas Kerja Pegawai pada Koperasi
pendapatan koperasi mengalami peningkatan, Pegawai Pemerintah Kota Bandung.
apalagi pada kondisi perkekonomian Indonesia
sejak dilanda krisis tahun 1997, belum stabil Identifikasi dan Rumusan Masalah
yang salah satu akibatnya adalah daya beli Inti kajian dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang rendah, akibat mahalnya masalah produktivitas kerja pegawai Koperasi
berbagai barang kebutuhan masyarakat. Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Aspek
Sementara itu pada usaha niaga, tersebut diduga sebagai kekuatan strategis
pendapatan yang diperoleh masih kurang yang perlu dibina dan dikembangkan secara
dari harapan. Target laba yang dicanangkan simultan untuk menciptakan organisasi
pada periode 2000-2004 sebesar Rp yang baik. Oleh karena itu perlu adanya
210.000.000,00 yang seharusnya diperoleh suatu pendekatan tertentu terhadap pegawai
pada setiap tahunnya dari 5000 orang anggota dalam rangka mengembangkan produktivitas
koperasi, ternyata hanya Rp 76.000.000,00 kerja, dan berdasarkan latar belakang
saja yang diperoleh. masalah, masalah produktivitas Kerja pegawai
Kenyataan di atas, tentu saja me­ dalam penelitian ini akan dikaji dalam
nimbulkan masalah bagi Koperasi Pegawai perspektif pemotivasian kerja dan perilaku
Pemerintah Kota Bandung, terutama pada keorganisasian .
bidang usaha niaga. Inilah yang menarik untuk Masalah yang akan dipecahkan dalam
dikaji, kenapa pada usaha niaga produktivitas penelitian ini, terungkap dalam pernyataan
kerja yang diharapkan dapat mewujudkan masalah (problem statement) sebagai berikut:
tujuan organisasi belum tercapai. 1. Pemotivasian kerja yang dilakukan oleh
Dari sudut pandang mental, pro­ pimpinan Koperasi Pegawai Pemerintah
duktivitas kerja pegawai merupakan cerminan Kota Bandung belum dilakukan secara
dari kinerja individu, oleh karena itu dalam optimal.
upaya pencapaian tujuan organisasi. 2. Perilaku keorganisasian yang ditunjukkan
Masalah produktivitas kerja pegawai ini perlu oleh pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah
penanganan yang serius, karena jika tidak Kota Bandung, belum menunjukkan
akan berimbas pada aktivitas organisasi secara perilaku yang kondusif,
keseluruhan. 3. Produktivitas kerja pegawai relatif masih
Banyak hal yang dapat menyebabkan rendah.
masih rendahnya produktivitas kerja pegawai Kondisi-kondisi di atas, tentu saja
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung menimbulkan pertanyaan kenapa sampai
ini, diantaranya diduga karena masalah terjadi demikian. Oleh karena itu harus
pemotivasian kerja yang diberikan pimpinan segera ditanggulangi mengingat bila tidak,
koperasi serta sikap dan perilaku pegawai akan memberikan efektivitas kerja organisasi
yang masih belum sesuai dengan koridor Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
sebagaimana yang telah ditentukan oleh secara keseluruhan dikatakan tidak baik.
aturan‑aturan organisasi maupun ketentuan Berdasarkan pernyataan masalah
dan kebijakan yang telah ditetapkan demi (problem statement) di atas, dapat diajukan
kepentingan organisasi atau mencapai rumusan masalah yang terungkap dalam
produktivitas kerja yang tinggi. pertanyaan penelitian (research question)
sebagai berikut:

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 103
1. Adakah pengaruh pemotivasian terhadap memasukinya sebagai salah satu fungsi. Mee
produktivitas kerja pegawai pada Koperasi dalam Sondang (1987:106) mengetakan
Pegawai Pemerintah Kota Bandung. bahwa planning, organizing, motivating dan
2. Adakah pengaruh perilaku keorganisasian controlling adalah fungsi-fungsi organisasi dan
terhadap produktivitas kerja pegawai manajemen. Beberapa ahli lain seperti Fayol
pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota menyebutnya dengan istilah commanding.
Bandung. Gullick menyebutnya dengan istilah directing,
3. Adakah pengaruh korelasi antara dan Terry menyebutnya dengan istilah
pemotivasian dan perilaku keorganisasian actuating. Meskipun istilah yang diberikan
secara bersama-sama terhadap pro­ oleh para ahli tersebut berbeda namun secara
duktivitas kerja pegawai pada Koperasi operasional mempunyai pengertian yang sama,
Pegawai Pemerintah Kota Bandung. yang pada dasarnya bertujuan menggerakan
atau merangsang kepada bawahan agar mau
Pemotivasian Kerja memberikan aktivitas tertentu yang terbaik
Organisasi sebagai suatu unit kesatuan pada dirinya untuk tujuan tertentu.
orang-orang, adalah suatu wadah untuk Rumusan tentang motivating sebagai
mencapai suatu tujuan. Sebagaimana telah salah satu fungsi manajemen sebagaimana di­
dikemukan bahwa dalam diri individu tegaskan oleh Siagian (1996:132): ”Motivating
tertanam sejumlah motivasi yang berbeda adalah sebagai fungsi organik manajemen
dan tentunya perilakunya pun berbeda pula. pada dasar nya berar ti para manajer
Perbedaan motvasi dan perilaku dari anggota- berusaha memberikan dorongan kepada
anggota suatu organisasi tersebut sudah pasti para bawahannya sedemikian rupa sehingga
akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi Kemampuan secara intrinsik terdapat pada diri
organisasi dalam mencapai tujuannya. Disini para bawahan itu digabung dengan dorongan
sampai pada suatu pertanyaan siapa yang dari luar dirinya, seperti dorongan dari
mengarahkan perilaku dari pada anggota organisasi, diharapkan mengakibatkan para
suatu organisasi sehingga tak mengganggu pegawai mampu secara ikhlas memeberikan
efektivitas dan efisiensi organisasi dalam yang terbaik bagi dirinya, dalam bentuk
mencapai tujuannya. Oleh karena itu disini persepsi yang tepat, tindak tanduk perilaku
keberadaan pemimpin merupakan suatu yang positif, berdasarkan pengalaman dan
hal yang penting, bahkan lebih penting pemanfaatan waktu sedemikian rupa sehingga
lagi seorang pemimpin yang memahami tujuan dan berbagai sasaran tercapai”.
proses-proses psikologikal sehingga mampu Dari konsep yang dikemukakan para
membina, mengarahkan, menggerakan para ahli tersebut, dapatlah dikatakan yang
bawahannya dalam mencapai sejumlah tujuan dimaksud dengan pemotivasian adalah suatu
organisasi. Hicks dalam Winardi (2001:8) upaya yang dilakukan untuk membangkitkan
mengatakan: ”Pengimplementasian secara motivasi atau meningkatkan motivasi.
berhasil memerlukan pemahaman secara Hal ini mengandung pengertian bahwa
mendalam tentang proses-proses motivasional, manusia dalam hal ini pegawai yang pada
mengaitkan Kebutuhan-kebutuhan individual dasarnya sudah mempunyai motivasi bila
dengan sasaran-sasaran keorganisasian, dibangkitkan atau ditingkatkan motivasinya,
pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan pegawai tersebut mau memberikan hal
orang yang terlibat didalamnya, dan yang terbaik pada dirinya baik menyangkut
keterampilan atau keahlian dalam hal waktu, tenaga keahlian dan bakatnya.
menerapkan pengetahuan tersebut”. Pegawai yang termotivasi akan berupaya
Pentingnya Kemampuan pemimpin melaksanakan berbagai tugas dan pekerjaan
dalam membina, mengarahkan, menggerakkan, sehingga terlaksana dengan baik, cenderung
para ahli administrasi dan manajemen lebih produktif dari pada pegawai yang tidak

