Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari ini kita sudah tidak asing dengan produk
tembakau baik itu rokok ataupun turunannya. Tembakau adalah produk
pertanian semusim yanng bukan termasuk komoditas panngan, melainkan
komoditas perkebunan (Wikipedia). Produk ini dikonsumsi bukan untuk
makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau “hiburan”, yaitu sebagai
bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat dikunyah. Kandungan
metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai pestisida
dan bahan baku obat.

Menurut Kementerian Perindustrian bahwa industri hasil tembakau (IHT)


merupakan salah satu sektor strategis domestik yang memiliki daya saing
tinggi dan terus memberikan konstribusi signifikan terhadap perekonomian
nasional. Sumbangan sektor yang dikategorian sebagai kearifan lokal ini
meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui bea cukai serta
menjadi komoditas penting bagi petani dari hasil perkebunan berupa tembakau
dan cengkeh.

Kemenperin mencatat bahwa pendapatan dari IHT yang berasal dari bea
cukai dan pajak ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2016 IHT
memberikan pembayaran cukai sebesar Rp 138,69 Triliun atau 96,65 persen
dari seluruh total bea cukai nasional. Sedangkan penyerapan tenaga kerja di
sektor manufaktur dan distribusi mencapai 4,28 Juta dan di sektor perkebunan
mencapai 1,7 Juta orang. Menurunnya unit usaha industri rokok tidak diikuti
dengan penurunan produksi. Pada tahun 2014, jumlah industrinya mencapai
700 perusahaan dengan kemampuan produksi sebanyak 346,3 miliar batang.
Sedangkan, dengan jumlah 600 perusahaan di 2015, produksi rokok naik
menjadi 348,1 miliar batang dan tahun 2016 sebesar 350,03 miliar batang.
Namun  terjadi penurunan sebesar 3,5 persen dalam lima tahun terakhir atas

1
jumlah pekerja sektor manufaktur rokok dan pada perkebunan tembakau turun
sebesar 4,7 persen.

Pangsa pasar IHT saat ini mulai berubah karena dipengaruhi lifestyle
masyarakat perokok yang memperhatikan kesehatannya dengan memilih
rokok yang mengandung tar dan nikotin rendah, sehingga masyarakat perokok
mengarah ke Sigaret Kretek Mesin (SKM), baik jenis reguler maupun mild.
Data market share dari jenis rokok pada tahun 2016, untuk SKM sebesar
72,07 persen, Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 20,23 persen, dan Sigaret
Putih Mesin (SPM) sebesar 5,43 persen. Sisanya, antara lain rokok Klobot dan
Klembak menyan sebesar 2,27 persen.

Tahun 2016 realisasi produksi rokok selama Januari hingga Oktober


mencapai 93,9% dari target yang setara dengan 338 miliar batang. Jumlah ini
lebi tinggi sekitar 5,46% terhadap reaslisasi tahun lalu sebesar 342 miliar.
Porsi sigaret kretek tangan (SKT) dari total produksi menyusut 1% menjadi
26%, tahun lalu pangsa rokok ini ada diangka 27%. Sedangkan pada Januari –
Oktober tahun 2016 pangsa SKM meningkat menjadi 66%, sedangkan sigaret
putih mesin (SPM) tetap dikisaran 6%.

Ekspor tembakau dan produk hasil tembakau ditujukan ke Eropa atau


Asia. Pasar Eropa mayoritas yang dipasok berupa lembaran-lemabaran
tembakau, sedangkan Asia berwujud rokok alias produk hasil olahan
tembakau. Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) memproyeksikan
bahwa ekspor rokok tahun depan berada dikisaran US$1 – US$ 1,1 miliar.
Tiga tahun lalu ekspor rokok menunjukan tren positif alias peningkatan.
Tahun lalu nilainya mencapai US$931,4 juta sedangkan tahun 2011 US$710,1
juta dan US$794,2 juta. Sedangkan pada tahun 2018 produksi rokok turun 7%.
Penurunan industri rokok dimungkinkan diakibatkan oleh kenaikan cukai
setiap tahunnya sehingga mengakibatkan penurunan produksi rokok hingga
51% tahun 2012 – 2017.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh produksi rokok terhadap tingkat perekonomian
nasional ?
2. Apakah rokok memiliki peran dalam menyumbang kekayaan negara ?
3. Apakah rokok dapat menyebabkan kerugian pada perekonomian dan
kesehatan suatu negara ?
4. Bagaimana cara mengatasi kerugian akibat rokok
C. Tujuan
Makalah ini dibuat oleh kami dengan tujuan untuk mengetahui :
1. bagaimana pengaruh produksi rokok terhadap tingkat perekonomian
nasional.
2. Pran rokok dalam menyumbang kekayaan negara.
3. Penyebab kerugian pada perekonomian dan kesehatan suatu negara.
4. Cara mengatasi kerugian akibat rokok.

Anda mungkin juga menyukai