Anda di halaman 1dari 18

ASPEK TEKNIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Nama Anggota:
Raka Mulya Farandi 1810111228
Resti Apriyanti 1810111135
Rizkilianti Hardian Anggianni 1810111037
Marylin Xaverina 1810111118
Alfie Tandiana Halim 1810111277
Tesa Ivana 1810111246

Dosen Pengampu : Dra. Dahlia Pinem, MM


Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jakarta
2019
BAB I
1. Pendahuluan
Dalam penentuan dan pendirian usaha atau bisnis tentunya memerlukan
adanya suatu perhatian penting dalam meneliti kelayakannya, perhatian tersebut
berbentuk suatu kajian yang dinamakan Studi Kelayakan Bisnis. Studi kelayakan
inilah yang harus dilakukan agar suatu gagasan atau ide untuk membuka usaha
yang akan dijalankan nantinya aka berjalan dengan baik sesuai dengan ekspektasi
dan tidak menyimpang jauh dari perencanaan awal, sehingga bisa mencapai
tujuan usaha, keuntungan serta kesalahan dan hambatan yang akan terjadi pun
dapat dikurangi.
Hambatan atau kendala dalam suatu usaha atau bisnis pasti akan terjadi dan
kapanpun terjadi, bahkan bisa saja terjadi dari awal usaha tersebut didirikan.
Kendala bisa dialami di berbagai aspek, dan aspek-aspek inilah yang harus
diperhatikan yang terdapat pada kajian atau Studi Kelayakan Bisnis. Kajian ini
harus dilakukan sebelum memulai suatu bisnis, agar pengambilan keputusan
mengenai apakah usaha tetap akan dijalankan atau sebaliknya. Aspek-asepk itu
terdiri dari: Aspek Ekonomi, Aspek Hukum, Aspek Lingkungan, Aspek Teknis,
Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Manajemen, Keuangan, Sosial, bahkan
Politik.
Dari beberapa aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, maka akan dibahas
lebih dalam tentang aspek teknis/operasi pada Srudi Kelayakan Bisnis kali ini.
Aspek Teknis merupakan cara bagaimana calon pengusaha menentukan lokasi
usaha (seperti kantor pusat, cabang, gudang, maupun pabrik), apakah lokasi harus
dibangun dan didirikan dekat pasar, pemukiman warga, pusat bahan baku dan
lainnya. Penentuan layout mesin, gedung, dan peralatan pabrik juga termasuk ke
dalam aspek teknis. Apabila kesalahan dalam penentuan aspek teknis/operasi
terjadi, maka usaha tersebut tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien.
Karena kelancaran berjalannya usaha ditentukan oleh aspek teknis/operasi yang
dimiliki.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Aspek Teknis/Operasi?
2. Apa saja tujuan dari Aspek Teknis?
3. Bagaimana cara menentukan luas produksi?
4. Bagaimana cara menentukan layout pabrik?
5. Bagaimana cara menentukan lokasi usaha?
6. Pengaruh mesin dan teknologi?
7. Bagaimana proses produksinya?
8. Bagaimana proses operasionalnya?
9. Pengaruh kualitas produk?
10. Bagaimana mengelola manajemen persediaan?

3. Tujuan
1. Calon pengusaha dapat mengetahui Tujuan diperhatikannya Aspek
Teknis/Operasi.
2. Calon pengusaha dapat menentukan Lokasi Usaha yang baik, sehingga tidak
salah dalam menentukan lokasi usaha.
3. Calon pengusaha dapat menentukan tata letak (layout) dengan baik.
4. Calon pengusaha dapat menentukan teknologi yang tepat.
BAB II
Pembahasan