104 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


termotivasi dan apatis. b. Faktor Internal (Intrinsik)
Berdasarkan uraian di atas, dapat Unsur lain sebagai bagian dan
ditarik beberapa kesimpulan, pertama, bahwa pemotivasian adalah faktor internal atau
pemotiavasian merupakan kesatuan yang tidak faktor instrinsik yaitu faktor-faktor yang ada
dapat dipisahkan dari kepemimpinan, kedua, dalam diri manusia, faktor-faktor yang melekat
pemotivasian adalah suatu proses yang perlu pada diri manusia, yang pada dasarnya
dilakukan oleh pemimpin yang diarahkan berkaitan erat dengan jati dirinya, antara
untuk kemajuan organisasi, ketiga, adanya lain: harapan dan cita-cita, Kemampuan
kesamaan persepsi dan kesenadaan terhadap dan pengetahuan, kondisi fisik, nilai-nilai
motif antara pimpinan dan bawahan. dan norma yang dianut, kepuasan dan
kematangan. Perhatian pimpinan terhadap
Dimensi Pemotivasian Kerja faktor-faktor ini akan menimbulkan antusias
Melihat konsep dan definisi pe­m o­ dari kepuasan tersendiri bagi pegawai.
tivasian di atas, dapat dikatakan bahwa Faktor internal sebagai faktor yang
istilah pemotivasian (motivating) merupakan mempengaruhi kinerja pegawai didefinisikan
pengistilahan dari motivasi yang bersumber sebagal faktor-faktor yang memperhatikan
dari luar individu itu sendiri, yaitu pada diri pegawai sebagal bagian yang melekat
faktor eksternal dan faktor internal. Dari dan berhubungan dengan diri pegawai sebagai
konsep dan definisi tersebut, maka dapat individu. Pengukuran terhadap faktor ini
dikemukakan bahwa dalam meningkatkan memerlukan perhatian yang khusus, karena
dan membangkitkatan motivasi terdapat dua berkaitan dengan persepsi diri pegawai itu
faktor yang harus diperhatikan oleh pimpinan, sendiri. Faktor internal memiliki dua sisi yang
yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. memungkinkan berbeda sisi yang satu dengan
sisi yang lainya yaitu persepsi pegawai sebagai
a. Faktor Eksternal (Ekstrinsik) norma subjektif dan persepsi pegawai sebagai,
Sebagal definisi dari pemotivasian universal atau objektif.
faktor eksternal atau faktor ekstrinsik adalah
faktor-faktor yang berada diluar diri manusia, Perilaku Organisasi
faktor-faktor yang terlepas dan jiwa dan raga Perhatian-perhatian manajemen
manusia, yang mana faktor-faktor ini dapat modern terhadap perilaku keorganisasian
dliwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat merupakan trend penting bagi hampir seluruh
miningkatkan motivasi kerja pegawai. Dalam organisasi di dunia, diantaranya adalah
suatu organiasasi faktor-faktor tersebut antara karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
lain: penghasilan, kompensasi, struktur, dan teknologi, menjamurnya organisasi sosial,
mekanisme, lingkungan kerja, kondisi tempat serta makin pentingnya tingginya tingkat
kerja, sarana dan peralatan kerja. pendidikan, pengetahuan dan spesifikasi bagi
Faktor eksternal sebagai faktor yang masyarakat modern.
mempangaruhi kinerja pegawai didefinisikan Makmun Muchlas (20052) mengatakan
sebagai faktor-faktor yang ada diluar diri bahwa perilaku organisasi diperlukan dalam
pegawai yang tidak melekat dan tidak manajemen modem sekarang ini karena
berhubunnan langsung dengan diri pegawai sangat penting untuk memenangkan kompetisi
sebagai individu. Pengukuran terhadap faktor- lokal, nasional, dan global. Para customer
faktor ini lebih kental dengan norma-norma saat ini menuntut lebih banyak dari apa
yang universal. Indikator dari faktor eksternal yang diminta customer pada dekade lalu.
sangat mudah dideteksi dan diketahui gejala- Beberapa perusahaan dapat mengungguli
gejalanya. kompetitornya karena memiliki model-model
bisnis yang sempuma. Menurut Muchlas
perbedaan pokok ini bukan berasal dari

