1
A. Definisi
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada
jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi.
Disebut cedera kepala sedang bila GCS 9-14, kehilangan kesadaran atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang mengalami
cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai
respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK.
B. Manifestasi Klinis
1. Pola pernafasan
Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia, trauma langsung atau
interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.
2. Kerusakan mobilitas fisik
Hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area motorik otak.
3. Ketidakseimbangan hidrasi
Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan TIK
4. Aktifitas menelan
Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama sekali
5. Kerusakan komunikasi
Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral menunjukkan disfasia,
kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa.
C. Patofisiologi
Cedera kulit kepala
Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila
mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan tempat masuknya infeksi intrakranial.
Trauma dapat menimbulkan abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi.
Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma.
Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat
menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup.
Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial
menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat
ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus
paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering
2
menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva.
Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.
Cedera otak
Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat
menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral
membutuhkan suplai darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak tidak
dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir tanpa henti hanya
beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Komosio
Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase neurologik sementara tanpa
kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan lobus frontal terkena, pasien dapat menunjukkan
perilaku yang aneh dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia disorientasi.
Kontusio
Kontusio cerebral merupakan CKB, dimana otak mengalami memar dan kemungkinan
adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode tidak sadarkan diri. Pasien terbaring
kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat.
Hemoragi cranial
Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi dalam tubuh kranial adalah akibat paling
serius dari cedera kepala. Ada 3 macam hematoma:
1. Hematoma Epidural (hematoma Ekstradural)
Setelah terjadi cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural)
diantara tengkorak di dura. Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang
menyebabkan arteri meningkat tengah putus atau rusak (laserasi), dimana arteri ini berada
diantara dura dan tengkorak daerah frontal inferior menuju bagian tipis tulang temporal,
hemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada otak.
2. Hematoma subdural
Hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar otak, yang
pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hemoragi subdural lebih sering terjadi pada vena dan
merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural.
Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik tergantung pada ukuran
pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma subdural akut:
dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio atau laserasi. Hematoma
subdural subakut: sekrela kontusio sedikit berat dan dicurigai pada bagian yang gagal untuk
menaikkan kesadaran setelah trauma kepala. Hematoma subdural kronik: dapat terjadi karena
3
cedera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia. Lansia cenderung mengalami
cedera tipe ini karena atrofi otak, yang diperkirakan akibat proses penuaan.
3. Hemoragi Intra cerebral dan hematoma
Hematoma intracerebral adalah perdarahan ke dalam substansi otak. Hemoragi ini
biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil.
Hemoragi in didalam menyebabkan degenerasi dan ruptur pembuluh darah, ruptur kantong
aneorima vasculer, tumor infracamal, penyebab sistemik gangguan perdarahan.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan hematologi yaitu antara lain: Hb, leukosit, waktu perdarahan, waktu
pembekuan.
2. Pemerikasaan radiologi
a. Pemeriksaan rontgen = bagian kepala
b. Pemeriksaan CT atau MRI scan (skan Tomografi cumputer) untuk mengetahui daerah
perdarahan dan pembekuan pada daerah otak.
3. Pemeriksaan angiografi
4. Ventrikulografi udara
5. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
6. Ultrasonografi
E. Penatalaksanaan Medis
1. Air dan Breathing
- Perhatian adanya apnoe
- Untuk cedera kepala berat lakukan intubasi endotracheal.
Penderita mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai diperoleh AGD dan dapat
dilakukan penyesuaian yang tepat terhadap FiO2.
- Tindakan hiperventilasi dilakukan hati-hati untuk mengoreksi
asidosis dan menurunkan secara cepat TIK pada penderita dengan pupil yang telah
berdilatasi. PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmHg.
2. Circulation
Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama terjadinya perburukan pada CKS.
Hipotensi merupakan petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat, walaupun tidak
tampak. Jika terjadi hipotensi maka tindakan yang dilakukan adalah menormalkan tekanan
darah. Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume yang hilang sementara penyebab
hipotensi dicari.
4
3. Disability (pemeriksaan neurologis)
- Pada penderita hipotensi pemeriksaan neurologis tidak dapat
dipercaya kebenarannya. Karena penderita hipotensi yang tidak menunjukkan respon
terhadap stimulus apapun, ternyata menjadi normal kembali segera tekanan darahnya
normal.
- Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS dan reflek
cahaya pupil.