1. Definisi Aspek Teknis/Operasi


Menurut Kasmir (2003), Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai
aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting
dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau
operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/opersi,
sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan bersifat fatal bagi
perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi,
tata letak , penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk
pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari
jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas
tersendiri.
Jadi, analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi,
dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan.
2. Tujuan Aspek Teknis/Operasi
Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penilaian aspek
teknis/operasi yaitu:
1. Supaya calon pengusaha dapat menentukan lokasi yang sesuai.
2. Supaya calon pengusaha dapat menentukan layout yang sesuai dengan
proses produksi.
3. Supaya calon pengusaha dapat menentukan teknologi yang tepat
dalam menjalankan usahanya.
4. Supaya calon pengusaha dapat menentukan metode persediaan apa
yang pas digunakan.
5. Supaya calon pengusaha dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan.
3. Produk
Produk merupakan salah satu bagian penting dari aspek teknis,
menurut Sarini Kodu (2013), produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Suatu produk yang berkualitas tentunya dapat membantu berjalannya
teknis perusahaan dengan efektif dan efisien, Menurut Kotler dan Armstrong
(2007:347), Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk
melakukan Fungsi – fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan,
kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan
diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
4. Luas Produksi
Penentuan luas produksi yaitu banyaknya jumlah produksi yang sudah
dihasilkan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan memperhatikan
kapasitas, peralatan dan biaya seefisien mungkin. Luas produksi dapat dilihat
dari segi ekonomis yaitu jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu dan
juga biaya yang minim.(Ella Hariana Atria.2020.)
Adapun dari segi teknis nya yaitu jumlah produk yang dihasilkan dengan
kemampuan mesin dan peralatan teknis. Luas produksi ekonomis ditentukan
oleh:
1. Permintaan yang akan datang.
2. Penyediaan bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja.
3. Terdapat teknologi, mesin dan peralatan.
Sedangkan menurut Kasmir (2003) luas produksi merupakan jumlah
produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling
efisien, sehingga dapat diperoleh profit nargin yang tinggi.
Kemudian untuk menentukan jumlah produksi yang menghasilkan
keuntungan yang maksimal dapat dilakukan dengan salah satu pendekatan
berikut:
1. Pendekatan konsep marginal cost dan marginal revenue
2. Pendekatan break event point
3. Metode linier programming.
4. Tata Letak Produk (Product Layout)
Lay-Out atau tata letak dipakai untuk melanjutkan pengaturan pabrik dan
bagian-bagiannya, sehingga lay-out atau tata letak mencakup lokasi peralatan
di dalam bagian yang kecil dan pengaturan letak bagian-bagian atas sebidang
tanah bangunan. Tata letak ialah landasan utama dalam dunia industry. Lay-
Out didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi (Yamit,1998:120). Untuk pengaturan
tersebut memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas
penunjang produksi lainnya, kelancaran gerak perpindahan material baik
bersifat temporer maupun permanen, personal pekerjaan dan sebagainya.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya penentuan layout adalah:
1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan
pemeliharaan
2. Efisiensi pemakaian ruangan
3. Biaya Investasi dan produksi bisa dikurangi
4. Kelancaran aliran material
5. Efisiensi biaya pengangkutan material dan barang jadi
6. Kebutuhan persediaan yang rendah
7. Adanya kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih
baik.
Untuk memperoleh lay out yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-
hal berikut,
1. Kapasitas dan tempat yang dibutuhkan
2. Peralatan untuk menangani material atau bahan
3. Lingkungan dan estetika
4. Arus informasi
5. Biaya perpindahan antara tempat kerja yang berbeda
Tujuan utama di dalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah
untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen
biaya sebagai berikut (Wigjosoebroto,2003:145) :
1. Biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin
maupun fasilitas produksi lainnya
2. Biaya pemindahan bahan
3. Biaya produksi, maintenance, safety, dan biaya penyimpanan
produk setengah jadi
A. Macam-macam Lay-Out Pabrik (Subagyo,2000)
1. Lay-out Garis
Lay-out garis juga disebut sebagai lay-out produk. Artinya
pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu
pabrik yang berdasarkan atas urutan-urutan proses produksi dalam
membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari selalu sama
dan arus barang yang dikerjakan setiap hari juga selalu sama seolah-
olah menyerupaii garis sehingga dinyatakan lay-out produk.