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 105
aspek-aspek keterampilan manajemen, peradaban manusia yang bermasyarakat
melainkan pada perilaku yang lebih unggul senantiasa ditandai dengan keterlibatannya
dari perusahaan-perusahaan lain. Dengan dalam suatu organisasi tertentu. Itu berarti
demikian menurut Bacon dan Pugh dalam bahwa manusia tidak bisa melepaskan dirinya
Muchlas (2005:3) untuk memenangkan untuk tidak terlibat pada kegiatan-kegiatan
bisnis, penggunaan diferensiasi perilaku berorganisasi.
menjadi lebih diutamakan. Menurut mereka,
diferensiasi perilaku dapat diaplikasikan pada Dimensi Perilaku Organisasi
profesi yang dimulai dari kepemiminan dalam Muklas (2005:12) mengatakan babwa
organisasi, pengarahan nilai dan budaya perilaku organisasi meliputi topik-topik
organisasi, proses penyelesaian pekerjaan, dan tentang motivasi, perilaku kepernimpinan
refleksi keterampilan organisasi dan individu. dan kewenangan, komunikasi antar manusia,
Untuk melakukan diferensiasi perilaku dalam struktur dan proses kelompok, proses belajar,
organisasi hanya mudah dilakukan melalui pengembangan sikap dan persepsi, proses-
pengertian, penghayatan, dan pengamalan proses perubahan, konflik desain kerja dan
perilaku organisasi. Muchlas (2005:12) stres ditempat kerja.
menyatakan bahwa perilaku organisasi Hal senada diungkapkan oleh Suwarto
mempelajari apa saja yang dikerjakan oleh (1999:17) bahwa perilaku keorganisasian
orang-orang dalam organisasi dan bagaimana juga meliputi motivasi, perilaku dan kekuatan
perilaku atau tindakan itu bisa mempengaruhi kepemimpinan, komunikasi antar personal,
penampilan organisasi. struktur kelompok dan proses, konflik, desain
Menurut Suwarto (1999:17) pengertian pekerjaan, dan stres.
perilaku keorganisasian adalah suatu bidang Lebih lengkap Hadipranata dalam
studi yang mengamati tentang pengaruh Moeljono (2005:32) mengungkapkan
perilaku individu, kelompok dan perilaku bahwa perilaku manusia mempengaruhi
dalam struktur organisasi dengan maksud usaha pencapaian tujuan organisasi
untuk mendapatkan pengetahuan guna yang mencakup aspek sistem sosial dari
memperbaiki keefektifan organisasi. Perilaku organisasi, diantaranya budaya organisasi,
keorganisasian konsen dengan hal yang iklim organisasi, dan tentang motivasi;
berhubungan dengan: (1) pekerjaan, (2) kepemimpinan dan pengembangan organisasi,
absensi, (3) pergantian karyawan, (4) termasuk manajemen perubahan; lingkungan
produktivitas, (5) prestasi sescorang, dan (6) organisasi; ranah sosial dari organisasi; hingga
manajemen. komunikasi dan pengganjaran.
Suwarto melanjutkan bahwa perilaku Sementara itu, Winardi (2004:24)
keorganisasian juga meliputi motivasi, perilaku mengungkapkan tilik berat dari pendekatan
dan kekuatan kepemimpinan, komunikasi perilaku organisasi adalah hubungan antara
antar personal, struktur kelompok dan proses, manusia, pekerjaan dan organisasi-organisasi
konflik, desain pekerjaan, dan stres. dengan titik perhatian motivasi, komunikasi,
Berdasarkan uraian di atas, maka kepemimpinan, dan pembentukan kelompok
dapatlah dikatakan bahwa perilaku organisasi kerja.
hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku Berdasarkan pendapat ahli di atas,
itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat maka setidaknya terdapat tiga dimensi
perhatiannya pada tingkah laku manusia yang mengarahkan perilaku individu dalam
dalam suatu organisasi. Kerangka dasar organisasi dalam rangka mencapai tujuan
bidang pengetahuan ini didukung paling organisasi, yaitu: motivasi, perilaku ke­
sedikit dua komponen, yakni individu- pemimpinan dan komunikasi. Ketiga dimensi
individu yang berperilaku dan organisasi pokok di atas, tidak bisa diabaikan karena
formal sebagai wadah dari perilaku itu. Ciri jika dimensi-dimensi ini berinteraksi, maka

106 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


akan mampu menimbulkan suatu kegiatan Keluaran(output )
organisasi yang efektif dalam menggerakkan Produktivitas = Masukan (input )
organisasi.
Hasil P
r oduksi
= Tenaga ker ja + Bahanbaku + Modal + Energi
Produktivitas Kerja
Pengertian produktivitas telah banyak Keuntungan
dikemukakan para ahli, baik ahli ekonomi, = Biaya
manajemen, manajemen sumberdaya
manusia, maupun ahli perilaku organisasi. Mengikuti rumusan produktivitas di atas
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat diidentifikasi dua jenis produktivitas, yaitu
pengertian produktivitas pada dasarnya dapat produktivitas total dan produktivitas parsial.
dikelompokan menjadi tiga pandangan sebagai Produktivitas total merupakan perbandingan
berikut: (1) Produktivitas sebagai rasio antara antara seluruh keluaran dengan jumlah
keluaran (output) dengan masukan (input) seluruh masukan yang digunakan, sedang
dari suatu sistem produksi. (2) Produktivitas produktivitas parsial merupakan perbandingan
sebagai kombinasi dari efektivitas dan efisiensi. atara keluaran dengan penggunaan salah
(3) Produktivitas sebagai sikap mental. satu jenis masukan (Sumanth, 1985).
Produktivitas sebagai rasio antar Berkaitan dengan itu, Haberstand sebagaimana
output dengan input. Dikemukakan oleh dikutip Hidayat (1986) menyebutkan ada
David J. Sumanth (1985) yang menyatakan tujuh jenis produktivitas parsial yang dapat
produktivivitas sebagai rasio antara keluaran diukur, yaitu produktivitas tenaga kerja,
dan masukan. Sutermeister (1976:7-9) produktivitas organisasi, produktivitas modal,
mendifinisikan produktivitas sebagai output produktivitas pemasaran, produktivitas
perjam-pegawai, dengan memperhatikan produksi, produktivitas keuangan, dan
kualitas yang dihasilkan. Keluaran perjam- produktivitas produk.
pegawai menghasilkan bukan hanya usaha Produktivitas sebagai kombinasi
manusia saja namun dari semua faktor dari efektivitas dan efisiensi. Jika para
produksi yang digunakan, yaitu tenaga kerja, ahli ekonomi memandang produktivitas
manajemen, dana, mesin, bahan mentah sebagai rasio antara keluaran dan masukan,
dan lain-lain. Tingginya produktivitas maka para ahli manajemen, manajemen
tergantung pada atau ditentukan oleh faktor sumberdaya manusia, maupun para ahli
teknis dan faktor manusia. Faktor tehnis perilaku organisasi memandang produktivitas
adalah segala sesuatu selain kinerja manusia itu sebagai kombinasi dari efektivitas dan
yang dapat mempengaruhi output perjam. efisiensi. Dalam konteks ini, efektivitas
Yang dimaksudkan adalah perkembangan menunjukkan sejauhmana tujuan, sasaran
teknologi,/mesin, kualitas bahan mentah, lay atau hasil yang direncanakan dapat dicapai,
out kerja, serta metoda dan teknik-teknik sedang efisiensi menunjukan sejauhmana
kerja. Jika seorang pegawai bekerja dengan sumberdaya yang ter sedia digunakan
bahan, peralatan yang baik, ia akan bekerja dengan benar. Dengan kata lain, efektivitas
keras daripada bekerja dengan peralatan menunjukkan kemampuan untuk mencapai
yang seadanya. Dan, tentu saja faktor tehnis tujuan, sasaran, atau target yang telah
itu sendiri ditentukan oleh kinerja pegawai ditetapkan, sedang efisiensi menunjukkan
(faktor manusia) baik di dalam maupun di kemampuan untuk memperoleh keluaran
luar organisasinya. atau hasil tertentu dengan menggunakan
Secara umum pengertian produktivitas sumberdaya atau masukan yang minimal
sebagai hasil dapat dirumuskan dalam (Hani Handoko, 1994).
persamaan: Hubungan antara efektivitas dan
efisiensi dalam fungsinya sebagai penentu