- Menilai tingkat keparahan:
1. Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah)
Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh, atentif dan orientatif).
Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya onkusi).
Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang.
Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing.
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
Tidak adanya kriteria cedera sedang – berat.
5
F. Pathway
Trauma kepala
6
G. Pengkajian
Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem
persyarafan sehubungan dengan trauma kepala adalah sebagi berikut :
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin,
agama/suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan
pasien dengan penagnggung jawab, dll.
2. Riwayat Kesehatan :
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah sakit dengan penurunan
tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala,
wajah tidak simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada
saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem persarafan maupun penyakit
sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang
mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau
keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi
pronosa pasien.
PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia, penggunaan
otot bantu pernafasan, sianosis
b. Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada, fail chest,
gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing.
c. Sirkulasi
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermi,pucat,
akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan produksi urin.
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
e. Eksposure
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.
7
PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan membrana
timpani, cedera jaringan lunak periorbital
b. Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
c. Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
d. Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung, pemantauan EKG
e. Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul abdomen
f. Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar dan cedera yang lain
H. Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul sesuai dengan SDKI, SLKI dan SIKI
8
8. Proses infeksi nafas (pada
9. Respon allergi neonatus)
10. Efek agen farmakologis
(mis. Anestesi)
11. Merokok aktif
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian Bare Syndrome
2. Sklerosis Multipel
3. Myasthenia Gravis
4. Prosedur Diagnostik (mis. Bronchoscopy, Tranesophageal Echocardiography [TEE])
5. Depresi Sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Bersihan Luaran utama: Intervensi utama
jalan nafas Bersihan jalan nafas Pemant Terapi
tidak Luaran Tambahan: auan oksigen
efektif 1. Control gejala respiras asi
2. Pertukaran gas i
3. Respon alergi local Intervensi pendukung
4. Respon alergi sistemik Dukun Pengat
5. Respon ventilasi mekanik gan uran
Definisi: kemampuan membersihkan progra posisi
secret atau obstruksi jalan nafas untuk m
mempertahankan jalan nafas yang kepatuh
paten an
Ekspetasi: Membaik pengob
Kriteria hasil: atan
Indicator 1 2 3 4 5 Edukas Penghis
Batuk efektif i apan
Keterangan: fisioter jalan
1: menignkat api nafas
2: cukup meningkat dada
3: sedang Fisioter Penyap
4: cukup menurun api ihan
5: menurun dada ventilas
Dispneu i
Produksi mekani
sputum k
Mengi Edukas Perawa
Wheezing i tan
Meconium pada penguk trakeost
neonates uran omi
Frekuensi nafas respiras
Pola nafas i
sianosis Manaje Skrinin
9
Keterangan: men g
1: memburuk isolasi tubercu
2: cukup memburuk losis
3: sedang Manaje Stabilis
4: cukup membaik men asi
5: membaik ventilas jalan
i nafas
mekani
k
Pember Terapi
ian obat oksigen
inhalasi
Pember
ian obat
interple
ura
10
u
by
by
rkt
ek
if
tif
1. Agen pencedera Mengeluh 1. Tampak meringis Tid 1. Tekanan darah
fisiologis (missal: nyeri 2. Bersikap protektif ak meningkat
inflamasi, iskemia, (Misal: waspada) ters 2. Pola nafas berubah
neoplasma) 3. Gelisah edi 3. Nafsu makan berubah
2. Agen pencedera 4. Frekuensi nadi a 4. Proses berpikir
kimia (missal: meningkat terganggu