2. Lay-out fungsional
Sering disebut juga dengan lay-out proses, yaitu pengaturan letak
fasilitas produksi di dalam pabrik berdasarkan atas fungsi bekerjanya
setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Maesin atau fasilitas
yang mempunyai kegunaan yang sama dikelompokkan dan diletakkan
pada ruangan atau tempat yang sama. Lay-out ini biasanya digunakan
untuk membuat barang yang bermacam-macam. Contoh dari lay0out
fungsional ini adalah pabrik yang mengerjakan berbagai macam
barang-barang dari besi.
3. Lay-out Kelompok
Lay-out kelompok adalah suatu pengaturan letak fasilitas suatu
pabrik berdasarkan atas kelompok barang yang dikerjakan. Biasanya
pabrik yang menggunakan lay-out kelompok memiliki produk yang
bermacam-macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi
dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk
dibuatkan lay-out tersendiri.
Contoh penggunaan lay-out ini adalah pada perusahaan pemroses
kulit. Perusahaan ini menghasilkan sepatu, sandal, sepatu sandal, baik
untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, tas, dan berbagai macam
ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap barang tidak sama,
tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa
marga atau kelompok produk yang garis besar urutan proses
pembuatannya hampir sama. Semua produk dalam setiap kelompok
memiliki garis produksi yang sama, meskipun cara pengerjaan setiap
barang secara rinci berbeda-beda. Misalnya pembuatan kelompok
sepatu mesti melalui bagian sol, bagian atas, bagian perakitan, dan
finishing atau penyelesaian. Hanya cara pembuatan sol setiap macam
dan model sepatu agak lain, meskipun garis besarnya sama. Demikian
juga pembuatan bagian atas dan perakitannya.
4. Lay-out Tetap
Adalah pengaturan fasilitas produksi dalam membuat barang
dengan letak barang yang tetap atau tidak dipindah-pindah. Mesin,
karyawan, serta fasilitas produksi yang lain berpinda-pindah
mengelilingi barang yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan.
Contohnya lay-out pembuatan jembatan, gedung, jalan dan lay-out
penghijauan.