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 107
produktivitas diperagakan oleh Atmosoeprapto kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.”
(2001: 5) dalam gambar sebagai berikut: Pengertian produktivitas sebagai sikap
mental sebagaimana dipaparkan di atas
Gambar 1. Produktivitas dalam Konteks tampak jelas merujuk pada pengertian
Efektivitas dan Efisiensi. produktivitas parsial, yaitu produktivitas
EFISIENSI
tenaga kerja atau produktivitas kerja. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, Rivianto
E EKONOMI BIAYA
F PRODUKTIF TINGGI
dkk. (1988: 2.37) secara rinci menjelaskan
E (+)
K
(PEMBOROSAN) pengertian produktivitas kerja sebagai
T berikut: ”Produktivitas untuk tenaga kerja
I
V TARGET TIDAK dapat dilihat sebagai sikap mental yang selalu
(−) TERCAPAI, SALAH
I
MENYIMPANG URUS
mempunyai pandangan bahwa kahidupan
T
A DARI SASARAN hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
S hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap
yang demikian membuat orang selalu mencari
Efisiensi dan efektivitas tinggi meng­ perbaikan-perbaikan dan peningkatan-
hasilkan produktivitas tinggi (produktif), peningkatan. Orang yang memiliki sikap
efisiensi dan efektivitas rendah, mungkin seperti itu akan terdorong menjadi dinamis,
terjadi salah urus atau mis management. kreatif, inovatif, dan terbuka, namun tetap
Efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah, kritis dan tanggap terhadap ide-ide baru dan
berati terjadi pemborosan, dan efisiensi perubahan-perubahan”.
tinggi tetapi efektivitas rendah, berarti tidak Mengikuti pendapat para ahli di atas,
tercapai sasaran, lebih rendah dari target dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian
atau menyimpang dari target. produktivitas pada dasarnya dapat dilihat
Produktivitas sebagai sikap sebagai hasil dan juga sebagai proses. Sebagai
mental. Apabila kedua pandangan di atas hasil, produktivitas menunjukkan ukuran
mengartikan konsep produktivitas sebagai teknis, yang menunjukan perbandingan
suatu hasil, maka ahli lain merumuskan antara keluaran yang dihasilkan dengan
pengertian produktivitas sebagai suatu masukan sumber-sumber yang digunakan,
proses. Sebagai suatu proses, pengertian pro­ atau sebagai kombinasi dari efektivitas
duktivitas pada intinya mengandung makna dalam mencapai sasaran dan efisiensi dalam
“the will” (keinginan) dan “effort” (upaya) penggunaan sumberdaya masukan. Sebagai
manusia untuk selalu meningkatkan kualitas proses, esensi pengertian produktivitas
kehidupan dan penghidupan di segala bidang mengandung makna sikap mental yang selalu
(Walter Aigner, dalam Hidayat, 1986). mempunyai pandangan bahwa kehidupan
Berkaitan dengan pendapat tersebut, Druker hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
(1981) secara tegas menyatakan bahwa dan hari esok harus lebih baik dari hari
produktivitas adalah suatu sikap. Kopelman ini. Dalam konteks pekerjaan, produktivitas
(1985:3) juga menyatakan produktivitas berarti, cara kerja hari ini harus lebih baik
sebagai: “state of mind−mind being confident dari cara kerja kemarin, dan hasil yang
that tomorrow can be better than today through dicapai besok harus lebih banyak atau lebih
one’s own effort.” Senada dengan pendapat baik dari yang diperoleh hari ini.
tersebut, Sinungan (1997: 16) merumuskan Bertitik tolak dari pandangan para
pengertian produktivitas sebagai berikut: ahli di atas, maka dalam penelitian ini
“Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap konsep produktivitas kerja mengacu pada
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa pendekatan sikap mental, yaitu yang selalu
mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada mempunyai pandangan bahwa kehidupan
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin

108 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


dan hari esok harus lebih baik dari hari nya dengan pekerjaannya atau bagaimana
ini. Dalam konteks pekerjaan, produktivitas pegawai mengerjakan pekerjaannya. Pe­
berarti, cara kerja hari ini harus lebih baik ngu­kuran berdasarkan perilaku akan
dari cara kerja kemarin, dan hasil yang menghasilkan obyektivitas yaitu keluaran
dicapai besok harus lebih banyak atau lebih yang mampu dihasilkan karyawan sesuai
baik dari yang diperoleh hari ini. dengan kapasitas yang dimilikinya. Dalam
penelitian ini untuk melihat produktivitas
Kerangka Pemikiran kerja pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah
Produktivitas kerja pegawai merupakan Kota Bandung diukur dengan kriteria yang
fokus kajian dalam penelitian ini. Konsep dikembangkan oleh A. Dale Timpe (1992).
produktivitas kerja yang dikaji mengacu pada Kriteria yang dimaksud meliputi: (1)
pendekatan sikap mental, yaitu sikap mental bermotivasi tinggi, (2) mempunyai orientasi
(attitude of mind) yang mempunyai semangat pekerjaan positif. (3) dewasa, dan (4) dapat
untuk melakukan peningkatan perbaikan. bergaul dengan efektif.
Perwujudan sikap mental, dalam berbagai Pelaksanaan kerja yang dilakukan
kegiatan antara lain (1) yang berkaitan oleh pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah
dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui Kota Bandung diharapkan akan dapat
peningkatan pengetahuan, keterampilan, memberikan pengaruh pada pencapaian
disiplin, upaya pribadi dan kerukunan bekerja. tujuan organisasi. Sehingga dengan baiknya
(2) yang berkaitan dalam pekerjaan, dapat kinerja pegawai ini akan dapat menunjang
dilakukan melalui manajemen dan metoda pada pencapaian dan peningkatan tujuan
kerja yang lebih baik, penghematan biaya, Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
ketepatan waktu, sistem dan tehnologi yang secara keseluruhan.
lebih baik. Hal ini seperti yang diungkapkan Produktivitas kerja pegawai, dalam hal
oleh Walter Aigner (dalam Hidayat, 1986), ini pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah
Kopelman (1985:3), Sinungan (1997:16), Kota Bandung, dituntut harus memiliki
Sedarmayanti (2001:56), dan Rivianto dkk. kemampuan yang baik dalam bekerja.
(1988:2.37). Selain itu, pimpinannya juga harus mampu
Tinggi rendahnya produktivitas kerja memberdayakan seluruh sumber daya yang
pegawai tergantung kepada faktor-faktor ada, khususnya sumber daya yang telah
yang mempengaruhinya. Setidaknya ada dimiliki yang kemudian diberdayakan untuk
tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dapat memaksimalkan perilaku pegawai yang
individu, yaitu (1) karakteristik individu, (2) dapat meningkatkan kinerja pegawai.
karakteristik organisasi, dan (3) dukungan Berkaitan dengan upaya menampilkan
kerja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kinerja yang baik atau produktivitas kerja
Jones (2002:92), Buchari Zainun (1989:51), pegawai yang tinggi, maka diperlukan
Wood, et. al. (2001:91), serta Schermerhorn, keberadaan suatu mekanisme pelaksanaan
et. al. (1982:76). proses administrasi bagi pegawai dalam me­
Mengingat produktivitas kerja pegawai ma­hami kembali misi dan fungsi Koperasi
merupakan salah satu barometer untuk Pegawai Pemerintah Kota Bandung, serta
melihat pencapaian tujuan yang telah di­ perlunya kesadaran akan pentingnya
tetapkan, maka perlu ditetapkan suatu tugas yang diemban, sehingga semua unit
penilaian kinerja pegawai, sebagai salah satu organisasi dapat menjalankan tugasnya
tolok ukur produktivitas kerja individu. dengan maksimal. Tolok ukur keberhasilan
Pengukuran produktivitas kerja pegawai pada akhirnya harus dibuktikan dengan
dilakukan berdasarkan perilaku kerja yaitu sampai sejauhmana kemampuan pimpinan
dengan mengevaluasi aktivitas atau kegiatan memberikan motivasi kepada pegawai,
yang dilakukan oleh pegawai dalam kaitan­ sehingga pegawai melakukan perilaku