terbakar, bahan 5. Sulit tidur 5. Menarik diri
kimia iritan) 6. Berfokus pada diri
3. Agen pencedera sendiri
fisik (Misal: abses, 7. Diaphoresis
terbakar operasi,
trauma)
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaucoma
*) pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti:
1. FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun
2. Baker-Wong-Faces Scale untuk usia 3-7 tahun
3. Visual Analog Scale atau Numeric Rating Scale untuk usia lebih dari 7 tahun
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Nyeri Luaran utama: Intervensi utama
Akut Tingkat nyeri Manaje Pember
Luaran Tambahan: men ian
1. Fungsi gastrointestinal nyeri analges
2. Control nyeri ik
3. Mobilitas fisik Intervensi pendukung
4. Penyembuhan luka Aromat Pember
5. Perfusi miokard erapi ian obat
6. Perfusi perifer oral
7. Pola tidur Dukun Pember
8. Status kenyamanan gan ian obat
9. Tingkat cedera pengun intrave
Definisi: Pengalaman sensorik atau gkapan na
emosional yang berkaitan dengan kebutu
kerusakan jaringan actual atau han
Edukas Pember
fungsional, dengan onset mendadak
i efek ian obat
atau lambat dan berintensitas tingan
sampin topical
11
hingga berat dan konstan g obat
Ekspetasi: Menurun Edukas Pengat
Kriteria hasil: i uran
Indicator 1 2 3 4 5 manaje posisi
Kemampuan men
menuntaskan nyeri
aktivitas Edukas Perawa
Keterangan: i proses tan
1: menurun penyaki kenyam
2: cukup menurun t anan
3: sedang Edukas Teknik
4: cukup meningkat i teknik distraks
5: menignkat napas i
Keluhan nyeri Kompr Teknik
Meringis es imajina
Gelisah dingin si
Kesultan tidur terbimb
Menarik diri ing
Diaphoresis Manaje Teknik
Perasaan men akupres
depresi kenyam ur
Anoreksia
anan
Mual
Muntah lingkun
Keterangan: gan
1: meningkat Manaje Teknik
2: cukup meningkat men bantuan
3: sedang medika hewan
4: cukup menurun si
Pemant Teknik
5: menurun
Frekuensi nadi auan humor
Pola nafas nyeri
Tekanan darah Pember Teknik
Proses berpikir ian obat muratta
Focus l
Nafsu makan Manaje Terapi
Keterangan: men music
1: memburuk sedasi
2: cukup memburuk Nabaje Terapi
3: sedang neb ralksasi
4: cukup membaik efek
5: membaik sampin
g obat
12
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hldup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
10.Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnostis akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapl, teknik imalinasi terbimbing kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
11.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu nuangan, pencahayaan kebisingan)
12.Fasilitasi istirahat dan tidur
13.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemlihan strategi meredakan nyer
Edukasi:
14. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
15.Jelaskan strategi meredakan nyeri
16.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
19.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
13
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor resiko Kondisi klinis terkait
i. Penyakit kronis (missal: diabetes mellitus) 1. AIDS
ii. Efek prosedur invasive 2. Luka bakar
iii. Malnutrisi 3. PPOK
iv. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan 4. Diabetes mellitus
v. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: 5. Tindakan invasive
a. Gangguan peristaltic 6. Kondisi penggunaan terapi steroid
b. Kerusakan integritas kulit 7. Penyalahgunaan obat
c. Perubahan sekresi pH 8. Ketuban pecah sebelum waktunya
d. Ketuban pecah lama 9. Kanker
e. Merokok 10. Gagal ginjal
vi. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: 11. Imunosupresi
a. Penurunan hemoglobin 12. Lymphedema
b. Imunosupreesi 13. Leukositopenia
c. Leukopenia 14. Gangguan fungsi hati
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Resiko Luaran utama: Intervensi utama
infeksi Tingkat infeksi Manaje Penceg
Luaran Tambahan: men ahan
a. Integritas kulit dan jaringan imunisa infeksi
b. Control resiko si atau
c. Status nutrisi vaksina
d. Status imun si
Definisi: derajat infeksi berdasarkan Intervensi pendukung
observasi atau sumber informasi Dukun Pengat
Ekspetasi: Menurun gan uran
Kriteria hasil: perawat posisi
Indicator 1 2 3 4 5 an diri
Kebersihan Manaje Perawa
tangan men tan area