BAHAN A BAHAN B BAHAN C

PRODUKSI

BAHAN D BAHAN E BAHAN F

5. Lokasi Usaha
Penentuan lokasi yang tepat akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan, baik dari sisi finansial maupun nonfinansial, misalnya: dapat
memberikan pelayanan kepada konsumen dengan lebih memuaskan,
kemudahan untuk memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik secara
kuantitas maupun kualifikasinya, memudahkan dalam memperoleh bahan
baku atau bahan lainnya dalam jumlah yang diinginkan dalam jangka waktu
yang sudah diperhitungkan, kemudahan dalam memperluas lokasi usaha,
karena sejak awal sudah dipertimbangkan kebutuhan lahan yang dibutuhkan,
mempunyai prospek nilai ekonomis yang tinggi di masa yang akan datang,
meminimalisasi konflik terutama dengan masyarakat setempat, serta adanya
dukungan pemerintah terhadap usaha yang akan dijalankan.
Untuk memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang dijalankan.
Untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan
keperluan usaha, misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi
kantor pemasaran, lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa
pertimbangan yang harus diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis
besarnya terdapat dua pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku (raw material
approximity approach) .
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan pada bahwa sebaiknya lokasi
perusahaan ditentukan di daerah bahan baku. Dengan demikian biaya
angkut dari bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin. Jadi,
pertimbangannya adalah biaya angkut bahan baku yang semurah mungkin.
Contoh:
 Perusahaan semen sebaiknya ditempatkan di daerah gunung
kapur/bahan semen. Itulah sebabnya mengapa pabrik semen didirikan
di daerah Gresik dan Tuban karena daerah tersebut merupakan daerah
gunung kapur.
 Perusahaan pengolahan minyak harus terletak di kawasan yang
terdapat tambang minyak, misalnya daerah Cepu, Jawa Tengah.
 Perusahaan air minum kemasan sebaiknya ditempatkan pada daerah
yang banyak terdapat sumber air yang memadai, misalnya di daerah
Tretes, Pandaan, Pasuruan.
 Perusahaan tambang batu bara harus ditempatkan di daerah yang
banyak terdapat deposit batu bara. Demikian juga dengan perusahaan
tambang yang lain seperti aluminium, emas, tembaga, dan lainnya.
b. Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran (Market
Approximity Approach). Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan
harus ditempatkan di daerah pemasaran. Pertimbangannya adalah efisiensi
pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke daerah pemasaran. Beberapa
contoh pendekatan ini adalah:
 Perusahaan atau pabrik televise/radio/video dan kaset recorder
hendaknya ditempatkan di daerah pemasaran. Misalnya, beberapa
perusahaan perakitan TV, radio, komputer, umumnya berada di kota-
kota besar bukan di daerah pedalaman.
 Perusahaan obat-obatan banyak terletak di daerah perkotaan.
 Perusahaan konveksi banyak di daerah pemasaran, dll.
Meskipun secara umum penentuan lokasi bisnis berdasarkan kedua
pendekatan tersebut, namun terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang nantinya akan dianalisis untuk
mencapai keputusan akhir dimana lokasi akan dipilih. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Faktor primer
Pertimbangan utama faktor primer dalam menentukan lokasi pabrik antara
lain:
a. Kedekatan dengan pasar sasaran atau konsumen potensial dimana
tempat produk akan dijual
b. Kedekatan dengan sumber (ketersediaan) bahan baku utama
c. Ketersediaan tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupun kualifikasi
yang dibutuhkan
d. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai yang
dapat memperlancar pengadaan bahan baku dan memasarkan hasil
produksi, misalnya jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, bandar udara,
kereta api, dll.
e. Ketersediaan sarana listrik, sumber air, telekomunikasi untuk
memperlancar kegiatan produksi agar tidak terganggu
f. Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha
baik positif maupun negatif.
2. Faktor sekunder
Beberapa faktor sekunder yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi pabrik adalah:
a. Kondisi iklim, kelembaban, curah hujan dan tanah, misalnya untuk
jenis usaha dibidang agrobisnis harus dapat memilih iklim yang sejuk
dan kondisi tanah yang subur.
b. Strategi kebijakan pemerintah terutama pemerintah daerah setempat
yang dapat mendukung atau menghambat usaha yang akan dijalankan
serta kebijakan arah pembangunan yang akan dijalankan. Misalnya
masalah peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, peraturan
ijin usaha, intensif, dll.
c. Kemungkinan perluasan pengembangan perusahaan dan rencana masa
depan perusahaan.
d. Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha
baik positif maupun negatif, misalnya adat istiadat, budaya, agama,
keamanan, dll.
e. Biaya untuk investasi dan eksplorasi, misalnya pengadaan tanah dan
pembangunan gedung.
Kemudian pertimbangan untuk menentukan lokasi kantor pusat yang umum
dilakukan adalah sbb:
1. Dekat pemerintahan
2. Dekat lembaga keuangan
3. Dekat dengan pasar
4. Tersedia sarana dan prasarana
Sedangkan pertimbangan untuk lokasi gudang yang umum dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Di kawasan industri