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 109
tertentu yang diharapkan oleh organisasi, sesuai dengan harapan organisasi. Faktor
dan menghasilkan perilaku yang produktif yang berasal dari individu antara lain
dalam bekerja. meliputi keinginan untuk maju, dorongan
Dengan demikian inti pemotivasian untuk bekerja mandiri, dan dorongan untuk
adalah bawah motif-motif penggerakkan bekerja keras. Sementara faktor ekstrinsik
yang dipergunakan pemimpin terhadap merupakan faktor yang berasal dari luar
bawahannya adalah motif yang senada individu yang dapat mendorong individu
dengan motif para bawahan itu sendiri, bekerja sesuai dengan tujuan organisasi,
dengan demikian diharapkan melalui diantaranya meliputi: pujian, hukuman,
pemotivasian ini, seorang pemimpin dapat aturan, dan kenikmatan. Hal ini sesuai
memilih cara-cara terbaik untuk me­ ngu­ dengan pendapat Siagian (1996:132).
sahakan agar para bawahannya dapat Berdasarkan konsep tentang pe­ mo­
menunjukkan dan meningkatkan performa tivasian, diketahui bahwa tujuan di­berikannya
kerjanya untuk kepentingan organisasi dan pemotivasian kerja oleh pimpinan terhadap
dirinya secara ikhlas memeberikan yang bawahan adalah agar pegawai dalam bersikap
terbaik bagi dirinya, dalam bentuk persepsi dan berperilaku selalu berada dalam koridor
yang tepat, tindak tanduk perilaku yang sebagaimana yang telah ditentukan oleh
positif sesuai tuntutan organisasi. (Siagian, aturan‑aturan organisasi maupun ketentuan
1996:132). dan kebijakan yang telah ditetapkan demi
Bagi setiap organisasi dalam mencapai kepentingan organisasi.
tujuan yang telah ditetapkan, selalu ber­hu­ Perilaku keorganisasian merupakan
bungan dengan pelaksanaan pe­mo­ti­vasian suatu bidang kajian yang mengamati tentang
yang diberikan oleh pimpinan ter­ hadap pengaruh perilaku individu, kelompok dan
setiap bawahan yang melakukan tugas. perilaku dalam struktur organisasi dengan
Pemotivasian menjadi suatu hal yang pen­ maksud untuk mendapatkan pengetahuan
ting agar organisasi dapat menjalankan guna memperbaiki keefektifan organisasi.
fung­­
sinya dengan baik serta efektif, maka Perilaku keorganisasian dimaksud meliputi:
untuk mencapai hal tersebut diperlukan (1) Kepemimpinan, terdiri atas: memiliki
ke­mampuan pimpinan untuk dapat me­ kharisma, terbuka terhadap kritik, terbuka
mimpin dan mensinergikan keahlian para terhadap karyawan, menjadi solusi terhadap
bawahan untuk dapat mengeluarkan segala masalah, dan selalu mendorong bawahan. (2)
kemampuan yang dimiliki sehingga dapat Motivasi, terdiri atas: pekerjaan merupakan
menghasilkan kinerja yang baik. kebutuhan dasar, bekerja dengan penuh
Pemotivasian kerja yang diberikan tanggung jawab, perlakuan wajar, bekerja
pimpinan terhadap setiap bawahan di­ mak­ sepenuh hati, dan bekerja tanpa pamrih. (3)
sudkan agar dalam bersikap dan bertindak Komunikasi, teridiri atas: komunikasi berjalan
akan selalu berada dalam koridor sebagaimana terbuka, Komunikasi membantu produktifitas
yang telah ditentukan oleh aturan‑aturan organisasi, strategi komunikasi terarah, serta
organisasi maupun ketentuan dan kebijakan komunikasi unsur penting organisasi. Hal ini
yang telah ditetapkan demi kepentingan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
organisasi atau mencapai produktivitas kerja oleh Muklas (2005:12), Suwarto (1999:17),
yang tinggi. Hadipranata dalam Moeljono (2005:32), dan
Pemotivasian kerja yang dilakukan oleh Winardi (2004:24).
pimpinan harus mengacu pada dua faktor, Dalam penelitian ini, pemilihan
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. variabel determinan yang mempengaruhi
Faktor intrinsik merupakan faktor yang variabel produktivitas mengacu pada pen­
berasal dari diri individu itu sendiri untuk dapat Robert A. Sutermeister, (1976),
dapat melakukan pekerjaan secara baik yang memperlihatkan 32 faktor penentu