Kebersihan jalan insisi
badan nafas
Nafsu makan Manaje Perawa
Keterangan: men tan luka
1: menurun lingkun
2: cukup menurun gan
3: sedang Manaje Perawa
4: cukup meningkat men tan
5: menignkat nutrisi selang
Demam Manaje Perawa
Kemerahan men tan
14
Nyeri medika selang
Bengkak si dada
Vesikel Pember Perawa
Letargi ian obat tan
Keterangan: selang
1: meningkat gastroi
2: cukup meningkat ntestina
3: sedang l
4: cukup menurun Pember Perawa
5: menurun ian obat tan
Kadar sel darah intrave selang
putih na umbilic
Kadar darah al
Kadar sputum Penceg Perawa
Kadar feses
ahan tan
Kadar area luka
Kadar urine luka sirkums
Keterangan: tekan isi
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
15
Observasi:
i. Monitor tanda dan gejala infeksi local sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondis luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan menignkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
16
6. PPOK
7. Gangguan metabolic
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnos
a)
Intoleran Luaran utama: Intervensi utama
si Toleransi aktivitas Manaj Terapi
aktivitas Luaran Tambahan: emen aktivit
a. Ambulasi energi as
b. Curah jantung Intervensi pendukung
c. Konservasi energy Dukun Manaj
d. Tingkat keletihan gan emen
Definisi: respon fisiologis terhadap ambul progra
aktivitas yang membutuhkan tenaga asi m
Ekspetasi: Meningkat latihan
Kriteria hasil: Dukun Peman
gan tauan
Indicator 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi kepatu tanda
Saturasi han vital
oksigen progra
Jarak berjalan m
Keterangan: pengo
1: meningkat batan
2: cukup meningkat Dukun Promo
3: sedang gan si
4: cukup menurun spiritu dukun
5: menurun al gan
Keluhan lelah keluar
Dispneu ga
saat/setelah Dikun Terapi
aktivitas gan aktivit
Perasaan tidur as
lemah Eduka Terapi
Sianosis si music
Keterangan: latihan
1: meningkat fisik
2: cukup meingkat Manaj Terapi
3: sedang emen oksige
4: cukup menurun lingku n
5: menurun ngan
Warna kulit Manaj Pembe
Tekanan darah emen rian
Frekuensi mood obat
17
nafas Manaj Terapi
EKG iskemia emen relaksa
Keterangan: nutrisi si otot
1: memburuk progre
2: cukup memburuk sif
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
18
2. ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, kognitif dan spiritual dalam menjaga fungsi
kesehatan
4. anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Resiko Luaran utama: Intervensi utama
cedera Tingkat cedera: Manaje Penceg
Luaran Tambahan: men ahan
1. Fungsi sensori kesela cedera
2. Keamanan lingkungan rumah matan
3. Keseimbangan lingkun
4. Kinerja pengasuhan gan
5. Control kejang Intervensi pendukung
6. Koordinasi pergerakan Edukas Penceg
7. Mobilitas i ahan
8. Orientasi kognitif keaman perdara
9. Tingkat delirium an bayi han
10. Tingkat demensia Edukas Penceg
11. Tingkat jatuh i ahan
Definisi: Keparahan dari cidera yang keaman resiko
diamati atau dilaporkan an anak lingkun
Ekspetasi: Menurun gan
Edukas Pengek
Kriteria hasil:
i angan
Indicator 1 2 3 4 5
Toleransi kesela fisik
aktivitas matan
19
Nafsu makan lingkun
Toleransi gan
makanan Edukas Penge
Keterangan: il mbanga
1: menurun kesela n
2: cukup menurun matan kesehat
3: sedang rumah an
4: cukup meningkat masyar
5: menignkat akat
Kejadian cedera Edukas Pengen
Luka lecet i alan
Ketegangan otot pengur fasilitas
Fraktur angan
Perdarahan
resiko
Ekspresi wajah
Identifi Promos
kesakitan
kasi i
Agitasi
Iritabilitas resiko keaman
Gangguan an
mobilitas berken
Gangguan dara
kognitif Manaje Promos
Keterangan: men i
1: meningkat kejang mekani
2: cukup meningkat ka
3: sedang tubuh
4: cukup menurun Orienta Rujuka
5: menurun si n ke
Tekanan darah realita fisioter
Frekuensi nadi apis
Frekuensi nafas Pember Skrinin
Denyut jantung ian obat g gizi
apical Pemasa Skrinin
Denyut jantung ngan g
radialis alat kesehat
Pola istirahat pengam an
Keterangan: an
1: memburuk Penceg Survele
2: cukup memburuk ahan ins
3: sedang jatuh keaman
4: cukup membaik an dan
5: membaik kesela
matan
Penceg Terapi
ahan trauma
kebakar anak
an
Penceg
ahan
kejang
20
SIKI: Manajemen Keselamatan Lingkungan (I.14513)
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola lingkungan fisik untuk meningkatkan keselamatan.