2. Dekat dengan pasar
3. Dekat dengan bahan baku
4. Tersedia sarana dan prasarana
Penilaian lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi
perusahaan, baik dari segi finansial maupun non finansial. Keuntungan
yang diperoleh dengan mendapatkan lokasi yang tepat antara lain adalah :
1. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan.
2. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik jumlah
maupun kualifikasi.
3. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam
jumlah yang diinginkan secara terus – menerus
4. Kemudahn untuk memperluas lokasi usaha, karena biasanya sudah di
perhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu – waktu.
5. Memiliki nilai atau harga ekonomis yang lebih tinggi dimasa yang akan
datang.
6. Meminimalkan terjadinya konflik terutama dengan masyarakat dan
pemerintah setempat
6.Pengaruh Mesin dan Teknologi
Berkaitan dengan pemilihan teknologi, biasanya suatu produk tertentu
dapat diproses dengan lebih dari satu cara, sehingga teknologi yang dipilih
juga perlu ditentukan secara jelas. Patokan umum yang dapat dipakai
seperti  dengan mengetahui seberapa jauh derajat mekanisasi yang
diinginkan juga manfaat ekonomi yang kelak diharapkan.
Teknologi untuk memproduksi barang maupun jasa terus berkembang
sesuai dengan kemajuan zaman. Kemajuan teknologi hendaknya dapat
berdampak pada efisiensi yang tinggi dalam proses produksi sekaligus
menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Namun, selain terdapat
keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam hal perkembangan
teknologi itu sendiri yang harus diketahui.
Pemilihan teknologi pada proses produksi berarti memilih proses untuk
menghasilkan produk atau pelayanan, termasuk jenis teknologi dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Setelah keputusan pemilihan
dijatuhkan, tindakan selanjutnya adalah menentukan denah, jenis peralatan,
fasilitas penunjang, dan desain engineering yang diperlukan dalam
menunjang kegiatan produksi sesuai dengan studi kelayakan yang
direncanakan.
Pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi baik
untuk barang atau jasa hendaknya disesuaikan dengan kemajuan teknologi
yang terus berkembang. Dengan demikian kemajuan teknologi diharapkan
dapat menjadikan proses produksi lebih efisien yang sekaligus dapat
menghasilkan produktiitas yang tinggi. Teknologi yang digunakan
hendaknya disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal
perusahaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan
sesuai dengan derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi
yang diharapkan, antara lain:
a) Kesesuaian teknologi dengan bahan mentah yang digunakan
b) Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain
c) Kemampuan sumber daya manusia dalam menerapkan teknologi
d) Kemampuan mengantisipasi perkembangan teknologi lanjutan
e) Besarnya biaya investasi serta biaya pemeliharaan
f) Peraturan pemerintah terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan
7. Proses Produksi
Aspek produksi dimulai dari perusahaan membuat produk sampai dengan
pada kemasan yang siap dilakukan. Contoh pada proses produksi yang
digunakan jika pabrik menangani berbeagai macam proses yang berbeda.
Misalnya dalam suatu rangkaian peralatan tertentu disusun untuk memproses
satu batch produk tertentu, lalu dihentikan dan di set kembali untuk
memproses jenis produk lain yang berbeda. Peralatannya tentu terdiri dari
mesin yang berfungsi multipurpose supaya lebih fleksibel dan dapat
memenuhi lebih dari satu variasi produk.
Studi tentang proses produksi dapat dilakukan setelah bangunan, mesin,
teknologi, dan tata letak mesin ditentukan. Kegiatan produksi umumnya
dimulai dari realisasi penyediaan barang atau jasa yang telah diperkirakan
atau dianggarkan dalam anggaran penjualan termasuk kualitasnya sampai
bagaimana persediaannya.
1. Proses Operasional
Proses operasi merupakan rangkaian peristiwa operasional dalam rangka
menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan. Peristiwa semacam
pemasaran barang, penerimaan order, pengiriman barang, dan pembayaran
adalah contoh berbagai peristiwa yang termasuk dalam proses bisnis operasi
penjualan. (Hamzah,Ritchi. 2009)
Proses operasional di dalam pabrik dikelompokkan rnenjadi dua, yaitu
pola produksi terus-menerus, dan pola produksi terputus-putus. Ciri-ciri dari
kedua pola produksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola produksi terus-menerus (continuous)
Ciri-ciri pola produksi terus-menerus (continuous) yaitu:
a) Output yang dihasilkan besar
b) Variasi produk rendah
c) Produk yang dihasilkan standar
d) Mesin yang digunakan khusus, semi otomatis
e) Operator tidak harus ahli
f) Apabila terdapat satu mesin rusak, maka proses produksi berhenti
g) Diperlukan perawatan spesialis atau oleh ahli
2. Pola produksi terputus-putus (intermitten)
Ciri-ciri pola produksi terputus-putus (intermitten) adalah:
a) Output yang dihasilkan kecil
b) Variasi produk tinggi
c) Produk yang dihasilkan berdasar pesanan
d) Mesin produksi yang digunakan bersifat umum, tidak otomatis
e) Diperlukan operator ahli
f) Kedua pola produksi tersebut apabila digambarkan dalam skema
perencanaan operasi akan nampak sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Perencanaan Operasi Terus Menerus