110 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


produktivitas sumberdaya manusia. Dari ke kegiatan usaha niaga, dimana pendapatan
32 faktor penentu produktivitas sumberdaya yang diperoleh masih kurang dari harapan.
manusia tersebut, selanjutnya penulis me­ Hal ini tentu saja disebabkan oleh sikap dan
ngambil variabel pemotivasian dan perilaku perilaku pegawai yang masih belum sesuai
keorganisasian sebagai variabel determinan harapan organisasi. Apalagi pada usaha
yang mempengaruhi variabel produktivitas niaga ini dibutuhkan kemampuan manajerial
kerja. yang lebih, baik pengetahuan maupun
Pemilihan variabel pemotivasian dan keterampilannya, karena pada usaha niaga
perilaku keorganisasian dalam penelitian pimpinan dan pegawai harus terus bergerak
ini didasarkan atas pertimbangan sebagai secara dinamis untuk mencari kesempatan
berikut: Hasil pemeriksanaan psikologis dan peluang yang mungkin didapat. Ini tentu
tentang perilaku dan kecerdasan pegawai berbeda dengan usaha simpan pinjam, yang
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung banyak bergerak justru konsumen.
tahun 2004, menunjukkan bahwa: perilaku Dari seluruh uraian yang dikemukan di
dan tingkat kecerdasan pegawai Koperasi atas, kerangka pemikiran dalam penelitian
Pegawai Pemerintah Kota Bandung memiliki ini dapat digambarkan sebagai berikut:
kecenderungan perilaku dan kecerdasan rata-
rata ke bawah (Tabel 2.3) Pemotivasian Kerja:
• Intrinsik
• Ekstrinsik:
Tabel 1. Taraf Kecerdasan dan Perilaku 1. Monetary Produktivitas Kerja:
rewarding • Motivasi Tinggi
Pegawai Koperasi Pegawai Pemerintah Kota 2. Nonmonetary • Orientasi Tujuan
Bandung tahun 2004 rewarding • Dewasa
Siagian (1996:132) • Bergaul dengan
No Kecerdasan Jumlah Persentase efektif
Pegawai • Memaksimalkan
Kemampuan
1 Superior 2 orang 4,65 • Berkomunikasi secara
2 Di atas rata- 0 0,00 efektif
Perilaku Keorganisasian:
rata • Berpartisipasi dengan
• Kepemimpinan efektif
3 Rata-rata 22 orang 51,16 • Motivasi Robert M. Ranftl dalam
• Komunikasi Timpe (1989:106),
4 Di bawah 16 orang 37,21 Muklas (2005:12), Suwarto Sutermeister (1976)
rata-rata (1999:17), Hadipranata
5 Rendah 3 orang 6,98 dalam Moeljono (2005:32),
dan Winardi (2004:24)
Jumlah 43 orang 100
Sumber: Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Gambar 2. Model Kerangka Pemikiran
Bandung, 2004 Penelitian
Hasil ini mengindikasikan bahwa Hipotesis Penelitian
baik pimpinan dan staf pegawai Koperasi Berdasarkan perumusan masalah dan
Pegawai Pemerintah Kota Bandung, memiliki kerangka pemikiran yang dikemukakan di
kemampuan yang standar bahkan cenderung atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai
kurang. Oleh karena itu sangatlah wajar berikut :
apabila pimpinan kurang menunjukkan 1. Terdapat pengaruh pemotivasian kerja
perilaku kepimpinannya dengan baik, di­ terhadap produktivitas kerja pegawai
antaranya pemberian motivasi kepada pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
bawahan, sehingga dengan kurangnya Bandung.
pemberian motivasi kepada bawahan ini, 2. Terdapat pengaruh perilaku keorgani­
bawahan kurang termotivasi dan berdampak sasian terhadap produktivitas kerja
pada perilaku yang masih kurang sesuai pegawai pada Koperasi Pegawai Peme­
dengan harapan organisasi. Ini terlihat pada rintah Kota Bandung.

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 111
3. Ada pengaruh korelasi antara pe­ tingkat keberlakuan umum generalisasi dari
motivasian kerja dan perilaku keor­ hasilnya, dibatasi pada fenomena yang terjadi
ganisasian secara bersama-sama ter­ di lokasi penelitian.
hadap produktivitas kerja pegawai pada
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung. Hasil Penelitian
1. Pengaruh Pemotivasian Kerja
terhadap Produktivitas Kerja
Metode Penelitian yang Digunakan Pegawai di Koperasi Pemerintah
Penelitian ilmiah pada dasarnya Kota Bandung
merupakan suatu usaha untuk me­ ngung­ Permasalahan pertama yang ingin
kapkan fenomena alami secara sistematik, dijawab dalam penelitian ini adalah adakah
terkendali, empirik dan kritis (Kerlinger, pengaruh pemotivasian kerja terhadap
1990). Jika kemudian diterjemahkan ke dalam produktivitas kerja pegawai pada Koperasi
bahasa statistika, maka pengertian penelitian Pemerintah Kota Bandung.
adalah usaha untuk mengungkapkan Secara empiris, hasil penelitian ini
hubungan antar variabel (Harun Al Rasyid, menginformasikan: (1) terdapat pengaruh
1993). yang signifikan antara pemotivasian kerja
Mengacu pada batasan tersebut dan terhadap produktivitas kerja pegawai
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung,
dirumuskan, penelitian ini menggunakan serta (2) besarnya pengaruh pemotivasian
Metode Survey Penjelasan (Explanatory kerja dengan produktivitas kerja pegawai
Survey Method). Metode ini, sesuai dengan pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung
yang dikemukan oleh Singarimbun (1989) ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa
dan Rusidi (2005), dibatasi pada pengertian pemotivasian kerja yang terdiri dari dimensi:
survey sampel yang bertujuan menguji intrinsik, terdiri atas keinginan untuk maju,
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dorongan untuk bekerja mandiri, dorongan
(testing research). Walaupun uraiannya untuk bekerja keras, serta ekstrinsik, yaitu
juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai nonmonetery rewarding meliputi: pujian,
penelitian relational fokusnya terletak pada hukuman, aturan, dan kenikmatan fasilitas
penjelasan hubungan-hubungan antar kerja; monetery rewarding, meliputi: gaji,
variabel. bonus, dan tunjangan membawa implikasi
Konsekuensi metode survey penjelasan yang signifikan terhadap produktivitas kerja
ini adalah diperlukannya operasionalisasi yang meliputi dimensi: mempunyai orientasi
variabel-variabel yang lebih mendasar pekerjaan positif, dewasa, dapat bergaul
kepada indikator-indikatornya (ciri-cirinya). dengan efektif, memaksimalkan kemampuan,
Indikator-indikator dari variabel-variabel dapat berkomunikasi secara efektif, dan
itu menunjuk kepada keragaman data dan berpartisipasi secara efektif. Namun demikian
informasi, sedemikian rupa sehingga dapat produktivitas kerja pegawai pada Koperasi
dirancang model uji hipotesis. Sesuai dengan Pemerintah Kota Bandung ini tidak hanya
hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini dipengaruhi oleh pemotivasian kerja saja,
akan digunakan telaah statistika yang tepat ada faktor lain (epsilon), selain perilaku
untuk tujuan hubungan sebab akibat, yaitu keorganisasian, yang juga berpengaruh, yang
dengan menggunakan Model Struktural. tidak dikaji dalam penelitian ini.
Model ini akan mengungkapkan besarnya Dengan demikian, hasil penelitian ini
pengaruh variabel-variabel penyebab mengindikasikan bahwa semakin tinggi
terhadap variabel akibat (Harun Al Rasyid, tingkat pemotivasian kerja terhadap pegawai
1993). Dalam penelitian ini, demikian pula pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung,