Tindakan:
Observasi:
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (missal: kondisi fisik, fungsi kognitif, dan riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik:
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (missal: fisik, biologi, dan kimia) jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (missal: commode chair dan pegangan tangan)
4. Gunakan perangkat pelindung (missal: pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci dan pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (missal: Puskesmas, Polisi, dan Damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya lingkungan (missal:timbal)
Edukasi:
1. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
6. Ansietas (D.0129)
21
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas ego
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek
yang tidka jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Sub
Penyebab Subyekti
Obyektif yekt Obyektif
f
if
1. Krisis situasional 1. Merasa 1. Tampak gelisah 1. Mengelu 1. Frekuensi nafas,
2. Kebutuhan tidak bingung 2. Tampak tegang h pusing nadi, tekanan darah
terpenuhi 2. Merasa 3. Sulit tidur 2. Anoreks meningkat
3. Krisis khawatir ia 2. Diaphoresis
maturasional dengan akibat 3. Palpitasi 3. Tremor
4. Ancaman terhadap dari kondisi 4. Merasa 4. Suara bergetar
kematian yang dihadapi tidak 5. Kontak mata buruk
5. Disfungsi system 3. Sulit berdaya 6. Sering berkemih
kelurga berkosentrasi 7. Berorientasi masa
6. Faktor keturunan lalu
7. Kurang terpapar
informasi
Kondisi Klinis Terkait
8. Penyakit kronis progresif
9. Penyakit akut
10. Hospitalisasi
11. Rencana operasi
12. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
13. Penyakit neurologis
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
ansietas Luaran utama: Intervensi utama
Tingkat ansietas Reduks Terapi
Luaran Tambahan: i relaksa
b. Dukungan social ansietas si
c. Harga diri Intervensi pendukung
d. Kesadaran diri Bantua Persiap
e. Control dii n an
f. Proses informasi control pembed
g. Status kognitif marah ahan
h. Tingkat agitasi Bibliot Teknik
i. Tingkat pengetahuan erapi distraks
Definisi: kondisi emosi dan i
Dukun Teknik
pengalaman subyektif individu
gan menenn
terhadap obyek yang tidka jelas dan
emosi angkan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang
22
memungkinkan individu melakukan Dukun Terapi
tindakan untuk menghadapi ancaman gan music
Ekspetasi: Menurun kelomp
Kriteria hasil: ok
Indicator 1 2 3 4 5 Dukun Terapi
Verbalisasi gan seni
kebingungan keyakin
Perilaku gelisah an
Perilaku tegang Dukun Terapi
Keterangan: gan relaksa
1: meningkat pelaksa si otot
2: cukup meningkat naan progres
3: sedang ibadah if
4: cukup menurun Interve Terapi
5: menurun nsi validasi
Konsentrasi krisis
Pola tidur Konseli Terapi
Perasaan ng hipnosi
keberdayaan s
Kontak mata
Keterangan:
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
23
Kolaborasi:
2. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
24
3. Penyakit kronis
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Deficit Luaran utama: Intervensi utama
pengetahu Tingkat pengetahuan Edukas
an Luaran Tambahan: i
1. Memori kesehat
2. Motivasi an
3. Proses informasi Intervensi pendukung
4. Tingkat agirasi Bimbin Edukas
5. Tinkat kepatuhan gan i
Definisi: kecukupan informasi kognitif system perawat
yang berkaitan dengan topic tertentu kesehat an kulit
Ekspetasi: Meningkat an
Kriteria hasil: Adukas Edukas
Indicator 1 2 3 4 5 i i
Perilaku sesuai aktivita perilak
anjuran s/istirah u upaya
Verbalisasi at kesehat
minat dalam an
belajar Edukas Edukas
Kemampuan i i
menjelaskan keaman perkem
pengetahuan an bayi bangan
suatu topic bayi
Perilaku sesuai Edukas Edukas
dengan i efek i pijat
pengetahuan sampin bayi
Keterangan: g obat
1: menurun Edukas Edukas
2: cukup menurun i i
3: sedang kelekat penceg
4: cukup meningkat an ibu ahan
5: menignkat dan jatuh
Pertanyaan bayi
tentang masalah Edukas Edukas
yang dihadapi i nutrisi i
Persepsi yang bayi penggu
keliru terhadap naan
masalah alat
Menjalani kontras
pemeriksaan epsi
tidak tepat Edukas Edukas
Keterangan: i i pola
1: meningkat keluarg perilak
25
2: cukup meningkat a u
3: sedang berenca kebersi
4: cukup menurun na han
5: menurun Edukas
Perilaku i
Keterangan: stimula
1: memburuk si bayi
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C.
Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih bahasa, Brahm U. Pendit, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI
26
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
27