Gambar 2. Skema Perencanaan Operasi Terputus-putus

Kegiatan perencanaan dan pengawasan proses operasional dikelompokkan


menjadi empat tahap, yaitu :
1. Routing, adalah kegiatan menentukan urut-urutan dalam suatu pekerjaan
secara logis slstematis dan ekonomis, melalui urutan bahan baku menjadi
barang jadi. Dalam pola produksi terus-menerus, routing dipakai sebagai
dasar dalam menyusun layout, sedangkan pada pola produksi terputus-
putus, routing dilakukan setelah menyusun layout.
2. Scheduling, yaitu membuat jadwal untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Pada pola produksi terus-menerus, dibuat master scheduling, untuk
pekerjaan yang berulang- ulang, dengan kebutuhan barang per periode.
Metode yang biasa dipakai adalah Gantt Chart.
3. Dispatching, yaitu pemberian wewenang untuk melaksanakan suatu
kegiatan melalui perintah, baik secara lisan, tertulis, atau dengan
tanda/sinyal. Tugas dispatching adalah membuat perintah pengerjaan dan
meneliti tersedianya bahan- bahan sebelum perintah dibuat.
4. Follow Up, adalah langkah perbaikan terhadap kesalahan yang telah
dilakukan sebelurnnya.
2. Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan hal penting bagi konsumen. Kualitas produk
adalah faktor penentu kepuasan konsumen setelah melakukan pembelian dan
pemakaian terhadap suatu produk. Kualitas produk adalah suatu bentuk
dengan nilai kepuasan yang kompleks (Hidayat, 2009). Dengan kualitas
produk yang baik maka keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu
produk akan terpenuhi. Jika mutu produk yang diterima lebih tinggi dari yang
diharapkan, maka kualitas produk yang dipersepsikan akan memuaskan.
Kualitas produk, baik yang barang maupun jasa perlu ditntukan melalui
dimensi-dimensinya. Perusahaan hendaknya menentukan suatu tolok ukur
rencana kualitas produk dari tiap dimensi kualitasnya. Dimensi kualitas
produk dapata dipaparkan berikut ini:
A. Produk Berupa Barang
Menurut David Garvin, yang dikutip Vincent Gaspersz, menentukan
dimensi kuaitas barang dapat dilakukan melalui delapan dimensi seperti
berikut ini.
a. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang
dan merupakan karakteristik utama yang diperimbangkan pelanggan
dalam membeli barang tersebut.
b. Features, yairu aspek performansi yang berguna untuk menambah
fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
c. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan
suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan
dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula
d. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan pada
keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan
antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar
yang telah ditetapkan.
e. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya
tahan atau masa pakai barang.
f. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,
kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan utuk
perbaikan barang.
g. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai
nilainilai estitika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dri preferensi individual. Fit and finish, suatu sifat subyektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk
tersebut sebagai produk yangberkualitas.
B. Produk Jasa/Servis Zeithaml et. al. mengemukakan lima dimensi dalam
menentukan kualitas jasa, yaitu :
a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b. Responsiveness, yaitu respons atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan
penanganan keluhanpelanggan.
c. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap
produk secara tepat, kualitas keramah-tamaha, perhatian dan
kesopanan dalam member pelayanan, keterampilan dalam memberikan
informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam
memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam
menanamkan kepercayaan pelanggan terghadap perusahaan.
Dimensi ini merupakan gabungan dari dimensi :
1. Kompetensi (competence), artinya keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk
melakukan pelayanan.
2. Kesopanan (courtesy), yang meliputo keramahan, perhatian
dan sikap para karyawan.
3. Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi,
prestasi dan sebagainya.
d. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan
usaha perusahan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
pelanggannya.
Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi:
1. Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa
yang ditawarkan perusahaan.
2. Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan
melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada
pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.
3. Pemahaman pada pelanggan (Understanding the Customer),
meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
e. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan
dan kenyaman ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan
penampilan karyawan.
3. Manajemen Persediaan
Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang mengikat secara
signifikan, atauuntuk menyuplai kekurangan bahan baku, maka diperlukan
adanya persediaan barang yang memadai. Untuk mengendalikan persediaan
diperlukan adanya manajemen persediaan yang baik. Tujuan utamanya adalah
mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan persediaanakan
bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat meminimalkan total
biaya operasi perusahaan.
Dalam mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan
persediaan akan bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat
meminimalkan total biaya operasi perusahaan terdapat beberapa metode, salah
satunya EOQ (Economic Order Quantity) dimanadalam perhitungannya harus
meperhatikan SS (safety stock) dan RP (reorder point).
Economic Order Quantity adalah jumlah pembelian yang paling
ekonomis (Economical Order Quantity = EOQ) atau jumlah setiap kali
pembelian bahan yang disertai biaya minimal = jumlah pembelian bahan yang
paling ekonomis.
a. Perumusan Economic Order Quantity (EOQ)
Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal
adalah metode Economic Order Quantitiy. Metode ini dapat digunakan
baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi
sendiri. Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan
dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Rumusan ROQ yang biasa digunakan adalah :
2 SD
EOQ=
√ H