112 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


maka akan diikuti oleh semakin tingginya dan komunikasi, membawa implikasi yang
tingkat produktivitas kerja pegawai tersebut. signifikan terhadap produktivitas kerja yang
Hal ini dapat diterangkan oleh nilai koefisien meliputi dimensi: mempunyai orientasi
korelasi antara variabel pemotivasian kerja pekerjaan positif, dewasa, dapat bergaul
dengan variabel produktivitas kerja yang dengan efektif, memaksimalkan kemampuan,
bertanda positif. dapat berkomunikasi secara efektif, dan
Berdasarkan temuan empiris yang berpartisipasi secara efektif. Namun demikian
menunjukkan adanya pengaruh yang produktivitas kerja pegawai pada Koperasi
signifikan antara pemotivasian kerja dengan Pemerintah Kota Bandung ini tidak hanya
produktivitas kerja, maka hasil penelitian ini dipengaruhi oleh perilaku keorganisasian saja,
memberikan beberapa informasi, diantaranya: ada faktor lain (epsilon), selain pemotivasian
(1) tingkat pemotivasian kerja yang diterima kerja, yang juga berpengaruh, yang tidak
oleh pegawai pada Koperasi Pemerintah dikaji dalam penelitian ini.
Kota Bandung memberikan pengaruh Dengan demikian, hasil penelitian ini
yang berarti terhadap produktivitas kerja mengindikasikan bahwa semakin tinggi
pegawai tersebut, (2) salah satu cara untuk tingkat perilaku keorganisasian terhadap
meningkatkan produktivitas kerja pegawai pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota
pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung Bandung, maka akan diikuti oleh semakin
adalah dengan meningkatkan perhatian tingginya tingkat produktivitas kerja pegawai
tentang pemotivasian kerja yang harus tersebut. Hal ini dapat diterangkan oleh
diterima oleh pegawai, serta (3) kontribusi nilai koefisien jalur antara variabel perilaku
yang diberikan oleh pengaruh pemotivasian keorganisasian dengan variabel produktivitas
kerja terhadap produktivitas kerja pegawai kerja yang bertanda positif.
adalah sebesar 33,28%, sementara sisanya Berdasarkan temuan empiris yang
dipengaruhi oleh variabel lain, selain variabel menunjukkan adanya pengaruh yang
perilaku keorganisasian, yang tidak dikaji signifikan antara perilaku keorganisasian
dalam penelitian ini (epsilon). dengan produktivitas kerja, maka hasil
penelitian ini memberikan beberapa
2. Pengaruh Perilaku Keorganisasian informasi, diantaranya: (1) tingkat perilaku
terhadap Produktivitas Kerja keorganisasian yang diterima oleh pegawai
Pegawai di Koperasi Pemerintah pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung
Kota Bandung. memberikan pengaruh yang berarti terhadap
Permasalahan kedua yang ingin produktivitas kerja pegawai tersebut, (2)
dijawab dalam penelitian ini adalah adakah salah satu cara untuk meningkatkan
pengaruh perilaku keorganisasian terhadap produktivitas kerja pegawai pada Koperasi
produktivitas kerja pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung adalah dengan
Pemerintah Kota Bandung. meningkatkan perhatian tentang perilaku
Secara empiris, hasil penelitian keorganisasian pegawai, serta (3) kontribusi
ini menginformasikan: (1) terdapat yang diberikan oleh pengaruh perilaku
pengaruh yang signifikan antara perilaku keorganisasian terhadap produktivitas kerja
keorganisasian terhadap produktivitas kerja pegawai adalah sebesar 27,18%, sementara
pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota sisanya dipengaruhi oleh variabel lain, selain
Bandung, serta (2) besarnya pengaruh variabel pemotivasian kerja, yang tidak dikaji
perilaku keorganisasian dengan produktivitas dalam penelitian ini (epsilon).
kerja pegawai pada Koperasi Pemerintah
Kota Bandung ditunjukkan oleh hasil
penelitian bahwa perilaku keorganisasian
yang terdiri dari dimensi: kepemimpinan

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 113
3. Pengaruh Pemotivasian Kerja dan signifikan antara pemotivasian kerja dan
Perilaku Keorganisasian terhadap perilaku keorganisasian secara bersama-
Produktivitas Kerja Pegawai pada sama terhadap produktivitas kerja, maka
Koperasi Pemerintah Kota Bandung. hasil penelitian ini memberikan beberapa
Permasalahan ketiga yang ingin informasi, diantaranya: (1) pemotivasian
dijawab dalam penelitian ini adalah adakah kerja dan perilaku keorganisasian pada
pengaruh pemotivasian kerja dan perilaku Koperasi Pemerintah Kota Bandung
keroaganisasian secara bersama-sama memberikan pengaruh yang berarti terhadap
terhadap produktivitas kerja pegawai pada produktivitas kerja pegawai, (2) salah satu
Koperasi Pemerintah Kota Bandung. cara untuk meningkatkan produktivitas
Secara empiris, hasil penelitian ini kerja pegawai pada Koperasi Pemerintah
menginformasikan: (1) terdapat pengaruh Kota Bandung adalah dengan meningkatkan
yang signifikan antara pemotivasian kerja perhatian tentang pemotivasian kerja dan
dan perilaku keorganisasian secara bersama- perilaku keorganisasian, serta (3) kontribusi
sama terhadap produktivitas kerja pegawai yang diberikan oleh pengaruh pemotivasian
pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung, kerja dan perilaku keorganisasian secara
serta (2) besarnya pengaruh pemotivasian bersama-sama terhadap produktivitas kerja
kerja dan perilaku keorganisasian terhadap pegawai adalah sebesar 60,46%, sementara
produktivitas kerja pegawai pada Koperasi sisanya dipengaruhi oleh variabel lain, yang
Pemerintah Kota Bandung ditunjukkan tidak dikaji dalam penelitian ini (epsilon).
oleh hasil penelitian bahwa pemotivasian
kerja yang terdiri dari dimensi: intrinsik, dan Kesimpulan
ekstrinsik; serta perilaku keorganisasian yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
terdiri dari dimensi: kepemimpinan, motivasi, dilakukan, maka dapat diambil beberapa
dan komunikasi membawa implikasi yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.:
signifikan terhadap produktivitas kerja yang 1. Terdapat pengaruh yang signifikan
meliputi dimensi: mempunyai orientasi antara pemotivasian kerja terhadap
pekerjaan positif, dewasa, dapat bergaul produktivitas kerja pegawai pada
dengan efektif, memaksimalkan kemampuan, Koperasi Pemerintah Kota Bandung.
dapat berkomunikasi secara efektif, dan Besarnya pengaruh pemotivasian kerja
berpartisipasi secara efektif. Namun demikian dengan produktivitas kerja pegawai pada
produktivitas kerja pegawai pada Koperasi Koperasi Pemerintah Kota Bandung
Pemerintah Kota Bandung ini tidak hanya ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa
dipengaruhi oleh pemotivasian kerja saja, ada pemotivasian kerja yang terdiri dari
faktor lain (epsilon), yang juga berpengaruh, dimensi: intrinsik, terdiri atas keinginan
yang tidak dikaji dalam penelitian ini. untuk maju, dorongan untuk bekerja
Dengan demikian, hasil penelitian ini mandiri, dorongan untuk bekerja keras,
mengindikasikan bahwa semakin tinggi serta ekstrinsik, yaitu nonmonetery
tingkat pemotivasian kerja dan perilaku rewarding meliputi: pujian, hukuman,
keorganisasian pada Koperasi Pemerintah aturan, dan kenikmatan fasilitas kerja;
Kota Bandung, maka akan diikuti oleh monetery rewarding, meliputi: gaji, bonus,
semakin tingginya tingkat produktivitas dan tunjangan membawa implikasi yang
kerja pegawai tersebut. Hal ini dapat signifikan terhadap produktivitas kerja
diterangkan oleh nilai koefisien jalur antara yang meliputi dimensi: mempunyai
variabel pemotivasian kerja dengan variabel orientasi pekerjaan positif, dewasa, dapat
produktivitas kerja yang bertanda positif. bergaul dengan efektif, memaksimalkan
Berdasarkan temuan empiris yang kemampuan, dapat berkomunikasi secara
menunjukkan adanya pengaruh yang efektif, dan berpartisipasi secara efektif.

114 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116


Namun demikian produktivitas kerja orientasi pekerjaan positif, dewasa, dapat
pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota bergaul dengan efektif, memaksimalkan
Bandung ini tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan, dapat berkomunikasi secara
pemotivasian kerja saja, ada faktor lain efektif, dan berpartisipasi secara efektif.
(epsilon), selain perilaku keorganisasian, Namun demikian produktivitas kerja
yang juga berpengaruh, yang tidak dikaji pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota
dalam penelitian ini. Bandung ini tidak hanya dipengaruhi
2. Terdapat pengaruh yang signifikan oleh pemotivasian kerja saja, ada faktor
antara perilaku keorganisasian terhadap lain (epsilon), yang juga berpengaruh,
produktivitas kerja pegawai pada Koperasi yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Pemerintah Kota Bandung. Besarnya
pengaruh perilaku keorganisasian Daftar Pustaka
dengan produktivitas kerja pegawai pada Atmosoeprapto, Kisdarto Produktivitas
Koperasi Pemerintah Kota Bandung Aktualisasi Budaya Perusahaan. Jakarta. Ele
ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa Media Komputer.
perilaku keorganisasian yang terdiri dari Gibson, Ivancevich dan Donnelly 1997,
dimensi: kepemimpinan, motivasi, dan Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Edisi
komunikasi, membawa implikasi yang kedelapan. Terjemahan Ir. Nunuk Adiarni
signifikan terhadap produktivitas kerja MM. Binarupa Aksara. Jakarta.
yang meliputi dimensi: mempunyai Hersey dan Blanchard, 1988. Management
orientasi pekerjaan positif, dewasa, dapat of Organization. Behavior Utilizing Human
bergaul dengan efektif, memaksimalkan Resource. New Jersey, Prent-ice Hall Inc.
kemampuan, dapat berkomunikasi secara Kopelman Richard E. 1986, Managing
efektif, dan berpartisipasi secara efektif. Productivity In Organizations: A Practical
Namun demikian produktivitas kerja People Oriented Perspective. Singapore.
pegawai pada Koperasi Pemerintah Kota McGraw Hill.
Bandung ini tidak hanya dipengaruhi Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus
oleh perilaku keorganisasian saja, ada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
faktor lain (epsilon), selain perilaku Bandung (KPKB) Periode 2000 – 2004.
keorganisasian, yang juga berpengaruh, Luthans, Fred. (1995). Organization Behavior.
yang tidak dikaji dalam penelitian ini. International Edition, Sixth Edition, Mc
3. Terdapat pengaruh yang signifikan Graw-Hill, Singapore.
antara pemotivasian kerja dan perilaku Makmun Muchlas. 2005. Perilaku Organisasi.
keorganisasian secara bersama-sama Yogyakarta: Gadjah Mada University
terhadap produktivitas kerja pegawai Press.
pada Koperasi Pemerintah Kota Bandung. Mali, Paul. 1978, Improving Total Productivity:
Besarnya pengaruh pemotivasian kerja MBO Strategy for Business, Gaverment And
dan perilaku keorganisasian terhadap Non For Profit Organization. New York. John
produktivitas kerja pegawai pada Wiley & Sons.
Koperasi Pemerintah Kota Bandung Robbins, Stephen P. (2001). Perilaku Organisasi.
ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa Jilid 1.Terjemahan Hadyana Pujaatmaka
pemotivasian kerja yang terdiri dari dan Benjamin Molan. Jakarta: PT
dimensi: intrinsik, dan ekstrinsik; serta Prenhallindo, edisi kedelapan,
perilaku keorganisasian yang terdiri Siagian, Sondang, P Teori Motivasi dan
dari dimensi: kepemimpinan, motivasi, Aplikasinya, Jakarta: Bina Aksara
dan komunikasi membawa implikasi Sinungan, Muchdarsyah. 1997, Produktivitas:
yang signifikan terhadap produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara.
kerja yang meliputi dimensi: mempunyai Jakarta.

Pengaruh Pemotivasian Kerja (Hatta Saputra dan Sambas Ali Muhidin) 115
Sondang, Siagian P. 2002, Kiat Meningkatkan Timpe, Dale, A, 1992, Productivitas. Alih Bahasa
Produktivitas Kerja. Jakar ta. Rineka Dimas S. R. dan Soesanto Budidarmo.
Cipta. Jakarta: PT. Gramedia.
Steers, R.M. 1985, Efektivitas Oranisasi: Kajian Wahjosumidjo, (1984) , Kepemimpinan dan
Perilaku. Terjemahan. Jakarta. Erlangga. Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suttermeister, Robert A. 1976. People and Winardi 1992, Management Perilaku Organisasi.
Productivity, New York: McGrawHill Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Thoha, Miftah, 2003. Perilaku Organisasi,
Konsep Dasar dun Aplikasinya. Jakarta: Raja
Gralfindo Persada.

116 MANAJERIAL Vol. 9, No. 18, Januari 2011 : 102 - 116

Anda mungkin juga menyukai