Dimana :
D : Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu.
S : Biaya pemesanan ( persiapan pesanan dan penyiapan mesin ) per
pesanan.
H : Biaya penyimpanan per unit per tahun.
Secara umum klasifikasi biaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut
:
a. Biaya angkut/penyimpanan atau Carrying (CC)
b. Biaya pemesanan atau Ordering Cost (OC)
c. Biaya Total atau Total Cost (TC)
b. Safety Stock
Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(stock out). Stock out dapat disebabkan oleh adanya penggunaan bahan
baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau adanya keterlambatan
bahan baku yang dipesan. Dengan adanya safety stock akan mengurangi
stockout cost bagi perusahaann. Akan tetapi akan menimbulkan
penambahan carrying cost sebesar perkalian antara prosentase carrying
cost terhadap harga atau nilai safety stock
Terdapat beberapa faktor penentu dalam menghitung besarnya safety
stock, yaitu :
a. Penggunaan bahan baku rata-rata
b. Faktor waktu
c. Biaya yang digunakan
Disamping faktor penentu diatas dalam menentukan safety stock
diperlukan standar kuantitas yang harus di penuhi, yaitu :
a. Persediaan minimum
b. Besarnya pesanan standar
c. Persediaan maksimum
d. Tingkat pemesanan kembali
e. Administrasi persediaan
c. ReOrder Point (ROP)
ROP merupakan waktu perusahaan akan memesan kembali atau
batas waktu pemesanan kembali dengan melihat jumlah minimal
persediaaan yang ada. Hal ini penting agar supaya jangan sampai terjadi
kekurangan bahan pada saat dibutuhkan. Jumlah pemesanan kembali
dihitung dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan
stock dan dihitung selama tenggang waktu.
Terdapat banyak model reorder point yang dapat digunakan sesuai
dengan kondisi perusahaan. Dalam makalah ini hanya akan dibahas model
jumlah permintaan maupun masa tenggang waktu konstan (constant
demand rate, constant lead time). Rumus yang digunakan sebagai berikut :

ROP = D yang diharapkan + SS selama tenggang waktu (leadtime)


Daftar Pustaka
Ella, Hariana Atria. (2020). Studi Kelayakan Bisnis dalam Aspek Teknis/Operasi.
Jakarta Timur, STIE Kusuma Negara.
Harianto, Anang. Aspek Teknis dalam Studi Kelayakan Bisnis.
academia.edu/14441482/Aspek_Teknis_Dalam_Studi_Kelayakan_
Bisnis diakses pada 24 September 2020.
Kasmir, Jakfar. (2003). Studi Kelayakan Bisnis: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Kodu,S. (2013). Harga, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya
terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza. 1(3). Hlm.2
Kotler, Philip dan Armstrong. (2007). Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan,
Cetakan Kedua, PT. Indeks, Jakarta.
Rachmad Hidayat. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan,Kualitas Produk dan Nilai
nasabah Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank
Mandiri.Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 11 (1), 59-72
Rifkhan, dkk. 2016. Modul Studi Kelayakan Bisnis, Tangerang Selatan. Universitas
Pamulang
Ritchi,H. (2009). Identifikasi Pengendalian Aplikasi dalam Analisis Proses Bisnis.
Subagyo, Pangestu. (2000). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta,
Salemba Empat.
Wigjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Jakarta,
Guna Widya.
Wuragil, Sarno. (2019). Aspek Teknis dalam Studi Kelayakan Bisnis.
sarno.id/2019/07/aspek-teknis-dalam-studi-kelayakan-bisnis/
diakses pada 24 September 2020.
Zulian, Yamit. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi: Edisi Pertama. Yogyakarta,
Ekonosia.

Anda mungkin juga menyukai